TA : Pembuatan Film Pendek Skizofrenia Bergenre Drama Sosial Dengan Teknik Split Screen Berjudul "Not Me".

(1)

PEMBUATAN FILM PENDEK SKIZOFRENIA BERGENRE DRAMA SOSIAL DENGAN TEKNIK SPLIT SCREEN BERJUDUL

NOT ME

TUGAS AKHIR

Nama : Yohanes Erwin Priyanto

NIM : 08.51016.0034

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2012

STIKOM


(2)

gangguan jiwa dan bagi masyarakat awam dapat menyebutnya dengan istilah gila. Terjadinya perilaku abnormal karena adanya pergeseran nilai yang berlaku di masyarakat. Rumah Sakit Jiwa Bandung (RSJB) mencatat rata-rata peningkatan jumlah pasien mencapai 1.000 pasien per tahun. Pada tahun 2002, jumlah pasien di RSJB 12 ribu orang, 2003 sebanyak 13 ribu, 2004 sebanyak 14 ribu, dan tahun 2005 sebanyak 15 ribu pasien. Persentase penderita skizofrenia adalah modus penyakit terjadi pada usia 30-35 tahun dan penyakit ini dapat menyerang usia 20 tahun dengan persentase 10%, pada usia 20-40 tahun sekitar 65%, dan pada usia diatas 40 tahun sekitar 25%. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat maka penyakit skizofrenia ini akan dikemas dalam film pendek.

Film pendek merupakan film yang durasinya pendek, tetapi dengan durasi yang pendek tersebut para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shoot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Perkembangan di dunia industri perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan banyak pula karya-karya film yang dihasilkan oleh sineas-sineas muda yang dapat menghasilkan sebuah karya yang berupa moving picture secara independent. Dalam pembuatan film dapat menggunakan beberapa teknik yang menjadi fokus daya tarik audien kepada film yang ditontonnya.

Salah satu teknik dalam membuat film adalah menggunakan teknik split screen. Teknik

split screen memiliki ciri khas membagi layar monitor dengan menggabungkan beberapa adegan. Di setiap adegan akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik split screen akan mendukung makna pencitraan tokoh atau aktor skizofrenia yang memiliki banyak kepribadian. Di setiap potongan gambar akan memiliki makna kepribadian yang dijalankan oleh tokoh atau aktor yang mengalami skizofrenia.

Kata Kunci: Skizofrenia, Film Pendek, Split Screen

STIKOM


(3)

xi DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Pembatasan Masalah ... 6

1.4Tujuan ... 6

1.5Manfaat ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Skizofrenia ... 8

2.2 Perkembangan Kepribadian ... 9

2.3 Terminologi Konstruksivisme ... 11

2.4 Mekanisme Produksi Karya Film ... 12

2.5 Film Pendek (Short Movie) ... 13

2.6 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle) ... 18

2.7 Special EffectSplit Screen ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Tahap Perencanaan Karya/Planning ... 31

3.2 Tahap Analisis Karya ... 35

STIKOM


(4)

xii

Halaman

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 45

4.1 Pra Produksi ... 45

4.2 Produksi ... 67

4.3 Pasca Produksi ... 73

BAB V PENUTUP ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 84

LAMPIRAN ... 85

STIKOM


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak perilaku abnormal yang berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa (Kartini, 2000). Salah satunya adalah skizofrenia yang memiliki arti gangguan jiwa dan bagi masyarakat awam dapat menyebutnya dengan istilah gila. Terjadinya perilaku abnormal karena adanya pergeseran nilai yang berlaku di masyarakat. Akibat yang ditimbulkan dari gangguan jiwa ini adalah hilangnya perasaan respon emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Hal ini yang melandasi dibuatnya film pendek

live shot bergenre drama sosial dengan menggunakan teknik split screen yang berjudul “Not Me

Skizofrenia adalah penyakit otak yang berkembang akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia otak (Health). Istilah skizofrenia dianjurkan oleh Eugen Bleuler (1957-1938) karena menurutnya sebutan ini menonjolkan gejala utama penyakit tersebut yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Schizos yang berarti pecah belah atau bercabang dan phren yang berarti jiwa (Tri Kurniati Ambarini, 2007). Gejala ini juga disertai dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan dari panca

STIKOM


(6)

indra). Psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan (Dirgagunarsa, 1999). Tercatat di data Amerika Serikat, setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia dan 20-50% pasien skizofrenia melakukan pencobaan bunuh diri serta 10% diantaranya berhasil melakukan bunuh diri bahkan penyakit skizofrenia merupakan penyebab kematian 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Association, 1995).

Sekitar + 0,2 – 1% dari populasi penduduk dunia diperkirakan mengalami gangguan jiwa skizofrenia (Sani, 1990). Di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 1-2 juta penduduk mengalami gangguan jiwa yang sama dan hanya 7000-10000 penderita yang telah memperoleh penanganan secara medis. Peningkatan kasus gangguan psikologis telah terdeteksi mulai tahun 1990, salah satunya tampak dari pernyataan Kasudin Kesmas Jakarta Barat, Ariani Murti, mengatakan survei dari Dinas Kesehatan pada tahun 1995 menunjukan, 25-30% pengunjung pukesmas mengalami gangguan psikis. Data yang ditunjukan oleh survei yang dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa pada tahun 1996 di 10 kotamadya memperlihatkan bahwa dari peserta survei, 1,75% menderita skizofrenia, 4,1% menderita depresi, 7,89% menderita gangguan cemas, 13,45% menderita gangguan somatoform dan 2,05% menderita gangguan konversi.

Rumah Sakit Jiwa Bandung (RSJB) mencatat rata-rata peningkatan jumlah pasien mencapai 1.000 pasien per tahun. Pada tahun 2002, jumlah pasien di RSJB 12 ribu orang, 2003 sebanyak 13 ribu, 2004 sebanyak 14 ribu, dan tahun 2005 sebanyak 15 ribu pasien. Persentase penderita skizofrenia adalah modus penyakit

STIKOM


(7)

terjadi pada usia 30-35 tahun dan penyakit ini dapat menyerang usia 20 tahun dengan persentase 10%, pada usia 20-40 tahun sekitar 65%, dan pada usia diatas 40 tahun sekitar 25% (Sutatminigsih, 2002).

Seorang penderita skizofrenia muncul dalam bentuk biologis ataupun sosial. Dalam bentuk biologis adanya halusinasi, delusi dan proses berpikir terganggu. Secara sosial, penderita skizofrenia kehilangan minat dan dorongan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk memelihara diri, kebersihan badan dan kesulitan untuk mengikuti kegiatan. Penderita skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan ketrampilan interpersonal. Akhirnya penderita skizofrenia mengalami isolasi sosial yaitu dalam bentuk menarik diri, tidak mau bergaul, menghindar untuk berhubungan dengan orang lain.

Perkembangan kepribadian pada masa dewasa terbagi menjadi 3 bagian yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, masa dewasa lanjut. Pada masa dewasa dini dimulai pada umur 18-40 tahun di saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis (Hurlock, 1980). Pada saat memasuki masa dewasa dini diketahui bahwa kebebasan yang telah diperoleh dari orang tua akan menimbulkan masalah-masalah yang tidak dapat diramalkan oleh orang dewasa maupun orang tua. Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah masa dewasa dini menjadi lebih intensif. Masa transisi untuk menjadi dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak-anak muda hampir tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Karena masalah-masalah yang harus dihadapi

STIKOM


(8)

orang muda itu rumit dan memerlukan waktu dan energi untuk dibatasi, maka berbagai penyesuaian diri ini tidak dilakukan pada waktu bersamaan.

Menurut Hurlock didalam buku psikoligi perkembangan ada Beberapa hal yang membuat penyesuaian diri menjadi sulit adalah kurang ada persiapan menghadapi jenis-jenis permasalahan bahkan pendidikan di sekolah atau akademi hanya merupakan latihan-latihan dalam menyelesaikan masalah dengan waktu yang terbatas. Pada usia ini orang muda mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan serempak yang biasanya menyebabkan keduanya kurang berhasil. Sehingga penyesuaian diri terhadap beberapa ketrampilan yang dilakukan secara bersamaan menjadi kurang berhasil. Permasalaan yang paling berat adalah orang muda tidak mendapat bantuan dalam menyelesaikan masalahnya, bebeda ketika mereka masih remaja.

Film pendek merupakan film yang durasinya pendek, tetapi dengan durasi yang pendek tersebut para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Perkembangan di dunia industri perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan banyak pula karya-karya film yang dihasilkan oleh sineas-sineas muda yang dapat menghasilkan sebuah karya yang berupa moving picture secara

independent.

Genre dapat dipahami sebagai sistem orientasi, ekspektasi dan konvensi yang beredar di industri, teks dan subyek (Neale, 1981). Genre dikategorigorisasi teks media berdasarkan karakteristik. Kajian film dapat diaplikasikan dalam fiksi,

STIKOM


(9)

musik dan televisi populer dan juga media yang biasanya tidak dipikirkan dan istilahnya lebih generik seperti majalah atau bahkan berita. Salah satu genre film adalah drama sosial yang merupakan indentifikasi permasalahan di masyarakat yang bersifat memberi pendidikan dan komunikatif.

Dalam pembuatan film dapat menggunakan beberapa teknik yang menjadi fokus daya tarik audien kepada film yang ditontonnya. Salah satu teknik dalam membuat film adalah menggunakan teknik split screen. Teknik split screen memiliki ciri khas membagi layar monitor dengan menggabungkan beberapa adegan. Di setiap adegan akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik split screen akan mendukung makna pencitraan tokoh atau aktor skizofrenia yang memiliki banyak kepribadian. Di setiap potongan gambar akan memiliki makna kepribadian yang dijalankan oleh tokoh atau aktor yang mengalami skizofrenia.

Dengan melihat data perkembangan penyakit skozofrenia di dunia khususnya di Indonesia dapat disimpulkan bahwa penyakit ini menyerang generasi muda bangsa Indonesia maka akan dibuat film pendek dengan cerita fiksi yang akan menjadi bagian dari tugas akhir yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Skizofrenia Bergenre Drama Sosial dengan Teknik Split Screen

Berjudul “Not Me”. Diharapkan melalui film pendek ini dapat menjadi media

informasi pembelajaran bagi masyarakat umum khususnya bagi generasi orang-orang muda bangsa Indonesia.

