d. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan perseroan
atau lebih kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan kewajiban direksi.
83
B. Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas
Secara umum, tugas direksi dalam melaksanakan fiduciary duty adalah mengurus dan menjalankan perseroan sesuai dengan maksud tujuan serta usaha
perseroan. Tugas direksi mengurus perseroan adalah direksi berwenang dan bertanggung jawab penuh untuk mengelola, menyelenggarakan, memimpin,
mengarahkan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar perseroan. Dengan kewenangan yang demikian itu, direksi harus bertanggung jawab kepada
stakeholder, baik kepada pemegang saham, relasi, rekanan, nasabah, pegawai, pemerintah dan pihak-pihak yang berhubungan dengan perseroan. Dengan
tanggung jawab yang demikian direksi tidak sepenuhnya mentaati suatu putusan RUPS ataupun keputusan komisaris, jika sekiranya keputusan tersebut
bertentangan dengan tanggung jawab kepada stakeholder. 1.
Tanggung jawab direksi menurut UUPT Dalam hal melihat tindakan hukum direksi biasanya telah diatur dalam
Anggaran Dasar perseroan. Berkenaan dengan itu terdapat 4 jenis perbuatan hukum direksi, yaitu sebagai berikut:
84
a. Perbuatan direksi yang umum, yang tidak memerlukan bantuan atau
pendampingan atau persertujuan dari komisaris dan RUPS.
83
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 103-105.
84
Try Widiyono, Op.Cit. hlm. 50.
Universitas Sumatera Utara
b. Perbuatan hukum direksi yang memerlukan bantuan atau pendamping atau
persetujuan atau dikonsultasikan dangan komisaris. c.
Perbuatan hukum direksi yang memerlukan bantuan atau pendamping atau persetujuan dari RUPS.
d. Perbuatan hukum direksi yang memerlukan bantuan atau pendamping atau
persertujuan dari komisaris dan RUPS. Menurut sistem hukum kita, demikian juga hukum di kebanyakan negara
yang menganut sistem hukum civil law, hubungan antara direksi dengan perusahaan adalah bersifat kontraktual, artinya sungguhpun antara direksi dengan
perusahaan tidak terdapat suatu kontrak tertentu tetapi hukum dianggap ada pemberian kuasa. Dan sebagai konsekwensi yuridisnya direksi sebagai pemegang
kuasa tidak boleh bertindak melebihi kekuasaan yang diberikan padanya. Apabila direksi bertindak melampaui wewenang yang diberikan dan jika kemudian
perusahaan jatuh pailit maka direksi pun ikut bertanggung jawab secara pribadi.
85
Secara umum tanggung jawab direksi dapat dibedakan dalam:
86
a. Tanggung jawab internal direksi yang meliputi tugas dan tanggung jawab
direksi terhadap perseroan dan pemegang saham perseroan yaitu: setiap
kesalahan atau kelalaian anggota direksi dalam melaksanakan kewajibannya memberikan hak kepada pemegang saham perseroan untuk secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama yang mewakili jumlah sepersepuluh pemegang saham perseroan melakukan gugatan untuk dan atas nama perseroan terhadap
85
Rachmadi Usman, Op.Cit. hlm.175.
86
Gunawan Widjaja, Op.Cit. hlm. 70-71.
Universitas Sumatera Utara
direksi perseroan yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian kepada perseroan.
b. Tanggung jawab direksi eksternal terhadap pihak ketiga yang berhubungan
hukum dengan perseroan. Selain pertanggungjawaban direksi kepada perseroan dan pemegang saham direksi juga bertanggung jawab kepada pihak
ketiga atas setiap perbuatan hukum yang dilakukan. Perlindungan terhadap pihak ketiga dilakukan oleh direksi secara renteng atas kelalaiannya dalam
melakukan kewajiban pendaftaran dan pengumuman yang disyaratkan. Salah satu cara untuk melihat apakah direksi melakukan pengelolaan
perseroan yang salah atau tidak bersalah adalah menilai apakah mereka gagal melakukan tugasnya dalam pengelolaan perseroan tersebut. Di samping itu, bisa
pula dilihat dari berbagai kasus yang melibatkan direksi dalam konflik kepentingan conflik of interest.
