BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai seorang individu dan mahluk sosial. Sebagai seorang individu manusia mempunyai
beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing individu memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda dengan individu lainnya.
Sedangkan sebagai mahluk sosial, individu selalu ingin berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain. Secara alamiah, manusia memang memiliki naluri untuk
hidup bersama-sama dengan manusia lainnya. Dorongan mendasar yang melahirkan naluri untuk hidup bersama-sama itu adalah manusia harus memenuhi sebagian besar
kebutuhan hidupnya yang sangat tidak mungkin akan dipenuhi ketika manusia tidak hidup berkelompok.
Kelompok sosial yang ada di kota saat ini memiliki struktur sosial yang kompleks dengan gajala-gejala :
a. Heterogenitas sosial Kepadatan penduduk mendorong terjadinya persaingan dalam
pemanfaatan ruang. Orang-orang dalam bertindak memlih mana yang paling menguntungkan baginya, sehinga akhirnya terjadi spesialisasi.
b. Hubungan sekunder Jika hubungan penduduk di desa disebut primer, di kota disebut sekunder.
Pengenalan dengan orang lain serba terbatas pada bidang hidup tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Ini disebabkan antara lain karena tempat orang cukup terpencar dan saling mengenalnya hanya menurut perhatian antar pihak.
c. Kontrol pengawasan sekunder Di kota orang tidak memperdulikan prilaku pribadi sesamanya. Meski ada
kontrol sosial tetapi ini sifatnya non pribadi; asal tidak merugikan orang lain, umum, tindakan dapat ditoleransi.
d. Toleransi sosial Orang-orang kota secara fisik berdekatan, tetapi secara sosial berjauhan.
e. Mobilitas sosial Dalam kehidupa kota segalanya diprofesionalkan. Selain usaha dan
perjuangan peribadi untuk berhasil, secara kelompok seprofesi juga ada solidaritas kelas. Terjadi lah perkumpulan-perkumpiulan orang seprofesi :
guru, dokter, wartawan, pedagang, tukang becak, dsb. f. Ikatan sukarela voluntary association
Secara suka rela orang mengabungkan diri ke dalam perkumpulan yang disukainya, seperti sport, aneka group musik, klub filateli, perkumpulan
filantropi Naldjoeni, 1997;51. Berdasarkan ciri kehidupan masyarakat kota di atas dapat digambarkan bahwa
masyarakat kota cenderung lebih individualistik. Pada kenyataannya ciri individual tidak mutlak karena didalam masyarakat kota yang heterogen, kompleks serta
kehidupan keagamaan yang terlihat semakin berkurang, dijumpai juga kelompok- kelompok sosial, salah satunya adalah Serikat Tolong Menolong STM..
Universitas Sumatera Utara
Salah satu kelompok sosial yang nyata ada disekitar kita adalah Serikat Tolong Menolong STM. Serikat tolong Menolong merupakan suatu pranata yang
lahir dari adanya saling percaya antar sesama warga dengan tujuan untuk mengggalang kerjasama dan kebersamaan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
yang sewaktu-waktu menimpa warga yang diwujudkan dalam wadah pranata STM. Serikat Tolong Menolong merupakan suatu pranata yang berfungsi ekonomi dan juga
berungsi sosial, dalam hal ritual keagamaan khususnya yang berhubungan dengan masalah kematian, dan juga kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Fungsi ekonomi dari
pranata STM ini dapat dilihat dari sejumlah uang yang terkumpul baik sacara sukarela maupun secara wajib yang akan disumbangkan diberikan kepada anggota
masyarakat yang terkena musibah kematian atau dalam bentuk peralatan yang dibutuhkan untuk suatu acara pesta. Fungsi sosial dari pranata STM ini dapat dilihat
dalam wujud solidaritas dari sesama warga mayarakat yang merasa senasib dan sepenanggungan untuk bekerja secara bersama-sama gotong-royong dalam
melaksanakan dan mengerjakan sesuatu Badaruddin, 2005;41. Penelitian ini mengangkat tentang STM yang terbentuk atas dasar kesamaan
suku dan agama yang berada pada wilayah yang sama, dalam hal ini adalah sesama suku Batak dan beragama Kristen Protestan. Terkait dengan keberadaan suku batak
yang merupakan pendatang di kota medan yang memiliki suku asli adalah suku melayu. Maka aspek budaya yang menuntut mereka untuk mencari berkumpul
dengan sesama suku batak selain hekekat manusia sebagai mahluk sosial. Sebagai pendatang dikota Medan mereka terdesak oleh situasi lingkungan yang baru. Agar
dapat survive mereka harus menyatukan diri dalam satu wadah dalam hal ini adalah
Universitas Sumatera Utara
STM. Dengan harapan sesma anggota dapat hidup saling kenal, saling menolong dan hidup harmonis.