STIKOM


(10)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang sesuai dengan latar belakang masalah adalah:

1. Bagaimana mengenalkan penyakit skizofrenia ke masyarakat melalui media film?

2. Bagiamana membuat film pendek live shot dengan menggunakan teknik split screen?

1.3 Pembatasan Masalah

Beberapa batasan masalah yang membatasi pembahasan dalam film ini adalah:

1. Mengenalkan penyakit skizofrenia ke masyarakat melalui media film. 2. Membuat film pendek live shot dengan menggunakan teknik split screen. 3. Mengaplikasikan teknik split screen pada film yang bertema skizofrenia. 4. Membuat film pendek live shot untuk golongan masyarakat dewasa muda. 1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan film pendek ini adalah: 1. Memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang penyakit skizofrenia

menggunakan pesan-pesan yang disampaikan melalui film pendek.

2. Pendidikan psikologi bagi orang-orang muda bahwa skizofrenia dapat terjadi di usia muda yang dapat diambil dari perilaku subyek dalam film pendek ini.

STIKOM


(11)

3. Teknik split screen digunakan untuk memberikan pendalaman pesan secara visual kepada penonton bahwa skizofrenia adalah pemaknaan dari jiwa yang terpecah menjadi karakter yang berbeda.

1.5 Manfaat

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan film pendek ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Manfaat secara teoritis

a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit skizofrenia yang dikemas menjadi sebuah media film pendek.

b. Pengembangan media film sebagai sarana informasi publik tentang berbagai ciri-ciri penyakit kronis yang umum terjadi di masyarakat, salah satunya adalah skizofrenia sebagai salah satu penyakit yang menyerang kondisi jiwa seseorang.

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai film refrensi bagi mahasiswa jurusan psikologi untuk dapat memahami kondisi psikis serta faktor-faktor yang mendukung seseorang menderita penyakit skizofrenia.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat secara umum bahwa realitas kehidupan yang terjadi tidak akan selalu sejalan dengan impian.

c. Memberikan pemahaman mengenai beberapa hal tentang penyakit skizofrenia yang mudah dialami oleh orang-orang muda dan diharapkan

STIKOM


(12)

melalui film ini dapat menjadikan lebih waspada terhadap faktor psikis pribadi orang-orang muda.

STIKOM


(13)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Untuk mendukung pembuatan karya film yang berjudul “Pembuatan Film Pendek Skizofrenia Bergenre Drama Sosial dengan Teknik Split Screen Berjudul

“Not Me” maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain skizofrenia, perkembangan kepribadian, terminologi konstruksivisme, mekanisme produksi karya film, film pendek, dan teknik split screen.

2.1 Skizofrenia

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang menimbulkan dampak berupa beban bagi individu yang menderita gangguan tersebut dan juga terhadap keluarga serta masyarakat (Health, Schizophrenia, 2001). Gejala ini juga disertai dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan dari panca indra). Psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan (Dirgagunarsa, 1999). Istilah skizofrenia menurut Eugen Bleuler (1957-1938) adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Istilah schizos yang berarti pecah belah atau bercabang dan phren yang berarti jiwa (Tri Kurniati Ambarini, 2007).

STIKOM


(14)

Penyakit ini merupakan penyakit yang memilki waktu penyembuhan yang lama dan cenderung kabuh dan mempunyai stigma (Gelde M, 1996). Dari stigma ini dapat menimbulkan banyak masalah bagi pasien maupun bagi keluarganya. Permasalahan ini ditimbulkan dari diri pasien skizofrenia sendiri. Penyelesaian konflik penderita skizofrenia antara menghormati otonomi penderita dengan bertindak paternalistik menjadi lebih kompleks (Szasz, 1997). Karena adanya perbedaan mendasar antara menjadi penderita medis dan menjadi penderita psikiatris, serta perbedaan pengertian sakit dalam bidang fisik dan mental. Penderita skizofrenia tidak bisa bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya, karena dilakukan secara involunter.

Skizofrenia tidak akan menghilangkan kehidupan personal seseorang (Hartanto, 2003). Penderita skizofrenia tetap sebagai pelaku moral yang bersifat otonom untuk memilih pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Dalam penderita skizofrenia akut dapat menimbulkan pemikiran yang tidak rasional yang akan berakibat bunuh diri (Association, 1995). Penderita skizofrenia juga dapat ditinjau dari faktor perkembangan kepribadiannya. Setiap orang memiliki perkembangan kepribadian yang berlaianan. Perkembangan kepribadian terbagi menjadi beberapa bagian.

2.2 Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian pada masa dewasa terbagi menjadi 3 bagian yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, masa dewasa lanjut. Pada masa dewasa dini dimulai pada umur 18-40 tahun di saat perubahan-perubahan fisik

STIKOM


(15)

dan psikologis (Hurlock, 1980). Pada saat memasuki masa dewasa dini diketahui bahwa kebebasan yang telah diperoleh dari orang tua akan menimbulkan masalah-masalah yang tidak dapat diramalkan oleh orang dewasa maupun orang tua.

Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah masa dewasa dini menjadi lebih intensif. Masa transisi untuk menjadi dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak-anak muda hampir tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Karena masalah-masalah yang harus dihadapi orang muda itu rumit dan memerlukan waktu dan energi untuk dibatasi, maka berbagai penyesuaian diri ini tidak dilakukan pada waktu bersamaan.

Menurut Hurlock didalam buku psikoligi perkembangan ada Beberapa hal yang membuat penyesuaian diri menjadi sulit adalah kurang ada persiapan menghadapi jenis-jenis permasalahan bahkan pendidikan di sekolah atau akademi hanya merupakan latihan-latihan dalam menyelesaikan masalah dengan waktu yang terbatas. Pada usia ini orang muda mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan serempak yang biasanya menyebabkan keduanya kurang berhasil. Sehingga penyesuaian diri terhadap beberapa ketrampilan yang dilakukan secara bersamaan menjadi kurang berhasil. Permasalaan yang paling berat adalah orang muda tidak mendapat bantuan dalam menyelesaikan masalahnya, bebeda ketika mereka masih remaja.

Perkembangan kerpribadian merupakan salah satu yang melandasi terbentuknya penyakit skizofrenia. Faktor kepribadian setiap orang dapat ditinjau dari keadaan sosial di masa yang telah dilalui setiap orang. Setiap orang akan

STIKOM


(16)

memiliki keadaan sosial yang berbeda yang akan sesuai dengan penggunaan teori konstruktivisme.

2.3 Terminologi Konstruksivisme

Gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi (Bertens, 1999). Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah fakta. Aristoteles yang telah memperkenalkan ucapannya ‘Cogito ergo sum’ yang berarti “saya berfikir karena itu saya ada”. Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini.

Pada tahun 1710, Vico dalam ‘De Antiquissima Italorum Sapientia’, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ‘Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan’. Menurut Vico bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikontruksikannya (Suparno, 1997)

Terminologi konstruktivisme digunakan karena adanya kebingungan dalam hal penjelasan praktis dalam suatu konsep. Menurut Brooks konstruktivisme merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi pembelajaran (Brooks, 1993).

STIKOM


(17)

Konstruksivisme menjelaskan bahwa semua pengetahuan yang diperoleh adalah hasil konstruksi dari masing-masing orang. Dapat dikatakan bahwa tidak adanya kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada orang lain secara utuh sesuai dengan pemahaman orang yang memeberikan pengetahuan tersebut. Semua pengetahuan yang dibangun berdasarkan masa lalu dan pengalaman-pengalaman secara sosial.

Konstruktivisme sebagai teori pengetahuan dengan akar dalam filosofi, psikologi dan cybernetics. Von Glasersfeld mendefenisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan (Von Glasserfield, 1995). Pengetahuan adalah hal yang aktif menerima apapun melalui pikiran sehat atau melalui komunikasi dan akan membangun pengetahuan. Konstruktivisme akan dikombinasikan kedalam media sebagai sarana komunikasi. Salah satu sarana komunikasi adalah film pendek yang akan menyampaikan pesan-pesan dari sutradara. Pesan-pesan yang ada didalam film yang akan dikonsumsi oleh audien.

2.4 Mekanisme Produksi Karya Film

Mekanisme produksi film adalah sebuah proses yang lazim diterapkan dalam proses pengerjaan film pada umumnya (Mabruri, 2010). Mekanisme tersebut meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persentase pembagian pengerjaan karya film adalah 70% di bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi sedangkan 10% tahap pasca produksi.

Pengerjaan sebuah film tidak lepas dari kerja sama 3 pihak yaitu penulis scenario, sutradara dan produser. Penulis skenario adalah orang yang menuangkan

STIKOM


(18)

ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan yng sesuai dengan kaidah penulisan naskah. Sutradara adalah orang yang mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah skenario menjadi rekaman audio visual. Sedangkan produser adalah orang yang membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film (Tino, 2008) Pada umumnya tim kerja produksi film terdiri dari beberapa bagian yaitu manajer produksi, asisten sutradara, sinematografer, perekan suara, pengarah artistic, penyunting gambar.

2.5 Film Pendek (Short Movie)

Film pendek merupakan film yang durasinya pendek yaitu dibawah 60 menit dan didukung oleh cerita yang pendek (Mabruri, 2010). Dengan durasi film yang pendek, para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Perkembangan di dunia industri perfilman sekarang ini tidak hanya di produksi melalui rumah-rumah produksi saja. Melainkan banyak pula karya-karya film yang dihasilkan oleh sineas-sineas muda yang dapat menghasilkan sebuah karya yang berupa moving picture secara

independent.

Menurut H. Misbach Yusa Biran dalam bukunya yang berjudul Teknik menulis skenario film cerita, secara fisik dari bahasa film adalah media gambar (visual) dan media suara (audio). Bahasa film ini menguraikan makna dan kemampuannya dikaitkan dengan berbagai unsur lain, seperti gabungan dalam komposisi, kaitan dengan sudut pandang kamera, dengan adanya deep of field

STIKOM


(19)

(Biran, 2006). Penggunaan bahasa film secara naluriah terkadang dapat berfungsi efektif namun terkadang tidak. Beberapa hal yang berhubungan dengan bahasa film adalah sebagai berikut:

1. Media Visual

Media visual atau media gambar adalah segala sesuatu yang diinformasikan untuk mata. Unsur-unsur media visual dalam rangka penyajian cerita adalah pelaku (actor) set (tempat kerjadian), properti dan cahaya. Informasi cerita yang akan disampaikan kepada mata penonton adalah dengan penampilan

acting pelaku dihubungkan dengan set atau pelaku dengan cahaya dan menurut penataan tertentu (Biran, 2006).

Kelemahan media visual adalah terbatasnya pengalaman setiap audien terhadap konsep cerita yang ditampilkan dalam bentuk visual yang menjadikan setiap audien akan menangkap informasi yang berbeda dan dikaitkan dengan persepsi setiap audian namun dalam film yang sama. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan bahasa gambar maka penggunaannya akan lebih tepat, lebih efektif, dan perlu melakukan penambahan agar unsur gambar yang belum dikenal menjadi bisa dipahami (Kristanto, 2005).

