TA : Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Keluarga Berjudul "Secuil Daging Untuk Keluargaku".

(1)

“SECUIL DAGING UNTUK KELUARGAKU”

TUGAS AKHIR

Nama : Dimas Pradipta NIM : 08.51016.0087

Program Studi : DIV Komputer Multimedia SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER SURABAYA

2013

STIKOM


(2)

xi

Dimas Pradipta (2008)

Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM

Kata Kunci: Film Pendek, Realita Sosial, Kemiskinan.

Potret kemiskinan sering kali diabadikan dalam sebuah frame, baik fotografi maupun ke dalam sebuah film. Namun gambar film lebih memiliki soul untuk menyampaikan ke masyarakat tentang sebuah kehidupan kemiskinan tanpa terpotong-potong. Film ini menggunakan jenis film pendek yang nantinya akan di kemas sederhana dengan di beri pesan-pesan moral di dalamnya. Mengangkat realita sosial kehidupan masyarakat miskin diharapkan film ini mampu memberikan cerita yang menarik untuk di tonton. Dengan menggunakan metode penelitian secara kualitatif di mana penelitian kualitatif merujuk pada penalaran baik secara tekstual maupun secara visual, instrument yang digunakan berupa instrument dokumentasi langsung ke lapangan agar mempermudah pengamatan. Berdasarkan ide awal tersebut, akan berkembang menjadi sebuah cerita yang menjadi klimaks dengan alur-alur yang diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Film pendek ini berdurasi sekitar kurang lebih 20 menit dan memakai alur cerita hanya berkisah dalam satu hari. Film pendek ini berkisah tentang sepasang suami istri yang hidup dalam kemiskinan, sang suami akan selalu berusaha untuk membahagiakan istrinya walaupun dengan segala keterbatasan.

STIKOM


(3)

xii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kelas Sosial ... 6

2.2 Realitas Sosial ... 7

2.3 Pengertian Kemiskinan ... 9

2.4 Sejarah Film ... 11

2.5 Pengertian Film ... 12

2.6 Film Pendek (Short Movie) ... 14

2.7 Mekanisme Produksi Karya Film ... 14

2.8 Proses Pembuatan Film ... 15

STIKOM


(4)

xiii

3.3.1 Pengamatan/Observasi ... 23

3.3.2 Wawancara ... 24

3.3.3 Dokumentasi ... 25

3.3.4 Studi Literatur ... 28

3.3.5 Studi Eksisting ... 29

3.4 Perancangan Karya ... 35

3.5 Pencarian Keyword ... 37

3.6 Pra Produksi ... 38

3.6.1 Ide dan Konsep Cerita ... 38

3.6.2 Sinopsis ... 39

3.7 Produksi ... 40

3.8 Publikasi ... 41

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Pra-produksi ... 44

4.2 Produksi ... 48

4.3 Pasca produksi ... 50

1. Proses pemilihan video ... 50

2. Proses Penataan Stock Shoot ... 51

3. Proses Colour Grading effect ... 52

4. Sound Editing ... 53

5. Rendering ... 55

6. Mastering ... 55

7. Publikasi ... 56

STIKOM


(5)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 60

BIODATA PENULIS ... 61

LAMPIRAN ... 62

STIKOM


(6)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan (http://pkesinteraktif.com/edukasi/opini/2396-mengatasi-kemiskinan.html).

Kemiskinan menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi: suatu Pengantar, Rajawali Press (Soekanto, 1982: 10) kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Jadi bisa disimpulkan dari kutipan di atas bahwa kemiskinan bukan hal baru, kemiskinan adalah hal umum yang menyangkut masalah ekonomi, agama, sosial, politik, dan paham-paham lainnya. Kemiskinan

STIKOM


(7)

tidak memandang usia, mulai dari balita, remaja, orang dewasa dan orang tua. Kemiskinan terjadi dimana-mana, di kota, di desa, dan di negara seluruh dunia.

Dampak kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang berbeda memunculkan akibat yang berbeda juga. Di dalam artikel yang ditulis oleh Martin Jatinangor, Kemiskinan Ladang Pemurtadan, dalam rubrik Fakta (www.swaramuslim.com) Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memperdulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan mereka. Misalnya saja perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun.

Dunia film di Indonesia sekarang ini banyak sekali mengalami kemajuan dan perkembangan dengan banyaknya film-film di Indonesia. Hal tersebut didukung dengan berkembangnya teknologi yang sekarang ini dapat memudahkan manusia untuk mencurahkan hasil karya mereka dalam dunia hiburan sekarang ini. Perkembangan dunia hiburan perfilman sekarang ini merupakan salah satu dampak utama meningkatnya kebutuhan manusia akan dunia hiburan saat ini dengan melalui sebuah media elektronik.

STIKOM


(8)

Perkembangan film independent di Indonesia, disebut sebagai film pendek. Menurut Gotot Prakosa dalam bukunya Film Pinggiran (Gotot Prakosa, 1997) film pendek merupakan film yang berdurasi singkat, tetapi dengan singkatnya waktu tersebut para pembuat film semestinya bisa lebih selektif mengungkapkan materi-materi yang ditampilkan. Dengan demikian, setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Ketika pembuat film terjebak ingin mengungkapkan cerita saja, film pendek seperti ini akan menjadi film panjang yang dipendekkan karena hanya terikat oleh waktu yang singkat.

Dengan berlatar belakang kehidupan sosial dan para sineas muda Indonesia juga mampu membuat film independent. Pembuatan film dengan tema-tema sosial maupun budaya bisa menjadi tema dari film independent, hal ini yang mendorong penulis untuk membuat film dengan tema kehidupan sosial. Dengan mengangkat kehidupan keluarga kecil yang hidup serba keterbatasan, dan mampu memberi paradigma (pola pikir) kepada masyarakat terhadap kemiskinan tidak dari segi negatif saja. Berdasarkan ide awal tersebut, akan berkembang menjadi sebuah cerita yang menjadi klimaks dengan alur-alur yang diharapkan dapat menyampaian pesan-pesan yang terkandung di dalamnya seperti kebahagiaan, tanggung jawab, kejujuran, dan keikhlasan dalam lingkungan keluarga tak mampu sekalipun.

STIKOM


(9)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok permasalahan antara lain:

1. Bagaimana membuat film pendek bergenre drama keluarga dengan latar belakang kehidupan sosial masyarakat miskin?.

2. Bagaimana membuat suatu film berlatar belakang kemiskinan dengan penjiwaan pada pemeran untuk menyampaikan pesan rasa syukur?.

3. Bagaimana mengaplikasikan sebuah ide cerita ke dalam audio visual dengan teknik liveshot menggunakan kamera DSLR?.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas agar permasalahan tidak menyimpang, maka batasan masalah yang akan dikerjakan antara lain:

1. Membuat film pendek bergenre drama keluarga dengan latar belakang kehidupan sosial masyarakat kecil.

2. Membuat suatu film berlatar belakang kemiskinan dengan penjiwaan pada pemeran untuk menyampaikan pesan rasa syukur.

3. Mengaplikasikan sebuah ide cerita ke dalam audio visual dengan menggunakan kamera DSLR dengan teknik liveshot.

STIKOM


(10)

1.4 Tujuan

Tujuan pembuatan film pendek ini adalah sebagai berikut:

1. Memproduksi sebuah film pendek berjenis drama keluarga dengan latar belakang kehidupan sosial masyarakat kecil.

2. Mengangkat sebuah realita yang ada di kehidupan jaman saat ini. 3. Menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap film pendek di Indonesia.