Adapun bentuk kepercayaan diatas dapat diartikan sebagai bentuk saling percaya antara anggota kelompok yang didasari dengan pengharapan melalui
interaksi sosial dimana antara anggota STM tersebut akan saling menguntungkan dalam hal ini baik moril maupun materil. Harapan yang dimaksud menunjuk pada
sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang melalui tindakan resiprositas yang dilakukan oleh setiap anggota terhadap anggota yang lain yang sedang membutuhkan
pertolongan, sehingga hal ini akan memperkuat rasa saling percaya antara nggota STM.
Jaringan sosial dalam STM yang didasari oleh hubungan sosial antar individu karena adanya kesamaan agama serta diikat oleh rasa kepercayaan yang kuat mampu
membentuk kerja sama dan rasa senasib sepenanggungan diantara anggotanya. Melalui jaringan social
setiap anggota saling mengingatkan, saling menginformasikan, saling membantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu
masalah yang akan lebih mudah diselesaikan bersama-sama dengan anggota yang lain dari pada bekerja sendiri.
Di dalam bukunya, Social Capital Routledge, 2005, Jhon Field menyebutkan, organisasi masyarakat modern diatur melalui seperangkat aturan yang
menata prosedur untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab. Tetapi ketika ingin membuat sesuatu terjadi, banyak yang mengabaikan prosedur formal itu dan
memilih berbicara dengan orang yang mereka kenal. Misalnya ketika memutuskan mencari dokter, memilih rumah sakit, memilih orang untuk suatu pekerjaan, mencari
Universitas Sumatera Utara
sekolah untuk anak, bahkan untuk hal-hal “sederhana” seperti memilih restoran. Karena itu jejaring sosial menentukan dan melalui jejaring itu terbentuk social
capital . Salah satu bentuk social capital adalah bertukar informasi Kompas, 22
Oktober 2006. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Nilai
merupakan suatu ide yang telah turun temurun dan dipatuhi serta dianggap penting untuk dilaksanakan oleh kelompok masyarakat. Pada STM norma dan nilai yang
menyangkut hak dan kewajiban setiap anggota STM. Melihat elemen-elemen yang mendasari lahirnya STM, yaitu adanya
kepercayaan, jaringan sosial, dan nilai-nilai norma maka STM dapat dikatakan sebagai salah satu potensi modal sosial, dimana kita dapat melihat modal sosial
bekerja secara efektif. Elemen-elemen modal sosial yang bekerja dengan baik akan melahirkan bentuk-bentuk modal sosial. Dari beberapa kajian modal sosial melihat
bahwa: 1 saling percaya trust, yang meliputi adanya kejujuran honesty, kewajaran fairness, sikap egaliter egaliterianisme, toleransi tolerance dan
kemurahan hati generosity; 2 jaringan sosial network, yang meliputi adanya partisipasi participation, pertukaran timbal-balik reciprocity, solidaritas
solidarity, kerjasama collaborationcooperation, dan keadilan equity; 3 pranata institutions, yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama shared value, norma-
norma dan sanksi-sanksi norms and sanctions, dan aturan-aturan rules. Elemen- elemen pokok modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisnme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial, seperti keluarga,
Universitas Sumatera Utara
komunitas, asosiasi sekarela, Negara dan sebagainya Arif, Badaruddin, Subhilhar, 2005;31.
1.2. Perumusan Masalah