2. Pelaku (Aktor)

Kedudukan pelaku dalam cerita adalah hal yang terpenting. Karena tokoh utama dan para tokoh pendukunglah sebuah cerita dapat dituturkan. Cerita adalah kisah perjuangan protagonis dalam menyingkirkan problema utama dan mencapai satu tujuan. Pokok terpenting dari pelaku adalah sesuatu yang

STIKOM


(20)

menarik, unik dan bukan tokoh yang tanpa arti. Pelaku adalah salah satu media didalam cerita sebuah film yang dapat memberikan informasi kepada audien. Informasi yang akan diterima audien mengenai karakter, watak, gangguan yang dialami, akhlak, falsafah, serta perubahan yang terjadi karena faktor lingkungan (Bare, 1971)

Audien dapat menerima informasi secara baik dengan cara memberikan tekanan pada ciri khas tokoh pelaku yang akan memunculkan tokoh yang baru tetapi bukan tokoh yang fiktif. Dalam peran pelaku dalam sebuah film yang perlu ditekankan adalah menciptakan daya tarik dari pelaku disertai dengan adegan yang manusiawi (Biran, 2006).

3. Set (Venue)

Pengertian set dalam film akan dapat bermakna sebagai kamar, ruang duduk, lapangan, geladak kapal, ruang kabin pesawat, dan sebagainya. Set akan berfungsi seperti pelaku yang akan memberikan informasi karakteristik pelaku. Selain dapat menjelaskan karakteristik pelaku, unsur set juga dapat menjelaskan tentang kepemilikan atau yang berdomisili di set tersebut, tentang tingkat ekonomi, sosial budaya, suasana lingkungan, dan sebagainya (Biran, 2006).

4. Status Ekonomi

Status ekonomi dapat diperlihatkan dalam film jika pelaku atau pun set menggunakan benda-benda yang terkesan harganya mahal. Dengan keadaan status ekonomi tertentu maka karakteristik pelaku dapat dipahami oleh audien.

STIKOM


(21)

Karakter penonton berdasarkan status ekonomi dapat dikelompokan menjadi 5 kelas yakni A, B, C, D, E (Mabruri, 2010).

Tabel 2.1 Karakter Penonton Berdasarkan Status Ekonomi

Kelas A Penonton yang mempunyai tingkat pendapatan sangat tinggi dengan pengeluaran yang tinggi juga, kelas ini disebut kelas menengah ke atas.

Kelas B Penonton yang mempunyai pekerjaan yang cukup mapan, berpendapatan di atas rata-rata dan cukup konsumtif dalam mengeluarkan anggaran belanja, kelas ini disebut kelas menengah.

Kelas C dan D

Penonton yang bekerja disektor informal dengan pendapatan yang dibawah rata-rata, kelas ini disebut kelas menengah kebawah.

Kelas E Penonton yang berada dibawah garis kemiskinan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5. Status Lingkungan dan Sosial Budaya

Dengan memperlihatkan tanda-tanda tertentu dari waktu, tempat, audien akan segera mengetahui pesan yang ingin disampaikan dalam cerita film. Pengamatan diperlukan sebagai ciri khas dari sebuah lingkungan dan kondisi sosial budaya di sebuah daerah. Dengan menggunakan tanda-tanda budaya yang unik sebuah daerah dapat menjadikan daya tarik yang unik dari audien (Mabruri, 2010).

6. Atmosfer (Mood)

Suasana jiwa atau mood dapat dikesankan oleh set lokasi yang disiapkan dengan menggunakan shot tertentu. Daya kreatifitas sutradara akan mempengaruhi situasi mood audien terhadap film yang ditonton (Biran, 2006).

STIKOM


(22)

7. Properti

Kata properti dalam dunia film terbatas pengertiannya hanya pada segala macam perlengkapan yang ditambahkan pada pelaku atau tempat. Perlengkapan untuk shoting tidak dianggap sebagai properti (Biran, 2006). 8. Waktu

Sebuah zaman atau waktu dapat ditunjukan dengan menggunakan properti yang mendukung waktu dengan ditampilkannya benda atau set lokasi tersebut. Penggunaan properti akan memeperngaruhi waktu dan zaman film tersebut dibuat dan dapat memperngaruhi kondisi mood audien (Biran, 2006).

9. Cahaya (Lighting)

Cahaya adalah unsur media visual, karena cahayalah sebuah informasi dapat dilihat. Cahaya pada mulanya adalah unsur teknis yang membuat benda dapat dilihat maka penyajian film pada mulanya disebut sebagai “painting with light”, melukis dengan cahaya. Cahaya dalam perkembangan waktu dapat menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosphere, set dan bisa menunjang dramatik adegan (Ross, 1999)

10.Media Audio

Media Audio adalah media informasi yang berbentuk suara yang diterima oleh audien dengan menggunakan indra telinga. Media ini berfungsi sebagai penunjang informasi visual. Kreatifitas menggunakan audio juga dapat memperngaruhi dramatik sebuah film. Bahkan dalam penuturan dialog dapat mencerminkan karakter pelaku (Biran, 2006).

STIKOM


(23)

11.Informasi (Massage)

Informasi dari ucapan pelaku adalah sarana paling efektif dari unsur informasi audio. Terutama dalam menjelaskan pikiran atau perasaan pelaku. Informasi didalam dialog dapat berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara langsung atau pun hanya sekedar tersirat. Di dalam dialog dapat menghasilkan pengertian tersirat dan mengandung pengertian filosofik (Edmonds, 1978).

2.6 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)

Di dalam pembuatan film terdapat beberapa sudut pandang kamera yang digunakan dalam shoting, beberapa sudut pandang kamera, kontinuitas, komposisi dan editing. Sudut pandang kamera (Angle Camera) adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili sudut pandang penonton. Dengan demikian penempatan kamera ikut menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat oleh penonton atau oleh kamera pada suatu shot. Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita (Biran, 2006).

Penempatan sudut pandang kamera dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah di-shot bisa jadi tidak tertangkap atau sulit dipahami penonton. Oleh karena itu penempatan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan. Dalam buku

The Making of 3D Animation Movie (Zaharuddin, 2006) diterangkan beberapa hal mengenai kamera. Diantaranya adalah karakteristik shot, dan berbagai macam perpindahan kamera.

STIKOM


(24)

2.6.1 Shot Sizes

Dalam dunia pertelevisian dan perfilman terdapat beberapa ukuran shot

yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar. Beberapa shot sizes itu adalah:

1. Extreme Long Shot (ELS) Komposisi:

Sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Tujuan:

Memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu tempat.

2. Very Long Shot (VLS) Komposisi:

Panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Tujuan:

Untuk menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak. 3. Long Shot (LS)

Komposisi:

Total, dari ujung kepala hingga ujung kaki, gambaran manusia seutuhnya. Tujuan:

Memperkenalkan tokoh utama atau seorang pembawa acara lengkap dengan

setting latarnya yang menggambarkan di mana dia berada dan suasana. LS biasanya digunakan sebagai opening shot, dilanjutkan dengan zoom in hingga ke medium shot yang menggambarkan wajah tokoh yang bersangkutan secara

STIKOM


(25)

lebih detail.

4. Medium Long Shot (MLS)

Dengan menarik garis imajiner dari posisi LS lalu zoom-in hingga gambar menjadi lebih padat, maka kita akan memasuki wilayah Medium Long Shot

(MLS). Komposisi seperti ini sering dipakai untuk memperkaya keindahan gambar.

5. Medium Shot (MS) Komposisi:

Memperlihatkan subjek orang dari tangan hingga ke atas kepala sehinggapenonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Tujuan:

Untuk shoting wawancara. 6. Medium Close Up (MCU)

MS dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan background yang masih bisa dinikmati, MCU justru memperdalam gambar dengan dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang direkam. Latar belakang itu nomer dua, yang penting adalah profil, bahasa tubuh, dan emosi obyek bisa terlihat lebih jelas.

7. Close Up (CU) Komposisi:

Obyek (seseorang) direkam gambarnya penuh dari leher hingga ke ujung batas kepala. Fokus kepada wajah.

STIKOM


(26)

Tujuan:

Menggambarkan emosi atau reaksi seseorang dalam sebuah adegan (marah, kesal, senang, sedih, kagum kaget, jatuh cinta). Dengan eksplorasi CU, kita bisa mendapatkan angle terbaik untuk menciptakan gambar yang berbicara. Ketajaman mata, ekspresi, kedipan mata, reaksi, emosi hingga ke bahasa tubuh akan tercermin dalam raut wajah sang narasumber dengan jelas. Komposisi CU juga

8. Big Close Up (BCU) Komposisi:

Lebih tajam daripada Close up.

Tujuan:

Menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah, emosi, keharuan. Untuk penyutradaraan non drama , BCU adalah tata bahasa yang berlaku untuk produksi talk show dan kuis, terutama untuk menggambarkan rekasi dari penonton yang sedang larut dalam pembicaraan. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu. BCU dapat juga digunakan untuk objek berupa benda seperti: wayang, batu cincin ataupun makanan.

9. Extreme Close Up (ECU)

ECU adalah pengambilan gambar close up secara lebih berani dengan menampilkan salah satu bagian tubuh/ wajah (mata, bibir, hidung) dengan

frame yang sungguh-sungguh padat. Kekuatan ECU adalah pada kedekatan

STIKOM


(27)

dan ketajaman yang hanya fokus pada satu bagian objek saja. Komposisi macam ini banyak dibutuhkan dalam video musik dan kerapkali digunakan sebagai transisi gambar menuju shot berikutnya dengan komposisi dan angle

yang berbeda.

10.Over Shoulder Shot (OSS)

Over Shoulder Shot adalah pengambilan gambar subject/object yang diambil dari punggung/bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi shot semacam ini membantu kita untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame, dan mendapatkan „feel’ saat menatap seseorang dari sudut pandang orang lain. OSS sangat dianjurkan saat ada percakapan atau dialog antara dua orang.

11.Two Shot

Ada beberapa variasi untuk Two Shot, tetapi ide dasarnya adalah untuk mendapatkan pengambilan gambar yang pas untuk dua subject. Biasa digunakan dalam wawancara atau ketika presenter sedang melakukan show.

Two-shot sangat dianjurkan untuk menetapkan relasi antara kedua subject yang diambil. Komposisi two-shot dapat juga disertai gerakan atau atau aksi. Ini adalah cara yang bagus untuk mengikuti interaksi antara kedua orang yang bersangkutan tanpa merasa terganggu dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

STIKOM


(28)

Gambar 2.1 Camera Shots, Angles and Movement

2.6.2 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Obyek

1. High Angle

Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya memiliki status social yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan berbeban berat.

