Deskripsi Lokasi Penelitian .1. Masyarakat Kota Medan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Masyarakat Kota Medan Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar metro, serta sebagai salah satu dari 3 tiga kota metropolitan terbesar di Indonesia. Sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai-nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan. Ciri penting lainnya dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan agama, adat istiadat, seni budaya dan suku yang sangat heterogen. Oleh karenanya, salah satu ciri utama masyarakat Kota Medan adalah terbuka. Pluralisme kependudukan ini juga yang menjadikan sebahagian mereka yang berkunjung ke Kota Medan mendapat Universitas Sumatera Utara kesan Miniatur Indonesia di Kota Medan, ditambah dengan “Melting Potnya Kebudayaan Bangsa”. Kota Medan merupakan kota yang dihuni oleh bermacam etnis yaitu suku melayu, suku batak batak toba, karo, simalungun, pakpak, mandailing, suku nias, suku tionghoa. Pada awalnya semua suku-suku tetrsebeut merupakan pendatang yang bermigrasi ke medan. Kecendrungan manusia sebagai seorang indivu dan mahkluk sosial harus memenuhi kebutuan akan berinteraksi dan besosialisasi. Sehingga para pendatang tersebut akan mencari berkumpul dengan orang-orang yang sama dengan mereka. Persamaan itu bisa agama, suku, asal daerah, wilayah tempat tinggal, pekerjaan. Sehingga muncullah kelompok-kelompok masyarakat, seperti kelompok perempuan, kepemudaan, keagamaan majelis taklim, PKK, LKMD. Kota medan seiring waktu berkembang menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Dengan masyarakatnya yang semakin kompleks dan sarat akan kehidupm yang metropolis. Kehidupan kota yang erat dengan sifat-sifat individualis, mobilitas dan tuntutan hidupan yang tinggi sehingga intensitas untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar semakin hari semakin sedikit. Namun masih dijumpai banyak organisasi kemasyarakatan yang berjalan dengan baik dan mampu menjalankan perannya serta memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat umum dan anggota organisasi itu sendiri pada khususnya. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Komposisi Suku Bangsa di Kota Medan No Suku – Bangsa Jumlah orang Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Jawa Batak Toba, Batak Tapanuli Cina Mandailing dan Angkola Minang Melayu Karo Lainnya Aceh Simalungun Nias Pakpak Dairi 628.898 365.758 202.839 178.308 163.774 125.557 78.129 75.253 53.011 13.159 13.078 6.509 33,03 19,21 10,65 9,36 8,60 6,58 4,10 3,95 2,78 0,69 0,68 0,34 Total 1.904.273 100,00 Sumber: BPS Sumatera Utara Tahun 2000 Dari tabel dapat dilihat bahwa komposisi penduduk kota medan didominasi oleh suku jawa. Suku batak merupakan penduduk terbanyak kedua yang menghuni kota medan. Walaupun suku batak merupakan suku pendatang namun tak jarang orang mengaitkan kota medan dengan suku bataknya serta budaya batak itu sendiri. Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Namun kebutuhan manusia untuk terus berinteraksi dengan yang lain yang merupakan syarat utama aktivitas-aktivitas sosial. Sehingga setiap manusia akan mencari kelompok sosial lainnya. Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat . Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Disamping sebagai individu-pribadi, manusia adalah mahluk sosial, sehingga merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk memerlukan orang lain. Universitas Sumatera Utara Hubungan seseorang individu dengan manusia lain membentuk jaringan yang berlapis dan tumpang tindih. Seseorang merupakan bagian dari keluarga inti nuclear familiy . Anggota keluarga besar extendet familiy, kelompok marga, klub olahraga, asosiasi profesi, warga kampung, kelompok hobi, pelanggan listrik, anggota partai politik, pemirsa televisi, anak medan, warga Sumatera Utara, bangsa Indonesia, bagian dari Negara berkembang. Paguyuban adalah bentuk kahidupan di mana anggota-nggotanya diikat hubungan batin murni dan bersifat alamih serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut aadalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya. Menurut Tonnies, di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu diantaranya adalah : paguyuban karena tempat gemeinschaft of place, yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong, contoh : Rukun tetangga, Rukun warga, Arisan Soekanto, 2002, 132. Menurut Pelly 1994, ikatan kekerabatan yang muncul di kota Medan merupakan salah satu strategi adaptasi etnik agar dapat bertahan survive, khususnya bagi pendatang baru. Ini menunjukkan bahwa studi yang menyatakan bahwa hubungan antar kerabat akan melemah pada masyarakat perkotaan tidak sepenuhnya berlaku, khususnya di Kota Medan Kgiatan berorganisasi adalah sebagai refleksi hubungan aktif antara warga yang justru merupakan modal sosial masyarakat di perkotaan. Bagaimana kehidupan berorganisasi antara warga mampu menyelesaikan masalah bersama. Bagaimana Universitas Sumatera Utara kepentingan kelompk agama, etnis, usia, gender, dan sebagainya dalam masyarakat disalurkan melalui kegiatan bersama dalam organisasi guna menghadapi masalah bersama. Dalam kehidupan berorgansiasi, tercermin kerjasama antar anggota yang saling menguntungkan dan modal sosial akan memperkuat modal-modal lain yang ada di masyarakat. Jelas bahwa individu hanya akan memiliki modal manusia, bukan modal sosial, apabila individu tidak menjalin hubungan individu lainnya di dalam masyarakat. Hubungan sosial adalah cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprokal. Suku batak yang memiliki sisitem kekerabatan yang kuat dan memegang teguh akan adat istiadatnya yang dipersatukan oleh marga. Nilai kekerabatan atau keakraban berada di tempat paling utama dari tujuh nilai inti budaya utama masyarakat batak. Nilai inti kekerabatan masyarakat batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu. Hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah ataupun pertalian perkawinan. Orang batak yang semarga merasa bersaudara kandung sekalipun mereka tidak seibu-sebapak. Mereka saling menjaga, saling melindungi, dan saling tolong-menolong. Sekalipun di rantau suku Batak selalu peduli dengan identitas sukunya, seperti berusaha mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung dengan tujuan untuk menghidupkan ide-ide adat budayanya. Mereka mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun silaturahmi. Dari sini lah dijumpai perkumpulan- perkumpulan marga serta Serikat Tolong Menolong STM atas dasar kesamaan suku yaitu suku batak dan Kesamaan agama yaitu agama kristen. Universitas Sumatera Utara

4.2 Gambaran Umum Kelurahan Tanjung Sari