1.5 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui proses pembuatan suatu film, terutama film pendek bergenre drama keluarga dengan latar belakang kehidupan sosial masyarakat miskin. 2. Sebagai proses pembelajaran dalam pembuatan film pendek menggunakan DSLR

dengan teknik liveshot selanjutnya.

STIKOM


(11)

6

Untuk mendukung pembuatan karya film pendek yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Keluarga Berjudul Secuil Daging Untuk Keluargaku” maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain kelas sosial, realitas sosial, kemiskinan, sejarah film, film pendek, mekanisme produksi karya film, dan proses pembuatan film.

2.1 Kelas Sosial

Kelas sosial didefinisikan menurut George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi (2011) sebagai suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.

Analisis Marx selalu mengemukakan bagaimana hubungan antara manusia terjadi dilihat dari hubungan antara posisi masing-masing terhadap sarana-sarana produksi, yaitu dilihat dari usaha yang berbeda dalam mendapatkan sumber-sumber daya yang langka. Ia mencatat bahwa perbedaan atas sarana tidak selalu menjadi penyebab pertikaian antar golongan. Tetapi dia membenarkan bahwa tiap golongan

STIKOM


(12)

masyarakat mempunyai cara khas yang dapat menimbulkan konflik antar golongan karena masyarakat secara sistematis menghasilkan perbedaan pendapat antara orang-orang atau golongan yang berbeda tempat atau posisinya di dalam suatu struktur sosial dan lebih penting lagi dalam hubungannya dengan sarana produksi. Marx memiliki anggapan yang begitu kuat bahwa posisi di dalam struktur sedemikian ini selalu mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang bertujuan untuk bisa memperbaiki nasib mereka, (http://sosiopedia.blogspot.com/2011/12/teori-kelas-sosial-karl-marx.html).

2.2 Realitas Sosial

Menurut Sandra Oliver (2007: 96) definisi realitas sosial adalah sebuah tempat dimana kultur berubah, nilai-nilai masyarakat dan kelompok disusun, disimpan, dan diekspresikan secara jelas. Apa yang diterima masyarakat sebagai realitas dari organisasi akan dibentuk dari kesan pribadi yang tidak jelas dan terbatas yang diperoleh dari kontak langsung dengan organisasi, dari citra dan kesan yang dipilih dari media untuk ditampilkan.

Pada era perkembangan zaman yang semakin maju maka kehadiran modernisme merupakan respon atas perkembangan zaman tersebut, sekaligus sebagai bentuk resistensi terhadap situasi keagamaan. Van Gennep dalam bukunya Adlin, Alfathri (2006: 143) menyebutkan beberapa ciri dalam proyek modernitas diantaranya adalah:

STIKOM


(13)

1. Proses sejarah dipandang sebagai suatu yang progresif, diukur atas dasar penalaran, artinya mereka yang tidak rasional adalah terbelakang.

2. Individu dan bukan masyarakat adalah sebagai penentu perubahan, agent of change.

3. Proses mengetahui adalah proses abstraksi. 4. Adanya pemisahan antara subjek-subjek.

Modernitas menyebabkan terjadinya pergolakan dengan tradisi sehingga memunculkan dua pandangan dunia yang berbeda. Dua pandangan dunia tersebut yaitu paradigma hirarkis dan paradigma non hirarkis. Paradigma hirarkis adalah cara pandang realitas sebagai suatu tingkatan yang berjenjang dalam degradasi menaik. Dalam paradigma hirarkis, semua tingkatan alam bermuara kepada satu diri manusia sehingga konsekuensinya adalah pengakuan atas adanya dimensi spiritual manusia beserta kecerdasannya. Sedangkan paradigma non hirarkis adalah pandangan atas realitas sebatas apa yang tercerna secara inderawi maupun terabstraksi secara rasio.

Realitas sosial merupakan suatu peristiwa yang memang benar-benar terjadi di tengah masyarakat, (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/realitas-sosial/). Sebagai contoh:

1. Pameran pekerjaan, begitu banyak pengangguran yang mencari pekerjaan. 2. Ribuan orang mencari lapangan pekerjaan.

3. Para tahanan, seperti curanmor, pembunuh, perampok, dll.

4. Anak-anak putus sekolah dan mencari uang dijalan dengan mengamen.

STIKOM


(14)

Paradigma definisi sosial memusatkan perhatian kepada realitas sosial pada tingkatan mikro-subyektif dan sebagai mikro-obyektif yang tergantung kepada proses-proses mental (tindakan). Paradigma perilaku sosial menjelaskan sebagian realitas sosial pada tingkatan mikro-obyektif yang tak tercakup kepada proses mental atau proses berfikir, yakni yang menyangkut tingkah laku yang semata-mata dihasilkan stimuli yang datang dari luar diri aktor, yang disini disebut sebagai behavior. Dari munculnya aktor tersebut maka muncul pula ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (1990: 58) masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur didalam kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Dalam web http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macammasalah-sosial-dalam-masyarakat. Dijelaskan bahwa masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, diantaranya:

1. Faktor Ekonomi: Kemiskinan, pengangguran. 2. Faktor Budaya: Perceraian, kenakalan remaja.

3. Faktor Biologis: Penyakit menular, keracunan makanan. 4. Faktor Psikologis: penyakit syaraf, aliran sesat.

2.3 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan menurut Gunawan Sumodiningrat dkk (dalam Winoto 1999:60) adalah sebuah konsep ilmiah yang lahir sebagai dampak ikutan dari pembangunan

STIKOM


(15)

dalam kehidupan. Kemiskinan di pandang sebagai masalah dalam pembangunan, yang keberadaannya di tandai dengan adanya pengangguran dan keterbelakangan. kemiskinan lahir sebagai dampak dari adanya pembangunan dalam kehidupan seperti di era globalisasi pada jaman sekarang.

Masalah kemisikinan muncul karena adanya kelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak, itu sebabnya yang menjadikan faktor terciptanya hal-hal negatif di perkotaan seperti halnya pemukiman kumuh dan liar, munculnya kriminalitas yang disebabkan minimnya lapangan pekerjaan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara, penulis menemukan di dalam sebuah web http://www.pkesinteraktif.com/edukasi/opini/2396-mengatasi-kemiskinan.html yaitu pemahaman utamanya mencakup diantaranya:

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. 2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan

STIKOM


(16)

ekonomi di seluruh dunia. Berikut adalah salah satu contoh dari gambaran kemiskinan:

Pemukiman kecil dan kumuh yang tersebar dibanyak lokasi kemiskinan. Mereka tidak mempunyai lahan atau tempat tinggal yg layak.

Gambar 2.1 lingkungan kumuh. (sumber www.google.com)

2.4 Sejarah Film

Film yang kita kenal sekarang ini merupakan perkembangan dari fotografi yang diciptakan oleh Joseph Nicephore Niepce dari Perancis (1826). Bila dikaitkan dengan gambar bergerak, maka terciptanya film bermula dari suatu pertanyaan unik, “Apakah keempat kaki kuda pada suatu saat berada pada posisi melayang secara bersamaan ketika berlari?” Untuk menjawab pertanyaan ini, Edward Muybridge (1878) dari Standford University, Inggris, membuat sederetan foto (frame) kuda yang sedang

STIKOM


(17)

berlari. Kemudian, ketika foto kuda berlari tersebut dilihat secara berurutan dalam kecepatan tertentu terjadilah gerakan kuda berlari. Berdasarkan ciptaannya ini, Edward Muybridge disebut sebagai pencipta gambar rekaman bergerak/film pertama (motion picture).

2.5 Pengertian Film

Film adalah gambar hidup atau movie atau sering disebut dengan sinema, yang merupakan bentuk dari sebuah seni, hiburan dan bisnis. Film merupakan hasil gambar rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, atau dengan menggunakan teknik animasi (Peacock, 2001: 5).