2. Eye Level

Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek. Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton sejajar.

STIKOM


(29)

3. Low Angle

Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya.

2.6.3 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Subyek

1. Objective Camera Angle

Angle ini menempatkan kamera dari sudut pandang penonton yang tersembunyi. Kamera melihat dari sudut pandang penonton dan tidak dari sudut pandang pemain tertentu. Camera Angle Obyektif tidak mewakili siapa pun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada kamera yang sedang mengambil gambar tentang dirinya atau dengan kata lain pemain tidak merasa bahwa apa yang dilakukannya ada yang melihat.

2. Subyective Camera Angle

Kamera ditempatkan dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya pemain melihat ke arah penonton. Kamera dapat juga ditempatkan dari sudut pandang pemain yang memperhatikan pemain lainnya dalam suatu adegan.

2.6.4 Point of View Camera Angle

Point of View Camera Angle adalah gabungan antara obyektif dengan subyektif yang merekam adegan dari titik pandang pemain tertentu (Marner, 1972). Cara pengambilannya dengan meletakkan kamera sedekat mungkin dengan pemain yang titik pandangnya digunakan sehingga mendapat kesan kamera

STIKOM


(30)

menempel di pipinya. Dalam hal ini penonton menyaksikan peristiwa yang terjadi dari sisi pemain tersebut.

2.6.5 Kontinuitas Film (Continuity)

Film adalah sebuah Continuity. Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan, lancar dan mengalir secara logis (Mabruri, 2010). Itulah yang disebut aspek continuity pada sebuah film. Film, baik berupa rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus mampu memberikan kepada penontonnya sebuah realitas kehidupan yang nyata. Film harus bisa menyajikan suatu realita atau suatu dunia realita yang nyata, sebuah reproduksi kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu film sering dinilai sebagai “dunia pura-pura” yang meyakinkan . Hal itu bisa terwujud jika apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik dan diterima secara wajar oleh penonton.

Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail. Hanya dengan cara itu continuity bisa terjaga dengan baik. Di dalam tahap perencanaan (pra-produksi) baik berupa catatan-catatan ide, corat-coret outline, design story board, ataupun shoting script, pertimbangan continuity ini harus dimasukkan (Mabruri, 2010). Jika tidak, film yang kita buat hanya merupakan kumpulan shot-shot yang tidak jelas. Continuity adalah logika sebuah film yang membuat film tersebut terkesan realistis dan meyakinkan sehingga membuat penonton bertahan dan hanyut dalam penuturan film dari awal sampai akhir.

STIKOM


(31)

2.6.6 Komposisi Gambar

Komposisi berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Seorang sutradara atau cameramen harus bisa memutuskan apa yang masuk dan apa yang tidak perlu masuk ke dalam bingkai (frame) (Lesie, 2000). Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada viewfinder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing. Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest/ obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya dalam frame. Komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi objek dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan. Unsur-unsur pendukung komposisi sebagai berikut:

1. Wujud (Shape)

Tatanan dua dimensional, mulai dari titik, garis lurus, poligon (garis lurus majemuk/terbuka/tertutup), dan garis lengkung (terbuka, tertutup, lingkaran). 2. Bentuk (Form)

Tatanan yang memberikan kesan tiga dimensional, seperti kubus, balok, prisma, dan bola.

3. Pola (Pattern)

Tatanan dari kelompok sejenis yang diulang untuk mengisi bagian tertentu di dalam bingkai foto, sehingga memberikan kesan adanya keseragaman.

STIKOM


(32)

4. Tekstur (texture)

Tatanan yang memberikan kesan tentang keadaan permukaan suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut, dan seterusnya).

5. Kontras (contrast)

Kesan gelap atau terang yang menentukan suasana (atmosphere/mood), emosi, dan penafsiran sebuah citra.

6. Warna (Colour)

Unsur warna yang dapat membedakan objek, menentukan mood daripada foto kita, serta memberi nilai tambah untuk menyempurnakan daya tarik.

2.6.7 Editing Gambar

Editing adalah jiwa dari sebuah film/ video. Editing adalah suatu proses MEMILIH, MENGATUR dan MENYUSUN shot-shot menjadi satu scene; menyusun dan mengatur scene-scene menjadi satu sequence, hingga akhirnya menjadi rangkaian shot-shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Editing yaitu suatu proses memilih atau menyunting gambar dari hasil shoting dengan cara memotong gambar ke gambar cut to cut atau dengan menggabungkan gambar-gambar dengan menyisipkan sebuah transisi (Biran, 2006).

2.6.8 Genre Film

Film memiliki beberapa genre yang akan memberikan karakteristik dalam sebuah film. Segmentasi audien dalam sebuah film akan memperhatikan jenis genrenya. Penggunaan genre dalam sebuah film akan membuat daya tarik tersediri

STIKOM


(33)

bagi setiap audien yang menontonya. Setiap film pendek memiliki teknik yang menjadi point di setiap film.

Gambar 2.2 Jenis-jenis Genre (magazine What's On TV, 1993) 2.7 Special EffectSplit Screen

Dalam produksi film, split screen secara tradisional adalah membagi layar / frame menjadi dua, tetapi juga dalam gambar beberapa simultan, seolah-olah bahwa frame layar itu adalah pandangan mulus realitas, mirip dengan mata manusia. Sampai kedatangan teknologi digital di awal 1990-an, sebuah layar split ini dilakukan dengan menggunakan printer optik untuk menggabungkan dua atau

STIKOM


(34)

lebih tindakan difilmkan secara terpisah dengan menyalin mereka ke negatif yang sama, yang disebut komposit. Dalam pembuatan film split screen juga merupakan teknik yang memungkinkan seorang aktor untuk muncul dua kali dalam sebuah adegan (seolah-olah mereka kloning atau telah melakukan perjalanan melalui waktu). Teknik yang paling sederhana adalah dengan mengunci kamera dan memotret tempat kejadian dua kali, dengan satu "versi" dari aktor yang muncul di sisi kiri, dan yang lainnya di sisi kanan. Lapisan antara dua split ini dimaksudkan untuk menjadi tak terlihat, membuat duplikasi tampak realistis.

Dalam film pendek, teknik split screen akan berfungsi di adegan inti yang akan terdapat makna yang dibagi dalam setiap potongan-potongan gambar yang terdapat dalam satu layar tersebut. Dengan menggunakan teknik split screen akan mendukung makna pencitraan tokoh atau aktor skizofrenia. Di setiap potongan gambar akan memiliki makna kepribadian yang dijalankan oleh tokoh yang mengalami skizofrenia.

.

Gambar 2.3 Split Screen Film Green Hornet

STIKOM


(35)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir pada BAB III ini, menjelaskan tentang perancangan karya dalam proses pembuatan film pendek menggunakan teknik split screen.

BAB III ini menjelaskan konsep atau pokok pikiran utama yang menjadi dasar rancangan karya yang akan dibuat atau biasa dikenal sebagai proses pra-produksi.

3.1 Tahap Perencanaan Karya/Planning

Pada tahap perencanaan/planning, studi kelayakan yang dilakukan diantaranya adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data 2. Teknik Analisis Data

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Populasi yang akan diambil dalam penelitian untuk membuat film ini adalah dengan mengambil sampel di rumah sakit jiwa sebagai pengamatan langsung mengenai tingkah laku seorang skizofrenia.

Sumber data yang diambil dengan melakukan wawancara ke dokter spesialis jiwa dan psikolog di beberapa rumah sakit jiwa dan pengamatan tingkah laku penderita disertai dengan penggalian informasi mengenai penyebab seseorang menderita skizofrenia. Semua hasil penelitian secara langsung ini akan

STIKOM


(36)

di kombinasikan menggunakan beberapa studi literatur atau teori-teori yang telah dicetak dalam bentuk buku maupun jurnal dari dalam negeri dan luar negeri yang dapat mendukung kekuatan dalam film skizofrenia yang akan dibuat.

Teknik pengumpulan data dalam merancang bangun website online store ini menggunakan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Wawancara

Dalam hal wawancaras ada beberapa informan untuk membentuk sebuah konsep dalam film pendek ini, diantaranya adalah:

a. Drs. Herlan Pratikto, MSi, Psikolog.

Informan ini adalah seorang psikolog yang berpengalaman sebagai psikolog klinis yang sering menangani pasien yang menderita skizofrenia yang ditinjau dari segi pendidikan psikologi.

b. Amanda Pasca Rini, S.Psi, M.Si, Psikolog.

Informan ini adalah seorang psikolog yang bergerak di bidang eksperimen dan penelitian, khususnya dalam test psikologi dalam penyakit skizofrenia digunakan tes untuk mengetahui kepribadian yaitu Test Rosach yang berupa tes bercak tinta.

c. KRT.Th. A. Hendro Riyanto, dr. SpKJ, MM.

Informan ini adalah seorang dokter jiwa yang fokus dalam menangani penyakit skizofrenia dan beliau juga tergabung dalam perkumpulan skizofrenia Indonesia.

STIKOM


(37)

d. Dr. Edith Maria D, Sp.S.

Informan ini adalah seorang dokter kepala bidang penanganan penyakit skizofrenia di RSJ Menur Surabaya, beliau juga merupakan dokter spesialis saraf.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan adalah melalui buku rujukan mengenai penyakit skizofrenia serta jurnal ilmiah nasional dan internasional yang terkait dengan penyakit skizofrenia.

STIKOM


(38)

3.1.2 Teknik Analisis Data

Gambar 3.1 Bagan Hasil Wawancara ORANG MUDA SKIZOFRENIA PARANOID PENYAKIT STATUS BELUM POPULER DI MASYARAKAT BISA SEMBUH TIDAK BISA SEMBUH

DIJAUHI & DITAKUTI MASYARAKAT RUMAH SAKIT JIWA

PSIKOLOG 16-30 TAHUN

MASA PERALIHAN REMAJA – PEMUDA MENCARI JATI DIRI

KULIAH / KERJA

DUKUNGAN KELUARAGA / ORANG TERDEKAT PSIKOLOG -> PERILAKU

PSIKIATER ->

OBAT-OBAT MENEKAN CAIRAN OTAK DIBUANG OLEH MASYARAKAT DIJAUHI MASYARAKAT CUKUP PANDAI TEKANAN DARI SEKITAR (EKONOMU, SOSIAL, KALUARGA) KETAKUTAN KETERBATASAN BAHASA PENDIDIKAN MASYARAKAT MASYARAKAT TIDAK MAU TAHU

STIKOM

SURABAYA


(39)

3.2 Tahap Analisis Karya

Pada tahap analisa ini bertujuan untuk menentukan masalah dalam upaya mencari solusi yang dikemas dalam sebuah film pendek. Sehingga diharapkan dengan dilakukan analisa, maka permasalahan yang ada akan dapat teratasi dan menghasilkan suatu hasil karya film pendek. Beberapa tahapan analisa yaitu:

Gambar 3.2 Bagan Tahap Analisis Karya

3.2.1 Studi Eksiting

Studi eksiting dilakukan ke beberapa film sebagai refrensi untuk pembuatan film Skizofrenia, beberapa film yang diamati adalah Lie to Me, Surat Kecil untuk Tuhan, Pupus, Green Hornet.

