Dagang, Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah dicabut dan diganti dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang yang telah dicabut dan diganti dengan, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, peraturan pemerintah, dan aturan lain dibawah undang-undang serta aturan-aturan lain yang berkaitan dengan penjaminan dalam
kepailitan. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para sarjana, kasus- kasus hukum yang terkait dengan pembahasan penjaminan dalam kepailitan.
Bahan hukum tersier bahan hukum penunjang adalah bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan
sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain. 4. Prosedur pengumpulan bahan hukum
Pengumpulan bahan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan
menurut sumber dan hierarkinya untuk diuji.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya diuraikan secara sistematis dan diperlukan suatu sistematika penulisan yang
Universitas Sumatera Utara
teratur. Di mana penulis membagi menjadi bab per bab dan masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan, dimana pada bab ini dipaparkan hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari penulisan skripsi. Bab
ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan. BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AKIBAT HUKUM DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS
Pada bab ini dipaparkan tentang pengertian organ-organ Perseroan Terbatas, bagaimana prosedur permohonan pailit, dan akibat hukum
dalam kepailitan Perseroan Terbatas BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEDUDUKAN PENJAMIN
DALAM KEPAILITAN Pada bab ini dipaparkan tentang pengertian jaminan dan penjamin,
siapa saja yang terkait dalam jaminan, dan bagaimana kedudukan penjamin dalam kepailitan .
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI YANG BERTINDAK SEBAGAI PERSONAL GARANSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN
TERBATAS PT Pada bab ini dipaparkan bagaimana doktrin dan tanggung jawab dalam
direksi dalam Perseroan Terbatas, tanggung jawab direksi dalam kepailitan Perseroan Terbatas serta tanggung jawab direksi sebagai
personal garansi dalam kepailitan Perseroan Terbatas. Perlindungan hukum bagi pemegang saham terhadap anggota direksi yang
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam pengurusan perseroan. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan mengenai
kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta-saran-saran atas permasalahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II AKIBAT HUKUM DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS
A. Pengertian Organ-Organ Perseroan
Kata perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha
atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia bentuk-bentuk badan usaha yang dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia
adalah perseroan comanditer CV yaitu Commanditaire Vennotschap dan Perseroan Terbatas PT. Bentuk-bentuk ini di atur dalam Buku ke 1 Bab III
bagian kesatu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD. Selain itu, masih ada bentuk usaha lain yang di atur dalam KUHPerdata yang disebut maatschap
atau persekutuan perdata. Bentuk Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang lazim dan banyak
dipakai dalam dunia usaha di Indonesia karena Perseroan Terbatas merupakan asosiasi modal dan badan hukum yang mandiri. Sebutan Perseroan Terbatas PT
ini dari hukum dagang Belanda WvK dengan singkatan Naamloze Vennotschap, yang singkatannya juga lama dikenal di Indonesia sebelum diganti dengan
singkatan PT. Sebenarnya bentuk ini berasal dari bahasa Perancis dengan singkatan SA atau Sociate Anonyme yang secara harfiah artinya perseroan tanpa
nama. Maksudnya adalah bahwa Perseroan Terbatas itu tidak menggunakan nama salah seorang atau lebih di antara para pemegang sahamnya, melainkan
memperoleh namanya dari tujuan perusahaan saja Pasal 36 KUHD. Kitab
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Hukum Dagang maupun KUHPerdata yang mengatur tentang Perseroan Terbatas, secara formal belum pernah diganti melalui undang-undang.