Menurut Peacock dalam bukunya The Art of Moviemaking: Script to Screen (2001: 1-3), film atau movie merupakan tampilan pada layar oleh kilatan atau flicker cahaya yang muncul sebanyak 24 kali (24 gambar) tiap detiknya dari lampu proyektor. Kejadian itu dapat dilihat oleh mata manusia hanya saja karena kemampuan mata manusia yang terbatas, maka potongan-potongan gambar tidak terlihat sedangkan yang muncul adalah pergerakan gambar yang halus. Fenomena ini disebut persistence of vision. Pergerakan gambar-gambar tersebut merupakan exaggeration dari ide-ide romantis kita yang liar, potret atau gambaran dari kenyataan hidup, atau hingga terjerumus pada gelapnya mimpi buruk.

Perkembangan teknologi yang pesat di dunia hiburan menjadikan film semakin banyak dikenal masyarakat. Itu yang mempengaruhi perkembangan film pada saat ini.

STIKOM


(18)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah suatu media audio visual yang mampu menghibur khalayak melalui berbagai macam gaya dalam menyampaikan cerita, pesan, ataupun gagasan. Cerita sebuah film merupakan hasil suatu proses ide-ide imajinatif yang diambil berdasarkan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar.

Film memiliki beberapa genre yang akan memberikan karakteristik dalam sebuah film. Segmentasi audien dalam sebuah film akan memperhatikan jenis genrenya. Penggunaan genre dalam sebuah film akan membuat daya tarik tersediri bagi setiap audien yang menontonya. Setiap film pendek memiliki teknik yang menjadi point di setiap film.

Gambar 2.2 Jenis-Jenis Genre Film. (sumber www.google.com)

STIKOM


(19)

2.6 Film Pendek (Short Movie)

Penulis memilih film pendek untuk mengaplikasikan ide dan konsepnya, pengertian film pendek merupakan film yang durasinya singkat yaitu dibawah 50 menit dan didukung oleh cerita yang pendek (Mabruri, 2010). Dengan durasi film yang pendek, para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Perkembangan di dunia industri perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan banyak pula karya-karya film yang dihasilkan oleh sineas-sineas muda yang dapat menghasilkan sebuah karya yang berupa moving picture secara independent.

2.7 Mekanisme Produksi Karya Film

Mekanisme produksi film adalah sebuah proses yang lazim diterapkan dalam proses pengerjaan film pada umumnya (Mabruri, 2010). Mekanisme tersebut meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persentase pembagian pengerjaan karya film adalah 70% di bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi sedangkan 10% tahap pasca produksi.

Pengerjaan sebuah film tidak lepas dari kerja sama 3 pihak yaitu penulis scenario, sutradara dan produser. Penulis skenario adalah orang yang menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan yng sesuai dengan kaidah penulisan naskah. Sutradara adalah orang yang mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah skenario menjadi rekaman audio visual. Sedangkan produser adalah orang yang

STIKOM


(20)

membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film (Tino, 2008) Pada umumnya tim kerja produksi film terdiri dari beberapa bagian yaitu manajer produksi, asisten sutradara, sinematografer, perekan suara, pengarah artistic, penyunting gambar.

Pada proses syuting berlangsung untuk mengambil adegan pemain yang akan dimainkan dalam film, penulis dalam melakukan liveshot tidak menggunakan kamera video pada umumnya, tetapi menggunakan kamera DSLR dalam pengambilan gambar.

Keuntungan dari pengambilan video shooting dengan menggunakan kamera DSLR adalah:

1. Fokus kamera DSLR dapat dirubah sesuai keinginan penulis. 2. Lensa kamera DSLR lebih variatif dan mudah di dapat.

3. ISO yang tinggi antara 100-6400, menjadikan kamera DSLR lebih sensitif terhadap penangkapan cahaya.

2.8 Proses Pembuatan Film

Ide adalah proses awal mula dari pembuatan sebuah film, pengertian ide adalah gagasan sebuah cerita yang nantinya akan dituangkan menjadi sebuah cerita dalam skenario. Menurut Elizabeth Lutters dalam bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 46-50), dijelaskan bahwa ide didapatkan dari kisah pribadi penulis, novel, cerpen, film lain yang diambil inti cerita dan diadaptasikan, dan juga produser itu sendiri. Setelah ide mulai terbentuk, pastikan plot yang digunakan bercabang atau

STIKOM


(21)

lurus dan juga setting yang digunakan seperti apa. Hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Lutters, menurut Askurifal Baksin dalam bukunya Membuat Film Indie Itu Gampang (2003: 62-65), ide dapat diperoleh dari pengalaman pribadi, percakapan sehari-hari, biografi seseorang, komik, novel, music, olahraga, dan sastra.

Setelah ide kemudian naskah, naskah adalah pengembangan ide menjadi sebuah synopsis. Menurut Elizabeth Lutters dalam bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 61), synopsis bukan hanya ringkasan cerita tetapi sebuah ikhtisar yang memuat semua data dan informasi dalam scenario. Penyusunan bagan cerita dan kerangka tokoh, tokoh diberi karakteristik yang detail dari sifat, postur badan, agama, latar belakang dan lain-lain. Karakter tokoh dibuat dengan detail. Naskah tersebut berupa skenario, storyboard, dll.

Menurut Elizabeth Lutters dalam bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 90), skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap digarap dengan bentuk visual. Skenario berisi informasi-informasi seperti scene, nama pemeran, deskripsi visual, tokoh yang berdialog, beat, dialog dan transisi.

Menurut Handry TM di buku Yok Bikin Film Gitu Loh! (2006: 59-60), skenario yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Simple, mudah dimengerti dan sederhana.

2. Tidak terlalu banyak deskripsi, misalnya selalu diisi keinginan penulis tentang adegan tertentu, dan terkesan menggurui.

STIKOM


(22)

3. Tersusun dengan standart umum yang disepakati. 4. Style kepenulisan personal harus dihindari.

5. Terbuka untuk dikembangkan, terutama pengadeganan dan penajaman konflik. 6. Tidak dikunci dengan adegan-adegan mati. Misalnya, harus ditempat-tempat

tertentu yang sulit dijangkau.

7. Menghindari dari istilah-istilah sulit, diluar kelaziman produksi film.

Menurut Heru Effendy dalam bukunya mari membuat film (2002: 150), storyboard adalah sejumlah sketsa yang menggambarkan aksi di dalam film, atau bagian khusus film yang disusun teratur pada papan buletin dan dilengkapi dengan dialog yang sesuai waktunya atau deskripsi adegan. Storyboard adalah satu rangkaian ilustrasi-ilustrasi atau gambaran-gambaran yang dipertunjukkan di dalam urutan untuk tujuan previsualizing satu grafik gerakan atau urutan media yang interaktif. Dalam pembuatan storyboard, sutradara dapat dibantu oleh seorang ilustrasi dan harus mengerti teknik-teknik pengambilan gambar. Menurut Rikrik El Saptaria dalam bukunya Acting Handbook (2006: 120), shot adalah satu bagian dari rangkaian gambar yang begitu panjang yang direkam dengan satu take saja.

Menurut Elizabeth Lutters di bukunya Kunci Sukses Menulis Skenario (2004: 86), treatment adalah pengembangan cerita dari sebuah synopsis yang didalamnya berisi plot secara detail, dan cukup padat. Menurut Heru Effendy di buku Mari Membuat Film (2002: 154), treatment adalah presentasi detail dari sebuah cerita sebuah film, namun belum berbentuk naskah. Treatment adalah satu potongan dari

STIKOM


(23)

prosa, kartu-kartu peristiwa, pemandangan dan draft pertama dari satu cerita untuk film.

