Pengembangan buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat (STM) pada materi koloid

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ANITA EKA PRATIWI

NIM. 109016200009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat (STM) pada materi koloid. Fokus Penelitian ini adalah pada proses pengembangan buku suplemen kimia. Data diperoleh dari proses pengembangan buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat (STM) dan hasil angket respon siswa. Proses pengembangan buku suplemen kimia ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi. Proses validasi dilakukan secara validasi isi kepada dua orang dosen pendidikan kimia dan satu orang guru SMA bidang studi kimia. Proses uji coba dilakukan kepada siswa kelas XI IPA-1 SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan. Dari hasil uji coba diperoleh hasil persentase rata-rata angket tiap dimensi penilaian, yaitu dimensi materi 84.62%, dimensi desain buku 81.79%, dimensi kebahasaan 81.50%, dan dimensi sains teknologi masyarakat (STM) 82.96%. Kata Kunci: Buku Suplemen Kimia, Pengembangan Buku Suplemen Kimia,


(5)

Supplementary Book Oriented Science Technology and Society (STS) to the Koloid Major.

The main purpose of this thesis is to develop the chemistry supplementary book oriented science technology and society (STS) to the koloid major. This thesis is focused on the process of the development of the chemistry supplementary book. Data are taken from the process of the development of the chemistry supplementary book oriented Science Technology and Society (STS) and the result of student questionnaire. This process of chemistry supplementary book consists of three steps, such as preparations step, development step, and evaluation step. Validating process is to do with the content of the book to the two persons of chemistry education lecturer and an SMA teacher of chemistry major. The testing process is done to the student of XI IPA-1 SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan. Based on the result of this thesis, there are taken from average-percentage of assessment for questionnaire in each dimensions, such as 84,62% of subject dimensions, 81,79% of book design dimensions, 81,50% of audiolingual dimensions, and 82,96% of Science Technology and Society (STS) dimensions. Keywords : Chemistry Supplementary Book, Development of Chemistry


(6)

Dengan mengucap alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan nikmat sehat, kekuatan dan kesabaran, serta melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti selama menjalani kegiatan penelitian dan bimbingan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Buku Suplemen Kimia Berorientasi Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Materi

Koloid” ini.

Shalawat dan salam tidak lupa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang untuk menyempurnakan akhlak manusia, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

Peneliti telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyajikan skripsi yang tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih atas bimbingan dan dukungan serta bantuan yang diberikan dalam penulisan dan penyusunan laporan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa bagaimanapun usaha yang ditempuh tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, penulisan laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas jasa dan memberikan rahmatnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil dan para stafnya. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan semangat kepada peneliti.


(7)

segala ilmu, saran, dan bimbingannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Ibu Salamah, Ph.D, Ibu Luki Yunita, M.Pd, Ka Arif Soleh, S.Pd, selaku validator. Terima kasih telah menjadi validator selama pembuatan skripsi dan terima kasih atas segala saran dan bimbingannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih banyak atas segala ilmu dan kebaikan bapak serta ibu sekalian selama penulis menuntut ilmu di program studi pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Drs. H. Agus Purwanto, kepala sekolah SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

10.Bapak Nursalim, S.Pd, wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti selama melakukan proses penelitian dari awal hingga akhir.

11.Ibu Rifa Kusmiati, S.Si dan Ibu Sri Lestari, S.Si, selaku guru kimia SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, dan seluruh siswa kelas XI IPA, terima kasih atas bantuannya selama penelitian dilakukan.

12.Seluruh keluarga besar Bapak Karya Eka Sukmana dan Bapak Soekirno, terima kasih telah banyak membantu dan memberi dukungan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

13.Mas Oko dan keluarga, terima kasih banyak atas segala bantuan, kebaikan dan dukungan lahir batin kepada peneliti.

14.Bapak Aceng Antarsan dan keluarga, terima kasih banyak atas segala bantuan, kebaikan dan dukungan lahir batin kepada peneliti.


(8)

suplemen kimia. Terima kasih atas bantuan dan sarannya selama penulisan skripsi ini.

17.Siti Nur Aeniah dan Fitria Takhlisi, S.Pd yang telah meluangkan banyak waktu untuk membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

18.Sahabatku Silvy Taqwa, Ika Destari Aullia, Intan Balqis, S.Pd, Indriyani S.Pd, dan seluruh keluarga besar kimia 2009 yang juga sedang berjuang meraih kesuksesannya, dimanapun kalian berada, terima kasih atas telah memberikan banyak pelajaran berharga kepada penulis dan telah menjadi kelas yang banyak menyimpan kenangan, canda tawa dan hari-hari yang kita lewati bersama selalu penuh dengan kejadian lucu dan tidak terduga. Semoga kita selalu kompak sampai kapanpun.

19.Seluruh teman-teman kosan Annisa, Sri Mayendra, Riah Elsa, Agnis Afriani, Trisni, Wardah, Nissa, Suci Bella S.Pd, Ardian Khairiah S.Si, terima kasih atas kebaikan dan dukungan semangatnya, kalian bagaikan keluarga keduaku saat jauh dari keluarga tercinta.

20.Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak.

Akhirnya peneliti hanya dapat memanjatkan doa kehadirat Illahi Robbi semoga semua perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Jakarta, 13 April 2014

Anita Eka Pratiwi 109016200009


(9)

Dengan segala ketulusan hati, ku persembahkan skripsi ini

teruntuk Ayahanda tercinta Bapak Firman Sasetyo (Alm),

yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan,

motivasi, dan doa hingga nafas terakhirnya.

“Thanks for being my hero, financial support, listener, and

friend. You are awesome !!!”

Terima kasih yang tak terhingga untuk

perempuan-perempuan hebat yang ada dibalik penyusunan skripsi ini:

Ibu Lina Herlina

(Ibunda tercinta)

Ibu Hj. Etty Sofyatiningrum, M.Ed

(Dosen Pembimbing 1)

Ibu Salamah Agung, Ph.D

(Dosen Validator)

Ibu Sri Lestari, S.Si


(10)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN……… .. iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH……….. .. vi

ABSTRAK………. v

ABSTRACT ...……….. vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI ……….. xi

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN. ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN.... ………. 1

A. Latar Belakang Masalah…..………... 1

B. Identifikasi Masalah ..………. 6

C. Pembatasan Masalah……….. 7

D. Rumusan Masalah.………... .. 7

E. Tujuan Peneitian.………..….. 7

F. Manfaat Penelitian.………. 7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR………… 9

A. Bahan Ajar……...………...……...………. 9

1. Pengertian Bahan Ajar………..………...………. 10

2. Fungsi Bahan Ajar………..……….…....………. 10

3. Jenis-Jenis Bahan Ajar…....……….. 10

4. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar…….……….. .. 11

5. Konsep Penyusunan Bahan Ajar….……….….…… ... 11

6. Langkah-Langkah Penyusunan Bahan Ajar….………... 12

B. Buku……...………...……...……… .. 15

1. Pengertian Buku………..……….……. ..………. 15


(11)

6. Variabel Pemeriksaan dan Penyempurnaan Buku Suplemen..…. 25

C. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat (STM)….………..…. 26

1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM)….….………… 26

2. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat (STM)….…. ..…….. 28

3. Ranah Sains Teknologi Masyarakat (STM)……… . 30

4. Keunggulan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).. 33

5. Tahapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)….……….……….………... . 35

D. Koloid….………..….………..….………..… 37

1. Pengertian Koloid….….…….….…….….…….….………. 37

2. Jenis-Jenis Koloid….….….….….….….….….….….…. ..…….. 37

3. Sifat-Sifat Koloid………. 38

4. Pembuatan Koloid……… 39

E. Hasil Penelitian yang Relevan……… 40

F. Kerangka Berpikir….……….……….……… ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ………. 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian...………. 44

B. Metode Penelitian..……….…… 44

C. Alur Penelitian...……….……… 45

D. Instrumen Penelitian………..……. 50

E. Validasi Instrumen……….. 53

F. Teknik Pengumpulan Data……….. ... 53

G. Teknik Pengolahan Data……….. ... 53

H. Teknis Analisis Data………...……..………...… .. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 57

A. Hasil Penelitian …..……… 57

1. Data Tahap Persiapan……….………..… 57


(12)

A. Kesimpulan. ..………. 90

B. Saran.……….. 91

DAFTAR PUSTAKA……… 92


(13)

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid…………..…………..…..……...…………..… 37 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Siswa…………..…..……...…………..……... 51 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Validasi Isi…..…...…………..…………...…... 52 Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Skala Guttman…..…...…………..………….. 54 Tabel 3.4 Penskoran Data Angket Siswa…..…...…………..…………..… .. 55 Tabel 3.5 Interval Skor Analisis Data…..…...…………..………. 56 Tabel 4.1 Penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.….….… . 59 Tabel 4.2 Indikator Umum SK dan KD.….….…..….….….….….….….…. 59 Tabel 4.3 Penentuan Desain Buku Suplemen Kimia.….….…..….….…….. 62 Tabel 4.4 Materi yang akan Dimuat dalam Buku Suplemen Kimia.….…. ... 64 Tabel 4.5 Tugas yang Diberikan dalam Buku Suplemen Kimia.….….…... 65 Tabel 4.6 Hasil Validasi Buku Suplemen Kimia Berorientasi Sains Teknologi

Masyarakat (STM).….….….….….….….….….….….…... 68 Tabel 4.7 Hasil Presentase Rata-Rata Angket Siswa.….….….….….… ... 69


(14)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Peneliti...………...…... 43 Gambar 3.1 Alur Penelitian...………...…...…... 46

Gambar 4.1 Bahan Ajar Pokok………….……….………. 57

Gambar 4.2 Grafik Persentase Rata-Rata Tiap Dimensi………….………… 70 Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-Rata Dimensi Materi………... 71 Gambar 4.4 Grafik Persentase Rata-Rata Dimensi Sains Teknologi

Masyarakat (STM)……….. 72

Gambar 4.5 Grafik Persentase Rata-Rata Dimensi Kegrafikan Buku Suplemen

Kimia………... 73


(15)

Lampiran 3. Cover Depan Buku Suplemen Kimia....……….………… 138

Lampiran 4. Cover Belakang Buku Suplemen Kimia………….…………... 139

Lampiran 5. Buku Suplemen Kimia....……….……….….… 140

Lampiran 6. Kunci Jawaban Buku Suplemen Kimia....……….……… 140

Lampiran 7. Buku Suplemen Kimia yang divalidasi....……….………. 208

Lampiran 8. Kisi-Kisi Lembar Vailiditas Isi....……….………. 208

Lampiran 9. Hasil Validitas Buku Suplemen Kimia oleh Ahli dan Praktisi.. 211

Lampiran 10. Hasil Pengolahan Data Validitas Isi……..………..……. 217

Lampiran 11. Cara Perhitungan Validitas Isi skala Guttman……….. 218

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP)……….….. 219

Lampiran 13. Kisi-kisi Angket Respon Siswa….…….….…….….…….…. 234

Lampiran 14. Angket Respon Siswa...………. ... 235

Lampiran 15. Hasil Pengolahan Data Angket Siswa………. .... 238

Lampiran 16. Cara Perhitungan Data Angket Siswa….………... 240

Lampiran 17. Penentuan Kriteria per Dimensi pada Angket Siswa….….…. 241 Lampiran 18. Foto-Foto Kegiatan Selama Penelitian………….…………. .. 245

Lampiran 19. Lembar Uji Referensi………….………….………….…….... 248

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian………….………….………….……….. 257


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang termasuk dalam ruang lingkup IPA. Ilmu kimia mempunyai peranan yang sangat penting diantara ilmu pengetahuan lainnya dan sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Tetapi di sekolah-sekolah ilmu kimia masih didominasi teori-teori dan kurang memperhatikan hubungan konsep-konsep sains dengan teknologi dan lingkungan/masyarakat. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan kimia dalam praktik sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat bosan sehingga tidak tertarik pada pelajaran kimia, bahkan sebagian siswa bersikap antipati dan menganggapnya sebagai hal yang menyeramkan.

Disamping itu, pada penyajian materi, guru tampaknya terlalu berorientasi pada materi yang tercantum dalam kurikulum, buku paket dan kurang dihubungkan dengan isu-isu sosial dan teknologi maupun permasalahan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dibahas. Kondisi tersebut menyebabkan pembelajaran kimia kurang bermakna bagi siswa, serta mengurangi minat dan motivasi belajar siswa. Maka dari itu, guru sangat berperan penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja. Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.1

1

Departemen Pendidikan Nasional, Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur, Tugas Mandiri Tidak Terstruktur,(Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h. 4.


(17)

Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dituntut kreatif dalam mengembangkan bahan ajar yang menarik, beragam, dan memilih suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswanya untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Seorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.2 Tetapi hasil penelitian menunjukkan seringkali dosen/guru

menggunakan media pembelajaran “seadanya” tanpa pertimbangan

pembelajaran,3 padahal pengembangan bahan ajar merupakan tanggung jawab guru sebagai pengajar bagi siswa di sekolah. Dengan kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar ini akan menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang bermakna.

Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, guru diharapkan mengembangkan materi ajar dan sumber belajar.4 Kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi guru untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu komponen dalam RPP adalah sumber belajar, sehingga guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.5

Pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, baik yang bersifat kompetensi

2

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaraan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. 4, h.198.

3

Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi, 2012), Cet. 1, h. 93.

4

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,

Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), h. 9.

5

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007,

Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007).


(18)

inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.6

“Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials),

secara garis besar, terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan”.7 Bahan ajar ini hendaknya tidak hanya memberikan materi yang instan, tetapi mampu mengajak siswa untuk dapat membangun konsep sendiri. Salah satu yang termasuk kedalam

bahan ajar adalah buku.

“Buku adalah karya tulis yang diterbitkan sebagai sumber belajar”.8 Buku terbagi menjadi dua jenis, yaitu buku teks pelajaran dan buku non teks pelajaran. Buku teks pelajaran merupakan salah satu bahan ajar utama yang digunakan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran serta memiliki peranan penting dalam upaya merealisasikan pembelajaran yang optimal. Karena dengan adanya buku teks pelajaran dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Selain itu, guru mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

Namun pada kenyataannya tidak semua buku teks pelajaran dapat mencapai semua aspek yang diharapkan. “Kebanyakan buku teks pelajaran terlalu terikat pada tujuan dan materi pokok yang ditetapkan dalam kurikulum, sehingga penyusun buku pelajaran kurang memperhatikan sumber-sumber belajar lain yang ada di sekolah dan di lingkungan siswa

6

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007,

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007), h. 18-23.

7

Uus Toharudin, Sri Hendrawati, Andrian Rustaman, Membangun Literasi Saiins Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), Cet. 1, h. 179.

8

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Pasal 1, Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB),


(19)

tinggal.”9 Buku teks yang ada hanya berisi materi tentang konsep kimia saja dan kurang terdapat materi penerapan konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam buku teks tersebut terdapat aplikasi konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari tetapi tidak dibahas secara mendalam. Buku teks tersebut hanya menjelaskan konsep kimia dan penerapan konsep tersebut dalam bentuk teknologi tetapi tidak menjelaskan bagaimana dampak penerapan konsep kimia dalam bentuk teknologi terhadap masyarakat dan lingkungan.

Buku sebagai sumber belajar tidak hanya dari buku wajib, tetapi dapat berupa buku tambahan/pelengkap. Ada empat kategorisasi buku yang dipakai di sekolah berdasarkan pada penggunaan buku, diantaranya buku pelajaran pokok, buku bacaan, buku sumber, dan buku pelajaran pelengkap.10 Buku pelajaran tambahan/pelengkap atau pengayaan merupakan jenis dari buku non teks pelajaran.

Buku pelajaran pelengkap atau pengayaan dapat dikatakan buku suplemen.11 “Buku pelajaran pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Pengayaan yang dimaksud adalah memberikan informasi tentang pokok bahasan tertentu yang ada dalam kurikulum secara lebih luas dan/atau lebih dalam”.12 Buku jenis ini tidak semata-mata dimaksudkan hanya untuk siswa namun dapat pula digunakan oleh pihak lain atau masyarakat pada umumnya.

Dilihat dari penjelasan buku suplemen, maka untuk bahan pelajaran pada buku suplemen perlu diambil dari lingkungan dan masyarakat, tidak hanya berisi konsep-konsep yang harus dihapal.

“Supplementary reading materials vary in terms of topics which are

9

B. P. Sitepu, Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber, Jurnal Pendidikan Penabur,

No. 7, 2003.

10

B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 1, h. 16.

11

Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 5(1), 2012, p. 46.

12


(20)

science, technology, and academic life”.13 Tujuannya agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang harus dipahaminya. Sehingga siswa dapat berpikir kritis, peduli terhadap lingkungan dan mampu melakukan tindakan nyata apabila ada masalah yang dihadapi di luar kelas. Buku suplemen juga dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, dan memberi latihan yang cukup kepada siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryam, bahwa “Supplementary books

can fulfill student need, in a sense that it can develop personality, extend knowledge, and uplift life skill which is beneficial in building social independence”.14 Buku suplemen dapat memenuhi kebutuhan siswa, dalam arti bahwa hal itu dapat mengembangkan kepribadian, memperluas pengetahuan, dan mengangkat keterampilan hidup yang bermanfaat dalam membangun kemandirian sosial.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang telah disebutkan, maka selain harus mengembangkan bahan ajar yang berbentuk buku suplemen, diperlukan juga suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dalam belajar kimia. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mengambil satu model pembelajaran yaitu model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Model pembelajaran tersebut terkandung dalam bahan ajar yang akan dikembangkan. Pada dasarnya model Sains Teknologi Masyarakat (STM) mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya.15

13

Ratih Kristianasari, Suharmanto, Supplementary Reading Materials for International-Standard Junior High School Grade Seven: Universitas Negeri Malang.

14

Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 5(1), 2012, p. 46.

15

Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2, h. 84.


(21)

Salah satu materi yang dapat disajikan dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah koloid. Materi ini dipilih karena sangat berhubungan dengan fenomena-fenomena yang dapat menimbulkan keingintahuan siswa sehingga timbul pertanyaan dalam diri siswa untuk mencari jawaban atas fenomena tersebut. Selain itu, koloid mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Diperkuat dengan salah satu

jurnal yang berjudul “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Materi Koloid di MAN Kuto Baro Aceh Besar”, yang mengatakan bahwa aktivitas siswa meningkat, hasil belajar siswa tuntas secara klasikal dan siswa memberi tanggapan positif terhadap penerapan pendekatan STM pada materi koloid.16

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, maka timbul gagasan untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku suplemen kimia berorientasi Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada materi koloid.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Ilmu kimia masih didominasi teori-teori dan kurang memperhatikan hubungan konsep-konsep sains dengan teknologi dan lingkungannya. 2. Penyajian materi terlalu berorientasi pada materi yang tercantum

dalam kurikulum dan buku paket dan kurang dihubungkan dengan isu-isu sosial dan teknologi maupun permasalahan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas.

3. Buku teks yang ada hanya berisi materi tentang konsep kimia dan kurang terdapat materi penerapan konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari, aplikasi konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari tidak dibahas secara mendalam, tidak menjelaskan bagaimana dampak

16

Zarlaida Fitri, Erlidawati, Rita Hartati, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Materi Koloid di MAN Kuto Baro Aceh Besar, Chimica Didactica Acta, Vol. 1, No. 1, 2013, pp. 41-47.


(22)

penerapan konsep kimia dalam bentuk teknologi terhadap masyarakat dan lingkungan.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus maka dibuat batasan masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Buku suplemen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku suplemen kimia berorientasi Sains Teknologi Masyarakat (STM). 2. Fokus dalam penelitian ini adalah pada proses pengembangan buku

suplemen kimia berorientasi Sains Teknologi Masyarakat (STM).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah proses pengembangan buku suplemen kimia berorientasi Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada materi koloid?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku suplemen kimia berorientasi Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada materi koloid.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi mahasiswa sebagai informasi dan bahan pengembangan penelitian di masa yang akan datang.

2. Bagi guru sebagai salah satu media atau alat pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi siswa sebagai bahan belajar siswa untuk lebih memahami materi koloid dan dapat mengembangkan rasa ingin tahu, serta kesadaran


(23)

terhadap adanya hubungan saling mempengaruhi antara sains, teknologi dan masyarakat.

4. Bagi peneliti agar dapat mengetahui cara mengembangkan buku suplemen dan untuk penelitian lebih lanjut (memperbaiki kekurangan).


(24)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

”Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu

teaching atau mengajar dan material atau bahan”.1 “Bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi”.2 Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.3 Selain itu, dapat dikatakan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.4 “Bahan ajar

adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran”.5

Menurut pandangan ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis. Selain itu dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga

1

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h. 6.

2

Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 40.

3

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, h. 173.

4

Ibid.

5

Tian Belawati, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), Cet. 1, h.1.3.


(25)

tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.6

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan, alat, informasi, dan teks yang didesain secara sistematis dan menarik yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi.

2. Fungsi Bahan Ajar

Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai bahan ajar pada bagian sebelumnya, dapat diketahui bahwa bahan ajar memiliki setidaknya tiga fungsi sebagai berikut:7

a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

b. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.

c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

3. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:8

6

Panduan Penyusunan KTSP Lengkap; (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP dan SMA, Seri Perundangan, (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2007), Cet 1. h.194.

7

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008),h. 6.

8

Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), Cet. 1, h. 149.


(26)

a. Bahan cetak seperti; hand out. buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leafleft

b. Audio visual seperti; video/film, VCD c. Audio seperti; radio, kaset, CD audio, PH d. Visual seperti; gambar, model/maket

e. Multimedia seperti; CD Interaktif, computer based, internet.

4. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran, diantaranya:9

a. Prinsip relevansi artinya keterkaitan, materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b. Prinsip konsistensi artinya keajegan, adanya keseimbangan antara kompetensi dasar yang harus dikuasai dengan bahan ajar yang harus diajarkan.

c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dan membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

5. Konsep Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar. Rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah :10

a. Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti proses belajar mengajar.

b. Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik.

9

Panduan Penyusunan KTSP Lengkap; (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP dan SMA,Seri Perundangan, (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2007), Cet 1. h.195.

10

Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, (Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 42.


(27)

c. Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik diri.

d. Program belajar mengajar yang akan dilangsungkan.

e. Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan pembelajaran yang spesifik.

f. Guna mendukung ketercapaian tujuan, bahan ajar harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik untuk kegiatan dan latihan. g. Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur

tingkat keberhasilan peserta didik.

6. Langkah-Langkah Pembuatan Bahan Ajar

Langkah-langkah pokok pembuatan bahan ajar meliputi beberapa aspek meliputi:11

a. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Pada tahap ini merupakan suatu proses awal yang dilakukan untuk menyusun bahan ajar. Di dalamnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu:

1) Analisis Kurikulum

Terdapat lima langkah dalam melakukan analisis kurikulum yaitu: Pertama, standar kompetensi yaitu kualifikasi kemampuan minimal yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan maupun keterampilan yang diharapkan dapat dicapai, yang terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.

Kedua, kompetensi dasar, yaitu sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Ketiga,

indikator ketercapaian hasil belajar. Indikator adalah rumusan kompetensi yang spesifik yang dapat dijadikan acuan kriteria

11

Adi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), Cet. 1, h. 50.


(28)

penilaian dalam menentukan kompeten tidaknya seseorang.

Keempat, materi pokok yaitu sejumlah informasi utama, pengetahuan, keterampilan, atau nilai yang telah disusun sedemikian rupa oleh pendidik agar peserta didik menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Kelima, pengalaman belajar, yaitu suatu aktivitas belajar yang didesain oleh pendidik untuk dilakukan oleh peserta didik agar menguasai kompetensi yang ditentukan melalui kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.

2) Menganalisis Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.12 Hal ini berbeda dengan bahan ajar, karena sumber belajar dapat dikatakan sebagai bahan mentah untuk pembuatan suatu bahan ajar yang dapat menimbulkan proses pembelajaran. Sedangkan bahan ajar adalah kumpulan hasil dari bahan-bahan yang berasal dari sumber belajar yang sudah siap untuk dipakai oleh siswa dan guru.

Sumber belajar yang digunakan harus didasarkan pada ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam pemanfaatannya. Caranya adalah dengan menginventarisasi ketersediaan sumber belajar dengan kebutuhan.

3) Memilih dan Menetukan Bahan Ajar

Pada tahap ini langkah-langkah yang hendak dilakukan adalah menentukan dan membuat bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar. Dalam pemilihan bentuk bahan ajar harus sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan awal para peserta didik

12


(29)

yang menjadi sasaran pembelajaran, tempat dan keadaan di mana bahan ajar akan digunakan, metode penerapan dan penjelasannya, serta biaya proses dan produksi serta alat-alat yang digunakan untuk memproduksi bahan ajar.

b. Memahami Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

Dalam proses pemilihan sumber belajar, ada dua kriteria yaitu kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum meliputi empat hal yaitu ekonomis, praktis, mudah diperoleh, dan fleksibel. Sedangkan untuk kriteria khusus yaitu sumber belajar dapat memotivasi siswa dalam belajar, sumber belajar untuk tujuan pengajaran, sumber belajar untuk penelitian, sumber belajar untuk memecahkan masalah, dan sumber belajar untuk presentasi.

c. Menyusun Peta Bahan Ajar

Ada tiga kegunaan penyusunan peta kebutuhan bahan ajar, yakni untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis, mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar, dan menentukan sifat bahan ajar.

Sifat bahan ajar ada dua, yaitu dependen (tergantung) atau independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga dalam penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang lain.

d. Memahami Struktur Bahan Ajar

Bahan ajar terdiri atas susunan bagian-bagian yang kemudian dipadukan, sehingga menjadi sebuah bangunan utuh yang layak disebut bahan ajar. Terdapat tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar


(30)

atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.

B. Buku

1. Pengertian Buku

Kata “buku” dalam bahasa Indonesia memiliki persamaan dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa yunani disebut “biblos” dalam

bahasa inggris disebut “book”. Jika dilihat dari kamus masing-masing kata ini memiliki arti yang sama dengan bentuk benda tersebut yaitu kumpulan kertas yang dijilid. “Buku adalah kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis, dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal, karton, atau bahan lain”.13

Pengertian buku menurut Ensiklopedia Indonesia menjelaskan dalam arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papirus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya: berupa gulungan, dilubangi, dan diikat atau dijilid muka dan belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu. Sedangkan menurut permendiknas menjelaskan buku adalah karya tulis yang diterbitkan sebagai sumber belajar.14 “Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan”.15 Dijelaskan juga bahwa buku merupakan sumber belajar yang dibuat untuk keperluan umum. Buku cenderung informatif dan lebih menekankan pada sajian materi dengan cakupan yang luas dan umum.16

13

B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 1, h. 8.

14

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Pasal 1, Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB),

(Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

15

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, h. 175.

16

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2010), Cet. 3, h. 98.


(31)

Dari beberapa pengertian buku yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa buku merupakan bahan cetak yang tertulis secara sistematis dan dijilid yang berisi informasi dan berbagai cakupan materi dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar.

2. Jenis-jenis Buku Pelajaran

Definisi buku menunjukkan adanya unsur-unsur yang sama pada setiap buku, tetapi tidak berarti semua buku sama. Buku dapat mengandung berbagai jenis informasi dengan tujuan yang berbeda sehingga pemanfaatannya juga berbeda.

Jenis buku pelajaran yang dipakai di sekolah dikategorisasikan berdasarkan penggunaannya menjadi empat kelompok, yaitu (a) buku pelajaran pokok (b) buku pelajaran pelengkap (c) buku bacaan (d) buku sumber.17 Sedangkan menurut pusat kurikulum dan perbukuan nasional terdapat empat jenis buku yang digunakan dalam dunia pendidikan yaitu (a) buku teks pelajaran (b) buku pengayaan (c) buku referensi (d) buku panduan pendidik.

Guna memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan berdasarkan ruang lingkup kewenangan, yaitu buku teks pelajaran dan buku non teks pelajaran. Pengendalian mutu buku pada buku non teks pelajaran tidak sama dengan buku teks pelajaran, karena buku non teks pelajaran tidak dinaungi oleh BSNP. Salah satu ciri dari buku non teks pelajaran adalah materi atau isi dalam buku non teks pelajaran terkait dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Isi.18

17

B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16.

18

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Penilaian Buku Nonteks Pelajaran, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukan, Balitbang Kemendikbud, 2012), Diakses 13 Maret 2014, http://puskurbuk.net/web13/penilian-buku-nonteks-pelajaran.html.


(32)

Disamping penggunaaan tiap-tiap jenis buku berbeda di setiap sekolah, isi dan penyajiannya pun berbeda. Buku yang termasuk kedalam buku non teks pelajaran diantaranya buku sumber, buku referensi, buku panduan pendidik, buku bacaan, dan buku pelajaran pelengkap/pengayaan.

Buku sumber adalah buku yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang telah terjamin kebenarannya serta bersifat baku, sehingga dapat dijadikan rujukan resmi dalam belajar. Contohnya seperti kamus, ensiklopedi, atlas, dan himpunan perundang-undangan. Buku jenis ini dipakai oleh siswa dan guru hanya sewaktu-waktu, ketika menemukan kesulitan dalam mengartikan suatu istilah atau frase dalam pokok bahasan tertentu.19

“Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas”.20

Sedangkan buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh guru.”21

Buku bacaan merupakan buku yang berisi informasi yang tidak berkaitan langsung dengan kurikulum, tetapi bermanfaat bagi siswa atau guru sebagai penambah pengetahuan dan hiburan. Buku ini termasuk dalam buku fiksi, nonfiksi, atau fiksi ilmiah.22

Buku pelajaran pelengkap/pengayaan tidak disusun sepenuhnya berdasarkan kurikulum baik dari tujuan, materi pokok, dan metode penyajiannya. Buku ini tiak wajib dipakai oleh siswa dan guru namun berguna bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami pokok bahasan tertentu dalam buku pelajaran pokok. Perbedaannya dengan buku bacaan, buku pelajaran pelengkap berkaitan langsung dengan kurikulum atau isi buku pelajaran pokok, disajikan dalam sistematika

19

B. P. Sitepu, loc.cit.

20

Ibid, h. 18.

21

Ibid, h. 17.

22


(33)

formal dan dengan bahasa yang baku. Sedangkan buku bacaan tidak menguraikan pokok bahasan tertentu dalam kurikulum atau buku pelajaran pokok, disajikan dalam sistematika yang tidak kaku, serta dengan bahasa yang mudah dipahami.23

Maryam mengatakan bahwa “Supplementary books are part of non-text resource. By differentiating between textbook and non-textbook, we are expected to be able to differentiate also the referred books role and function”.24 Buku suplemen merupakan bagian dari sumber non-teks. Dengan membedakan antara buku teks dan buku non teks diharapkan dapat juga membedakan peran dan fungsi yang digunakan.

3. Buku Pelengkap/Buku Pengayaan/Buku Suplemen

Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer.

Sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”.25

Uraian ini diperkuat oleh ayat (3) yang menyatakan “Untuk menambah

23

Ibid. 24

Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 5(1), 2012, p. 46.

25

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008,


(34)

pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat menganjurkan

peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi”.26

“Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi”.27 “Buku pengayaan adalah buku untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan guru”.28

Menurut para ahli buku pelajaran pelengkap atau buku pengayaan adalah buku yang berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Sitepu menjelaskan bahwa pengayaan yang dimaksud adalah memberikan informasi tentang pokok bahasan tertentu yang ada dalam kurikulum secara lebih luas dan/atau lebih dalam.29 Sedangkan menurut departemen pendidikan nasional, bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang tujuannya untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.30 Menurut Maryam

“Supplementary books function to enrich certain subject”.31 buku suplemen berfungsi untuk memperkaya subjek tertentu.

Buku pelengkap/pengayaan/suplemen ini merupakan salah satu dari buku pendidikan. Buku pendidikan dapat memberikan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan kepada siswa tentang kehidupan dalam berbagai bidangnya, baik tentang diri, masyarakat, budaya, dan alam sekelilingnya, maupun tentang Tuhan yang

26

Ibid.

27

Ibid, h. 107.

28

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Pasal 1, Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB),

(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

29

B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 1, h.16.

30

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h. 8.

31

Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 5(1), 2012, p. 46.


(35)

menciptakan semua itu.32 Namun, buku pendidikan harus sesuai dengan keperluan siswa sehingga memberi kemudahan untuk digunakan oleh pembelajar, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.

Berdasarkan dari beberapa pengertian buku

pelengkap/pengayaan/suplemen yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa buku suplemen adalah buku yang materinya tidak terpaku dengan kurikulum, berisi informasi yang dapat melengkapi buku paket, yang dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

4. Perbedaan Buku Teks Pelajaran dan Buku Suplemen

Berdasarkan karakteristiknya terdapat perbedaan antara buku teks pelajaran dengan buku suplemen. Perbedaan tersebut terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Buku Teks dan Buku Suplemen33

No Karakteristik Buku Teks Buku Suplemen

1. Target Terdiri dari materi yang

ditulis dan harus dipahami siswa dalam satuan

pendidikan

Menambah pengetahuan siswa dan guru dalam satuan pendidikan

2 Kegunaan dalam

satuan pendidikan

Sumber utama Bukan sumber utama, hanya

pelengkap

3 Kedudukan dalam

satuan pendidikan

Wajib Bukan sebagai sumber

utama, melainkan pendukung 4 Kegunaan sebagai

alat pendukung

Tinggi Tidak tinggi

5 Keterangan penulisan

Berkaitan dengan kurikulum Tidak terkait kurikulum (matapelajaran sains, kebutuhan hidup, perencanaan atau

32

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Penilaian Buku Nonteks Pelajaran, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukan, Balitbang Kemendikbud, 2012), Diakses 13 Maret 2014, http://puskurbuk.net/web13/penilian-buku-nonteks-pelajaran.html.

33

Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 5(1), 2012, p. 46.


(36)

pertumbuhan zaman, pengalaman hidup)

6 Bantuan guru Wajib Tidak wajib

7 Anatomi buku Selalu berisi materi pelajaran, diskusi, latihan, dan evaluasi secara lengkap

---

8 Pengguna Mayoritas siswa Tidak didominasi siswa

9 Tempat

penggunaan

Kebanyakan di kelas/sekolah

Tidak didominasi di

kelas/sekolah (rumah, ruang tunggu, tempat umum, dll)

(Sumber: Depdiknas RI, 2011)

Berdasarkan Tabel 2.1, menunjukkan bahwa buku suplemen termasuk ke dalam buku non-teks yang memberikan banyak manfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika siswa kurang dalam minat membaca buku suplemen, sebaiknya seorang guru mengintegrasikan penggunaan buku suplemen ke dalam proses pembelajaran.34 Berdasarkan perbedaannya dengan buku teks pelajaran, buku suplemen memiliki keunggulan diantaranya menambah pengetahuan siswa karena isi materi tidak hanya berisi konsep dan melengkapi buku pokok.

5. Langkah-Langkah Membuat Buku Suplemen

“Seorang guru menyiapkan sebuah buku yang akan digunakan

sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD

yang tertuang dalam kurikulum”.35

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis sebuah buku, yaitu:36 a. Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya.

b. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.

c. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.

34

Ibid.

35

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008),h. 19.

36


(37)

d. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

e. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3-7 kalimat.

f. Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.

g. Memperbaiki tulisan.

h. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

Untuk pembuatan buku suplemen menggunakan dua teori yaitu dari teori Andi Prastowo dan Diknas, dikarenakan dalam pembuatan buku suplemen tidak ada spesifikasi langkah-langkah pembuatan seperti dalam pembuatan modul dan LKS. Kemudian kedua teori tersebut dirangkum menjadi beberapa poin untuk langkah-langkah membuat buku suplemen, yaitu sebagai berikut:

a. Menganalisis kebutuhan bahan ajar b. Memilih materi

c. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar d. Menganalisis indikator buku suplemen

e. Menentukan desain buku suplemen f. Mengumpulkan materi

g. Menyusun buku suplemen

Buku suplemen merupakan bahan ajar berbasis cetak, karena itu dalam penyusunannya harus memperhatikan bahan ajar atau materi pembelajaran cetak. Adapun yang harus diperhatikan antara lain:37

37

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet 15, h. 87-90.


(38)

a. Konsistensi

Dalam penyusunannya harus menggunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Jarak spasi antar judul dan baris pertama serta garis samping harus sama, begitu pula dengan jarak spasi antara judul dan teks utama. Perbedaan spasi akan membuat hasil cetakan menjadi tidak rapih

b. Format

Terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan, pertama, jika lebih banyak menggunakan paragraph panjang, akan lebih sesuai dibuat satu kolom. Kedua, isi yang berbeda harus dipisahkan dan dilabel secara visual. Ketiga, strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan diberi label secara visual.

c. Organisasi

Upayakan untuk menginformasikan kepada siswa, sejauh mana teks yang sedang dibacanya. Siswa harus mampu melihat secara sepintas berada di bab mana atau bagian apa yang sedang dibacanya. Teks harus disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. Selain itu, dapat pula digunakan kotak untuk memisahkan bagian-bagian teks.

d. Daya tarik

Perkenalan setiap bab atau bagian baru harus dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk terus membaca.

e. Ukuran huruf

Ukuran huruf harus dipilih sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf yang baik untuk buku teks biasanya adalah 12 poin. Selain itu harus dihindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks. Hal ini akan membuat proses membaca menjadi sulit.


(39)

f. Ruang (spasi) kosong

Gunakan ruang kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk membuat siswa beristirahat pada titik tertentu pada saat matanya bergerak menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk ruang kosong sekitar judul, batas tepi (margin), spasi antar kolom, permulaan paragraf diidentasi, serta penyesuaian spasi antar baris atau antar paragraf. Spasi antar baris atau antar paragraf dapat membantu meningkatkan tingkat keterbacaan.

Untuk membuat teks lebih interaktif, informasi harus disajikan dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai. Semakin kompleks informasi, maka semakin sedikit jumlah butir yang ditampilkan dalam sekali penyajian.

Pertimbangan hasil pengamatan dan hasil analisis kebutuhan siswa, harus disiapkan latihan yang sesuai untuk kebutuhan tersebut, Berikan kesempatan siswa untuk latihan tambahan, menyiapkan contoh-contoh atau menyarankan bacaan tambahan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai kemampuan dan kecepatan mereka. Menggunakan beragam jenis latihan dan evaluasi.38

Selain itu, dalam pembuatan bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:39

a. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.

b. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.

38

Ibid 39

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008),h. 18.


(40)

c. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.

d. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.

e. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.

f. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

6. Variabel Pemeriksaan dan Penyempurnaan Buku Suplemen

Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi kepada validator ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas. Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan. 40

Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: a. Kesesuaian dengan SK, KD

b. Kesesuaian dengan perkembangan anak c. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar d. Kebenaran substansi materi pembelajaran e. Manfaat untuk penambahan wawasan

f. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial Komponen kebahasaan antara lain mencakup: a. Keterbacaan

b. Kejelasan informasi

c. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar d. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

40


(41)

Komponen penyajian antara lain mencakup: a. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai b. Urutan sajian

c. Pemberian motivasi, daya tarik

d. Interaksi (pemberian stimulus dan respond) e. Kelengkapan informasi

Komponen Kegrafikan antara lain mencakup: a. Penggunaan font; jenis dan ukuran

b. Lay out atau tata letak c. Ilustrasi, gambar, foto d. Desain tampilan

C. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat (STM) 1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Istilah sains teknologi masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris “science technology society (STS)”, yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society, “The basic need in science education is to teach about Science, Technology, and Society, and the various ways in which they interact with one another.”41

Bahwasannya kebutuhan yang paling mendasar dalam pendidikan sains adalah untuk belajar tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat, dan beragam cara yang mana mereka saling berpengaruh satu sama lain. Jadi, pada pembelajaran sains diutamakan untuk belajar ilmu pengetahuan yang sangat erat kaitannya dengan teknologi, kemudian dari keterkaitan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan dalam lingkungan masyarakat, karena ketiga hal tersebut saling berpengaruh satu sama lain.

41

John Ziman, FRS, Teaching and Learning about Science and Society, (Australia: Cambridge University Press, 1980), h. 54.


(42)

“Sains teknologi mayarakat merupakan suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata”.42 “Sains teknologi masyarakat sebagai belajar mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia”.43 Sains teknologi masyarakat berarti melibatkan peserta didik dalam pengalaman, pertanyaan, dan isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan mereka.44

Menurut pendangan ahli lain, sains teknologi masyarakat adalah belajar-mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan manusia sehari-hari dengan bertitik tolak dari isu-isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.45 Sains teknologi masyarakat adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dalam konteks masyarakat.46 Pendekatan ini pada dasarnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan motivasinya dalam membangun pengetahuan yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya.47

Dalam bidang sains, sains teknologi masyarakat merupakan suatu pendekatan terpadu anatara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat.48 Sains teknologi masyarakat adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/masalah yang akan diekplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan

42

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 125

43

National Science Teacher Association, Science/Technology/Society: A New Effort for Providing Appropriate Science for All, Juli, 1990.

44

Robert E. Yager, Science Technology Society: as Reform; International Council Of Assoclations for Science Education, (USA: The University of Lowa, 1992), h. 8.

45

La Maronta Galib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 034, 2002, h. 54.

46

Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2, h. 99.

47

Yunita, Model-model Pembelajaran Kimia, (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2012), h. 7

48

Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penlaian Berbasis Portofolio,


(43)

dalam evaluasi.49 Tujuan utama pembelajaran STM ini menghasilkan lulusan yang menguasai sains dan teknologi serta memahami kaitannya dengan kepentingan masyarakat, serta dapat mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan dapat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.50

Dari beberapa pengertian STM yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa sains teknologi masyarakat merupakan suatu pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks masyarakat, sehingga siswa dapat belajar terlebih dahulu dari pengalamannya.

.

2. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat

Sains teknologi masyarakat memiliki karakteristik sebagai berikut:51

a. Identifikasi masalah (oleh siswa) di dalam masyarakat yang mempunyai dampak negatif

b. Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan

c. Menggunakan sumber daya yang terdapat di dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari

d. Meningkatkan pengajaran IPA melampaui jam pelajaran dalam kelas, ruang kelas, dan gedung sekolah

e. Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi

49

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 125.

50

Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2,h. 100.

51


(44)

f. Memperluas wawasan siswa mengenai ilmu pengetahuan lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian/tes semata

g. Mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari

h. Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di suatu institusi dan dalam masyarakat

i. Memfokuskan pada karir erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi

j. Meningkatkan kesadaran siswa akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iptek

k. Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa

l. Ilmu pengetahuan yang mengacu kepada masa depan.

Salah satu ciri utama STM mempelajari isi kurikulum dengan bertitik tolak dari isu-isu/masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa atau masyarakat yang mengandung komponen sains dan teknologi.52 Sehingga siswa dapat mengembangkan sikap, dapat memecahkan masalah yang berada dalam kehidupan sehari-hari, kreatif, dan mempunyai nilai sosial tinggi.

Sains teknologi masyarakat dilandasi oleh tiga hal penting, yaitu:53

a. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat

b. Dalam proses belajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan

52

La Maronta Galib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 034, 2002, h. 42.

53


(45)

c. Dalam pengajarannya terkandung enam ranah, yang terdiri atas ranah konsep, ranah sikap, ranah proses, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan teknologi.

Sains teknologi masyarakat memiliki keterkaitan timbal balik, saling mengisi, saling tergantung, saling mempengaruhi dan mendukung dalam mempetemukan antara permintaan dan kebutuhan manusia serta memberikan pelayanan dan membuat kehidupan masyarakat lebih baik dan lebih mudah.

3. Ranah Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Menurut Yager, ada enam ranah utama untuk pengajaran dan penilaian. Keenam ranah tersebut selanjutnya dinyatakan dalam gambar 2.1 dan penjelasan sebagai berikut:54

Masyarakat Pandangan Dunia

Pandangan Dunia Siswa

Gambar 2.1 Enam Ranah dalam Sains Teknologi Masyarakat a. Konsep, meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum

(prinsip-prinsip), serta teori dan hipotesis yang digunakan oleh para saintis. Dapat juga disebut ranah pengetahuan ilmiah/sains.

54

Robert E. Yager, Science Technology Society: as Reform; International Council Of Assoclations for Science Education, (USA: The University of Lowa, 1992), h. 5.


(46)

b. Proses, meliputi mengobservasi dan menggambarkan, mengklasifikasikan dan mengorganisasikan, mengukur dan membuat grafik, mengkomunikasikan dan saling perngertian berkomunikasi dengan yang lain, memprediksi dan memahami, berhipotesis dan pengujian hipotesis, identifikasi dan mengontrol variabel, menginterpretasikan data/informasi, pembuatan instrumen dan alat-alat sederhana.

c. Kreativitas, meliputi mengajukan pertanyaan, menyelesaikan masalah, merancang alat dan mesin, menghasilkan ide-ide yang luar biasa.

d. Sikap, pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran sains di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan, daya tanggap, rasa kasih sayang sesama manusia, ekspresi perasaan pribadi, membuat keputusan-keputusan tentang isu-isu lingkungan dan sosial.

e. Hubungan dan aplikasi, menunjukkan contoh konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan konsep-konsep sains dan keterampilan pada masalah-masalah teknologi sehari-hari, memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi pada alat-alat teknologi yang ada dalam rumah tangga.

Ditinjau dari setiap ranah, maka pembelajaran sains dengan menggunakan STM diharapkan akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:55

a. Ranah Pengetahuan

1) Siswa melihat pengetahuan sebagai hal yang berguna bagi dirinya sendiri

2) Siswa yang belajar melalui pengalaman yang diendapkan dalam waktu yang cukup lama dan sering dapat menghubungkannya kepada situasi baru

55


(47)

b. Ranah Sikap

1) Minat siswa meningkat dalam pembelajaran

2) Siswa menjadi lebih ingin mengetahui tentang segala yang ada di dunia

3) Siswa memandang guru sebagai fasilitator

4) Siswa memandang sains sebagai suatu cara untuk menangani masalah

c. Ranah Proses

1) Siswa melihat proses sains sebagai keterampilan yang dapat mereka gunakan

2) Siswa melihat proses keterampilan yang mereka butuhkan untuk menyempurnakan dan mengembangkannya menjadi lebih mantap untuk kepentingan mereka sendiri

3) Siswa siap melihat hubungan proses sains kepada aksi mereka sendiri

4) Siswa melihat proses sains sebagai bagian yang vital dari apa yang mereka lakukan dalam pelajaran sains

d. Ranah Kreativitas

1) Siswa lebih banyak bertanya

2) Siswa sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan unik yang memacu minat mereka dan guru

3) Siswa terampil dalam mengajukan sebab dan akibat dari hasil pengamatannya

4) Siswa penuh dengan ide-ide murni e. Ranah Hubungan dan Aplikasi

1) Siswa dapat menghubungkan studi sains mereka dengan kehidupan sehari-hari

2) Siswa terlibat dalam pemecahan isu-isu sosial 3) Siswa mencari informasi dan menggunakannya


(48)

4) Siswa turut terlibat dalam perkembangan teknologi serta menggunakannya untuk kepentingan dan relevansi dari konsep-konsep sains.

4. Keunggulan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Pembelajaran sains yang dilakukan saat ini dengan pendekatan sains teknologi masyarakat menunjukkan beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan Program STM dengan Program Tradisional56

Program STM Progran Tradisional

a. Berpusat pada siswa

b. Menggunakan sumber belajar yang bervariasi

c. Mengenal perbedaan siswa. Siswa bekerja mandiri dan kelompok. d. Siswa bekerja sama memecah

masalah dan isu

e. Siswa aktif memberikan kontribusi pada pengajaran f. Guru membangun pengalaman

dengan asumsi bahwa siswa belajar lebih baik dari

pengalaman mereka sebelumnya g. Guru merencanakan pengajaran

berdasarkan isu yang sedang berkembang

a. Berpusat pada guru b. Diarahkanpada buku teks c. Pengajaran kelompok,

disesuaikan dengan kemampuan rata-rata siswa

d. Kerja kelompok khususnya di laboratorium

e. Siswa terlibat sebagai penerima f. Guru tidak membangun

pengalaman siswa, dengan asumsi bahwa siswa belajar lebih

efesiensi dengan cara penyajian yang diorganisasikan untuk memahami informasi

g. Guru merencanakan pengajaran dari pedoman kurikulum dan buku teks

56

Sri Irawati, Pengembangan Pengajaran IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat di Sekolah Dasar: (Laporan Penelitian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, Januari, 1999), h. 15.


(49)

Berdasarkan Tabel 2.2, letak keunggulan program STM dalam pembelajaran sains adalah proses pembelajarannya mengaktifkan dan mengikutsertakan siswa terhadap isu-isu/masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, serta melatih siswa untuk berpikir kreatif.57

5. Tahapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Pada tahun 1985 sains teknologi masyarakat cukup dijadikan sebagai pendekatan dalam pembelajaran sains yang mengacu pada Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan dipilih melalui pokok bahasan yang sesuai saja.

Setelah melalui penelitian-penelitian, dapat dianalisis bahwa dalam proses pembelajaran terlihat adanya tahap yang tidak boleh diabaikan yaitu adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegah terjadinya miskonsepsi. Yager mengajukan empat tahap strategi dalam pembelajaran dengan memperhatikan konstruktivisme yaitu: invitasi, eksplorasi, mengajukan pertanyaan dan solusi, dan penentuan langkah.58 Dengan mengembangkan tahap pembelajaran yang diajukan Yager, Anna Poedjiaji membuat tahap dalam model pembelajaran STM sebagai berikut:59

57

Zulfiani, loc.cit.