NOT ME FILM

Split screen

STIKOM


(40)

Tabel 3.1 Studi Eksiting Film

FILM URAIAN

Lie to Me Penggunaan sistem tanda yang baik serta mendetail dalam setiap scene atau adegan dan merupakan kekuatan dalam film Lie to Me.

Surat Kecil untuk Tuhan

Cerita yang menarik dalam konsep film yang mengenalkan terhadap sebuah penyakit yang dikemas dalam bentuk edukasi kepada masyarakat tentang bahaya sebuah penyakit kanker.

Pupus Drama percintaan anak muda yang mengesankan besarnya cinta yang sejati dan pengorbanan terhadap sesuatu yang telah menjadi impian.

Green Hornet Penggunaan teknik video editing salah satunya menggunakan split screen dalam beberapa scene yang menarik dalam film ini.

3.2.2 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Strenght :

Film ini dibuat sebagai sarana informasi yang memberikan edukasi berupa bahanyanya penyakit skizofrenia di Indonesia. Penyakit ini menyerang dewasa muda khususnya yang mengalami konflik antara impian dan keluarganya.

Weakness:

Harus memiliki analisis yang tajam dengan menggunakan semiotika yang disesuaikan dengan bahasa film. Membawa audien untuk dapat ikut ke kondisi yang dialami pelaku.

Opportunity:

Beberapa film yang berada di Indonesia telah ada yang memebrikan edukasi terhadap penyakit tertentu sedangkan untuk penyakit skizofrenia yang menyerang generasi muda Indonesia masih belum ada sutradara film di Indonesia yang mengangkat topik mengenai ini.

STIKOM


(41)

Threatment:

Adanya sutradara film nasional yang akan membuat karya film dengan mengangkat tema yang sama dengan pengemasan yang lebih menarik.

3.2.3 STP (Segmentating, Targeting, Positioning)

Segmentasi, Targeting dan Positioning karya film ini adalah: • Demografi : Kota Besar (ibu kota provinsi) • Umur : 20 - 25 tahun

• Status Ekonomi : Menengah • Pendidikan : Sarjana • Pekerjaan : Mahasiswa

• Positioning : Film ini ditujukan kepada mahasiswa yang mengejar impian melalu kuliahnya yang aktif, energik, ambisius, perfeksionis.

3.2.4 Keyword

Untuk menentukan konsep karya maka akan dilakukan penelitian terdahulu untuk merujuk ke satu point kunci (keyword)

Tabel 3.2 Analisis Keyword

Mencari Jati Diri

Kepribadian Anak Muda

Terlantar Having Fun

Tergantung dengan orang lain

Masa peralihan Kurang mendapat perhatian

Skizofrenia Paranoid Perubahan

Kepribadian Keluarga yang

STIKOM


(42)

kurang harmonis Ketakutan / Paranoid Ketakutan

Kehidupan yang Cepat

Kota Besar

Budaya Konsumtif Tertata

Ramai

Tekanan Hidup Konsumtif

Ekonomi Menengah Pekerjaan Mapan

Pendapatan Rata-rata UMR kota

Dari analisa keyword pada tabel 3.2 maka hasilnya adalah menggunakan keyword

ketakutan atau paranoid. Analisa ini sesuai dengan jenis skizofrenia yang akan menjadi landasan tema dalam film ini yaitu skizofrenia paranoid.

3.2.5 Perancangan Konsep Cerita

Didalam analisa konsep yang terkait dengan keyword maka mengkasilkan beberapa pemikiran mengenai konsep yang dapat saling terkait dengan pengambilan tema skizofrenia. Beberapa perpaduan konsep yaitu:

1. Film pendek yang menggunakan satu aktor yang terlihat mengalami skizofrenia dan aktor selalu berada di masyarakat sosial disekitarnya. 2. Film pendek yang memadukan antara adegan percintaan anak muda dan

disertai dengan kehidupan yang hura-hura serta memiliki titik klimaks yang tergantung dan tidak memiliki anti klimaks.

3. Film pendek yang memperlihatkan kehidupan keluarga pasien skizofrenia dan disertai dengan pola psyco sosial aktor skizofrenia namun berakhir dengan happy ending.

STIKOM


(43)

Dari beberapa alternatif konsep cerita film pendek dengan tema skizofrenia sehingga menghasilkan analisis konsep cerita pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Analisis Konsep Cerita

Konsep Filosofi Penyakit Skizofrenia Informasi Penyakit Skizofrenia Pencapaian Target Audience Dramatisasi Cerita Faktor Pendidikan TOTAL

1 1 3 1 3 1 9

2 1 3 1 2 1 8

3 3 3 2 1 3 12

Dari hasil analisis konsep pada tabel 3.3 maka film pendek ini akan menjalankan konsep yang berkaitan dengan anak muda, keluarga dan lingkungan sosial aktor penderita skizofrenia yang telah ditinjau dari berbagai faktor yang mendukung film pendek ini.

3.2.6 Perancangan Skenario

Didalam skenario film pendek ini, terdapat beberapa analisa, salah satunya adalah analisa aktor utama yang digunakan dalam film pendek dengan tema skizofrenia. Analisis nama dari aktor utama adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Analisis Nama Aktor Utama

Nama Watak Psikis Ekonomi Keluarga TOTAL

Andrian 2 3 2 3 10

Andre 1 1 2 1 5

Albert 2 1 1 1 5

Dalam analisis nama dilakukan dengan cara diskusi dengan beberapa mahasiswa dari berbagai jenjang disiplin ilmu yang berbeda (ekonomi, psikologi, pendidikan, pendidikan dokter jiwa). Tahap analisis terbagi menjadi beberapa bagian yaitu watak, psikis, ekonomi dan keluarga. Dari hasil tabel 3.2 di atas maka dapat disimpulkan penggunaan nama Andrian dalam pelaku utama telah memenuhi

STIKOM


(44)

aspek untuk mendukung kearah penyakit skizofrenia yang didasari pada hasil wawancara dengan beberapa informan.

Selain terdapat analisis nama aktor utama, akan dilakukan analisis juga terhadap struktur tangga dramatik dalam sebuah skenario yang ditinjau dari segi audien. Beberapa analisa tangga dramatik dalam sebuah skenario adalah:

Tabel 3.5 Analisis Tangga Dramatik Skenario

Tangga Dramatik Tingkat Kebosanan

Durasi Cerita

Tingkat Dramatik

Tingkat Kelelahan

Penonton

TOTAL

Durasi 60 menit

1 2 3 2 10

Durasi 45 menit

1 3 1 3 8

Durasi 30 menit

1 1 3 2 7

Dari data anilisa tangga dramatik pada tabel 3.5 maka film pendek ini akan dibuat dengan durasi 30 menit dengan tingkat tangga dramatik cerita yang meningkat namun tetap memiliki anti klimaks dengan bobot ¼ dari keseluruhan cerita.

3.2.7 Perancangan Storyboard

Didalam analisa storyboard lebih ditekankan pada teknik pengambilan gambar pada setiap scene atau setiap shoot yang dapat bercerita mengenai jalan cerita sebuah film pendek pada saat pra produksi. Beberapa analisa bentuk storyboard adalah:

STIKOM


(45)

Tabel 3.6 Analisis Jenis Storyboard

Jenis Storyboard Detail Shoot Detail Cerita

Detail Gambar

TOTAL

A

1 1 3 5

B

2 1 1 4

C

3 2 3 8

Dari beberapa analisis dalam pemilihan storyboard maka yang terpilih untuk detail storyboar adalah sotoryboard type C sesuai dengan hasil analisis tabel 3.6.

STIKOM


(46)

3.2.8 Perancangan Teknik Split Screen

Penggunaan teknik split screen dalam film ini dibagi menjadi 2 jenis analisis yaitu analisis secara teknik dan analisis komposisi gambar. Untuk yang pertama akan dianalisis secara teknik sesuai pada tabel 3.7 dibawah ini.

Tabel 3.7 Analisis Teknik Split Screen

Teknik Split Screen

Efisiensi Kualitas Budgetting TOTAL

Teknik Multi Camera

2 3 1 6

Teknik Editing Effect

3 2 3 8

Pada tabel 3.7 terdapat analisis penggunaan gambar dengan menggunakan teknik

split screen hanya digunakan dalam memberikan effect pada setiap gambar scene utama pada film pendek ini. Untuk analisis kedua dilakukan pada komposisi effect editing gambar split screen yang digunakan pada scene utama dalam film pendek ini. Beberapa analisis komposisi gambar adalah:

Tabel 3.8 Analisis Gambar Split Screen Effect

Jenis Komposisi Gambar Split Screen

Framing Komposisi Shot Size Angle TOTAL

A

4 1 1 1 7

B

2 4 2 3 11

STIKOM


(47)

C

4 4 3 1 12

D

4 4 3 2 13

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3.8 maka penggunaan teknik split screen B, C, D sebagai effect editing pada scene utama pada film pendek ini. Teknik split screen ini akan berfungsi sebagai pemaknaan jiwa aktor yang terpecah menjadi beberapa bagian dengan memeperlihatkan kondisi aktor yang mengalami ketakutan atau paranoid.

3.2.9 Colloring Film

Dalam colloring atau pewarnaan sebuah film dapat menimbulkan cirri khas sebuah film. Analisis colloring dalam film pendek ini sesuai pada analisis

keyword yaitu ketakutan atau paranoid. Beberapa analisis warna yang digunakan untuk menggambarkan suasana ketakutan atau paranoid adalah:

Tabel 3.9 Analisis Colloring Film

Warna Muda Drama Ketakutan /

Paranoid

TOTAL

Merah muda 2 3 1 6

Kuning muda 3 2 2 7

Biru muda 3 1 1 5

STIKOM


(48)

Berdasarakan pemilihan pewarnaan atau colloring pada tabel 3.9 maka didapatkan

colloring atau pewarnaan adalah warna kuning muda yang akan mendominasi hasil karya film pendek yang bertema skizofrenia.

STIKOM


(49)

45 BAB IV

IMPLEMENTASI KARYA

Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang hasil karya yang didapat berasal dari rancangan pada bab sebelumnya proses pembuatan film pendek. Pada BAB IV ini menjelaskan mengenai pelaksanaan produksi film pendek mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi.

4.1 Pra Produksi 4.1.1 Ide dan Konsep

Film pendek merupakan salah satu media komunikasi massa. Didalam sebuah film akan tersirat beberapa pesan yang akan diterima audien atau penonton. Dengan durasi film yang pendek, para pembuat film dapat lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan melalui setiap shoot akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya.

Perkembangan penderita penyakit skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Bandung (RSJB) mencatat rata-rata peningkatan jumlah pasien mencapai 1.000 pasien per tahun. Pada tahun 2002, jumlah pasien di RSJB 12 ribu orang, 2003 sebanyak 13 ribu, 2004 sebanyak 14 ribu, dan tahun 2005 sebanyak 15 ribu pasien. Persentase penderita skizofrenia adalah modus penyakit terjadi pada usia 30-35 tahun dan penyakit ini dapat menyerang usia 20 tahun dengan persentase

STIKOM


(50)

10%, pada usia 20-40 tahun sekitar 65%, dan pada usia diatas 40 tahun sekitar 25% (Sutatminigsih, 2002).

Berdasarkan data perkembangan penyakit skizofrenia di Indonesia, masyarakat masih belum banyak audien yang tahu mengenai penyakit skizofrenia khususnya penyakit ini menyerang generasi anak muda saat ini. Sebuah informasi sangan dibutuhkan untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit ini. Dengan film pendek diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penyakit skizofrenia khususnya skizofrenia paranoid.

Film pendek yang dibuat menggunakan teknik split screen yang merupakan teknik efek dalam editing sebuah film. Teknik split Screen terdapat pada saat aktor mengalami ketakutan (skizofrenia paranoid). Penggunaan teknik ini sebagai daya dukung dramatisasi alur klimaks dalam film pendek ini. Pesan dari penggunaan split screen adalah terjadinya disharmoni antara pikiran dan perbuatan yang diperlihatkan oleh aktor utama dalam film pendek ini.

4.1.2 Sinopsis

Sebuah keluarga kecil yang hidup secara berkecukupan, keluarga ini memiliki anak tunggal yang bernama Andrian Seluruh kebutuhan hidupnya selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Saat Andrian menjalani kehidupan selama kuliah di STIKOM Surabaya, dia bertemu dengan Ratna seorang gadis asal Bontang yang dikenalnya di sebuah toko buku. Perkenalan Andrian dengan Ratna berlanjut ke arah pacaran.

STIKOM


(51)

Kehidupan Andrian nampak bahagia dengan Ratna, namun ketika Andrian memasuki semester 8 dalam kuliahnya, keluarga Andrian mulai menghadapi ekonomi yang berakibat rumah yang dihuni oleh keluarga Andrian harus disita oleh bank. Seketika itu kehidupan Andrian berbanding terbalik dengan kondisi rumah yang jauh berbeda dengan sebelumnya, bahkan teman-temannya meninggalkan Andrian.

Dengan kondisi ekonomi keluarga Andrian berakibat pula pada kondisi pembayaran kuliah Andrian dan terancam untuk DO (drop out). Di saat ini hanya Ratna yang menjadi kekuatan Andrian, namun seketika Ratna mendapatkan kabar tentang Ayahnya yang meninggal karena serangan jantung. Karena ayahnya meninggal Ratna harus kembali ke Bontang untuk menemani ibunya.

Kondisi ini semakin memperburuk kondisi Andrian yang berakibat dia mengalami strees dengan ketakutannya pada kemiskinan disertai dengan kebenciannya dengan kedua orang tuanya yang kurang harmonis dan kemudian Andrian di diagnosis dokter jiwa terkena penyakit gangguan kejiwaan (skizofrenia paranoid) dan yang telah membantu Andrian untuk sembuh adalah Ratna yang sempat kembali ke Bontang beberapa tahun.

4.1.3 Skenario

Tabel 4.1 Skenario Film Pendek “Not Me”

1. INT.NIGHT RUANGAN GELAP (0)

Prolog Andrian mengenai perjalanan hidupnya MCU:

MANUSIA HIDUP DENGAN JALAN HIDUPNYA MASING-MASING. ADA YANG KULIAH, ADA YANG KERJA, BAHKAN ADA PULA YANG PENGANGGURAN. ADA YANG KAYA, ADA YANG

STIKOM


(52)

SEDERHANA, BAHKAN TIDAK SEDIKIT PULA MEREKA YANG MISKIN. ORANG KAYA DI UJI DENGAN KEKAYAANNYA, DAN ORANG MISKIN DI UJI DENGAN KEMISKINANNYA. DENGAN SEGALA PERBEDAAN ITU, DAPAT DIPASTIKAN BAHWA KAPASITAS DAN KEMAMPUAN SESEORANG JUGA BERBEDA-BEDA.

DISOLVE 2. EXT.NIGHT JALAN KEDUNG COWEK (4)

Andrian dan temannya menerima tantangan balapan dari orang yang tidak dikenalnya dan memeperebutkan sejumlah uang.

(stock shoot balapan yang sering dijalani andrian sehari-hari dengan berganti-ganti mobil)

Tito

Haloo…apa benar ini yang bernama andrian?

Andrian

Ya…benar saya Andrian, ini siapa ya? Saya gak kenal anda…

Tito

Saya Tito…..

Andrian

Tito sapa ya…. Saya gak kenal anda, mau anda apa?

Tito

Saya dengar anda jago dalam drag race? Kalo anda jago ayoo kita tanding malam ini, bos saya ingin menantang anda…

Andrian

Heeehhh!!! Brani banget you nantang saya, sapa bos you? Saya mau meladeni bos mu asalkan taruhannya mobil bos you jadi milikku, gimana???

Tito

Hahahaha…. Gak perlu kamu tau sapa bos gue…

Ok kalo gtu, saya tunggu di pertigaan Merr STIKOM, ikuti saya ke lokasi….

Andrian

Ok…

(andrian mengikuti mobil tito dan berjalan beriringan ke lokasi balapan)

STIKOM


(53)

Andrian

Heh…siapa yang berani menantang saya? Kalian ini siapa??? Berani banget nantangin gua….

Nanda

Loe yang namanya Andrian, anak citraland? Besar juga nyali loe datang kemari…

Berani loe tanding sm gue?...

Andrian

Iya,…emang knapa? Ngapaen takut sama kalian, apa yang kalian punya???

justru kalian yang berani2 nya nantangin… Punya apa kalian?

Nanda

Hehhh…!!!

Banyak bacot loe… ayo kita tanding… sapa yang kalah, taruhannya mobil yang kita pakai…

Brani gak loe???

Andrian

Ok…siapa takut… (stock shoot drag race mobil)

CUT TO ROLL BACK 3. INT.DAY KAMAR ANDRIAN (1)

Terlihat Andrian terbangun dari tidurnya dan mengusap matanya dan menatap matahari pagi yang menyinari kamarnya dan tepat hari pertama dia kuliah...

(stock shoot suasana kamar andrian dan andrian berkemas untuk berangkat kuliah hari pertama)

CUT TO

STIKOM


(54)

4. EXT.DAY JALAN RAYA (1)

Dengan wajah Andrian yang ceria memasuki hari pertamanya kuliah

(andrian menyetir mobil yang dimiliki nya melintasi jalan sekitar kampusnya, dengan iringan music di mobilnya)

CUT TO 5. INT.DAY KELAS STIKOM (1)

Andrian menikmati kuliah di hari pertamanya dan dia memilih teman yang memilikin kadar ekonomi yang sama dengannya

(andrian memasuki halaman kampus dengan wajah yang ceria tanpa beban dan terkagum bahwa dirinya sekarang adalah mahasiswa)

(andrian tiba di kelas di hari pertamanya kuliah, namun dia mulai memilih teman yang terlihat memiliki ekonomi yang sederajat)

Andrian

Hei… kawand… boleh gak kita jadi teman…

Ake

(sedang asyik memainkan I-PAD)

Boleh aja bro… nama loe sapa? loe dari sekolah mana?

Andrian

Namaku andrian, aku dari sekolah SMA Ciputra… Namamu sendiri sapa? Dari mana juga?

Ake

Owh…kalo gue dari Jakarta bro… gue ikut abang gue yang kerja di perusahaan di Surabaya.

Salam kenal ya bro…

Sbentar bro, kenalin ini juga teman saya dari Jakarta, namanya Aska… Dia anak pejabat DPR bro…yang biasa ngurusin minyak bro…

Raja minyak dia dari medan…hahahaa…

Andrian

Ouwhhh… gitu ya… salam kenal kawand…

Gimana kalo ntar malam kita nongkrong di café daerah kampus, ada café yang lumayan asyik nich…

Aska

Ayo..ayo… boleh juga tuch… gimana Ake??? Masak kerjaan loe cuman mainin I-PAD trusan…hehehe…

STIKOM


(55)

Ake

Ok bro…bisa diatur…

(mereka asyik ngobrol sampai jam kuliah berakhir…makhlum masih mahasiswa baru dan dosennya masih kenalan…)

(stock shoot sunset matahari)

CUT TO 6. EXT.NIGHT CAFÉ (1)

Bersama teman barunya Andrian mulai hangout bareng di sebuah cafe di kota Surabaya

(establish suasana café yang rame dan mereka datang dengan teman-temannya)

(stock shoot kehidupan malam mereka bertiga) (stock shoot balapan mobil, continued scene balapan)

DISLOVE 7. INT.DAY RUANG KELUARGA RUMAH ANDRIAN (2)

Andrian merupakan anak yang diharapkan dari keluarganya menjadi seorang pengusaha Multimedia karena dia adalah anak tunggal dan melanjutkan cita-cita orang tuanya

(terlihat kedua orang tua nya yang sedang membicarakan masa depan anaknya dipagi hari saat papa andrian membaca koran di ruang tamu

rumahnya) Ibu andrian

papi, berilah modal untuk anak kita agar dia bisa membuka usaha sperti pamannya yang di Jakarta low…

papa andrian

modal apa ma? Dia aja low belum lulus kuliah kok…kebiasaan mama selalu memanjakan anak… dia belum bisa apa-apa, lantas gimana kalo diberi

modal, bisa habis…

Ibu andrian

Ayolah pa… biar anak kita itu bisa belajar mbuka usaha sendiri sambil dia kuliah pa…

Toh papa kan sanggup meberikan dia modal untuk dia mbuka usaha

STIKOM


(56)

dengan teman-temannya….

Papa andrian

Ya ya….ma… ntar papa bicarain dengan Andrian dulu dia sanggup gak untuk mulai belajar mandiri…

Tapi kalo andrian belum siap mama jangan manjain dia terus…

(papa andrian meninggalkan pembicaraan dengan nada sdikit emosi)

CUT TO 8. INT.NIGHT RUMAH ANDRIAN (3)

Terlihat kedua orang tuanya yang saling bertengkar karena perbedaan pendapat dan tidak ada yang mau mengalah, kejadiaan ini disaksikan oleh Andrian

(pertengkaran mereka sering terjadi karena mama andrian yang selalu berbelanja terlalu banyak setiap bulan bahkan pemakaian kartu debet yang

berlebihan dan tak segan-segan papa andrian memukul mama andrian) CUT TO 9. INT.NIGHT KAMAR ANDRIAN (3)

Perasaan Andrian yang tidak pernah merasakan keharmonisan di dalam keluarganya bahkan dia mengemban tugas berat untuk menjadi pengusaha di bidang Multimedia

(andrian mulai merasa di keluarganya sudah tidak ada lagi kedamaian yang dia harapkan, bahkan hanya uang dari papa dan mamanya saja yang bisa menemani dia menjalani kesehariannya dan smuanya dilampiaskannya

ke balapan mobil)

CUT TO 10. INT.DAY TOKO BUKU (4)

Andrian mulai mencari buku-buku yang berkaitan dengan menjadi pengusaha sukses, pada saat ini Andrian bertemu dengan Ratna mahasiswa Untag jurusan management

(andrian sedang mencari sebuah buku management yang di instruksikan papanya, namun dia bingung apa yang harus dia cari di toko

buku, namun ada seorang cewek yang berdiri di dekat rak buku, dia bertanya tanpa melihat dia siapa…)

DISLOVE

STIKOM


(57)

11. EXT.NIGHT CAFE (ROMANTIS) (5)

Andrian mulai menyatakan perasaannya kepada ratna dengan kondisi cafe yang romantic

(dengan hati dag dig dug andrian menunggu ratna untuk datang menemuinya)

Andrian

Ratna kamu selama ini gak pernah pacaran ta?

Ratna

Ehmmm…gimana ya… iya kok aq belum pernah pacaran…

Andrian

Kamu tau sendiri aku tadi pagi sudah cerita kehidupan malamku tiap hari, dan aku membutuhkan kasih sayang dari keluargaku… tapi aku tak

mendapatkanya…

Ratna

Aku bisa kok memberikan kasih sayang itu ke kamu…

(terdiam sejenak) Andrian

Kamu serius??? Apa aku hanya mimpi ya???

Ratna

Aku serius, asalkan kamu setia dan tidak lagi balapan setiap malam dengan kehidupan malammu…

Andrian

Ya aku janji… Terima Kasih cinta…

CUT TO

12. INT.DAY TAMAN (6)

(stock shoot perjalanan cinta mereka)

CUT TO 13. INT.NIGHT RESTORAN (6)

Ayah Andrian mulai memberanikan diri kenapa Dia menginginkan

STIKOM


(58)

Andrian untuk menjadi pengusaha sukses dan Ayahnya menjelaskan pula kondisi perusahaanya

(establish situasi restaurant/café) Andrian

Pap, ada apa kok tumben ngajak andrian ke sini? Emang ada apa pap?

Papa andrian

Sorry kalo papa mengganggu aktifitas mu di kampus ya… Papa mau ngobrolin tentang keadaan kondisi bisnis papa yang akhir-akhir ini agak sulit… tapi kamu gak usah terlalu mikirin, yang penting kamu

tetap kuliah aja yang baik…

Andrian

Iya pap…kenapa emangnya usaha papa?

Papa andrian

Teman papa yang dari luar pulau telah memesan barang ke papa dengan jumlah yang cukup besar, namun pada saat barang pesanan nya

datang, teman papa ini malah menghilang gak tau pergi kemana… Tetapi papa terlanjur mengambil langkah untuk meminjam di Bank

untuk melakukan pemesanan barang buat teman papa… Dan saat ini terpaksa rumah kita akan disita oleh bank dan kita skeluarga akan pindah ke rumah teman papa yang lumayan bisa ditempati

kok..

(andrian terdiam sejenak dengan wajah yang sedih…)

Andrian

Lantas bagaimana dengan kuliah andrian pap??? Ini sudah masuk semester akhir untuk ambil TA pap…

papa andrian

papa akan usahakan untuk tetap membayar biaya kuliahmu, tapi papa gak bisa janji… karena smua aset papa disita bank…papa akan berusahan

cari pinjaman…

makanya mamamu sering bicara ke papa untuk memodali kamu untuk buka usaha bahkan sejak kamu awal masuk kuliah…

(seketika andrian meninggalkan papa nya dan pergi keluar restauran…)

CUT TO

STIKOM


(59)

14. INT.DAY HALAMAN RUMAH ANDRIAN (8)

Mereka sekelurga bersiap siap untuk pindah ke rumah yang lebih sederhana karena rumah yang dia miliki menjadi jaminan di bank karena ditipu rekan bisnisnya

(smua barang-barang di rumahnya di sita oleh bank jadi mereka hanya membawa seadanya barang yang benar-benar milik pribadi)

Papa andrian

Mama dan Andrian, kita harus sabar menghadapi smua ini, smoga TUHAN melimpahkan segala berkahnya dan kekuatan kepada kita…

CUT TO 15. INT.NIGHT KAMAR ANDRIAN DI RUMAH YANG BARU (8)

Andrian merenungkan kondisi keluarganya yang jauh dari keharmonisan dan keesokan harinya Andrian mendapatkan panggilan dari kampus langsung dari Ketua Program Studi Multimedia untuk menerima surat peringatan untuk pembayaran SPP dan terancam DO (Drop Out)

CUT TO 16. INT.DAY KANTIN STIKOM (7)

Andrian semakin tertekan dengan apa yang disampaikan ayahnya semalam bersama 2 teman dekatnya yang selalu mendengarkan curhatannya

Andrian

Kawand… sorry kalo saat ini aku sudah tidak bisa mentraktir kamu lagi…

Papa ku sudah bangkrut dan aku pun terancam tidak bisa melanjutkan kuliah…

Ake

Haaahh….apa??!! eh loe bercanda ta?

Aska

Iya nich, loe bercanda ta?

Andrian

Iya aku serius kawand….aku sudah tidak punya apa-apa lagi… (serentak aska dan ake meninggalkan andrian sendirian di kantin

kampus)

STIKOM


(60)

CUT TO 17. INT.DAY RUANG KAPRODI (9)

Kaprodi menyatakan bahwa Andrian dengan terpaksa harus diberhentikan dari kampus STIKOM

(stock shoot ruangan dan property kaprodi DIV MM dengan suasana tenang, hening)

Andrian

Permisi pak…kenapa pak kok memanggil saya…

(dengan wajah ketakutan…) Kaprodi

Andrian, Bagaimana kondisi keluargamu?

Andrian

Untuk saat ini papa masih berurusan dengan bank dan polisi pak… Tapi rumah saya sudah disita bank pak...

Kaprodi

Ehmmm…trus bagaimana dengan kuliah anda? Saat ini anda menginjak tahun ke-4 kan? Sudah waktunya Tugas Akhir…

Andrian

Iya pak…semester ini saya sudah mengambil TA pak…

Tp spertinya papa saya tidak bisa melanjutkan membayar beaya kuliah saya pak…

Kaprodi

Lantas bagaimana kalau anda tidak bisa membayar SPP untuk semester ini, anda tahu bahwa kuliah di kampus ini tidak murah…

Saya baru mendapatkan laporan dari bagian keuangan bahwa anda semester ini belum mengangsur SPP…

Andrian

Iya…pak… lantas bagaimana pak? Keadaan orang tua saya seperti ini pak… ada dispensasi gak pak buat saya….

Kaprodi

Saya mewakili pimpinan kampus ini, mohon maaf sebesar-besarnya bahwa anda mulai saat ini dikeluarkan dari kampus ini… silahkan anda

mengurusnya transkrip nilai di bagian AAK…

Andrian

STIKOM


(61)

Apa pak!?!... apa gak ada cara lain pak? Untuk saya bisa melanjutkan kuliah pak…

Kaprodi

Kalau saya sebenarnya mau memberikan kesempatan kepada anda untuk dapat menyelesaikan kuliah di semester ini…

Tapi sekali lagi saya mohon maaf, karena saya hanya menjalankan system di kampus… dan dalam waktu dekat kami akan memberitahukan

kepada orang tuamu…

Andrian

Baiklah pak… kalau saya harus dikeluarkan dari kampus ini…

(andrian keluar ruangan dengan perasaan yang hancur karena masa depannya pun ikut terancam)

(stock shoot suasana jalan kota menginjak siang ke sore hari)

CUT TO 18. EXT.DAY KANTIN STIKOM (9)

Andrian mulai merasakan kesepian karena teman-temanya telah meninggalkan nya karena Andrian telah menjadi orang yang miskin

(andrian hanya duduk makan sendiri… tanpa di temani temannya… dan temannya yang dulu dekat dengannya pula meninggalkan dia)

CUT TO

19. INT.DAY KOST RATNA (9)

Ratna mendapatkan telp dari Ibunya dari Bontang Kaltim, yang menyatakan ayah nya telah meninggal karena serangan jantung

(ratna sedang asyik membaca novel… tiba-tiba ibunya menelpon dia dengan suara yang lirih dan parau)

Ibu ratna

Halloo….ini Ratna? Nak…bapakmu telah tiada…

Ratna

Apa bu?!....

(ratna tertegun diam sambil melinangkan air mata dan hp nya terjatuh

STIKOM


(62)

dari tangannya…) Ibu ratna

Nak…halooo…nak….

CUT TO 20. INT.NIGHT CAFÉ (ROMANTIS) (9)

Andrian bertemu Ratna, namun Andrian datang terlambat dan mendapati Ratna menangis di meja café

(suasana café sepi dan lengang namun ratna duduk di sudut pojok café dengan menangis)

Andrian

Hei…kamu kenapa cinta?...

Ratna

Sayang….

(sambil memeluk andrian dengan kondisi menangis dan sedih) Andrian

Cinta, kamu kenapa? Ada apa?

Ratna

Ayah ku cinta….

Andrian

Kepana dengan ayah mu cinta?

Ratna

Ayahku meninggal cinta terkena serangan jantung… Ibu tadi sore barusan menelepon ku…

Dan aku harus kembali ke Bontang cinta…

Andrian

Lanta bagaimana cinta??? Kamu mau ninggalin aq sendiri… Aq baru aja di D.O. dari kampusku cnta…

(andrian terlihat shock) Ratna

Aku gak bisa berbuat apa-apa, Andrian….

