Jenis-Jenis Ikan

(1.26) Ikan Daun Bambu, Queen Fishes – Carangidae

  Karakteristik: badan memanjang dan tipispipih (vertikal). Sirip punggung pertama terpisah-pisah dengan 6 – 7 duri keras. Pada ikan dewasa terdapat noda hitam berbentuk bulat atau seperti jari yang memotongberimpit dengan gurat sisi (ciri khas). Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat sirip tambahan (finlet) yang hampir bersatu. Kepala dan punggung berwarna hijau keabu-abuan, bagian perut keperakan. Jenis yang terdapat di Indonesia termasuk Scomberoides tala, S. lysan, S. tol, S. commersonnianus dan Acanthocybium soldanri. Nama lokal: badong, Lima Jari, Tok Pekang, Bekalang, Seliat, Iyot, Talang Padi

  Habitat: Kecuali spesies Acanthocybium soldanri, semua jenis Daun Bambu hidup pada perairan Pantai. Ikan-ikan ini tersebar pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia. Makanannya bervariasi seperti Makrofauna, namun makanan utama adalah ikan. Umumnya ikan ini bersifat Soliter, tapi terkadang membentuk gerombolan yang tidak permanen.

  Perikanan: alat tangkap yang paling sering digunakan adalah Pancing Tonda, namun bisa juga tertangkap dengan Gill Net hanyut dan Purse Seine. Dia bisa mencapai ukuran 100 cm dan sering tertangkap pada panjang sekitar 60 cm. Sayangnya ikan ini sudah mulai jarang didapat oleh nelayan di Indonesia. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia sementara masih 4 jenis ikan.

  Gambar 4.39

  Morfologi umum dari ikan Daun Bambu (Carangidae) – ciri utama: sirip punggung pertama terpisah-pisah dan terdiri atas 6 – 7 duri keras (Photo oleh: Ahmad Risal – mahasiswa PS – PSP, 2007)

(1.27) Ikan Sunglir, Rainbow Runner – Carangidae

  Karakteristik: badan memanjang hampir seperti cerutu. Kepala runcing, mulut kecil dan rahang atas berakhir dekat mata. Rahang bergigi bentuk villiform, gigi juga terdapat pada mulut dan lidah. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur masing-masing terdapat 2 sirip tambahan (finlet). Sirip ekor bercagak dalam (forked). Warna punggung biru kehijauan dan perut berwarna keputihan. Terdapat dua garis membujur pada sisi badan berwarna biru muda, diantaranya juga terdapat strip berwarna kekuningan. Diduga jenis ikan Sunglir terdiri dari hanya satu spesies, yaitu: Elagatis bipinnulata. Nama lokal: Bandeng Laut, Sinrili Batang, Pisang-Pisang, Sulir.

  Habitat: Ikan Sunglir termasuk jenis pelagis, biasanya berada dekat permukaan. Dia lebih banyak berada pada habitat Terumbu Karang, namun bisa jiga ditemukan di Laut lepas. Secara temporer bisa membentuk gerombolan, namun umumnya soliter. Jenis makanannya adalah Avertebrata air dan ikan-ikan kecil.

  Perikanan: ikan Sunglir tersebar hampir pada seluruh wilayah perairan Indonesia, terutama Padang, Jawa, Sulawesi, Ambon. Ukuran maksimum bisa mencapai 110 kg (berat maksimum 10 kg), namun sering tertangkap pada ukuran 80 cm (fork length). Sunglir sering tertangkap dengan Pancing Tonda, bisa juga tertangkap dengan Muro Ami dan Payang. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia sementara masih 1 jenis ikan.

  Gambar 4.40

  Morfologi umum ikan Sunglir (Carangidae). Karakteristik utama ikan ini ialah badan memanjang seperti cerutu, sirip ekor berbentuk fork dengan cagak sangat runcing, terdapat dua finlet di belakag sirip punggung dan sirip anal (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific)

(1.28) Ikan Terbang, Flying Fishes - Exocoetidae

  Karakteristik: badan memanjang seperti cerutu (fusiform), rahang relatif pendek. Sirip dada sangat besar dan bisa digunakan untuk membantu bergerak di atas air. Beberapa spesies juga mempunyai sirip perut yang berukuran besar untuk membantu bergerak di atas air sekaligus dengan empat sayap. Sirp perut bercagak dalam (forked). Sirip ekor bagian atas lebih pendek dibdaning bagian bawah. Gurat sisi terletak pada tubuh bagian bawah (perut) dan sirip tidak mempunyai duri keras. Jenis yang banyak ditemukan di Indonesia adalah genus Cypselurus spp. Nama lokal: Belalang, Bangsi

  Habitat: Ikan terbang adalah jenis ikan permukaan (pelagis) yang menghuni wilayah Pantai, Neritik sampai Laut lepas. Ikan ini dikenal karena kemampuannya untuk bergerak di atas air (terbang) dalam jarak yang cukup panjang. Hidupnya bergerombol dan wilayah migrasinya lokal. Jenis makanan utamanya adalah Zooplankton, jenis yang lebih besar juga memakan ikan-ikan kecil.

  Perikanan: beberapa spesies dari ikan ini bisa mencapai ukuran 45 cm, namun di Indonesia umumnya tertangkap pada ukuran < 20 cm. Selat Makasar adalah wilayah perairan yang paling potensial untuk perikanan ikan Terbang. Alat tangkap yang umum dipakai adalah Payang dengan bantuan Rumpon. Di daerah Menado juga biasa digunakan alat Gill net. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 15 jenis ikan.

  Gambar 4.41

  Morfologi umum ikan Terbang (Exocoetidae). Karakteristik utama ikan ini ialah badan memanjang, sirip dada besar dan panjang sampai di belakang sirip punggung dan sirip tidak mempunayi jari keras (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.29) Ikan Belanak, Mullets - Mugilidae

  Karakteristik: badan bulat panjang, mulut kecil dan bisa ditarik keluar (protactile), dua sirip punggung yang terpisah cukup jauh satu sama lain dan tidak mempunyai gurat sisi (lateral line). Sirip dada kecil dan berwarna kehitaman. Genus yang paling umum di Indonesia adalah Mugil spp. Nama lokal: Gereh, Gerpuh, Gerita, Jumpul, Kedera, Rapang.

  Habitat: Ikan belanak sebenarnya termasuk jenis ikan Laut (daerah Pantai), namun sering juga tertangkap di daerah air payau dan kadang sampai ke daerah aliran sungai. Hidupnya lebih banyak di dasar (demersal) perairan yang berlumpur. Jenis makanannya Fitoplankton (diatom) dan Detritus pada Sedimen dasar.