Setelah skenario selesai setiap scenenya dikembangkan menjadi shooting script yang menurut Heru Effendy di buku Mari Membuat Film (2002: 150), adalah pekerjaan akhir sebuah naskah film, membuat detail gambar satu persatu dan memberi nomor urutan.

Di sebuah web http://itcentergarut.blogspot.com/2011/09/sudut-kamera-camera-angle.html pembuatan shooting script juga diperhatikan angle kamera atau penempatan kamera pada saat produksi. Angle kamera atau penempatan kamera terdapat bahasa-bahasa kamera itu sendiri, diantaranya:

1. Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)

Di dalam pembuatan film terdapat beberapa sudut pandang kamera yang digunakan dalam shoting, beberapa sudut pandang kamera, kontinuitas, komposisi dan editing. Sudut pandang kamera (Angle Camera) adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili sudut pandang penonton. Dengan demikian penempatan kamera ikut menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat oleh penonton atau oleh kamera pada suatu shot. Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita (Biran, 2006).

2. Shot Size

Dalam dunia pertelevisian dan perfilman terdapat beberapa ukuran shot yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar. Beberapa

STIKOM


(24)

shot sizes itu adalah:

a. Extreme Long Shot (ELS)

Sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu tempat.

b. Very Long Shot (VLS)

Panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Untuk menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak.

c. Long Shot (LS)

Total, dari ujung kepala hingga ujung kaki, gambaran manusia seutuhnya. Memperkenalkan tokoh utama atau seorang pembawa acara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan di mana dia berada.

d. Medium Long Shot (MLS)

Dengan menarik garis imajiner dari posisi LS lalu zoom-in hingga gambar menjadi lebih padat, maka kita akan memasuki wilayah Medium Long Shot (MLS).

e. Medium Shot (MS)

Memperlihatkan subjek orang dari tangan hingga ke atas kepala sehingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya.

f. Medium Close Up (MCU)

MS dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan background yang masih bisa dinikmati, MCU justru memperdalam gambar dengan dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang direkam. Latar

STIKOM


(25)

belakang itu nomer dua, yang penting adalah profil, bahasa tubuh, dan emosi obyek bisa terlihat lebih jelas.

g. Close Up (CU)

Obyek (seseorang) direkam gambarnya penuh dari leher hingga ke ujung batas kepala. Fokus kepada wajah.

h. Extreme Close Up (ECU/XCU)

Pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.

i. Big Close Up (BCU)

Pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu. Menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah, emosi, keharuan. Untuk penyutradaraan non drama.

Gambar 2.3 Camera Shots, Angles and Movement. (sumber www.google.com)

STIKOM


(26)

21

3.1 Metodologi Penelitian

Metodologi dalam penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif, di mana penelitian kualitatif merujuk pada penalaran baik secara tekstual maupun secara visual. Menurut Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa penelitian kualitatif lebih sulit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, karena data yang terkumpul bersifat subjektif dan instrument sebagai alat pengumpulan data. Maka, untuk menjadi instrument penelitian yang baik, peneliti secara kualitatif dituntut untuk mampu menguasai teori dan memiliki wawasan yang luas.

Dengan demikian, peneliti secara kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, sehingga peneliti akan mampu membuka pertanyaan kepada sumber data dan mampu memahami apa yang terjadi di lapangan, serta mampu melakukan analisis secara induktif terhadap data yang diperoleh. Selain itu peneliti secara kualitatif dituntu untuk menemukan teori baru berdasarkan data yang diperoleh di lapangan/situasi sosial.

Instrument yang digunakan oleh penulis ialah instrument secara dokumentasi lapangan, dimana penulis mengambil gambar secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang sepenuhnya akurat. Melalui observasi, dapat diperoleh pandangan secara langsung mengenai apa yang sebeneranya terjadi dilapangan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data terkait realitas sosial keluarga miskin yang

STIKOM


(27)

terjadi di perkampungan padat penduduk. Dipilihlah wilayah wonocolo Surabaya sebagai instrument dokumentasi lapangan untuk mendapatkan data yang diinginkan.

Mujiono (2010: 76) menyatakan bahwa semua tahapan dapat dilaksanakan dengan system metodologis. Tahapan metodologi berdasarkan sistim metodologis diantaranya merumuskan masalah, mengumpulkan data, menganalisis, dan kesimpulan dari pengumpulan data. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai keempat sistim metodologis tersebut.

3.2 Merumuskan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses penelitian di wilayah wonocolo Surabaya, masalah kemisikinan muncul karena adanya kelompok anggota masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak, itu sebabnya yang menjadikan faktor terciptanya hal-hal negatif di perkotaan seperti halnya pemukiman kumuh dan liar, munculnya kriminalitas yang disebabkan minimnya lapangan pekerjaan.

Karena standart hidup manusia itu berbeda-beda, maka belum ada definisi kemiskinan yang dapat diterima secara universal. Pengelompokan orang ke dalam kategori miskin atau tidak miskin biasanya dilakukan berdasarkan atribut-atribut yang melekat pada seseorang atau kelompok orang tersebut, dan golongan miskin seringkali ditandai dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok, terutama kebutuhan makan dan minum sehari-hari dan akan menimbulkan beberapa dampak pada masyarakat.

STIKOM


(28)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti mengambil tema film pendek bergenre drama dengan background realita sosial kemiskinan dengan pemaparan cerita kehidupan keluarga kecil yang hidup dalam kemiskinan, keinginan seorang suami untuk membahagiakan istrinya namun dengan segala kendala keterbatasannya, dan penjiwaan karakter yang diperankan oleh pemeran dapat membawakan suatu cerita dengan rasa syukur yang akan digunakan sebagai pesan-pesan moral di dalam film pendek ini sebagai karya Tugas Akhir.

3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Pengamatan/Observasi

Pengamatan/observasi dilakukan pada awal bulan Agustus 2012, hal-hal yang diamati oleh penulis adalah pengamatan terhadap lingkungan di daerah kumuh dan padat penduduk yang terdapat di daerah wonocolo Surabaya. Rata-rata pekerjaan masyarakat di daerah tersebut para pekerja serabutan seperti pedagang keliling, sales, tukang, dan kuli bangunan.

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa ternyata faktor kemiskinan dapat menyebabkan kesan negatif kepada masyarakat di perkotaan seperti kriminalitas khususnya. Pekerjaan adalah yang sangat diperlukan untuk menghindari kemiskinan tersebut, dengan mencari pekerjaan yang bermutu dan pendidikan yang baik kemiskinan dapat dihindari. Kemiskinan sangat di pandang rendah oleh masyarakat di daerah perkotaan seperti Surabaya, banyak sekali rakyat miskin di pandang sebelah mata.

STIKOM


(29)

3.3.2 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada seorang warga yang berprofesi sebagai pekerja serabutan di daerah wonocolo Surabaya. Untuk mempermudah pencarian keyword peneliti menggunakan beberapa pertanyaan wawancara. Berikut pertanyaan wawancara yang diberikan ke salah satu warga pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar pertanyaan wawancara kepada salah satu warga.

Pihak yang diwawancarai

Pertanyaan wawancara

Salah satu warga wonocolo

Hal sulit apa yang mempengaruhi kebutuhan anda saat ini? Keinginan apa yang paling anda ingin cari

saat menemukan pekerjaan yang layak? Dengan kehidupan anda saat ini apakah anda

merasa harmonis terhadap keluarga anda? Pendidikan terakhir anda?

Dengan anda berada di kota besar seperti Surabaya ini hal apa yang sangat anda alami?