87
Pentingnya fungsi control terhadap direktur tidak terlepas dari perkembangan teori pemisahan kekayaan dalam hukum perusahaan itu sendiri.
Teori ini berasal dari teori salomon yang muncul dari putusan pengadilan kasus Solomon vs Salomon Co.Ltd. 1897. Teori ini mengungkapkan pada sebuah
pembentukan Perseroan Terbatas, perusahaan menjadi bagian terpisah dari orang yang membentuknya atau menjalankannya, dimana perusahaan tersebut
mempunyai hak dan kewajiban yang erat dengan aktivitasnya bukan kepada orang yang memiliki atau menjalankannya. Oleh karena itu seorang direksi harus
bertindak hati-hati dalam melakukan tugasnya duty of care. Selain itu dalam
87
Bismar Nasution, Op.Cit. hlm. 7.
Universitas Sumatera Utara
melakukan tugasnya tersebut seorang direksi tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan duty of loyalti pelanggaran terhadap kedua
prinsip tersebut dalam hubungannya dengan fiduciary duty dapat dimintai pertanggungjawaban hukum secara pribadi terhadap perbuatan yang
dilakukannya, baik kepada pemegang saham maupun kepada pihak lainnya. Direksi sebagai organ perseroan dalam mengambil keputusan bisnis sering
kali bersifat spekulatif yang bertendensi mengalami kerugian. Disinlah pentingnya standar mengenai pertanggungjawaban untuk dapat melihat keputusan bisnis
manakah yang diambil untuk kepentingan direksi itu sendiri.
88
a. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik
Pasal 97 UUPT tentang Perseroan Terbatas menyebutkan ada tiga macam tanggung jawab
anggota direksi yaitu:
b. Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. c.
Bertanggung jawab secara renteng dalam hal direksi terdiri atas dua orang atau lebih atas kerugian yang sama.
Selanjutnya dalam Pasal 97 ayat 5 UUPT, seorang direksi bebas dari tanggung jawab atas kerugian perusahaan apabila dapat dibuktikan:
a. Kerugian yang timbul bukan karena kesalahannya
b. Direktur dalam melakukan kepengurusan dengan beritikad baik dan hati-hati
c. Kepengurusan ditujukan untuk kepentingan perseroan
d. Direktur tidak mempunyai conflict of interest
88
Ibid, hlm. 5-7
Universitas Sumatera Utara
e. Telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah kerugian.
2. Tanggung jawab direksi dalam UUKPKPU Apabila suatu Perseroan Terbatas dinyatakan pailit oleh pengadilan dan
atau di likuidasi, maka prinsipnya kreditor tidak dapat memintakan direksi atau komisaris ataupun pemegang sahamnya untuk bertangungjawab secara pribadi.
Karenanya harta pribadi mereka tidak boleh ikut disita atau dilelang. Prinsip umum terhadap tanggung jawab yang semata-mata dibebankan kepada badan
hukum dalam hal perusahaan pailit atau dilikuidasi ini dipegang dengan teguh dalam kasus spektakuler likuidasi bank Summa di tahun 1992. Dalam kasus ini,
tidak satupun direksi atau komisaris yang ikut bertanggung jawab demi hukum kalaupun ada pihak pemilik ataupun perusahaan satu group yang akhirnya
bertanggung jawab, itu hanya dikarenakan ikatan-ikatan yang bersifat kontraktual. Dalam perkembangan teori dan praktek hukum tentang korporasi,
penerapam prinsip umum tentang kemandirian tanggung jawab badan hukum ternyata tidak selamanya memuaskan. Karena dalam hal tertentu penerapan
prinsip tersebut akan melanggar sendi-sendi keadilan. Demikian juga aplikasi ke dalam hukum tentang kepailtan dan likuidasi.