  Perikanan: Ikan ini dulunya sangat terkenal di pantai Utara Jawa (tahun 1980an). Masyarakat Indra Mayu merupakan wilayah penangkapan utama dan digemari oleh masyarakat lokal. Jenis alat tangkap utama adalah Jermal, Togo dan Sero yang operasinya dibantu dengan alat lampu. Selain itu ikan ini juga ditangkap dengan Gill Net. Alat jenis Purse Seine kurang tepat untuk menangkap ikan Belanak karena sering meloncat setelah terkurung. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 15 jenis ikan.

  Gambar 4.42

  Morfologi umum ikan belanak (Mugilidae). Karakteristik utama ikan ini ialah badan memanjang seperti cerutu, tidak mempunyai gurat sisi (Foto: Glondonggede, Tuban – oleh Setyohadi).

(1.30) Ikan KuroSenangin, Paradise Fish, Threadfins - Polynemidae

  Karakteristik: badan agak bulat memanjang, posisi mulut di bawah (inferior). Ciri khas ikan ini adalah mempunyai di pasang sirip dada – sirip dada kedua (letaknya lebih di depan) mempunyai 3 – 15 duri lunak yang panjang; mempunyai dua sirip punggung yang terpisah satu sama lain cukup jauh. Badan bagian atas berwarna hijau keperakan. Sedangkan bagian perut berwarna keemasan. Ikan ini termasuk dalam famili Polynemidae yang terdiri dari 7 genus dan ada 6 genus yang ditemukan di wilayah perairan. Indonesia: Eleutheronema, Filimanus, Leptomelanosoma, Parapolynemus, Polydactylus dan Polynemus. Nama lokal: Jangut, Kurau, Borneo Threadfin, Kurau Jangut, Kesumbang, Lausan, Sumbal, Baling, Enohong, Moncong.

  Habitat: sebagian besar termasuk ikan Laut maupun air payau, beberapa spesies ada yang menghuni daerah sungai, terutama dekat dengan Laut. Ikan Kuro termasuk jenis demersal terutama dengan tipe dasar lunak. Jenis makanannya adalah Detritus dan Organisme Benthos lainnya. Beberapa spesies berada di sekitar Terumbu Karang.

  Perikanan: ikan Kura saat ini masih cukup mudah ditemukan pada pasar-pasar lokal dan rumah makan di Kalimantan Timur. Nelayan menangkap ikan ini di muara-muara sungai dengan menggunakan alat perangkap seperti Sero, Jermal dan Gill net. Ikan jenis ini sebenarnya bisa mencapai panjang > 100 cm, namun paling sering tertangkap pada ukuran sekitar 25 cm. Fishing Ground utama termasuk Sumatera, Kalimantan dan Utara Jawa. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 20 jenis ikan.

  Gambar 4.43

  Morfologi umum ikan KuroSenangin (Polynemidae). Karakteristik utama ikan ini ialah sirip punggung kedua dan sirip dubur berbentuk cekung (concave) dan bagian bawah sirip dada terdapat sirip filemen yang memanjang (Sumber: Carpenter Niem, 2001. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.31) Ikan Julung-Julung, Garfish, Needlefish – Belonidae, Hemiramphidae

  Karakteristik: badan memanjang, langsing seperti cerutu. Rahang memanjang dan berduri keras, kuat seperti gigi. Pada famili Belonidae, sebagian genus mempunyai bentuk sirip bercabang (forked), sebagian lagi berbentuk bulat. Pada famili Hemiramphidae, rahang bawah panjang melebihi rahang atas dengan sirip ekor bercabang dan bagian bawah lebih panjang. Warna punggung biru kehijauan, bagian perut berwarna putih keperakan. Juga terdapat garis berwarna biru tua pada bagian sisi tubuh. Nama lain: Kacangan, Loncong, Saku, Todak, Sindik, Sunduk, Sundoprono, Tracas, Kacang-Kacang.

  Habitat: sebagian besar merupakan jenis ikan Laut dan air payau; beberapa spesies ada yang sampai menyebar ke sungai. Ikan Julung-Julung termasuk jenis ikan karnivor – makanannya ikan-ikan kecil, ditangkap secara terbalik (famili Hemiramphidae). Jenis dari famili Belonidae beberapa kali dilaporkan melukai manusia, terutama pada saat malam hari ketika ikan tertarik pada lampu.

  Perikanan: ikan ini bisa tertangkap dengan alat bagan yang dibantu dengan lampu. Jenis ikan yang berukuran besar juga tertangkap dengan alat Gill net dan Pancing Apung dan Pancing Layang. Pancing tersebut umumnya dilengkapi dengan umpan ‘lure’. Beberapa jenis ikan Julung-Julung bisa mencapai ukuran 100 cm namun ada juga jenis yang tertangkap pada panjang < 10 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 28 jenis ikan.

  Gambar 4.44

  Morfologi umum ikan Julung-Julung

  (Belonida, Hemiramphidae).

  Karakteristik utama ikan ini ialah badan memanjang, mulut memanjang dilengkapi dengan gigi tajam, lateral keel tajam (Foto: Tim Monitoring Sumber Daya, Wakatobi – oleh Purwanto)

(1.32) Ikan Teri, Anchovies – Engraulidae

  Karakteristik: badan memanjang seperti cerutu, moncong tumpul dan rahang bawah lebih pendek dibanding rahang atas (posisi mulut subterminal). Antara sirip dada dan sirip perut terdapat Scute (sisik keras yang bisa berfungsi untuk melindungi perut). Warna bagian punggung gelap dan bagian perut biasanya transparan. Sering terdapat garis keperakan pada bagian sisi badan. Jenis yang paling umum di Indonesia adalah Stolephorus spp. Nama lokal: Gunjing, Sampu Layang, Mangban, Bilis, Gonjeng, Lawi Ayam, Ikan Putih, Bunga.

  Habitat: Ikan teri termasuk jenis ikan Laut, beberapa juga hidup di perairan payau. Termasuk jenis ikan pelagis dan bergerombol (schooling), ikan ini paling banyak menghuni wilayah dekat pantai. Hampir semuanya termasuk jenis pemakan Plankton, namun ada beberapa spesies yang carnivor.

  Perikanan: Ikan Teri umumnya tertarik pada sinar lampu. Nelayan menggunakan tingkah laku ini dengan menaruh lampu di atas Bagan. Selain Bagan, ikan ini juga ditangkap dengan menggunakan Serok. Ikan ini ditangkap pada hampir seluruh wilayah di Indonesia dan sangat khas merupakan perikanan skala kecil. Beberapa nelayan menangkap ikan Teri sebagai umpan pada perikanan Huhate (PoleLine). Ikan ini bisa mencapai panjang maksimum 50 cm, namun ukuran yang tertangkap adalah < 15 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 24 jenis ikan.