58

Robert E. Yager, The Constructivist Learning Model; A Must for STS Classroom,

International Council Of Assoclations for Science Education, (USA: The University of Lowa, 1992), h. 15.

59

Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2, h. 126.


(50)

Gambar 2.2 Tahapan Model Sains Teknologi Masyarakat

a. Tahap Inisiasi

Tahap ini merupakan tahap pendahuluan, yaitu guru menggali pengetahuan siswa mengenai masalah-masalah atau masalah yang ada di masyarakat. Caranya, guru memberikan atau mengajukan pertanyaan yang memicu terjadinya diskusi diantara siswa.

b. Tahap Pembentukan Konsep

Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode pembelajaran. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang benar. Selain itu, siswa

Pendahuluan: Inisiasi/Invitasi/Persepsi/ Eksplorasi terhadap siswa

Pembentukan/ Pengembangan Konsep

Aplikasi Konsep Dalam Kehidupan: Penyelesaian Masalah atau Analisis Isu

Pemantapan Konsep

Penilaian

Isu atau Masalah

Pemantapan Konsep


(51)

diharapkan membangun atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lian. Dalam tahap ini, guru memberi pemantapan tentang sebuah konsep agar tidak terjadi miskonsepsi pada diri siswa.

c. Tahap Aplikasi Konsep

Pada tahap ini, konsep yang telah dipahami siswa selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis isu-isu atau masalah yang telah dilontarkan pada awal pembelajaran. Tahap ini dapat dikatakan sebagai aplikasi konsep untuk menganalisis fenomena atau menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini merupakan tahap dorongan kepada siswa agar mampu mengaplikasikan konsep yang telah mereka pahami ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

d. Tahap Pemantapan Konsep

Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah atau analisis isu, guru perlu meluruskan kalau terjadi miskonsepsi selama kegiatan berlangsung. Kegiatan inilah yang dilakukan pada tahap pemantapan konsep. Apabila selama kegiatan belajar sebelumnya tidak tampak adanya miskonsepsi pada siswa, guru harus tetap melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena ditakutkan masih terjadi miskonsepsi pada siswa yang tidak terdeteksi oleh guru.

Konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibanding jika tidak dimantapkan atau ditekankan di akhir pembelajaran.

e. Tahap Penilaian

Penilaian dapat diberikan berupa tes tertulis atau pertanyaan secara lisan. Tahap ini mengakhiri rangkaian kegiatan pembelajaran menggunakan model STM untuk mengungkap


(52)

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa, termasuk kepedulian dan tindakan siswa.

D. Koloid

1. Pengertian Koloid

Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi”.60 Ciri-ciri koloid yaitu dua fase, keruh, antara homogen dengan heterogen, diameter partikel 1nm<d<100nm, tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, melainkan dengan penyaring ultra, sukar terpisah (relatif stabil).61

2. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi).62 Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya. Berikut ini jenis-jenis koloid berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersi pada table 2.3.

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid

Fase Terdispersi

Medium Terdispersi

Jenis (nama)

Koloid Contoh

Padat Cair Gas Padat sol padat emulsi padat busa padat

mutiara, kaca warna keju, mentega batu apung, kerupuk Padat Cair Gas Cair sol, gel emulsi busa

pati dalam air, cat, jelly susu, mayones

krim Padat

Cair Gas

aerosol padat aerosol cair debu, asap awan, kabut 60

Michael Purba, Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 158.

61

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA Kelas XI, (Surakarta: Phibeta, 2007), h. 225.

62

Budi Utami, dkk, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 222.


(53)

3. Sifat-Sifat Koloid

“Suatu larutan digolongkan ke dalam sistem koloid jika

memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan larutan sejati. Beberapa sifat fisika yang membedakan sistem koloid dari larutan sejati, diantaranya:”63

a. Efek Tyndall

Efek Tyndall merupakan suatu peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid.64 Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu, berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

b. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak zig-zag/gerak acak pada partikel koloid. Gerak Brown ini terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel-partikel terdispersi.65 Contoh gerak Brown terdapat pada susu ketika diamati dengan mikroskop ultra. c. Muatan Koloid

1) Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan koloid.66 Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi, yaitu perubahan suhu, pengadukan, penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas), dan pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

63

Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi, Mudah dan Aktif Belajar Kimia; Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah AliyahProgram Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 209.

64

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA Kelas XI, (Surakarta: Phibeta, 2007), h. 228.

65

Ibid.

66


(54)

2) Adsorpsi Koloid

Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid.67 Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang farmasi, yaitu pada pembuatan obat norit.

3) Elektroforesis

Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.68 Contohnya pada cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

d. Dialisis

“Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel-partikel koloid”.69 Salah satu pemanfaatan dialisis dalam industri kesehatan adalah alat pencucian darah untuk pasien gagal ginjal.

4. Pembuatan Koloid

Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Metode kondensasi

Metode kondensasi merupakan metode bergabungnya partikel kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

b. Metode Dispersi

Metode dispersi merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel-partikel-partikel berukuran koloid. Koloid erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak keuntungan yang dihasilkan di berbagai bidang industri,

67

Ibid, h. 229.

68

Michael Purba, Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 167.

69

Yayan Sunarya dan Agus Setiabudi, Mudah dan Aktif Belajar Kimia; Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah AliyahProgram Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 211


(1)

(2)

(3)

(4)

KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl.lt. H- banda No95Ciputat 15412l totEsia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terlit ;

1 Maret 2010 No.

Revisi: .

o1

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN

IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.0 1/F.1 1KM.01.3/.../2013

Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan Izin Penelitian

Kepada Yth.

Kepala SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan di

Tempat

Assalamu' alaikum

wr.wb-Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

I akaria, 24 Desember 20 I 3

Alita Eka Pratiwi 109016200009

Pendidikan IPA Prodi Kimia

IX (sembilan)

Pengembangan Buku Suplernen Kimia Berorientasi Sains

Teknologi Masyarakat (STI\II) Pada Materi Koloid

adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang

sedang menyusun

skipsi, dan

akan

mengadakan penelitiarr

(riset)

di instansi/sekolahL/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara dapat mengizintan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu' alaihtm wr.wb.

Nama NIM Jurusan Semester Judul Skripsi Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

7*q$N

iK"D€Rltr,-r-*o tl0;q.

It--/;

-f *r

* i.<

cl4 d:.\

" lEAIqr


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

ANITA EKA PRATIWI. Anak tunggal

dari pasangan Bapak Firman Sasetyo dan Ibu Lina Herlina. Lahir di Karawang, 24 Juni 1991. Tempat tinggal berada di Kp. Bakan Ngantay RT 001 RW 005 No. 22, Desa Mekarsari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang 41374.

Riwayat Pendidikan: Penulis memulai pendidikan formal di TK-TP Al-Fikri

tahun 1995-1997. Kemudian dilanjutkan ke SD Negeri Mekarsari tahun 1997-2003

dan Madrasah Diniyah Awwaliyah Miftahussa’adah pada tahun 1998-2003.

Pendidikan menengah pertama ditempuh penulis di SMP Negeri 1 Jatisari pada tahun 2003-2006, dilanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Karawang tahun 2006-2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia.

Alamat email: anita.sasetyo@yahoo.com, facebook: Anita Eka Pratiwi Sasetyo, twitter: @anitasasetyo, no. hp 085694701964/081283391424.