Dengan pekerjaan anda sekarang berapakah penghasilan anda?

STIKOM


(30)

Table 3.2 Daftar hasil wawancara kepada salah satu warga.

Pihak yang diwawancarai

Jawaban wawancara

Salah satu warga wonocolo

Pekerjaan yang layak untuk memenuhi segala kebutuhan Mencukupi kebutuhan dengan mencari nafkah

dengan cara yang lebih baik Meskipun dengan keterbatasan materi

keluarga tetap terjalin harmonis Pendidikan terakhir sampai SLTP/SMP

Tekanan hidup yang sangat susah Penghasilan tidak tentu,

karena tidak mempunyai pekerjaan yang tetap

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi yang di dapatkan oleh penulis/peneliti selama melakukan pengamatan/observasi di lapangan diantaranya adalah:

STIKOM


(31)

1. Foto keadaan rumah tinggal salah satu warga di wonocolo Surabaya.

Gambar 3.1 Foto salah satu rumah warga.

STIKOM


(32)

2. Foto lingkungan permukiman di daerah wonocolo Surabaya.

Gambar 3.2 Foto lingkungan permukiman.

STIKOM


(33)

3. Foto pada saat wawancara dengan salah satu warga.

Gambar 3.3 Foto saat wawancara dengan salah satu warga.

3.3.4 Studi Literatur

Studi literatur yang dipergunakan adalah buku dan internet. Digunakannya studi literatur sebagai teknik pengumpulan data untuk memenuhi semua kebutuhan akan semua materi selama proses perancangan hingga film pendek berjudul Secuil Daging Untuk Keluargaku akan siap dinikmati.

STIKOM


(34)

3.3.5 Studi Eksisting

Untuk memperdalam ide dan konsep diwujudkan dalam bentuk karya di Tugas Akhir ini, penulis/peneliti telah melakukan kajian terhadap beberapa karya film diantaranya:

1. Nilai Kehidupan episode 55 berjudul Bau Kejujuran (Trans TV)

Nilai Kehidupan merupakan sebuah program acara di Trans TV, Nilai Kehidupan menyajikan drama dari kejadian-kejadian yang mungkin sering Anda temukan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap karakter, latar belakang dan alur cerita di acara Nilai Kehidupan selalu berbeda-beda dalam setiap episodenya. Peneliti memilih episode ke 55 yang berjudul Bau Kejujuran.

Gambar 3.4 Nilai Kehidupan Trans TV. (Sumber: google.co.id)

STIKOM


(35)

Gambar 3.5 Screenshoot cuplikan episode 55 berjudul Bau Kejujuran. (Sumber google.co.id)

2. Film See You After School (2006) sutradara Lee Seok-Hoon

Film korea yang di produksi tahun 2006 bergenre drama komedi ini memiliki alur cerita yang menceritakan tentang cerita dalam satu hari. Cerita yang sederhana dibuat oleh sutradara asal korea Lee Seok-Hoon ini menyampaikan penokohan komedi yang sangat bagus, walaupun hanya berkisah selama satu hari saja.

STIKOM


(36)

Gambar 3.6 Film See You After School. (Sumber: google.co.id)

STIKOM


(37)

Gambar 3.7 Screenshoot cuplikan film See You After School. (Sumber: google.co.id)

Berdasarkan studi eksisting dari kedua film dan cerita yang digunakan untuk film pendek yang berjudul “Secuil Daging Untuk Keluargaku” dapat diketahui SWOT dari kedua film tersebut. SWOT dari kedua film tersebut dijelaskan dalam tabel 3.3 analisis SWOT.

STIKOM


(38)

Tabel 3.3 Analisis SWOT film “Nilai Kehidupan” dan “See You After School”.

Analisis SWOT Nilai Kehidupan See You After School Strength

Para pemeran yang mempunyai karakter yang sangat menjiwai dan mempunyai pesan moral yang sangat bagus

Cerita yang sangat menarik walaupun hanya berkisah dalam satu hari

Weakness Pewarnaan pada gambar

kurang dramatis.

Alur cerita yang susah untuk di pahami.

Opportunity

Menambah referensi tentang pesan moral yang diberikan kepada

penonton.

Menambah referensi dalam membuat cerita yang menarik dan mudah di pahami.

Threat

Film ini hanya

mengangkat pesan moral tanpa diberikan

pewarnaan yang dramatis dan sound effect untuk mendukung cerita dalam film ini.

Film ini hanya berkisah dalam satu hari, namun dengan cerita yang sangat susah untuk dipahami bila menonton film ini hanya sekali saja.

Dari analisis SWOT Nilai Kehidupan dan See You After School disimpulkan bahwa film harus mempunyai pesan-pesan moral, penjiwaan karakter pemain, dan penambahan pewarnaan yang dramatis agar penonton dapat ikut merasakan suasana drama dan pesan-pesan moral yang disampaikan.

STIKOM


(39)

Setelah melakukan analisis SWOT, dilakukan pembagian segment yang dituju, target yang diinginkan, serta memposisikan filmpendek ini kepada khalayak luas. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan rancang karya yang akan dikerjakan pada tahap pra-produksi. Berikut adalah pembagian berdasarkan STP. STP akan dijelaskan dalam tabel 3.4 analisis STP.

Tabel 3.4 Analisis STP (Segmenting, Targeting, Positioning).

STP Secuil Daging Untuk Keluargaku Segmentation

& Targeting

Geografis

- Ukuran kota: kota besar - Letak kota: Tengah kota

Demografis

- usia:

18 – 40 tahun - Gender:

laki-laki, perempuan - Pendidikan:

Pelajar, Mahasiswa, Sarjana

Psikografis - Kelas sosial:

menengah

Positioning

Film pendek ini bertemakan drama keluarga dengan menggunakan realita background kemiskinan di dalamnya, dan alur cerita yang dramatis agar audien dapat merasakan pesan-pesan moral di film ini, serta film pendek ini akan berkisah hanya satu hari saja untuk alur ceritanya.

STIKOM


(40)

Dari analisis STP film di tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa pembuatan film diperlukan beberapa hal yang berkaitan dengan jenis atau bentuk film itu sendiri. Film yang baik mempunyai ciri dimana konsep yang dituju dapat diterima penonton sehingga cerita yang dibuat dapat dimengerti. Selain itu dapat disimpulkan bahwa suatu film harus mampu mempresentasikan isi pesan dengan semiotika cerita. Selain teknik yang dilakukan, penggabungan antar keduanya seimbang agar terlihat nyata dan tidak kaku. Dengan jelasnya target pasar serta penempatan film maka konsep tersebut dapat diterima oleh penikmatnya sesuai dengan tujuan film itu dibuat.

3.4 Perancangan Karya

Pada gambar 3.8 dapat dilihat pengerjaan tugas akhir ini berawal dari ide dan konsep yang telah mengalami pematangan sejak dari ide yang bertemu dengan hasil pengamatan/observasi di lapangan dan studi eksisting. Kemudian diolah menjadi storyboard yang menjadi acuan dalam pembuatan film ini.

Lalu setelah selesai, dilakukan casting pemain, pemilihan kostum, dan mencari setting lokasi. Setelah itu maka akan dilakukan syuting dan pengambilan audio.

Saat rangkaian syuting selesai maka tiba ke proses editing. Proses editing melewati beberapa tahap mulai dari pemberian pewarnaan gambar dan penambahan backsound didalamnya.

STIKOM


(41)

Gambar 3.8 Bagan perancangan pengerjaan Tugas Akhir.