  Gambar 4.45

  Morfologi umum ikan Teri (Engraulidae). Karakteristik utama ikan ini mempunyai satu sirip punggung, sirip dada terletak di bagian bawah, sirip perut berada pada bagian tengah bawah dari perut, terdapat scute di bagian depan dan belakang sirip perut, ukuran relatif kecil (Foto: Labuan Bajo, Komodo – Tim Resource Use TNC).

(1.33) Ikan Japuh, Rainbow Sardine – Clupeidae

  Karakteristik: badan memanjang berbentuk cerutu, tetapi secara melintang agak pipih sedangkan bagian perut membulat. Sirip punggung dan sirip perut lebih dekat dengan ekor dibdaningkan kepala. Terdapat scute antara sirip perut dan dubur. Pada ikan yang lebih muda, terdapat garis keemasan pada sisi badan (warna tersebut semakin samar pada ikan dewasa). Warna punggung hijau kebiruan, sedangkan perut berwarna keperakan. Jenis yang terdapat di Indonesia adalah Dussumieria acuta dan D. elopsoides. Nama lokal: Tembang Jawa, Janggul, Tamban Bulat, Tamban Buluh, Tamban Bines, Tembang Bines.

  Habitat: termasuk ikan pelagis dengan penyebaran di sekitar Perairan Pantai. Sumatera, Utara Jawa dan Kalimantan adalah daerah utama penanglapan ikan ini. Makanannya adalah Plankton.

  Perikanan: Ikan Japuh lebih banyak tertangkap dengan alat Payang dibdaningkan Purse Seine yang lebih banyak mengejar gerombolan ikan Layang, Lemuru dan Tembang. Biaya operasi Payang relatif lebih rendah dibanding Purse Seine. Selain itu Japuh juga banyak Perikanan: Ikan Japuh lebih banyak tertangkap dengan alat Payang dibdaningkan Purse Seine yang lebih banyak mengejar gerombolan ikan Layang, Lemuru dan Tembang. Biaya operasi Payang relatif lebih rendah dibanding Purse Seine. Selain itu Japuh juga banyak

  Gambar 4.46

  Morfologi umum ikan Japuh (Clupeidae). Karakteristik utama ikan ini mempunyai scute bentuk huruf-W pada dada, posisi sirip perut terletak di bagin tengah sirip punggu (ditarik vertikal) (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.34) Ikan Tembang, Fringescale Sardinella – Clupeidae

  Karakteristik: badan memanjang, perut bulat, bagian bawah lebih cembung dibanding ikan Lemuru atau Selar. Terdapat ventral scute dari sirip dada sampai sirip dubur. Pada sisi badan terdapat sabuk berwarna keemasan. Sirip punggung terletak di tengah, antara moncong dan ekor. Ikan Tembang diduga terdiri dari 3 – 4 spesies, ialah: Sardinella fimbriata, S. gibbosa, S. brachysoma dan S. albela. Nama lokal: Alur-Alur, Mata Lebar, Puput, Tamban Bujur, Lopek, Tamban Sisik, Tamban Pipih.

  Habitat: Ikan Tembang termasuk jenis ikan pelagis yang bergerombol, habitat utamanya adalah Perairan Pantai. Makanan utamanya adalah Plankton. Perairan Utara Jawa dan Sulawesi merupakan daerah penangkapan potensial untuk ikan ini.

  Perikanan: Perikanan Tembang, seperti umumnya Famili Clupeidae, termasuk jenis ikan pelagis kecil yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat pantai. Jenis alat tangkap yang biasa dipakai adalah Payang, Dogol, Bagan dan Purse Seine. Ikan ini biasanya ditangkap pada ukuran sekitar 14 cm. Produksi hasil tangkap umumnya dijual segar, selanjutnya dijadikan produk ikan Pindang. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 5 jenis ikan.

  Gambar 4.47

  Morfologi umum ikan Tembang (Clupeidae). Karakteristik utama ikan ini mempunyai perut yang lebih cembung dibandingkan ikan sardinella lainnya (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.35) Ikan Lemuru, Indian Oil Sardine, Bali Sardinella – Clupeidae

  Karakteristik: badan memanjang agak bulat, sisik lebih halus (dibanding famili Clupeidae lainnya), tutup insang bagian bawah membentuk sudut, keping insang antara berbentuk setengah lingkaran. Di belkang tutup insang ada noda kuning kehijauan diikuti dengan garis berwarna kekuningan pada gurat sisi (lateral line). Pungung berwarna gelap, sedangkan perut berwarna keperakan. Ikan ini terdiri dari dua spesies: Sardinella lemuru dan S. longiceps. Nama lokal: Kucingan, Protolan, Semenit, Seroi, Tembang Mata Kucing, Tembang Moncong.

  Habitat: Ikan Lemuru termasuk jenis ikan pelagis yang membentuk gerombolan sangat besar. Penyebarannya terutama di wilayah Perairan Pantai. Selat Bali adalah salah satu habitat ikan Lemuru yang dianggap paling besar di wilayah Samudera Indonesia, dengan tipologi pantai yang sering membentuk up-welling. Makanan utamanya adalah Fitoplankton dan Zooplankton, terutama Copepods.

  Perikanan: Perikanan Lemuru di perairan Selat Bali mulai terkenal sebagai wilayah penangkapan terbesar setelah diperkenalkannya alat tangkap Purse Seine pada tahun 1976. Sebelumnya ikan ini ditangkap dengan alat tangkap Payang. Purse Seine dengan ukuran mata jaring ½ inci mampu menangkap ikan Lemuru pada berbagai ukuran. Berdasarkan kategori ukuran, nama ikan ini di Muncar diberi nama berbeda – Semenit (ukuran < 6 cm), protolan (6 – 12 cm), Kucing (12 – 15 cm) dan lemuru (> 15 cm). Hasil tangkapan terutama diolah untuk ikan kaleng, sebagian lagi dijadikan pindang. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 2 jenis ikan.

  Gambar 4.48

  Morfologi umum ikan Lemuru (Clupeidae). Bentuk hampir sama dengan jenis Sardinella yang lain – terdapat titik berwarna kuning di bukaan insang diikuti dengan garis kuning pada sisi lateral ke arah ekor dan noda hitam pada tutup insang bagian belakang (Foto: Penelitian di Muncar, PSP UB, Purnomo, 2009).

(1.36) Ikan Golok-GolokParang-Parang, Wolf Herring – Chirocentridae.