Ayah merupakan sosok yang special di hidupku, beliau telah mengajari ku belajar meniti kehidupan…

Makanya malam ini aq ajak kamu untuk ketemuan di café ini, namun

STIKOM


(63)

pertemuan ini untuk aku pamit pulang buat kembali ke Bontang cinta… Semoga kamu bisa memahami aku…

Andrian

Trus bagaimana dengan hubungan kita???

Ratna

Sorry andrian, hubungan kita harus berakhir sampai di sini, kalau pun kita jodoh TUHAN pasti mempertemukan kita kembali di tempat ini…

Aku sayang kamu, selamat tinggal Andrian…

(pergi meninggalkan andrian sendiri…) Andrian

Kepana TUHAN semuanya seperti ini?!?!

(emosi andrian memuncak karena begitu besar tekanan yang dia hadapi)

DISOLVE 21. INT.DAY KAMAR ANDRIAN DI RUMAH YANG BARU (10)

Andrian merasa ditinggalkan oleh kekayaannya, teman-temannya bahkan kekasih nya sendiri

(stock shoot kondisi psikis Andrian yang memburuk) SPLIT SCREEN kondisi Psikis Andrian

CUT TO 22. INT.DAY RUANG PIMPINAN PERUSAHAAN BONTANG(11)

Ratna mendapat perintah untuk dipindahkan di kantor pusat perusahaan tersebut di kota Surabaya dan Ratna merasa senang karena dia akan kembali bertemu dengan Andrian

Bos ratna

Tolong panggilkan ratna untuk ke ruangan saya…

Sekretaris bos

Iya pak…sebentar…

Ratna

Bapak memanggil saya?

Bos ratna

Iya Ratna, saya memanggil kamu…karena pimpinan perusahaan saya

STIKOM


(64)

di kota Surabaya lagi cuti melahirkan, maka saya ingin kamu yang menggantikan posisinya di Surabaya, bagaimana ratna, kamu bersediakah?

Ratna

Hmmm….iya pak saya bersedia… kapan pak saya berangkat.??

Bos ratna

Malam ini juga kamu akan di pesankan tiket pesawat ke surabaya oleh sekretris saya dan sebelum pulang kerja silahkan diambil tiket nya…

Terima kasih banyak ya…

Ratna

Iya pak… sama-sama…

CUT TO 23. EXT.DAY BANDARA BONTANG (11)

Ratna telah tiba di kota Surabaya kembali namun saat ini bukan menjadi mahasiswa namun menjadi kepala HRD di sebuah perusahaan itu, namun Ratna mempunyai misi untuk mencari keberadaan Andrian dan Ratna tetap menjadi orang yang sederhana yang tinggal di kost yang sama waktu dia dulu kuliah

(stoch shoot kedatangan pesawat dan jalan akses masuk Surabaya – siang hari)

CUT TO 24. INT.DAY RUMAH SAKIT JIWA (14)

Ratna berinisiatif untuk mengajak Andrian berobat ke psikolog dan psikiater untuk penyembuhannya

(stock shoot PPKP UNTAG)

(stock shoot Andrian Berobat ke Psikolog)

CUT TO

4.1.4 Treatment

Babak 1:

• Keluarga kecil yang hidup berkecukupan

• Memiliki seorang anak laki-laki yang telah lulus SMA, bernama Andrian.

STIKOM


(65)

Babak 2:

• Perjalanan Andrian menjalani hidupnya dengan kemewahan • Studinya dengan IPK memuaskan

• Memikirkan cita-cita untuk masa depannya

Babak 3:

• Bertemu dengan seorang cewek namun berlainan kampus, benama Ratna • Menjalani kehidupan kuliah bersama kekasihnya sampai tahun ke-4

Babak 4:

• Menginjak tahun ke- 4 usaha ayahanda Andrian mengalami pailit dan Andrian putus kuliah

• Andrian tidak lagi hidup dalam kemewahan dan tertekan secara psikis • Dengan waktu bersamaan ayahanda Ratna juga telah meninggal dan

kembali ke Menado

Babak 5:

• Kondisi psikis Andrian mulai berubah menjadi orang yang tertekan, ketakutan, histeris dan selalu menyendiri

• Kondisi sosial Andrian yang semakin dijahui oleh teman-temannya

Babak 6:

• Andrian berusaha mengobati kondisi psikisnya sendiri

• Perkembangan kondisi psikis Andrian yang berubah menjadi karakter yang berbeda

STIKOM


(66)

Babak 7:

• Kondisi kehidupan Ratna setelah ditinggal ayahanda berbanding terbalik dengan Andrian

• Survive dalam menjalani kehidupan yang dia alami hingga mengalami kesusksesan

Babak 8:

• Ratna dipindah tugaskan ke Surabaya oleh perusahaannya • Ratna bertemu dengan Andrian namun tidak seperti dulu lagi

Babak 9:

• Ratna berusaha menjalin hubungan kembali dengan Andrian namun Ratna harus berjuang keras untuk menyembuhkan Andrian

4.1.5 Storyboard (terlampir) 4.1.6 Penokohan

Dalam sebuah film terdapat penokohan yang sesuai dengan scenario cerita. Beberapa tokoh utama yang digunakan dalam cerita adalah:

Tabel 4.2 Watak Penokohan Tokoh Utama Nama

Tokoh

Arti Nama Usia Fisik Watak Ekspresi Wajah

Ciri Psikis Andrian Nama yang

modern berarti sombong, kekuasaan. 18 – 22 Tahun Fisik dengan tinggi 165 cm, berat badan sekitar 55 Kg Sombong, kurang percaya diri, melankolis Ekspresi yang bertentangan dengan kondisi keluarganya Paranoid akan hal-hal yang menekan kondisi psikisnya

STIKOM

SURABAYA


(1)

sesuai dengan pemaknaan teknik split screen yang merupakan potongan gambar yang berada dalam satu layar.

Gambar 4.8 Poster Film “Not Me”

STIKOM


(2)

79

4.4.2 Mechandise

Mechandise sebagai suatu rangkaian dari upaya retailer dalam penyaluran barang atau jasa dari manufacture dan atau distributor kepada konsumen sesuai dengan tingkat kebutuhannya, melainkan suatu kolaborasi aksi secara simultan dengan supplier dalam suatu consumer driven supply chain dan category management. Terutama dalam industri film yang membutuhkan media promosi yang dapat diterima oleh audien.

Gambar 4.9 Merchandise Film “Not Me”

STIKOM


(3)

80

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian penyakit skizofrenia dapat dikemas menjadi film pendek dengan durasi 30 menit dengan menggunakan teknik split screen.

2. Penggunaan teknik split screen sebagai sarana efek pendukung untuk memberikan pendalaman makna pada konflik aktor utama yaitu penderita skizofrenia yang berupa potongan-potongan gambar dengan makna yang menunjukan kondisi psikis aktor penderita skizofrenia namun tetap berada dalam satu layar yang sama.

3. Film Pendek adalah salah satu media komunikasi massa yang dapat berkomunikasi berbagai pesan dalam setiap treatment pada bagian-bagian scene dengan menggunakan media visual sebagai pendukung untuk memberikan pengetahuan tentang penyakit skizofrenia.

STIKOM


(4)

81

5.2 Saran

Berdasarkan seluruh hasil produksi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran untuk penelitian ini, yaitu:

1. Meningkatkan informasi kepada masyarakat dalam bentuk film yang membahas tentang penyakit kronis yang berada di masyarakat perlu diperbanyak populasinya di Indonesia.

2. Peningkatan pembuatan film yang membahas tentang sebuah penyakit tertentu dapat meningkatkan populasi masyarakat ilmiah untuk dapat memberikan apresiasi terhadap sebuah film dan dapat mengurangi penderita penyakit tersebut.

STIKOM


(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

Association, A. P. (1995). skizofrenia. The American Psychiatric Association. Florida, America Serikat.

Bare, Richard. (1970). “The Film Director”, New York, Coolier Book. Bertens, K, (1999). Sejarah Filsafat Yunani,Yogyakarta: Kanisius.

Biran, Yusa, Misbach, (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya dan PT. Demi Gisela Citra Pro.

Brooks, J. G. (1993). The case for constructivist classrooms. Alexandria: VA:ASCD.

Dirgagunarsa, S. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.

Edmonds, Robert, Script-Writing fo Audio Visual Media, Radio, Film, Television, Strip, Slidefilm, New York, Teachers College Press, 1978.

Eryanto. (2005). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT.LKIS Pelangi Aksara.

Gelde M, G. D. (1996). Oxford textbook of psychiatry. New York: Oxford University Press Inc.

Halim, M. S. (1996). Skizofrenia dan Keluarga. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Hartanto, R. (2003). Landasan moral pengobatan paksa pada penderita skizofrenia. Jurnal kedokteran Trisakti , vol. 22 no.2.

Health, N. I. (2001). Schizophrenia. Bethesda, United State: U.S. Departement of Health and Human Service.

Health, N. I. Schizophrenia. Bethesda, United State: U.S. Departement of Health and Human Services.

Hurlock, E. B. (1980). Masa Dewasa Dini. In Erlangga, Psikologi Perkembangan (p. 248). Jakarta: Erlangga.

STIKOM


(6)

83

Kartini, K. (2000). Psikologi Abnormal. Bandung: Mandar Maju.

Kristanto, J, (2005). Katalog Film Indonesia, 1926-2005, Jakarta, PT.Grafiasari Mukti.

Mabruri, Anton, (2010). Manajemen Produksi Program Acara Televisi. Depok: Mind 8 Publising House.

Marner, Terence St.John. Directing Motion Picture, New York, A.S, Barnes & Co. 1972.

Neale, S. (1981). Genre and Cinema. In B.-B. S. Bennett, Popular Television and Film (pp. 6-25). London: BFI Publishing.

Ross, Dick. “Shot Film”. Volume Two, Cilect, 1999.

Sani, A. (1990). Skizofrenia/gila dengan kepribadian yang centang perenang. Jakarta: Ind-Hill, Inc.

Saroenggalo, Tino, 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Grasindo Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius,

1997)

Sutatminigsih. (2002). Schizophrenia. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi.

Szasz, T. (1997). The myth of mental illness. In E. RB, Ethics of Psychiatry (pp. 27-31). New York: Promerheus Book.

Tri Kurniati Ambarini, S. M. (2007). Konfrensi Strees Management dalam Berbagai Setting Kehidupan .

Von Glasserfield, E. (1995). A constructivist approach to teaching. Hillsdale: Lawrence Erlbaum.

Yuliadewi, Lesie. (2000). Komposisi dalam Fotografi. Jurnal Nirmana Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, vol. 2 no.1

Zaharuddin G. Djalle. 2006.The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Informatika.

STIKOM