Undang-undang tersebut telah berlaku sejak lama berdasarkan Staatsblad 1847 Nomor 23.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat 1 atau yang sering disebut UUPT memberi
pengertian atau defenisi tentang Perseroan Terbatas sebagai berikut yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
Pada tahun 1967, ketika pemerintah mulai memacu pertumbuhan ekonomi nasional dengan mengeluarkan kebijakan penanaman modal dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang telah dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia
No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pengusaha berlomba mendirikan
Perseroan Terbatas, baik itu perusahaan joint venture maupun perusahaan
nasional. Hal ini mengakibatkan pertambahan badan usaha yang bernama Perseroan Terbatas mengalami peningkatan dalam kuantitasnya. Dengan adanya
ketentuan terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia harus mendirikan badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas, juga karena para usahawan itu sendiri yang memilih untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas dalam
aktivitas usahanya. Pemilihan ini tentu bukan tidak beralasan karena bentuk
Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas sebagai bentuk badan usaha diyakini mempunyai kelebihan lain dibanding bentuk usaha lainnya. Sehingga Perseroan Terbatas dimasa
mendatang akan terus menjadi pilihan dari para pengusaha dalam menjalankan aktivitas bisnisnya
20
Pendapat ini bisa kita lihat ditengah-tengah realita masyarakat, organisasi ekonomi badan usaha yang dimiliki konglomerat yang menguasai beberapa
sektor perekonomian bentuknya adalah Perseroan Terbatas. Lebih lanjut Sri Rezeki Hartono mengatakan masih terdapat beberapa alasan praktis antara lain:
. Alasanya Perseroan Terbatas banyak diminati di Indonesia salah satunya
dikemukakan oleh Sri Rejeki Hartono sebagai berikut: Perseroan Terbatas pada umumnya mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri, mampu mengadakan kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensil untuk memperoleh keuntungan baik bagi instansinya sendiri
maupun bagi para pendukungnya pemegang saham. Oleh karena itu bentuk Perseroan Terbatas ini sangat diminati masyarakat.
21
1. Setiap jenis usaha mempunyai jangkauan relatif luas, pada izin operasionalnya
selalu menyatakan bahwa perusahaan yang bersangkutan harus berbentuk badan hukum pilihan utama pasti perseroan
2. Setiap jenis usaha yang bergerak di bidang keuangan diisyaratkan dalam
bentuk badan hukum, pilihan utama juga pada perseroan. 3.
Perusahaan yang berpeluang memanfaatkan bursa modal hanyalah Perseroan Terbatas, maka sangat wajar apabila peningkatan jumlah Perseroan Terbatas
di Indonesia semakin besar.
Dalam Pasal 1 ayat 2 UUPT menjelaskan bahwa organ perseroan terdiri dari rapat umum pemegang saham, direksi, dan komisaris. Dalam setiap organ
perseroan tersebut mempunyai masing-masing tugas dan fungsi yang berbeda. Selanjutnya penulis akan membahas organ perseroan tersebut.
20
Agus Budiarto, Kedudukan HukumTanggungjawab Pendiri Perseroan Terbatas, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 1-2.
21
Sri Rezeki Hartono, Kapita selekta hukum perusahaan . Bandung: Penerbit mandar maju,2000, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai
organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 1 butir 4 UUPT yang mengatakan: rapat umum pemegang
saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan atau anggaran dasar.
Akan tetapi, bila kita melihat pada bunyi kalimat ‘memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris, maka apa yang
dimaksud di dalam Pasal 1 butir 4 UUPT tersebut di atas sebenarnya kekuasaan RUPS tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang diberikan undang-undang
kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada
direksi dan Dewan Komisaris kekuasan yang dimiliki RUPS hanya mengenai wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa direksi atau komisaris mempunyai wewenang yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS.
Tugas, kewajiban dan wewenang dari setiap organ, termasuk RUPS sudah diatur secara mandiri otonom di dalam UUPT. Setiap organ diberi kebebasan
bergerak, asal semuanya dilakukan demi tujuan dan kepentingan perseroan. Instruksi dari organ lain, misalnya RUPS, dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi
meskipun direksi diangkat RUPS, sebab pengangkatan direksi oleh RUPS tidak berati bahwa wewenang yang dimiliki direksi merupakan pemberian kuasa atau
Universitas Sumatera Utara
bersumber dari pemberian kuasa RUPS kepada direksi, melainkan wewenang yang ada pada direksi adalah bersumber dari undang-undang dan anggaran dasar.
RUPS tidak dapat mencampuri tindakan pengurusan perseroan sahari-hari yang dilakukan direksi, sebab tindakan direksi semata-mata adalah untuk kepentingan
perseroan, bukan untuk RUPS. Dengan demikian, selama pengurus menjalankan wewenangnya dalam
batas ketentuan undang-undang dan anggaran dasar, maka pengurus tersebut berhak untuk tidak mematuhi perintah atau instruksi dari organ lainnya, baik dari
komisaris maupun RUPS, dengan perkataan lain, wewenang yang ada pada organ dimaksud bukan bersumber dari limpahan atau kuasa dari RUPS melainkan
bersumber dari ketentuan undang-undang dan anggaran dasar.
22
Beberapa wewenang eksklusif RUPS yang ditetapkan dalam UUPT antara lain:
23
a. Penetapan perubahan anggaran dasar Pasal 14
b. Penetapan, pengurangan modal Pasal 37
c. Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan Pasal 60
d. Pemantapan penggunaan laba Pasal 62.
Penyelenggaraan RUPS pada pokoknya harus diselenggarakan di tempat Perseroan berkedudukan, atau tempat-tempat lain sebagaimana dimungkinkan
dalam anggaran dasar perseroan, selama dan sepanjang tersebut masih berada dalam wilayah negara republik Indonesia.
22
Agus Budiarto, Op.Cit. hlm. 57-58.
23
Ahmad Yani, Op.Cit. hlm.78.
Universitas Sumatera Utara
Dalam tiap-tiap RUPS, yang harus dilaksanakan minimum setahun sekali, setiap lembar saham dalam perseroan dengan nilai nominal terkecil, yang
ditentukan dalam anggaran dasar, kecuali untuk saham-saham yang diberikan perlakuan khusus, termasuk saham-saham tanpa suara, berhak
mewakilimengeluarkan satu suara dalam rapat. Pelaksanaan dari hak suara ini dalam RUPS dapat dilakukan sendiri oleh pemegang saham atau diwakilkan pada
seseorang pihak ketiga selaku kuasa pemegang saham. Kuasa biasanya diberikan kepada:
24
a. Direksi
b. Komisaris
c. Karyawan perseroan.
2. Direksi Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar,
demikian bunyi Pasal 1 ayat 5 UUPT. Kemudian juga dipertegas oleh Pasal 92 ayat 1 yaitu kepengurusan perseroan dilakukan oleh direksi dan direksi
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan perseroan dan bukan kepada perseorangan pemegang saham, untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan di dalam maupun diluar pengadilan.
24
Ibid, hlm.79.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan mengenai direksi ini diatur dalam bab VII dari Pasal 92 sampai dengan Pasal 107 UUPT. direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
perseroan. Tugas dan tanggung jawab direksi serta wewenangnya ditetapkan oleh undang-undang. Dengan demikian keberadaan direksi dalam suatu perseroan juga
diatur oleh undang-undang. Melihat tanggung jawab direksi yang demikian itu maka untuk menjadi anggota direksi Pasal 93 ayat 1 menentukan syarat-syarat
sebagai berikut: a.
Orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum b.
Tidak pernah dinyatakan pailit. c.
Tidak pernah menjadi anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit.
d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan.
25
Jika merujuk pada teori organ yang dikemukakan oleh Ottovon Gierke, bentuk usaha mandiri dengan tangungjawab terbatas Legal Entity merupakan
realitas hukum yang mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dijalankan oleh alat–alat perlengkapannya. Dewan direksi adalah organ atau alat
perlengkapan badan hukum tersebut. Seperti halnya manusia yang mempunyai organ-organ seperti tangan, kaki, mata, telinga, dan seterusnya. Karena setiap
gerakan organ-organ itu tunduk pada kehendak otak manusia, maka sejalan dengan konsep manusia dan organnya tersebut dapat di analogikan bahwa setiap
gerakan atau aktifitas direksi badan hukum juga merupakan kehendak dari badan
25
C.S.T. kansil dan Christine S.T, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun 1995, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hlm. 117.