  Karakteristik: badan memanjang tapi tipis seperti golok. Mulut lebar dan menghadap ke atas (superior) dengan gigi taring yang besar. Semua sirip berduri lunak (tidak mempunyai duri keras). Sirip punggung dan dubur terletak di bagian belakang (mendekati ekor) dan tidak mempunyai gurat sisi. Tubuh bagian punggung berwarna biru keabu-abuan, sedangkan bagian perut berwarna keperakan. Ujung sirip punggung berwarna hitam. Famili ini mempunyai dua spesies, keduanya terdapat di Indonesia – Chirocentrus dorab dan C. nudus. Nama lokal: Balebale, Dorab, Blidah, Teros, Terak, Bureng, Pacal.

  Habitat: Ikan Golok-Golok lebih banyak berada di daerah Pantai dan air Payau; bersifat soliter, sebagai predator dengan makanan utama ikan-ikan yang bergerombol. Namun juga pemakan Crustacea dan Makrofauna lainnya.

  Perikanan: Ikan Golok-Golok bisa mencapai ukuran 100 cm. Di Indonesia, ikan ini lebih banyak tertangkap dengan alat tangkap Gill net dan Pancing. Karena produksi hasil tangkapan tidak banyak dan tidak regular, ikan ini kurang dikenal oleh masyarakat nelayan. Sebenarnya ikan ini bisa mencapai ukuran 100 cm, namun sering tertangkap pada ukuran sekitar 60 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 2 jenis ikan.

  Gambar 4.49

  Morfologi umum ikan Golok-Golok (Chirocentridae). Karakteristik utama: badan sangat memanjang dan kompres, tidak mempunyai scute pada perut, premaxillae (rahang bagian atas) mempunyai dua gigi taring besar, posisi mulut superior (Foto: Pasar Ikan Glondonggede Tuban, oleh Setyohadi).

(1.37) Ikan Terubuk, Chinese Herring, Toli Shad – Clupeidae

  Karakteristik: badan lonjong agak pipih, sisik kecil danterdapat ventral scute yang dimulai dari belakang tutup insang sampai depan sirip dubur. Punggung berwarna hijau keunguan, bagian perut keperakan dan sirip berwarna kuning keemasan. Hasil tangkapan di Indonesia diduga terdiri dari dua spesies: Tenualosa macrura dan T. toli. Nama lokal: Ikan Bengkalis, Temparik, Terubuk Padi, Terubuk Mulut Besar, Terubuk Payau.

  Habitat: Ikan Terubuk termasuk jenis ikan pelagis yang bersifat schooling. Tempat hidupnya termasuk wilayah Perairan Pantai dan air payau. Pada saat melakukan reproduksi, ikan ini melakukan migrasi masuk kesungai. Jenis makanan utamanya adalah Plankton dan Detritus dengan mengaduk dasar perairan.

  Perikanan: Penangkapan ikan terubuk di Indonesia lebih banyak dilakukan di wilayah Sungai, pada saat ikan ini melakukan migrasi untuk memijah. Lokasi penangkapan ikan Terubuk di Indonesia yang paling terkenal adalah sungai-sungai di Sumatera. Jenis alat tangkap yang digunakan adalah perangkap. Penangkapan ikan Terubuk di pantai dilakukan dengan menggunakan alat Payang. Ikan ini bisa mencapai panjang sekitar 60 cm, namun banyak tertangkap pada ukuran sekitar 30 – 40 cm. Di Sumatera produksi ikan ini terutama ditujukan untuk pasar telurnya. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 2 jenis ikan.

  Gambar 4.50

  Morfologi umum ikan Terubuk (Clupeidae). Karakteristik utama: bagian perut lebih cembung dibandingkan ikan tembang, memijah ke arah hulu Sungai (anadromous) (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.38) Ikan Kembung, Indian Mackerel - Scombridae.

  Karakteristik: badan lonjong (dalam) dan pipih. Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sirip tambahan (finlet) dan terdapat sepasang keel pada ekor. Pada ikan Kembung Lelaki terdapat noda hitam di belakang sirip dada. Pada semua jenis terdapat barisan noda hitam di bawah sirip punggung. Punggung berwarna biru kehijauan, sedangkan bagian perut berwarna kuning keperakan. Jenis ikan Kembung yang tertangkap di Indonesia terdiri dari spesies: Rastelliger brachysoma, R. faughni dan R. kanagurta. Nama lokal: Rumahan, Temenong, Mabong, Pelaling, Banyar, Kembung Lelaki.

  Habitat: Ikan Kembung tersebar membentuk gerombolan (schooling) besar di wilayah Perairan Pantai. Ikan ini sering ditemukan bersama dengan ikan famili Clupeidae seperti Lemuru dan Tembang. Jenis makanannya adalah Phytoplankton (Diatom), Zooplankton (Cladocera, Ostracoda, Larva Polychaeta). Ikan dewasa memakan Makroplankton seperti larva Udang dan ikan.

  Perikanan: Sejak awal tahun 1976, ikan Kembung tertangkap terutama dengan alat Purse Seine. Sebelum itu dia lebih banyak ditangkap dengan alat Payang dan Bagan. Ikan ini bisa mencapai panjang 35 cm, sering tertangkap pada ukuran sekitar 25 cm. hasil tangkapan biasanya dijual segar dan dalam bentuk Pindang Banyar. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 3 jenis ikan.

  Gambar 4.51

  Morfologi umum ikan Kembung (Scombridae). Karakteristik utama: badan agak lebar, 5 – 6 finlet di belakang sirip punggung kedua dan sirip anal, dua garis noda (totol) hitam dari dasar sirip punggung pertama ke arah belakang, satu noda hitam di belakang sirip dada (Foto: Pasar Ikan Glondonggede, Tuban – oleh Setyohadi).

(1.39) Ikan Tengiri Papan, Indo-Pacific King Mackerel - Scombridae.

  Karakteristik: badan memajang dan pipih (tipis) seperti papan. Mulut lebar dan terletak diujung moncong (terminal). Badan tanpa sisik, terdapat 8-9 sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur. Terdapat noda-noda (bulat) berwarna hitam dimulai dari sirip dada, mengikuti gurat sisi ke arah ekor. Pada sisi ekor terdapat tiga keel. Warna punggung biru, bagian perut keperakan. Jenis yang tertangkap di Indonesia adalah Scomberomorus guttatus. Nama lokal: Ayong-Ayong, Usek-Usek, Tdanang, Tdanau, Luding, Tohok.

  Habitat: jenis ikan pelagis, hidup di daerah pantai dari kedalaman 15 – 200 m, sering didapat dalam gerombolan (schooling) kecil. Makanan utama adalah mencari gerombolan ikan-ikan kecil (Clupeidae dan Engraulidae), Cumi-Cumi dan Crustacea. Alat tangkap utama untuk menangkap ikan ini adalah pancing Tonda dan Gill net. Ikan ini dijual dalam bentuk segar dan beku. Sebagian menjadi komoditas pasar ekspor. Ikan Tengiri Papan bisa mencapai panjang 75 cm, sering tertangkap pada panjang 60 cm.