Pra produksi

Pengembangan ide cerita

Skenario

Break down skenario

Storyboard

Jadwal shooting

Casting Anggaran

Lokasi Logistik Peralatan

Pasca produksi

Editing video pemilihan perwarnaan

Memasukan musik Melakukan mixing gambar

Produksi

Perekaman gambar Pemilihan Musik Pemilihan ide cerita

STIKOM


(42)

3.5 Pencarian Keyword

Berdasarkan dari hasil pencarian data dengan melakukan wawancara, didapatkan kalimat-kalimat yang digunakan sebagai pencarian keyword/kata kunci. Dari hasil wawancara pada tabel 3.2 maka dilakukan analisa dari target pasar dan tujuan film berjudul “Secuil Daging Untuk Keluargaku” ini dibuat. Analisis ini berguna untuk mencari keyword yang kemudian akan diterapkan dalam film.

Tabel 3.5 Analisis Keyword.

Hasil pengamatan dan observasi Pekerjaan Keluarga Kecil Miskin Kesengsaraan

Mencari Nafkah  Menjalin Kebahagiaan  Harmonis  Pengangguran Kurang Sejahtera  Keterbatasan materi  Kumuh  Rendahnya Intelektual  Kehidupan yang

Cepat Kota

Besar

Terlantar  Ramai

 Tekanan Hidup  Kehidupan susah

Ekonomi Kebawah  Pekerjaan Serabutan  Pendapatan Tidak Tentu

STIKOM

SURABAYA


(43)

Dari analisa keyword pada tabel 3.5 maka hasilnya adalah menggunakan keyword Kesengsaraan. Analisa ini sesuai dengan film bertema potret kemiskinan. Dalam pewarnaan sebuah film dapat menimbulkan ciri khas sebuah film. Analisis pewarnaan dalam film pendek “Secuil Daging Untuk Keluargaku” ini sesuai pada analisis keyword yaitu kesengsaraan. Berdasarkan pemilihan pewarnaan pada analisis keyword didapatkan pewarnaan dramatis warna soft yang akan mendominasi hasil karya film pendek yang bertema kemiskinan.

3.6 Pra Produksi

3.6.1 Ide dan Konsep Cerita

Ide muncul berawal dari keinginan penulis membuat film pendek bergenre drama keluarga dengan potret kemiskinan, karena jarang sekali film bergenre drama keluarga dengan potret kemiskinan. Film ini menggunakan konsep film pendek yang yang mempunyai alur cerita berkisah hanya satu hari, dengan konsep seperti itu penulis berharap dapat menampilkan suatu karya film pendek dengan durasi kurang lebih 20 menit dengan baik dan dapat diterima oleh audiens.

Penulis membuat karya film pendek dengan pengambilan gambar teknik secara liveshot, karena film pendek dengan teknik liveshot dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat daripada media animasi. Penulis ingin membuktikan bahwa para sineas lokal tidak kalah dan mampu menghasilkan karya yang baik dan layak dinikmati masyarakat Indonesia.

STIKOM


(44)

3.6.2 Sinopsis

Sinopsis merupakan pengembangan ide cerita. Susunan sinopsis merupakan acuan dalam pembuatan skenario. Pada sinopsis, mulai terdapat pengembangan cerita, tokoh utama dan setting. Sinopsis Tugas Akhir film pendek berjudul Secuil Daging Untuk Keluargaku ini adalah:

Bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang miskin hidup di perkampungan sederhana, keluarga tersebut hidup seorang bapak bernama Feri beserta istri yang sedang hamil bernama Gita. Berawal dari kehidupan keluarga ini yang susah dan miskin, semua rintang kehidupan telah mereka hadapi tetapi mereka selalu menjalani dengan tegar, ikhlas, dan sabar. Feri selalu memberikan yang terbaik untuk keluarganya, namun apa daya Feri hanyalah seorang pekerja serabutan yang hanya mengandalkan tenaga dan keringat. Untuk membeli sesuap nasi pun Feri harus membanting tulang agar mendapatkannya.

Suatu saat Gita meminta sesuatu kepada feri, Gita meminta untuk makan daging karena merasa sedang hamil dan membutuhkan asupan gizi untuk janinnya tetapi apa daya Feri belum bisa menuruti istrinya tersebut karena uang yang didapat Feri belum bisa untuk membeli daging untuk istrinya. Karena Feri pun baru saja keluar dari pekerjaannya yang lama, Feri pun berusaha keras untuk mencari pekerjaan kembali untuk mendapatkan uang kembali untuk membeli daging keinginan istrinya. Sampai di sebuah jembatan mulailah Feri merasa sangat putus asa karena uang yang ia dapat sangat kurang untuk membeli daging, dan saat itu Feri pun kehilangan akal

STIKOM


(45)

sehatnya, ia melihat seekor anjing di depannya lantas cepat Feri membunuh anjing tersebut dan mengambil dagingnya.

Senja pun menjelang Feri kembali pulang dengan gontai dan perasaan yang sangat risau, Gita sangat gembira akan kedatangan Feri membawa sekantong plastik berisikan daging. Langsung dimasaknya daging tersebut oleh Gita. Masakan telah matang dengan senangnya Gita hendak menyantap daging itu, tak lama Feri pun merebut piring berisikan daging dan langsung membuang daging tersebut. Gita sangat kesal, bertanya-tanya kepada Feri. Feri pun menceritakan semuanya, dengan sabar Gita menanggapi dan memberi tahu apa yang telah suaminya lakukan itu adalah salah. Gita pun memberitahukan bahwa segala sesuatu yang kita tidak mampu tidak perlu kita paksakan, Feri pun memeluk Gita. Gita tetap menyemangati suaminya agar selalu sabar dan tabah.

3.7 Produksi

Untuk meminimalkan dana dan waktu, produksi dilakukan selama 12 hari di 4 tempat yang berbeda. Proses syuting pertama dilakukan di daerah perkampungan Wonocolo Surabaya, kemudian dilanjutkan syuting di A Yani Surabaya untuk pengambilan adegan makan di warung, lalu di jembatan Menanggal Surabaya untuk pengambilan adegan pengemis, dan yang terakhir di Wiyung Surabaya untuk pengambilan adegan kerja di proyek bangunan.

Pemilihan backsound untuk film pendek ini harus sesuai dengan film yang akan di produksi, penulis memilih backsound dari artis ibukota TonyQ Rastafara yang

STIKOM


(46)

berjudul Yang Terulang dan Matahariku, dengan mengambil lagu tersebut karena lirik pada lagu ini menunjang cerita dan sesuai dengan tema yang ada di dalam karya film pendek Tugas Akhir ini. Surat ijin dari penggunaan lagu tersebut ada pada lembar lampiran.

3.8 Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan publikasi. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah poster dan DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD. Poster disebar lewat sosial media dan forum-forum mahasiswa sehingga dirasa bisa menarik simpati publik. Berikut konsep dan sketsa dari desain publikasi dari film pendek ini:

1. Konsep poster

Penulis menggunakan konsep pada poster dengan menampilkan 2 peran utama dan pewarnaan yang sesuai dengan analisis keyword, serta pemberian background suasana pemukiman padat penduduk yang mewakili kehidupan kemiskinan yang diperlihatkan disela-sela sobekan kertas. Hal ini dimaksudkan agar poster dapat mewakili film dan penonton menjadi tertarik untuk melihatnya.

STIKOM


(47)

2. Sketsa Poster

Gambar 3.9 Sketsa poster.

3. Label DVD

Gambar 3.10 Sketsa Label DVD.

STIKOM


(48)

4. Cover DVD

Gambar 3.11 Sketsa Cover DVD.