Universitas Sumatera Utara
hukum itu sendiri. Mengenai hubungan direksi dengan perseroan, terdapat dua doktrin besar yang berpengaruh dan berlaku secara universal, yaitu trustee
doctrine dan agency doktrine. Menurut konsep trustee, seorang direksi sebagai trustee bertindak untuk
mengelola kekayaan pemegang saham beneficiariy dari korporasi trust, dalam hal ini, direksi mengelola atas dasar legal owner title. Oleh karena itu, direksi
sebagai trustee adalah bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang diderita korporasi trust atas kesalahanya. Sedangkan menurut konsep agent, seorang
direksi merupakan agent dari pemegang saham untuk mengurus perseroan, hubungan agent ini didasari oleh kontrak antara direksi dengan pemegang saham,
jadi direksi tidak bertindak sebagai pemilik owners dari harta kekayaan perseroan tetapi sebagai manager, dan setelah kegiatan perseroan berjalan maka
hubungan kontrak tersebut beralih dari direksi ke pemegang saham menjadi direksi perseroan.
26
26
Freddy HarrisTeddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 37-38.
Beberapa pakar dan ilmuwan hukum merumuskan kedudukan direksi dalam perseroan sebagai gabungan dari 2 macam persetujuanperjanjian, yaitu:
a. Perjanjian pemberian kuasa di satu sisi. b. Perjanjian kerjaperburuhan di sisi lain.
Berdasarkan perjanjian tersebut pelaksanaanya harus di tafsirkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1601 c KUHPerdata, yang memberatkan pada
pelaksanaan perjanjian-perjanjian tersebut sebagai suatu perjanjian perburuhan.
Universitas Sumatera Utara
Merumuskan kedudukan direksi dalam dua hubungan hukum bukan masalah, sepanjang kedua hubungan hukum tersebut dapat diterapkan secara
konsisten dan sejalan. Dalam hubungan hukum yang dirumuskan untuk direksi di atas di satu sisi, direksi sebagai penerima kuasa dari perseroan untuk menjalankan
perseroan sesuai dengan kepentingannya untuk mencapai tujuan perseroan sebagaimana telah digariskan dalam anggaran dasar perseroan, dan di sisi lain di
perlakukan sebagai karyawan perseroan, dalam hubungan atasan dan bawahan dalam perjanjian perburuhan yang mana berarti direksi tidak diperkenankan untuk
melakukan sesuatu yang bukan tugasnya. Disinilah sifat pertanggungjawaban renteng dan pertanggungjawaban pribadi direksi menjadi sangat relevan, dalam
hal direksi melakukan penyimpangan atas kuasa dan perintah perseroan untuk kepentingan perseroan.
27
Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
3.Dewan Komisaris. Keberadaan, kedudukan, tugas dan kewenangan Dewan Komisaris diatur
pada Bab VII, Bagian Kedua dalam UUPT, terdiri atas Pasal 108 sampai Pasal 121. Ketentuan yang menyangkut pengaturan Dewan Komisaris, banyak
persamaannya dengan direksi. Eksistensi dan kedudukan Dewan Komisaris sebagai organ perseroan lebih spesifik ditegaskan pada Pasal 1 angka 6 yang
berbunyi:
27
Ahmad Yani, Op.Cit. hlm. 97-98.
Universitas Sumatera Utara
memberi nasehat kepada direksi.
28
Pengawasan atas organisansi perseroan, dilakukan dengan cara mengaudit sturukturnya, seperti misalnya hubungan dan jenjang pimpinan apakah ada
benturan yang menghambat kelancaran komunikasi atau informasi. Tujuan utama melakukan audit organisasi, agar sturukturnya selalu dapat di up-date, sesuai
dengan keadaan dan perkembangan perseroan. Dewan Komisaris dalam suatu Perseroan
Terbatas mempunyai peranan yang sangat penting yang tidak kalah pentingnya dari organ Perseroan Terbatas lainnya. Dewan Komisaris berfungsi sebagai
berikut: a. Melakukan Pengawasan:
1. Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurusan perseroan yang dilakukan direksi dan
2. Jalannya pengurusan pada umumnya. Tugas pengawasan tersebut, dapat juga dilakukan dewan komisaris
terhadap sasaran atau objek tertentu, antara lain sebagai berikut: a.Melakukan audit keuangan.