  Gambar 4.52

  Morfologi umum ikan Tengiri Papan (Scombridae). Karakteristik utama: terdapat 7 – 10 finlet di belakang sirip punggung kedua dan sirip anal, tiga baris noda (totol) hitam pada bagian sisi tubuh (Sumber: Carpenter Niem, 2001. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.40 ) Ikan Tengiri, Narrow Barred Spanish Mackerel – Scombridae

  Karakteristik: Badan bulat panjang sepeti cerutu, tapi juga sedikit pipih. Badan tanpa sisik dan terdapat 8 – 11 sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung kedua dan di belakang sirip dubur. Gurat sisi melengkung turun pada akhir sirip punggung kedua. Terdapat garis-garis bengkok secara melintang pada sisi tubuh. Pada individu muda noda-noda hitam tersebut berbentuk bulat. Spesies yang ditangkap di Indonesia adalah Scomberomorus commerson. Nama lokal: Calong, Iyot, Luding, Tengiri Batang, T. Bunga, T. Dengkek, Tohok Langi.

  Habitat: termasuk ikan pelagis yang menempati Perairan Pantai pada kedalaman 15 – 200 m. Kadang ikan ini ditemukan membentuk gerombolan kecil dan lebih banyak menghabiskan waktu pada habitat Terumbu Karang bagian luar. Jenis makanannya adalah ikan-ikan pelagis kecil seperti famili Clupeidae (Tembang, lemuru) dan Engraulidae (Teri).

  Perikanan: Ikan tengiri terutama tertangkap dengan alat Pancing Tonda, Pancing Ulur (Hand Line) dan Gill Net. Kadang-kadang dia juga tertangkap bersama ikan pelagis kecil dengan alat tangkap Purse Seine. Ikan ini bisa mencapai panjang > 100 cm dan umumnya tertangkap pada panjang sekitar 70 cm. Belakangan, ikan Tengiri jenis ini sering ditangkap dengan menggunakan speargun. Hasil tangkapan umumnya dijual segar maupun beku untuk memenuhi pasar ekspor. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 2 jenis ikan.

  Gambar 4.53

  Morfologi umum ikan Tengiri (Scombridae). Karakteristik utama: terdapat

  8 – 11 finlet di belakang sirip punggung kedua dan sirip anal, terdapat sadel warna hitam secara vertikal pada bagian sisi tubuh (namun pada tingkat Juvenil bentuk noda hampir menyerupai pada Tengiri Papan), ciri lainnya sama dengan tengiri papan (Foto: Raja Ampat, oleh Andreas Muljadi).

(1.41) Ikan Layur, Hairtails, Cutlassfishes - Trichiuridae.

  Karakteristik: Badan memanjang dan pipih (tipis) seperti pita. Mulut lebar dan besar dengan gigi taring yang kuat, rahang bawah lebih kedepan (posisi mulut superior). Sirip punggung bersambung dari kepala sampai ekor, Sirip dubur berupa tonjolan duri-duri yang terpisah, sirip ekor meruncing (pointed) pada genus Tentoriceps dan tidak ada pada genus Trichiurus. Tidak mempunyai sirip perut, tidak bersisik, tapi terdapat gurat sisi (lateral line). Warna abu-abu keperakan. Jenis yang paling umum tertangkap di Indonesia terdiri dari: Tentoriceps cristatus, Trichiurus auriga dan T. lepturus. Nama lokal: Jogor, Lajuru, Selayar, Tetimah

  Habitat: Layur termasuk jenis ikan benthopelagic berada pada wilayah paparan benua, pada kedalaman 350 m atau lebih. Namun pada malam hari sering bermigrasi ke perairan yang lebih dangkal. Ikan muda memangsa larva-larva crustacea. Namun setelah besar memakan ikan seperti Teri.

  Perikanan: Ikan Layur dulunya merupakan hasil samping dari alat tangkap Trawl. Pada saat itu ikan Layur hampir tidak mempunyai nilai ekonomis. Belakangan ini, ikan Layur ditangkap dengan Pancing Ulur (Pancing Dasar). Hasil tangkap dijual segar (es) dan diekspor ke Jepang. Kualitas kedua biasanya dijual di pasar domestik. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 3 jenis ikan.

  Gambar 4.54

  Morfologi umum ikan Layur (Trichiuridae). Karakteristik utama: badan memanjang dan pipih (sangat tipis), sirip pungung (satu) memanjang sampai ekor, tidak mempunyai sirip ekor dan perut, mulut besar dengan gigi taring yang besar dan kuat, sirip anal menjadi duri (spinules) 100 – 150 duri (Sumber: Carpenter Niem, 2001. The Living Marine Resources of the Western Pacific).

(1.42) Ikan Tuna – Scombridae.

  Karakteristik: Sebutan ikan Tuna di Indonesia umumnya terdiri dari tiga famili, yaitu Scombridae, Istiophoridae (Layaran) dan Xiphidae (Pedang). Famili Scombridae dari genus Thunnus umum disebut Tuna. Badan terpedo dan padat. Terdapat 7 – 10 finlet di belakang sirip punggung kedua dan di belakang sirip dubur. Sirip ekor bercabang dalam (forked) dan pada ekor terdapat 3 pasang keel. Warna punggung hitam kebiruan, perut berwarna putih keperalan dan sirip umumnya berwarna kekuningan. Jenis yang ditemukan di Indonesia terdiri dari spesies: Thunnus albacares, T. alalunga, T. maccoyii, T. obesus dan T. tonggol. Nama lokal: Abu-Abu, Tongkol Hitam, Tongkol kayu, Bakulan, Gelang Kawung.

  Habitat: Ikan Tuna jenis Thunnus spp. Termasuk ikan pelagis bermigrasi secara oseanik. Dia menyenangi berada pada kedalaman di sekitar thermocline. Ikan sering didapatkan bergerombol berdasarkan ukuran. Ikan ukuran lebih besar bergerombol mengikuti objek seperti debris yang melayang dekat permukaan. Tingkah laku ini dimanfaatkan nelayan melalui rumpon. Makanan utamanya adalah ikan, Crustacea dan Cumi-cumi. Termasuk ikan yang sensitif terhadap konsentrasi oksigen rendah, dia jarang berada pada kedalaman lebih dari 250 m.

  Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumberdaya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan tersebut. ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu Rawai Tuna, Hutate, Hand Line, Pukat Cincin, dan Jaring Insang.