Beberapa pengecualian terhadap prinsip kemandirian tanggung jawab badan hukum dalam hal perusahaan pailit, dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Jika direksi bertindak diluar batas kekuasaanya yang diberikan oleh anggaran
dasar b.
Jika dilakukan perbuatan melawan hukum perdata maupun pidana
Universitas Sumatera Utara
c. Jika direksi bersikap tidak layak atau bertentangan dengan prinsip busines
judgment atau fiduciary duty. d.
Jika terjadi apa yang disebut ultra vires e.
Jika terjadi fenomena yang dilingkupi oleh doktrin piercing the corporate veil. Kelima macam tersebut kiranya dapat dicakup dalam istilah kesalahan
atau kelalaian karena itu pula direksi dapat dimintakan untuk bertanggung jawab secara hukum ketika perusahaan pailit jika dengan perbuatan direksi yang
dianggap menyimpang tersebut.
89
Prinsip tanggung jawab renteng ini bertujuan sebagai landasan preventif atau upaya pencegahan bagi anggota direksi untuk benar-benar bertindak dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab secara tekun dan cakap mengurus kepentingan perseroan. Jangan hanya mau menerima berbagai macam fasilitas
yang lengkap dan gaji yang cukup besar, tetapi juga harus berani memikul tanggung jawab yang sepadan dengan gaji dan tunjangan yang diterimanya.
Untuk membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian direksi atas kepailitan perseroan, berpedoman pada Pasal 104, yakni harus diajukan kepada
pengadilan niaga sesuai ketentuan yang diatur undang-undang kepailitan. Tanggung jawab secara tanggung renteng berlaku berlaku terhadap anggota
direksi yang pernah menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu 5 tahun sebelum putusan pernyatan pailit diucapkan pengadilan niaga.
90
Selanjutnya dalam berbagai kasus yang menimpa perusahaan, saat ini lebih mencuat kasus pailit atau bangkrut, dimana secara teori dikatakan bahwa
89
Munir Fuady, Op.Cit. hlm. 89-90.
90
M. Yahya Harahap. Op.Cit. hlm. 414
Universitas Sumatera Utara
kepailitan adalah suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan,
dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. Direksi adalah salah satu organ perseroan yang memiliki tanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan sesuai kepentingan dan tujuan perseroan. Menurut UUPT, direksi wajib menjalankan perusahaan sesuai dengan kepentingan dan tujuan perseroan. Hal ini
dikenal dengan istilah fiduciary duties. Apabila pengurus tidak menjalankan perusahaan dengan baik yang mengakibatkan kerugian perusahaan, maka direksi
dapat dimintai pertanggung jawaban bahkan sampai kepada harta pribadinya.
91
Tanggung jawab direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan tidak cukup hanya dilakukan hanya dilakukan untuk kepentingan perseroan sesuai
maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar seperti yang ditetapkan diatas. Akan tetapi pengurusan itu wajib dilaksanakan setiap anggota direksi
dengan itikad baik sehingga apabila suatu perseroan dirugikan maka direksi akan
C. Tanggung jawab direksi yang bertindak sebagai personal guarantie dalam kepailitan Perseroan Terbatas.
91
http:eprints.undip.ac.id12853. Tanggungjawab direksi sehubungan dengan kepailitan perseroan terbatas di akses tanggal 12 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
diminta pertanggungjawabannya penuh secara pribadi apabila direksi tersebut bersalah schuld, guilt or wrongful act, atau lalai culpoos, negligence
menjalankan tugasnya melaksanakan pengurusan perseroan. Dan apabila anggota direksi terdiri dari beberapa orang maka penerapan prinsip pertanggungjawaban
secara tanggung renteng yaitu direksi bersama-sama memikul tanggung jawab terhadap kerugian yang dialami direksi.