Pengawasan di bidang keuangan dianggap sangat relevan, karena masalah keuangan merupakan urat nadi yang sangat sentral bagi perseroan. Keadaan
keuangan perseroan merupakan refleksi dari gambaran kondisi perseroan. Pengawasan dengan cara melakukan audit atas keluar masuknya Cash flow
keuangan perseroan, harus dilakukan dengan cermat. b. Pengawasan atas organisasi perseroan
28
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 436.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengawasan terhadap personalia Caranya dapat dilakukan dengan mengaudit personalia agar dapat
diketahui kekurangan atau kelebihan personalia yang mungkin terjadi. Juga untuk menegakkan prinsip the right man in the right place serta untuk mengetahui
apakah cara rekruit dan seleksi yang berjalan, sudah tepat atau tidak. d. Memberi nasehat
Tugas umum selanjutnya adalah, ‘’memberi nasihat’’ kepada direksi. Akan tetapi undang-undang ini tidak menjelaskan rincian tugas tersebut. Dalam
kamus bahasa Indonesia, nasehat dapat berarti ‘’ ajaran atau pelajaran yang baik’’ bisa juga anjuran yang baik.
Bertitik tolak dari gambaran pengertian nasehat yang dikemukakan di atas dihubungkan dengan tugas Dewan Komisaris memberikan nasihat, cakupan atau
spekturumnya sangat luas. Dewan Komisaris bisa menyampaikan pendapat atau memberi pertimbangan yang layak dan tepat kepada direksi. Bahkan dapat
menyampaikan ajaran yang baik maupun petunjuk, peringatan, atau teguran yang baik.
Akan tetapi, semua bentuk-bentuk nasihat yang dikemukakan di atas, dari segi yuridis bersifat rekomendasi sehingga tidak mengikat kepada direksi. Dapat
dijadikan untuk dasar petimbangan. Sebaliknya dapat diabaikan. Tugas pemberian yang berbentuk pendapat atau petunjuk, dapat dilakukan Dewan Komisaris untuk
hal yang spesifik. Misalnya pemberian pendapat atau petunjuk maupun masukan dalam:
Universitas Sumatera Utara
a. Pembuatan rencana kerja yang proporsional dalam rangka upaya memajukan
dan mengembangkan perseroan sesuai prinsip-prisnsip good corporate governance,
b. Dalam melaksakan program atau rencana kerja supaya pelaksanaannya sesuai
dengan prinsip-prinsip perusahaan dan GCG. Tugas pengawasan dan pemberian nasehat Dewan Komisaris terhadap
pelaksanaan jalannya pengurusan yang dilakukan direksi atas perseroan menurut Pasal 108 ayat 2 adalah semata-mata untuk kepentingan perseroan sesuai
maksud dan tujuan perseroan. Tujuan inilah yang mesti disadari dan yang menjadi Dewan Komisaris melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasehat.
29
Yang dimaksud dengan kepentingan dan sesuai dengan maksud tujuan perseroan menurut penjelasan Pasal 108 ayat 2:
30
a. Pengawasan dan pemberian nasehat yang dilakukan Dewan Komisaris, tidak
untuk pihak atau golongan tertentu. b.
Namun semata-mata untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Tugas Dewan Komisaris untuk melaksanakan pengawasan dan memberikan nasehat, seperti disebutkan dalam undang-undang sangat sempit dan
dalam praktek ada beberapa fungsi penting yang termsuk dalam tanggung jawab Dewan Komisaris. Sebagian fungsi Dewan Komisaris tersebut sebenarnya
termasuk fungsi manajemen atau fungsi pengambilan keputusan yang berada diluar di luar wewenang direksi atau menejemen perusahaan. Fungsi seperti ini
29
Ibid, hlm. 439
30
Pasal 108 ayat 2 UUPT
Universitas Sumatera Utara
lebih mendekati fungsi board of directors di Amerika Serikat yang mengakibatkan tanggung jawab lebih besar bagi Dewan Komisaris.
31
Sesuai dengan perkembangannya dalam kepailitan banyak hal baru yang diperkenalkan oleh Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Di antaranya yang paling menonjol adalah diberikannya time frame untuk jangka waktu yang relatif singkat dan
terperinci untuk setiap langkah dalam mata rantai proses permohonan kepailitan. Tata cara permohonan keputusan pernyataan pailit sampai kepada kepailitan
debitor ditempuh dengan suatu time frame yang singkat. Namun demikian setelah
B. Prosedur Permohonan Pernyataan Pailit