  Perikanan: Ikan jenis Thunnus spp. paling sering ditangkap dengan menggunakan alat Pancing Tuna (Tuna Longline). Pada lokasi-lokasi tertentu seperti Selatan Jawa, penangkapan dilakukan dengan menggunakan rumpon, sedangkan alat tangkapnya adalah Pancing Ulur (Handline). Hasil tangkapan ikan ini sering disimpan sementara dengan menggunakan es atau dibekukan sementara pada palka dengan suhu -40 oC. Hasil tangkap kualitas terbaik dijual dalam bentuk beku (frozen) untuk pasar ekspor. Panjang bisa mencapai ukuran 230 cm, dan sering tertangkap pada ukuran 150 cm. Termasuk komoditas ekonomis penting terutama bagi perikanan skala menengah dan besar. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 5 jenis ikan.

  Gambar 4.55

  Morfologi umum ikan Tuna (Scombridae, Thunnus sp). Karakteristik utama: badan besar (diantara anggota famili Scombridae), bentuk cerutu (fusiform) – termasuk semua anggota genus Thunnsu spp., Layaran dan Setuhuk (Foto: tuna sirip kuning, Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788), oleh Peter J. Mous).

(1.43) Ikan Tuna, Layaran, Sailfish, Marlin – Scombridae.

  Ikan Layaran atau Marlin juga termasuk dalam kategori ikan Tuna. Karakteristik: Badan bulat memanjang, moncong memanjang membentuk seperti pedang. Sirip punggung dimulai dari atas kepala. Pada beberapa jenis, sirip punggung sangat lebar seperti layar. Sirip perut memanjang seperti cambuk dan pada setiap sisi tulang ekor terdapat 2 keel. Warna punggung biru abu-abu (hampir hitam), sedangkan perut berwarna putih. Jenis spesies yang tertangkap di Indonesia terdiri dari: Istiophorus platypterus, Macaira mazara. Nama lokal: Jangilus, Jegan, Klayar, Lanjareng, Marsuji.

  Habitat: Ikan Layaran termasuk jenis ikan dengan penyebaran Oseanik dan Epipelagic, lebih sering ditangkap pada kedalaman di atas thermocline. Distribusinya lebih sering pada wilayah perairan dekat pantai dan pulau-pulau; membentuk gerombolan berdasarkan ukuran. Makanan utamanya adalah ikan, Crustacea dan Cephalopoda. Ikan ini ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama Samudera Indonesia, Ambon, Bdana dan Sulawesi.

  Perikanan: seperti jenis Thunnus sp., ikan ini juga tertangkap dengan alat tangkap Tuna Longline dan Handline dengan menggunakan alat bantu Rumpon. Namun dia juga banyak tertangkap dengan menggunakan Pancing Tonda (untuk ukuran yang lebih kecil). Hasil produksi umumnya disimpan dengan es atau dibekukan sementara pada suhu -40 oC. Produksi biasanya dijual dalam bentuk beku untuk konsumsi ekspor. Ikan layaran bisa mencapai panjang maksimum > 300 cm, lebih banyak tertangkap pada ukuran 250 cm; termasuk komoditas ekonomis penting bagi perikanan skala kecil, juga menengah dan besar. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 3 jenis ikan.

(1.44) Ikan Cakalang, Skipjack Tuna – Scombridae.

  Karakteristik: Badan terpedo, gemuk, padat dan bulat memanjang. Badan tanpa sisik kecuali untuk gurat sisi (lateral line). Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 8 sirip tambahan (finlet) yang terpisah satu sama lain. Pada masing-masing sisi tulang ekor terdapat 2 keel. Bagian bawah (perut) terdapat 4 – 6 garis membujur yang berwarna kehitaman. Punggung berwarna dominan gelap, sedangkan bagian perut berwarna cerah. Jenis di Indonesia hanya satu spesies, yaitu: Katsuwonus pelamis. Nama lokal: Wdanan, Cakalang Merah, Cakalang Lelaki, Perempuan, Tongkok, Tongkol Jepun.

  Habitat: ditemukan pada perairan lepas pantai dan mempunyai tingkah laku membentuk gerombolan yang sangat besar, berasosiasi dengan burung, objek yang bergerak di permukaan, Cucut dan Paus, dan mempunyai tingkah laku meloncat-locat di atas permukaan. Jenis makanannya adalah ikan, Crustacea, Cephalopoda dan Moluska. Dia juga mempunyai tingkah laku kanibal (saling memakan diantara kelompoknya).

  Perikanan: ikan Cakalang tersebar terutama di perairan Sulawesi, Ambon, Bdana dan Arafura. Dulunya ikan ini lebih banyak ditangkap dengan alat Huhate (PoleLine). Saat ini, nelayan skala kecil mengembangkan alat Pancing Tonda dengan menggunakan perahu < 5 GT. Di Sulawesi alat ini disebut Kedo-Kedo, sedangkan di Ambon dan bdana disebut Buru Cakalang. Hasil tangkapan PoleLine umumnya bisa disimpan dalam es atau dibekukan

  sementara pada suhu -40 o

  C, dijual beku untuk kualitas ekspor. Hasil tangkapan Kedo-Kedo

  dan Buru Cakalang umumnya dijual beku untuk kebutuhan pasar domestik. Ikan Cakalang bisa mencapai panjang 90 cm, namun lebih bayak tertangkap pada ukuran sekitar 40 – 60 cm; termasuk jenis ikan ekonomis penting untuk nelayan skala kecil, menengah dan besar. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia masih 1 jenis ikan.

  Gambar 4.56

  Morfologi umum ikan Cakalang (Scombridae). Karakteristik utama: hanya mempunyai satu spesies – Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758); 6 strip berwarna hitam (longitudinal) pada bagian perut dan sisi badan ialah karakter pembeda yang paling jelas dengan jenis lain pada famili (Foto: Pasar Ikan Waegio, Raja Ampat – oleh Kartika Sumolang).

(1.45) Ikan Tongkol, Eastern Little Tuna – Scombridae.

  Karakteristik: badan bulat seperti cerutu dan padat. Terdapat 8 sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur dan pada ekor terdapat satu keel diantara 2 keel pada setiap sisi tubuh. Punggung berwarna gelap dengan garis tidak teratur berwarna biru kehitaman. Sedangkan perut berwarna cerah. Jenis yang paling umum tertangkap di Indonesia adalah Euthynnus affinis. Nama lokal: Tongkol Komo, mangkok, Ambu-Ambu, Tongkok Kurik, Sembak.

  Habitat: termasuk ikan yang hidup pada perairan Laut epas namun dekat dengan garis pantai. Ikan-ikan muda sering masuk ke dalam teluk atau pelabuhan. Gerombolannya terbentuk bersama spesies lain, terdiri dari 100 sampai 5.000 ekor. Termasuk predator oportunistik dengan jenis makanan dari ikan kecil (Clupeidae dan Engraulidae), Cumi-cumi, Crustacea sampai Zooplankton.

  Perikanan: Ikan Tongkol biasa ditangkap dengan Huhate (PoleLine). Untuk mempertahankan ikan tetap dalam gerombolan disekitar perahu, nelayan melemparkan ikan Teri hidup ke dalam air. Belakangan ini ikan Tongkol juga ditangkap dengan Pancing Tonda yang diisi dengan umpan Bulu. Seperti Ikan Cakalang, armada Tonda yang terkenal adalah Kedo-Kedo dan Bubu Cakalang. Ikan Tongkol bisa dijual dalam bentuk pindang dan ikan kaleng. Jenis ini termasuk komoditas ekonomis penting bagi nelayan skala kecil dan menengah. Ikan Tongkol bisa mencapai ukuran 100 cm, dan lebih sering tertangkap pada ukuran 40 – 60 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 5 jenis ikan.

  Gambar 4.57

  Morfologi umum ikan Tongkol (Scombridae). Karakteristik utama: bagian pungung terdapat sadel berwarna hitam yang dimulai dari (bawah) pertengahan sirip punggung pertama (Foto: Pasar Ikan Waegio, Raja Ampat – oleh Kartika Sumolang).

(1.45a) Ikan Lain: Beronang, Rabitfishes – Siganidae

  Karakteristik: badan pipih dan lebar (vertikal). Mulut kecil dengan posisi terminal, rahang tidak bisa ditarik. Sisik jenis cycloid dan berukuran kecil. Sirip dengan duri keras mengandung kelenjar untuk mengeluarkan racun. Ikan-ikan yang hidup di karang umumnya berwarna terang dan beragam. Spesies yang hidup di luar karang umumnya berwarna kecoklatan. Nama lokal: Lada, Samdanar, Masadar, Limaran, Belais.

  Habitat: lebih banyak hidup di dasar (demersal) pada Perairan Pantai sampai kedalaman

  50 m. Beberapa hidup secara berpasangan pada habitat karang. Jenis lain hidup bergerombol di sekitar Karang, Bakau, Estuari, Air Payau dan Laguna (Nambo). Termasuk jenis ikan herbivor dengan jenis makanan Zooplankton (umur muda) sampai rumput Laut, lamun, Spons dan Tunikata. Namun jika dipancing dengan umpan ikan, dia bisa memakan umpannya.

  Perikanan: ikan Beronang umumnya ditangkap di Pantai dengan alat tangkap Pancing, Bagan, Jaring Insang dan Muro Ami. Untuk jenis yang suka bergerombol, nelayan kadang menggunakan alat peledak yang sudah dilarang oleh pemerintah. Dulunya ikan ini tidak termasuk jenis ikan ekonomis penting. Ikan ini bisa mencapai ukuran 40 cm (tergantung jenisnya). Pada umumnya ditangkap pada ukuran sekitar 25 cm. Pasar ikan Beronang dalam bentuk segar, kering dan asin. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 18 jenis ikan.

  Gambar 4.58

  Morfologi umum ikan Beronang (Siganidae). Karakteristik utama: bentuk badan oval dan kompres (tipis secara vertikal), mulut sangat kecil dan posisi terminal, sirip keras pertama mempunyai kelenjar untuk mengeluarkan racun (Foto: Pasar Ikan Waegio, Raja Ampat – oleh Kartika Sumolang).

(1.45b) Ikan Lainnya, Kakatua, Parrotfishes – Scaridae

  Karakteristik: badan umumnya oblong (segi empat) dan pipih. Gigi pada rahang menyatu seperti pada burung Kakatua. Mulut kecil; sisik cycloid berukuran besar. Sirip ekor bervariasi dari bundar (rounded) sampai lunate, namun tidak sampai bercagak (forked). Warna bervariasi dan beragam sesuai dengan habitatnya pada Terumbu Karang. Nama lokal: Kerotong, Angke, Bayan, Perencong. Spesies yang paling terkenal sebagai ikan Kakatua adalah Bolbometopon muricatum.

  Habitat: Semua jenis ikan Kakatua hidup pada habitat Terumbu Karang di sekitar pantai sampai kedalaman 30 m. Termasuk ikan jenis ikan demersal dan bersifat herbivor, ikan ini sering memakan Alga yang menempel pada karang mati. Karena giginya yang kuat, ikan ini memakan Alga bersama karang. Kotorannya sering membentuk pasir Laut.

  Perikanan: Ikan Kakatua termasuk salah satu jenis ikan penting untuk konsumsi lokal, namun tidak termasuk dalam catatan statistik perikanan di Indonesia. Alat tangkap yang digunakan adalah perangkap, Jaring Muro Ami maupun Spear Fishing. Pasar ikan Beronang dalam bentuk segar, kering dan asin. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 32 jenis ikan.

  Gambar 4.59

  Morfologi umum ikan Kakatua (Scaridae). Karakteristik utama: bentuk badan oblong dan kompres, bagian kepala bundar, gigi menjadi satu seperti gigi burung Kakatua (Foto: ikan kaka tua oleh Peter J. Mous).

(1.45c) Ikan Lainnya, Kulit Pasir, Surgeonfish – Acanthuridae

  Karakteristik: badan pipih (vertikal) dan lebar. Pada caudal peduncle terdapat 1 atau lebih keel yang disebut juga ‘peduncular spines’. Mulut kecil terletak agak jauh di bawah kepala, namun posisi mulut terminal. Gigi pada rahang tersusun dalam satu baris; bentuk gigi incisorgigi potong. Ukuran sisik kecil, jenis ctenoid. Warna dominan adalah coklat dan grey, beberapa spesies mempunyai warna yang beragam (warna warni). Teridi dari spesies yang beragam (> 90 spesies).

  Habitat: Ikan kulit Pasir selalu berasosiasi dengan habitat Terumbu Karang. Termasuk jenis ikan demersal, sampai kedalaman < 100 m, namun pemijahan terjadi secara pelagis. Beberapa jenis ikan Kulit Pasir termasuk pemakan Zooplankton. Sebagian besar lainnya adalah herbivor pemakan alga yang melekat pada Terumbu Karang.

  Perikanan: ikan Kulit Pasir dulunya bukan termasuk ikan ekonomis penting walaupun sudah sering ditangkap sejak dulu. Belakangan ini alat tangkap yang sudah berkembang menangkap ikan ini adalah Bubu (Perangkap). Alat tangkap lainnya yang juga dikembangkan adalah Muro Ami dan Spear Gun. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 33 jenis ikan.

  Gambar 4.60

  Morfologi umum ikan Kulit Pasir (Acanthuridae). Karakteristik utama: bentuk badan oval seperti pada beronang, mempunyai pisau tajam pada caudal peduncle tua (Foto: Resource Use Training, Taman Nasional Teluk Cendrawasih).

  D2. Pertemuan ke dua

4.4.2 Binatang Kulit Keras (2.1) Rajungan, Swimming Crabs – Portunidae

  Karakteristik: kulit luar (cangkang) keras. Lebarnya bisa mencapai 2x panjang. Pada ujung depan kulit luar terdapat 9 buah duri (anterolateral tooth), duri terakhir lebih besar dan panjang. Kaki belakang terakhir pipih dan bulat. Semua kaki berbulu, kecuali kaki pertama.

  Habitat: Swimming Crabs termasuk jenis organisme bentik dan semipelagik dengan tingkah laku yang sangat beragam. Makanan utamanya adalah Detritus dengan tingkah laku filter feeder.

  Perikanan: jenis yang komersial di Indonesia termasuk Portunus pelagicus, P. sanguinolentus dan P. trituberculatus. Alat tangkap yang biasa dipakai adalah Bagan yang dilengkapi dengan umpan, jermal, Bubu dan jaring.

  Gambar 4.60

  Morfologi umum rajungan (Portunus spp). (Sumber: Setyohadi, 2012, Pasar ikan Glondonggede Tuban).

(2.2) Kepiting Bakau, Mangrove Crabs – Portunidae

  Karakteristik: kulit luar (cangkang) keras. Terdapat duri (anterolateral tooth) pada setiap sisi dari ujung kulit luar, namun duri terkahir ukurannya sama. Kulit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil. Kaki depan mempunyai tonjolan seperti duri. Warna kulit dominan hijau. Jenis yang paling umum ditemukan adalah scylla serrata.

  Habitat: jenis Kepiting ini hidup di hutan bakau; termasuk jenis demersal dan melakukan proses ganti kulit setiap 15 hari sekali (proses pertumbuhan). Jenis makanannya adalah Detritus.

  Perikanan: nelayan menangkap jenis Kepiting ini tidak menggunakan alat khusus. Mereka hanya menggunakan sepotong kayu Bakau untuk menusuk lubang yang ditinggali oleh Kepiting. Penangkapan umumnya dilakukan pada malam hari. Jenis Kepiting bakau akhir-akhir ini termasuk jenis komoditas ekspor maupun dijual segar untuk konsumsi restoran.

(2.3) Udang Barong, Spiny Lobster

  Karakteristik: kerangka kepala (carapace) tebal dan ditutupi oleh duri besar dan kecil. Ujung kepala bagian atas mata terdapat dua tonjolan yang keras. Diantara dua tonjolan tersebut terdapat dua pasang sungut. Sungut kedua keras, kaku dan panjang. Ekornya Karakteristik: kerangka kepala (carapace) tebal dan ditutupi oleh duri besar dan kecil. Ujung kepala bagian atas mata terdapat dua tonjolan yang keras. Diantara dua tonjolan tersebut terdapat dua pasang sungut. Sungut kedua keras, kaku dan panjang. Ekornya

  Habitat: semua Udang Barong termasuk jenis penghuni karang. Dia hidup pada lobang- lobang diantara karang; termasuk tipe scavenger, dengan jenis makanan Detritus maupun Makrofauna lainnya.

  Perikanan: penangkapan Udang Barong dilakukan dengan cara menyelam dan dengan bantuan Hookah Compressor. Karena jenis yang beragam, ukuran Udang ini juga bervariasi. Panjang maksimum yang bisa dicapai adalah 50 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 20 –

  30 cm. Udang Barong termasuk komoditas ekspor dan ditangkap oleh nelayan skala kecil. Udang umumnya dijual dalam kondisi hidup.

  Gambar 4.61

  Morfologi umum Udang Barong (Palinuridae). Karakteristik utama: Udang Karang dengan warna yang beragam (Foto: Kofiau Raja Ampat – oleh Andreas Muljadi).

(2.4) Udang Windu, Tiger Prawn - Penaeidae

  Karakteristik: kulit (carapace) agak keras tapi tidak kaku. Pada badan terdapat ‘ban’ berwarna ungu kehitaman. Masing-masing ruas badan mempunyai dua bean. Warna ini tampak jelas ketika Udang masih hidup. Kaki umumnya berwarna merah. Nama ilmiah untuk jenis ini adalah Penaeus monodon. Jenis lainnya adalah Udang Putih atau Penaeus merguiensis.

  Habitat: Udang Windu dan Putih termasuk jenis demersal dan menyenangi substrat dasar yang halus (pasir dan sedikit lumpur). Termasuk jenis Scavenger, jenis makanan utamanya adalah Detritus.

  Perikanan: Udang ini bisa mencapai panjang 35 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran 10 – 20 cm. Dulunya Udang ini ditangkap dengan alat Trawl. Lokasi potensial untuk perikanan Udang adalah Pantai Sumatera, Utara Jawa, Kalimantan Timur dan Laut Arafura. Saat ini, alat tangkap yang biasa digunakan adalah Jaring Klitik, Dogol dan Sero. Hasil tangkapan umumnya dijual beku untuk konsumsi ekspor (headless) dan pasar domestik. Perikanan Udang ini bernilai ekonomis tinggi dan penting bagi nelayan lokal.

(2.5) Udang Putih, Banana (White) Prawn – Penaeidae

  Karakteristik: kulit (carapace) halus, licin dan mengkilap. Badan berwarna putih kekuningan dengan bintik coklat dan hijau samar-samar. Ujung ekor dan kaki berwarna merah. Nama ilmiah untuk jenis Udang ini adalah Penaeus merguiensis.

  Habitat: Udang Putih termasuk jenis demersal dan menyenangi substrat dasar yang halus (pasir dan sedikit lumpur). Termasuk jenis Scavenger, jenis makanan utamanya adalah Detritus.

  Perikanan: Udang ini bisa mencapai panjang 30 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran 15 – 25 cm. Dulunya Udang ini ditangkap dengan alat Trawl. Lokasi potensial untuk perikanan Udang adalah Pantai Sumatera, Utara Jawa, kalimantan Timur dan Laut Arafura. Saat ini, alat tangkap yang biasa digunakan adalah Jaring Klitik, Dogol dan Sero. Hasil tangkapan umumnya dijual beku untuk konsumsi ekspor (headless) dan pasar domestik. Perikanan Udang ini bernilai ekonomis tinggi dan penting bagi nelayan lokal.