92
1. Penjamin mempunyai kepentingan persamaan ekonomi di dalam usaha dari si
peminjam atau ada hubungan kepentingan antara penjamin dengan peminjam misalnya dalam keadaan-keadaan sebagai berikut:
Membahas tentang tanggung jawab direksi sebagai personal garansi sama halnya dengan penjaminan perseorangan yang pada umumnya timbul untuk
menjamin segala kewajibaan yang harus dilaksanakan perseroan yang sudah dinyatakan pailit. Dahulu penjaminan lazim diberikan kepada seseorang tertentu
yang tidak mempunyai kepentingan sesuatu dan murni atas dasar persahabatan untuk memenuhi pertanggungan orang lain. Namun perkembangannya saat ini
penjaminan atas dasar persahabatan sudah jarang terjadi akibat perkembangan kebutuhan akan kredit yang sangat meningkat. Penjaminan dasar persahabatan
mungkin hanya terjadi dalam hubungan keluarga antara penjamin dengan debitor. Pada saat ini penjaminan, sebagai lembaga jaminan banyak digunakan
dalam praktek karena alasan-alasan sebagai berikut:
92
Ibid, hlm. 383.
Universitas Sumatera Utara
a. Penjamin merupakan sebagai direksi perusahaan selaku pemegang saham
terbanyak dari perusahaan tersebut, secara pribadi ikut menjamin hutang- hutang dari perseroan.
b. Perusahaan induk ikut menjamin hutang-hutang perusahaan cabanganak
cabang. 2.
Penjamin memegang peranan penting dan banyak terjadi dalam bentuk bank garansi, dimana yang bertindak sebagi penjaminborg adalah bank. Dengan
ketentuan bahwa: a.
Bank mensyaratkan adanya provisi dari debitor untuk perutangan siapa ia mengikatkan diri sebagai borg.
b. Bank mensyaratkan adanya sejumlah uangdeposito yang disetorkan pada
bank. 3.
Penjamin juga mempunyai peranan penting karena dewasa ini lembaga- lembaga pemerintah lazim mensyaratkan adanya penanggungan untuk
kepentingan pengusaha-pengusaha kecil. Tujuan dan isi dari penjaminan itu ialah memberikan suatu jaminan untuk
dipenuhinya perutangan dalam perjanjian pokok, sehingga perjanjian penjaminan itu bersifat accesoir. Sebagai Pengecualian dari sifat accesoir dari penjaminan
ialah bahwa orang dapat mengadakan perjanjian penanggungan dan akan tetap sah sekalipun perjanjian pokoknya dibatalkan, sebagi akibat dari eksepsi yang hanya
menyangkut diri pribadi debitor. Jadi dapat diadakan perjanjian penanggungan terhadap perjanjian pokok yang dapat dimintakan pembatalan vernietigbaar.
Ditinjau dari sifat perjanjian penanggungan tergolong pada jaminan yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
perorangan, yaitu adanya orang pihak ketiga dalam hal ini adalah direksi terhadap perusahaan yang telah pailit yang menjamin memenuhi perutangan
manakala debitor wanprestasi. Pada jaminan yang bersifat perorangan demikian pemenuhan prestasi hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu,
yaitu debitor atau penjaminnya. Mengenai bentuknya perjanjian penjaminan menurut ketentuan undang-
undang adalah bersifat bebas, tidak terikat oleh bentuk tertentu dalam arti dapat secara lisan, tertulis atau dituangkan dalam akta. Namun demi kepentingan
pembuktian, dalam praktek lazim terjadi bahwa bentuk perjanjian penjaminan senantiasa dibuat dalam bentuk akta tertulis. Penjaminan adalah perjanjian yang
berbentuk bebas dan biasanya bersifat sepihak, tetapi lebih ditekankan kepada kewajiban penjamin. Mungkin juga kreditor menjanjikan suatu prestasi datang
dari kedua belah pihak.