STIKOM


(49)

44

Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film pendek yang berjudul ”Secuil Daging Untuk Keluargaku”, sebagai berikut:

4.1 Pra-produksi

Dalam tahapan pra-produksi disiapkan berbagai perencanaan dan peralatan shooting untuk nantinya akan dilaksanakan pelaksanaan produksi, diantaranya:

1. Budgeting/Anggaran

Pada tahapan budgeting dilakukan guna merumuskan dan merencanakan pengeluaran yang akan digunakan pada tahap produksi.

STIKOM


(50)

Tabel 4.1 Anggaran pembuatan film pendek drama keluarga “Secuil Daging

Untuk Keluargaku”.

Pembelian Steadicam, Tripod. 2 Buah Rp. 1.100.000,-

Pembelian Memory SDHC. 2 buah Rp. 300.000,-

Penyewaan Lighting/Lampu. 2 Buah Rp.100.000,-

Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.

- Rp. 20.000,-

Penyediaan property, kostum, make-up.

- Rp. 200.000,-

Penyediaan CD/DVD. 10 Buah Rp. 40.000,-

Akomodasi dan Transportasi Selama Proses Produksi.

- Rp. 300.000,-

Konsumsi Selama Proses Produksi. 2 Minggu Rp. 700.000,-

Lain-Lain. - Rp. 300.000,-

Jumlah Rp. 3.060.000,- 2. Crew

Pemilihan crew dilakukan guna membantu proses produksi, diantaranya: a. Cameraman

Bertugas mengoperasikan kamera secara fisik dan memelihara komposisi seluruh adegan atau bidik an yang dimaksud.

STIKOM


(51)

b. Lighting/Penata cahaya

Bertugas melakukan inovasi tata cahaya sesuai kebutuhan naskah dan skema penempatan lampu dan mengarahkan penataan peralatan tata cahaya agar dihasilkan tata cahaya yang optimal dan seimbang.

c. Boomer/Audioman

Bertugas menangani audio/suara pada produksi film. d. Wardrobe

Bertugas bertanggungjawab atas pemilihan kostum yang akan dipergunakan untuk produksi.

e. Makeup

Bertugas terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.

f. Casting Director

Bertugas menemukan talent dan bekerjasama dengan sutradara untuk melakukan pemilihan pemeran agar sesuai dengan film yang akan dibuat. g. Composer/Music Scoring

Bertugas menata/mengaransemen musik scoring untuk meningkatkan rasa, jiwa, dan nada emosi dari sebuah film. Bertanggung jawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.

STIKOM


(52)

3. Penyusunan Materi

Tahap ini dilakukan guna mematangkan konsep dan ide. Sehingga membantu dalam proses produksi dan pasca produksi. Yang didalamnya terdapat study literatur, wawancara dan study perbandingan.

4. Persiapan peralatan

Tahap ini dilakukan guna mempersiapkan peralatan shooting guna mempermudah pengambilan gambar. Peralatan tersebut seperti:

a. Kamera DSLR

Berfungsi sebagai alat untuk pengambilan gambar secara video dan menghasilkan gambar yang bagus dan lebih mudah dari pada jenis kamera yang lain.

b. Memory SD card

Berfungsi sebagai media penyimpanan pada kamera DSLR dan untuk mempermudah memindah hasil rekaman ke dalam computer.

c. Tripod

Berfungsi mempermudah kameramen untuk mengambil gambar agar tidak terjadi shacking/goyang pada hasil rekaman.

d. Boomer/micboom

Berfungsi sebagai alat untuk merekam suara adegan pada film, yang nanti akan digabungkaan pada scene-scene film untuk mengisi suara.

STIKOM


(53)

e. Lighting/Lampu

Berfungsi memberikan tambahan cahaya pada film.

4.2 Produksi

Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema dan kemudian memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan observasi keesokan harinya dilakukan proses pengambilan gambar dari hasil rekaman yang ada.

Gambar 4.1 Screenshot stock video film drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”.

Penulis berusaha mengambil gambar yang mendukung untuk memberikan kesan dramatis. Disini pemeran di breafing terlebih dahulu agar setiap scene bisa benar-benar menjiwai perannya masing-masing, karena sedikit banyak perlu

STIKOM


(54)

berakting layaknya di dalam keluarga kecil yang miskin agar menunjang cerita dalam film pendek ini.

Gambar 4.2 Screenshot video sebelum editing.

Dalam pembuatan film drama keluarga berjudul “Secuil Daging Untuk Keluargaku” ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematrografi sederhana yaitu:

1. Camera DSLR dengan kemampuan merekam video 2. Lensa 50mm, 18-55mm

3. Microphone/micboom 4. Tripod dan Monopod 5. Komputer/laptop editing 6. Memory SDHC kamera

STIKOM


(55)

Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek drama keluarga berjudul “Secuil Daging Untuk Keluargaku” diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.

4.3 Pasca produksi

Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dan penambahan sound efek dan lagu dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Proses pemilihan video

Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot atau hasil rekaman pada saat produksi berjalan. Materi pemilihan yang dilakukan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.

Gambar 4.3 Screenshot pemilihan stock shoot video.

STIKOM


(56)

2. Proses Penataan Stock Shoot

Proses ini dilakukan dengan bantuan program editing video, setelah melakukan pemilihan video stock shoot atau hasil rekaman pada saat produksi berjalan, Proses selanjutnya melakukan penataan yang mengacu kepada storyboard.

Gambar 4.4 Screenshot penataan stock shoot video.

Dalam penataan atau proses editing secara sederhana memberikan suatu maksud dengan menggunakan bahasa visual yang terdiri dari stock shoot atau hasil rekaman pada saat produksi berjalan. Sehingga menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat yang harus disusun menurut aturan logis tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri untuk menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Untuk menata suatu scene, stock shoot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene klasik disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi

STIKOM


(57)

atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot-shot nya, tetapi arti scene itu sendiri.

Gambar 4.5 Screenshot penataan subtitle.

3. Proses Colour Grading effect

Dalam proses ini adalah merubah atau memodifikasi warna terhadap gambar sehingga menimbulkan kesan tertentu. pemilihan warna sesungguhnya tidak didasari oleh teori khusus melainkan hanya untuk menajamkan dan memberikan nilai estetika tersendiri.

STIKOM


(58)

Gambar 4.6 Screenshot proses colour grading effect.

4. Sound Editing

Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung tatanan visual. Proses sound editing effect pada film pendek drama keluarga “Secuil Daging Untuk Keluargaku” ini menggunakan original soundtrack dari artis ibukota Tonyq Rastafara yang berjudul Matahariku, dikarenakan musik dan lirik-lirik pada lagu tersebut sesuai dengan tema dan pesan-pesan moral yang ditujukan pada film pendek ini. Dengan mengantongi izin dari management Tonyq Rastafara Im_production untuk menggunakan lagu tersebut untuk keperluan akademik dan bukan untuk dikomersilkan, surat permohonan izin dan surat balasan ada pada lembar lampiran. Dan selanjutnya pada prosesnya sound dalam film pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku” terbagi menjadi 2

STIKOM


(59)

channel dimana channel pertama berisikan suara asli yang dihasilkan dari gambar dan chanel kedua adalah suara/musik tambahan yang diberikan.

Gambar 4.7 Screenshot editing equalizer audio.

Gambar 4.8 Screenshot proses sound editing

STIKOM


(60)

5. Rendering

Adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek drama berjudul “Secuil Daging Untuk Keluargaku” menggunakan format media MOV.

Gambar 4.9 Screenshot proses sebelum rendering

6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film drama ini menggunakan media DVD sebagai mastering data.

STIKOM


(61)

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film pada pasca produksi, maka selanjutnya penulis melakukan publikasi dari hasil karya film pendek ini. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah sebuah poster dan DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover DVD dan label DVD).

Gambar 4.10 Poster Film Pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”

STIKOM


(62)

Gambar 4.11 Cover DVD Film Pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”.

Gambar 4.12 Label DVD Film Pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”.

STIKOM


(63)

58

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh penelitian hasil produksi yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembuatan film pendek bergenre drama keluarga dengan mengangkat kehidupan masyarakat miskin sangat butuh ketelitian dalam segi karakter pemeran, seperti pemilihan pemain/casting yang benar-benar mendalami perannya agar terlihat realistis.

2. Film pendek yang bertema kehidupan sosial memiliki pengaruh yang sangat besar kepada para penikmat film untuk sebuah pesan yang sebenarnya terkandung di dalam fim tersebut.

3. Sebuah film pendek diharapkan tak hanya menjadi sebuah wahana hiburan semata melainkan menjadi sebuah kajian yang menarik yang dapat dikembangkkan dalam ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu yang lain. Yang tentunya memiliki tujuan positif untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupan sosial yang di inginkan bersama.

STIKOM


(64)

5.2 Saran

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran untuk penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian tentang kelas sosial dalam realitas masyarakat miskin yang di aplikasikan kedalam sebuah karya film pendek ini diharapkan dapat menjadi wawasan, inspirasi dan hiburan bagi para masyarakat luas. Penulis berharap bagi peneliti selanjutnya supaya dapat menampilkan film dengan genre yang sama dan dengan mengangkat kehidupan sosial dengan sudut pandang yang berbeda.

2. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan hasil penelitian ini kedalam film pendek karena dalam pembuatan film pendek ini sangat diperlukan perencanaan dan perancangan yang lebih matang dan didukung oleh beberapa pemilihan tim/crew dengan spesifikasi (Job descriptions) tersendiri dan peralatan yang dipakai pada waktu produksi haruslah mempunyai standarisasi untuk memproduksi film, seperti jimijib, lighting, steadicam/glidecam, dan boomer sebagai mixing untuk suara. Namun dalam pembuatan film pendek bergenre drama keluarga berjudul Secuil Daging Untuk Keluargaku ini dikerjakan dengan jumlah tim/crew yang terbatas dan peralatan produksi yang terbatas pula.

STIKOM


(65)

60

DAFTAR PUSTAKA

Alfathri, Adlin. 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori Dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra

Bare, Richard. 1970. “The Film Director”, New York, Coolier Book. Baksin, A. 2009. Pengantar Vidiografi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Biran, Yusa, Misbach, 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.

Effendy, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lutters, E. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mabruri, Anton, 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok: Mind 8 Publising House.

Oliver, Sandra. 2007. Public Relations Strategy. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prakosa, G. 2008. Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimental,

dan Film Dokumenter. Jakarta Pusat: Koperasi Sinematografi IKJ. Saptaria, Rikrik, E. 2006. Acting Handbook. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soekanto, S. 1982. Sosiologi: Suatu Pengantar. Rajawali Press.

Sumber Internet:

(http://pkesinteraktif.com/edukasi/opini/2396-mengatasi-kemiskinan.html) Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 pukul 13.40.

(http://sosiopedia.blogspot.com/2011/12/teori-kelas-sosial-karl-marx.html) Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 23.22.

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/realitas-sosial/) Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 pukul 15.10.

(http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macammasalah-sosial-dalam-masyarakat) Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 pukul 18.19.

(http://itcentergarut.blogspot.com/2011/09/sudut-kamera-camera-angle.html) Diakses pada tanggal 3 Januari 2013 pukul 14.20.

STIKOM


(1)

55

5. Rendering

Adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek drama berjudul “Secuil Daging Untuk Keluargaku” menggunakan format media MOV.

Gambar 4.9 Screenshot proses sebelum rendering

6. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah di render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film drama ini menggunakan media DVD sebagai mastering data.

STIKOM


(2)

56

7. Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil film pada pasca produksi, maka selanjutnya penulis melakukan publikasi dari hasil karya film pendek ini. Media yang digunakan penulis untuk publikasi adalah sebuah poster dan DVD. Kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover DVD dan label DVD).

Gambar 4.10 Poster Film Pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”

STIKOM


(3)

57

Gambar 4.11 Cover DVD Film Pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”.

Gambar 4.12 Label DVD Film Pendek drama “Secuil Daging Untuk Keluargaku”.

STIKOM


(4)

58

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh penelitian hasil produksi yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembuatan film pendek bergenre drama keluarga dengan mengangkat kehidupan masyarakat miskin sangat butuh ketelitian dalam segi karakter pemeran, seperti pemilihan pemain/casting yang benar-benar mendalami perannya agar terlihat realistis.

2. Film pendek yang bertema kehidupan sosial memiliki pengaruh yang sangat besar kepada para penikmat film untuk sebuah pesan yang sebenarnya terkandung di dalam fim tersebut.

3. Sebuah film pendek diharapkan tak hanya menjadi sebuah wahana hiburan semata melainkan menjadi sebuah kajian yang menarik yang dapat dikembangkkan dalam ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu yang lain. Yang tentunya memiliki tujuan positif untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupan sosial yang di inginkan bersama.

STIKOM


(5)

59

5.2 Saran

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran untuk penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian tentang kelas sosial dalam realitas masyarakat miskin yang di aplikasikan kedalam sebuah karya film pendek ini diharapkan dapat menjadi wawasan, inspirasi dan hiburan bagi para masyarakat luas. Penulis berharap bagi peneliti selanjutnya supaya dapat menampilkan film dengan genre yang sama dan dengan mengangkat kehidupan sosial dengan sudut pandang yang berbeda.

2. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan hasil penelitian ini kedalam film pendek karena dalam pembuatan film pendek ini sangat diperlukan perencanaan dan perancangan yang lebih matang dan didukung oleh beberapa pemilihan tim/crew dengan spesifikasi (Job descriptions) tersendiri dan peralatan yang dipakai pada waktu produksi haruslah mempunyai standarisasi untuk memproduksi film, seperti jimijib, lighting, steadicam/glidecam, dan boomer sebagai mixing untuk suara. Namun dalam pembuatan film pendek bergenre drama keluarga berjudul Secuil Daging Untuk Keluargaku ini dikerjakan dengan jumlah tim/crew yang terbatas dan peralatan produksi yang terbatas pula.

STIKOM


(6)

60

DAFTAR PUSTAKA

Alfathri, Adlin. 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori Dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra

Bare, Richard. 1970. “The Film Director”, New York, Coolier Book. Baksin, A. 2009. Pengantar Vidiografi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Biran, Yusa, Misbach, 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.

Effendy, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lutters, E. 2004. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mabruri, Anton, 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok: Mind 8 Publising House.

Oliver, Sandra. 2007. Public Relations Strategy. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prakosa, G. 2008. Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimental,

dan Film Dokumenter. Jakarta Pusat: Koperasi Sinematografi IKJ. Saptaria, Rikrik, E. 2006. Acting Handbook. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soekanto, S. 1982. Sosiologi: Suatu Pengantar. Rajawali Press.

Sumber Internet:

(http://pkesinteraktif.com/edukasi/opini/2396-mengatasi-kemiskinan.html) Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 pukul 13.40.

(http://sosiopedia.blogspot.com/2011/12/teori-kelas-sosial-karl-marx.html) Diakses pada tanggal 26 Desember 2012 pukul 23.22.

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/realitas-sosial/) Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 pukul 15.10.

(http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macammasalah-sosial-dalam-masyarakat) Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 pukul 18.19.

(http://itcentergarut.blogspot.com/2011/09/sudut-kamera-camera-angle.html) Diakses pada tanggal 3 Januari 2013 pukul 14.20.

STIKOM