93
Dengan adannya perjanjian penjaminan antara kreditor dan penjamin, maka lahirlah akibat-akibat hukum yang berupa hak-hak dan kewajiban tertentu
yang harus diperhatikan penjamin maupun kreditor. Sekalipun kewajibannya membebankan kepada penjamin karena penjamin mengikatkan diri untuk
memenuhi prestasihutang untuk kepentingan kreditur, namun dalam hubungan hukum tersebut juga menimbulkan hak bagi penjamin. Hak-hak demikian oleh
undang-undang diberikan kepada penjamin, merupakan perlindungan bagi penjamin terhadap perlakuantindakan dari kreditor yang memberatkan bagi
penjamin. Ketentuan yang demikian diberikan undang-undang sebagaimana
93
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit. 80-83.
Universitas Sumatera Utara
terlihat pada pasal-pasal tertentu dari KUHPerdata akan berlaku bagi penjamin, kecuali para pihak memperjanjikan lain.
94
1. Dalam perjanjian penjaminannya sendiri penjamin melepaskan hak istimewa
secara tegas dan nyata. Namun hak itu dapat menjadi tidak
berlaku apabila:
2. Penjamin menempatkan dirinya seolah-olah sebagai debitor, dengan
mengikatkan diri secara tanggung renteng dengan debitor memenuhi kewajiban debitor terhadap kreditor
3. Debitor mengajukan tangkisan mengenai keadaan pribadinya kepada hakim
seperti belum dewasa atau sedang di bawah pengampuan 4.
Penjamin tersebut merupakan penjamin yang mengikatkan diri sesuai dengan perintah hakim kepada debitor sebagimana disebut dalam Pasal 1827
KUHPerdata. Pada dasaranya penjaminan merupakan pihak yang langsung diminta
pertanggungjawabannya bila debitor tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Ketika seorang direksi bertindak sebagai personal garansi dalam kepailitan maka
direksi tersebut bertanggung jawab atas semua kewajiban yang dibebankan kepada debitor. Karena seorang direksi bersedia sebagai personal garansi maka
direksi juga telah merupakan debitor sehingga ketentuan sebagai debitor harus dipehuhi.
94
Ibid, 91.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kedudukan personal guarantee dalam hal ini yang bertindak adalah direksi maka dapat diketahui tanggungjawabnya dalam suatu perkara
kepalitan, yaitu: 1.
Persoanal guarantee direksi ikut bertanggungjawab atas jaminan pembayaran hutang-hutang debitor karena personal guarante ini secara tidak
besyarat telah menyetujui kewajibannya untuk membayar hutang ataupun ganti rugi kepada kreditor bila debitor wanprestasi yang mengakibatkan
debitor tersebut dipailitkan. 2.
Personal guarantee direksi dalam hal perkara pailit harus bertanggung jawab menunjuk pengganti dirinya bila ia tidak mampu lagi menjamin
pembayaran hutang-hutang debitor hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam pasal 1829 KUHPerdata yang berbunyi:
“Apabila sipenjamin yang telah diterima oleh yang berpiutang secara sukarela atau dasar putusan hakim, kemudian menjadi tidak mampu, maka harus
ditunjuk seoarng penemu yang baru. 3.
Personal guarantee harus bertanggungjawab untuk dapat sebagai cadangan dalam hal harta debitor tidak mencukupi untuk melunasi hutang-hutangnya,
hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata bahwa sipenjamin personal guarantee tidak diwajibkan membayar kepada kreditor selain
apabila debitor lalai dalam memenuhi prestasinya dan hutang-hutangnya sudah jatuh waktu tempo dan sudah dapat ditagih, sedangkan harta benda
debitor ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya.
95
95
Teddy Taufik, Op.Cit. hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan