PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

C. Tujuan Instruksional Khusus:

  1. Berdasarkan jumlah spesies, peserta mampu menjelaskan

  posisi ikan (finfish) dalam kelompok vertebrata (binatang bertulang belakang);

  2. Peserta mampu menjelaskan bagian-bagian tubuh penting

  yang digunakan sebagai penanda identifikasi kategori spesies;

  3. PesertA paling tidak, mengenal 45 kategori spesies ikan

  (bersirip) hasil tangkap nelayan di laut;

  4. Peserta bisa menyebutkan kelompok spesies dari binatang

  berkulit keras yang menjadi target utama penangkapan nelayan;

  5. Peserta bisa menyebutkan kelompok spesies dari bintang

  berkulit lunak yang menjadi target utama penangkapan nelayan;

  6. Peserta bisa menyebutkan kelompok spesies dari bintang air

  lainnya dan tanaman air yang dilaporkan dalam Statistik Perikanan Indonesia.

D. Isi Bahasan: D1. Pertemuan pertama

  Secara sempit, ikan ialah semua jenis hewan yang termasuk dalam klas Pisces. 6

  1. Pendahuluan

  Kelompok ini sering disebut dengan istilah Ikan Bersirip atau Finfish. Data FishBase sampai tahun 2004 melaporkan 4.161 jenis atau spesies ikan yang dilaporkan telah ditemukan di wilayah perairan Indonesia. Dari jumlah tersebut, 3.240 jenis ialah ikan Laut. Walaupun masuk dalam kategori ikan laut, beberapa diantara spesies tersebut ada yang melakukan pergerakan ke badan sungai melalui muara, bahkan sampai menempuh jarak ratusan km ke arah sungai. Ikan Gulamah, Nibea squamosa (Sasaki, 1992), tercatat ditemukan di daerah Irian Jaya Papua, mampu bermigrasi jauh ke sungai. Habitat aslinya ialah pantai dengan substrat dasar berlumpur atau pasir.

  Berdasarakan ketentuan perikanan (Undang Undang No. 31 tahun 2004), ikan didefinisikan sebagai semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Rumput laut, Eucheuma cottonii (Webber-van Bosse, 1913) dengan demikian, secara hukum bisa disebut ikan, atau, ialah komoditas perikanan. Secara ilmiah, definisi ini tentu saja tidak bisa diterima, dan bisa merubah sistem nomenklatur yang selama ini sudah disepakati secara global.

  Namun untuk kepentingan mengenal produk atau komoditas perikanan, kita akan menggunakan istilah ini. Pada sisi lain, kita juga tetap menggunakan pedoman dasar secara ilmiah bahwa ikan ialah semua hewan yang termasuk dalam klas Pisces.

4.2 Kategori Ikan

  Berdasarkan ketentuan statistik yang dikeluarkan Pemerintah, klasifikasi jenis hasil tangkapan dari perikanan laut dibedakan menurut kategori berikut:

   Ikan Bersirip (45 kategori)  Binatang Berkulit Keras (8 kategori)  Binatang Berkulit Lunak (8 kategori)  Binatang Air lain (4 kategori)  Tanaman Air (1 kategori)

  Masing-masing kategori diberikan penjelasan secara morfologis dengan karakteristik habitat tempat hidupnya, seperti: kelompok ikan Pelagis - Demersal, Oseanik – Neritik, substrat keras – lunak, Terumbu Karang, Bakau, Lamun. Sebagai contoh: ikan Tuna termasuk dalam jenis ikan Pelagis Oseanik, sedangkan ikan kerapu termasuk kategori Demersal yang terkait dengan habitat Terumbu Karang.

4.3 Morfologi Ikan

  Sebelum mendalami jenis ikan dengan ciri morfologinya, ada baiknya kalau kita mengenal beberapa terminologi yang digunakan untuk dalam mempelajari morfologi ikan sebagai berikut:

  Keterangan :

  

  Maxilla atau Jaw ialah istilah untuk rahang. Premaxilla adalah tutup atau bagian depan rahang yang bisa ditarik;

  

  Nostril ialah istilah untuk hidung;

  

  Chin ialah istilah untuk dagu, di bawah rahang bagian bawah;

  

  Operculum ialah tulang penutup insang, terdiri dari empat jenis yaitu: Opercle, Preopercle, Interopercle and Subopercle;

  

  Nape ialah kuduk, daerah kepala di atas dan di belakang mata, bagian paling keras dalam membuat filet ikan;

  

  Gill ialah istilah untuk insang, terdiri dari Gill racker, Gill arch dan Gill filament untuk menyaring oksigen;

  

  1st dorsal fin ialah sirip punggung pertama, biasanya mengandung beberapa duri keras; 2nd dorsal fin = sirip punggung kedua;

  

  Pectoral fin ialah sirip dada, umumnya terdiri dari satu atau lebih duri keras;

  

  Pelvic fin ialah sirip perut; anal fin = sirip dubur atau anus, letaknya di belakang anus;

  

  Lateral line ialah gurat sisi, yaitu garis dimulai dari tutup insang ke arah ekor;

  

  Suborbital plate ialah daerah di bawah mata;

  

  Caudal peduncle ialah daerah di belakang sirip punggung dan sirip dubur sampai awal sirip ekor;

  

  Caudal fin ialah istilah untuk sisip ekor, bentuk percabangan sirip ekor berbeda untuk jenis ikan yang berbeda. Rounded = istilah untuk sirip ekor yang bentuknya bulat melingkar;

  

  Truncate ialah istilah untuk sirip ekor yang lurus dari atas ke bawah; Emarginate = bentuk sirip ekor antara Truncate dan lunat; Lunate = bentuk sirip ekor menyerupai bulan sabit; Forked = bentuk sirip ekor yang bercagak dalam; Pointed = bentuk sirip ekor yang ujungnya menyatu (tidak bercabang) dan runcing;

  Ikan yang berbeda jenis mempunyai bentuk badan yang berbeda, sehingga bentuk badan juga bisa digunakan untuk mengenali jenis. Pipih adalah istilah untuk menjelaskan bentuk badan yang melebar ke samping (lateral) atau ke atas (vertikal). Bulat adalah istilah untuk menjelaskan bentuk badan yang sebaliknya, tidak melebar ke samping atau ke atas. Bentuk badan bulat bisa dijelaskan secara lebih rinci, seperti terpedo atau cerutu.

  Posisi mulut ikan juga bisa digunakan untuk mengenali jenisnya. Terminal adalah posisi mulut di tengah bagian depan, dimana posisi rahang atas dan bawah seimbang. Sub-terminal adalah posisi mulut sedikit di bagian bawah moncong. Inferior adalah istilah untuk posisi mulut di bawah. Superior adalah istilah untuk posisi mulut dimana rahang bawah lebih di depan daripada rahang atas.

  Jenis gigi pada rahang – incisor adalah istilah untuk bentuk gigi jenis pemotong. Canine adalah istilah untuk jenis gigi bentuk taring. Molar adalah istilah untuk gigi pengunyah. Sedangkan villiform untuk gigi banyak tapi ukurannya sangat kecil. Keterangan :

   Istilah ukuran panjang ikan berbeda berdasarkan posisi pengukurannya. Panjang Total

  (Total Length) adalah panjang dari ujung mulut sampai akhir sirip ekor. Fork Length adalah panjang yang diukur dari ujung mulut sampai batas percabangan sirip ekor. Panjang Standar (Standard Length) adalah panjang dari ujung mulut sampai pangkal sirip ekor.

   Finlet adalah istilah untuk sirip tambahan selain yang sudah normal, umumnya terletak

  di belakakng sirip punggung kedua atau di belakang sirip dubur.  Adipose fin adalah sirip kecil dari daging tanpa tulang yang terletak di belakakng sirip

  punggung, terutama ikan-ikan bertulang keras yang masih primitif, seperti ikan Beloso (family Synodontidae).

   Keel adalah tonjolan yang kuat pada bagian belakang caudal peduncle atau awal sirip

  ekor (pada sisi lateral). Ciri ini sangat khas untuk ikan-ikan perenang cepat dengan Caudal peduncle yang kecil dan bentuk sirip ekor Lunate (bulan sabit)

   Scute adalah tonjolan kulit ke arah luar yang berasal dari sisik pada ikan-ikan

  bertulang keras, seperti family Carangidae. Scute sering muncul sebagai kelanjutan dari gurat sisi di bagian mendekati ekor atau Caudal peduncle.

4.4 Jenis-Jenis Ikan

4.4.1. Ikan Bersirip (Finfish) (1.1) Ikan Sebelah, Indian Halibuts, Spiny Turbot - Psettodidae

  Karakteristik: bentuk badan pipih (lateral), mulut lebar posisi terminal dan kedua mata berada pada satu sisi tubuh bagian atas. Ikan ini berenang di atas dasar, kadang menyembunyikan diri di dasar pasir atau pasir berlumpur – termasuk ikan predator, jenis makanan ikan kecil dan Benthos. Warna umumnya coklat kemerahan. Umumnya ditangkap pada ukuran 50 cm, namun bisa mencapai panjang 64 cm. Sebutan ikan sebelah berasal dari tiga famili, ialah: Bothidae, Psettodidae, dan Paralichthydae. Spesies yang paling umum adalah Psettodes erumei. Nama lokal yang banyak digunakan ialah: Beteh, Grobiat, Lewe, kalankan, Pila-Pila, Sisa Nabo, Tipo, Togok.

  Habitat: ikan sebelah termasuk ikan demersal, berenang di atas dasar atau menyembunyikan diri di dasar. Tipe substrat yang digemari terutama pasir dan berlumpur – ikan sebelah paling banyak ditemukan di wilayah perairan Utara Jawa, Selatan Kalimantan, Sumatera sampai Papua.

  Alat tangkap: alat tangkap paling dominan menangkap ikan sebelah ialah Trawl dasar (pukat harimau). Juga, dia sering ditangkap dengan Pukat Pantai, Dogol dan Payang. Kadang-kadang dia juga tertangkap dengan alat Gill Net Dasar.

  Gambar 4.15

  Morfologi umum ikan Sebelah yang ditangkap di perairan Utara Jawa (Foto: diambil dari Gelondong Gede Tuban, oleh Setyohadi).

(1.2) Ikan Lidah, Tongue Soles - Cynoglossidae

  Karakteristik: bentuk badan pipih (lateral) seperti ikan Sebelah, mulut kecil dengan posisi inferior dan kedua mata berada pada satu sisi tubuh bagian atas (namun terletak di bagian tengah). Sirip punggung mulai dari depan mata bersambung sampai ke ekor. Ikan ini berenang di atas dasar, kadang menyembunyikan diri di dasar pasir atau pasir berlumpur, termasuk predator, jenis makanan ikan kecil dan Benthos. Warna umumnya coklat tua kemerahan. Ukuran ikan relatif kecil dibanding ikan Sebelah, ditangkap pada ukuran sekitar

  25 cm. Spesies yang paling umum di Indonesia adalah Cynoglossus abbreviatus dan C. arel. Nama lokal: Ilat-Ilat, Lila, Lidah Lumpur. Di Indonesia diduga telah ditemukan sebanyak 15 spesies ikan lidah.

  Perikanan: ikan ini tidak termasuk jenis komersial seperti Udang, terutama sejak pelarangan alat Pukat harimau (Trawl). Alat tangkap yang umum dipakai termasuk Trawl, Dogol, Payang dan di beberapa tempat termasuk perangkap.

  Gambar 4.16

  Morfologi umum ikan Lidah (Tongue Soules) yang ditangkap di perairan Utara Jawa (Foto: diambil dari Glondonggede Tuban, oleh Setyohadi).

(1.3) Ikan Nomei, Indian Bombay Duck - Synodontidae

  Karakteristik: ikan ini termasuk dalam famili Synodontidae dari subfamili Harpadontinae. Bentuk badan memanjang dan sedikit pipih (vertikal). Ujung moncong pendek, posisi mulut umumnya superior dan sirip ekor membentuk tiga cabangcagak, cabang di tengah merupakan kepanjangan dari gurat sisi (linea lateralis) – ciri paling khas dari ikan nomei. Mata relatif kecil dan sirip dada panjang seperti bulan sabit. Warna tubuh bagian atas umumnya coklat gelam, bagian perut lebih cerah. Ikan ini termasuk predator yang agresif dengan makanan makrofauna. Informasi biologis dari ikan jenis ini masih belum banyak diketahui. Spesies yang paling umum termasuk: Harpadon microchir dan H. nehereus. Harpadon microchir mempunyai sirip dada (pectoral fin) mencapai sirip punggung. Sedangkan pada H. nehereus, sirip dada tidak mencapai sirip punggung. Walaupun bisa mencapai panjang 70 cm, umumnya ikan ini ditangkap pada panjang 40 cm. Nama lokal yang banyak digunakan ialah: Acang-Acang, Luli, Lumek, Lumi-Lumi.

  Habitat: ikan Nomei termasuk jenis ikan demersal, tipe substrat yang digemari adalah lumpur dan pasir halus terutama pantai dekat dengan muara sungai.

  Perikanan: ikan ini tidak termasuk jenis komersial karena sudah jarang ditemukan. Paling sering ikan ini ditangkap di Kalimantan. Alat tangkap yang umum dipakai termasuk Trawl, Dogol, Payang dan di beberapa tempat termasuk perangkap.

  Gambar 4.17

  Morfologi umum ikan Nomei dengan ciri khas sirip ekor membentuk tiga cagak, sebagai perpanjangan dari gurat sisi, linea lateralis (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific).

(1.4) Ikan Peperek, Slip MouthPony Fish – Leiognathidae

  Karakteristik: bentuk badan sangat pipih (vertikal) dan tipis. Posisi mulut umumnya superior, mulut bisa ditarik keluar (protacted) dan ujung moncong pendek. Bagian kepala bergerigi, sedangkan pada nape (kuduk) terdapat duri-duri tidak teratur. Warna tubuh dominan abu-abu keperakan. Jenis ikan ini terdiri dari beragam spesies, yang paling umum adalah genus Leiognathus spp. Termasuk jenis omnivor, pemakan tanaman dan sisa organisme yang sudah mati (detritus). Tergantung jenisnya, ukuran ikan ini umumnya berkisar antara 15 – 20 cm (paling besar bisa mencapai 24 cm). Nama lokal: Selangat, Petek, Kekek, Pepetek, Sekiki, Caria, Petah.

  Habitat: ikan Peperek termasuk jenis ikan demersal. Habitatnya adalah Perairan Pantai dengan tipe dasar lunak (pasir halus dan campuran lumpur) dari Muara Sungai. Di wilayah Pasifik Barat diduga terdapat 29 spesies ikan famili Leiognathidae, semuanya terdaftar sebagai jenis yang juga ditemukan di Indonesia.

  Perikanan: Ikan Peperek sangat terkenal sebagai produk perikanan skala kecil yang beroperasi di pantai. Perairan Utara Jawa dan Kalimantan merupakan fishing ground utama dari perikanan ini. Alat tangkap yang paling umum dipakai adalah; Jaring Tarik (Beach Seine). Secara tidak sengaja ikan ini juga menjadi hasil samping dari alat Trawl dan Dogol (Danish Seine).

  Gambar 4.18

  Morfologi

  umum ikan Peperek, semuanya berasal

  dari famili

  Leiognathidae. Bentuk badan oblong (melebar) dan tipis ialah ciri paling spesifik dari ikan ini (Foto: diambil dari Glondonggede Tuban, oleh Setyohadi).

(1.5) Ikan Manyung, Marine Catfish – Ariidae

  Karakteristik: bentuk badan memanjang agak bulat, badan tidak bersisik dan mata relatif kecil. Sirip punggung pertama berduri keras, ujung sirip punggung umumnya memanjang. Sirip dada pertama juga berduri keras dan sering disebut patil karena bisa melukai tangan. Ciri lainnya adalah terdapatnya sepasang sungut pada rahang atas dan rahang bawah. Warna dominan adalah coklat kemerahan, sebagian berwarna abu-abu. Nama lokal: Keteng, Keting, Duri kerak, Pulutan, Utek.

  Habitat: ikan Manyung termasuk jenis ikan demersal. Habitatnya adalah Perairan Pantai dengan tipe dasar lunak seperti lumpur. Ikan ini paling banyak ditemukan pada muara sungai dekat hutan bakau, bahkan beberapa diantaranya sampai masuk ke Sungai. Ikan Manyung termasuk predator dengan jenis makanan beragam (makrofauna). Fishing ground utama ikan ini adalah Utara Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini juga banyak ditemukan di wilayah Papua Tenggara, namun nelayan lokal tidak tertarik untuk menangkap ikan ini di sana.

  Perikanan: Harga ikan ini relatif murah, sehingga kurang bernilai ekonomis. Alat tangkap yang paling umum dipakai adalah: jaring Insang (Gill Net). Di Kalimantan dan Utara Jawa, ikan ini juga ditangkap dengan Dogol, Jaring Tarik, Mini-Trawl dan Pancing. Ikan manyung bisa mencapai ukuran panjang 180 cm. Jumlah total spesies yang ditemukan di Asia Pasifil mencapai 48 jenis. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 31 jenis.

  Gambar 4.19

  Morfologi umum ikan Manyung, semuanya berasal dari famili Ariidae. Karakteristik utama ikan ini ialah badan bulat, tidak bersisik, sirip dada pertama keras (patil) dan mempunyai sungut (Foto: diambil dari Glondonggede Tuban, oleh Setyohadi).

(1.6) Ikan Beloso, Lizard Fishes – Synodontidae

  Karakteristik: masih satu famili dengan ikan Nomei (Harpadon spp), bentuk badan bulat memanjang seperti cerutu, mulut sangat lebar dan bergigi tajam (villiform). Kepala gepeng dengan moncong relatif pendek. Warna punggung kecoklatan, warna perut sedikit keperakan (putih). Bagian punggung bercorak (gelombang) warna hitam. Ujung sirip punggung, perut dan ekor bagian bawah berwarna kehitaman. Tiga genus yang ditemukan di Indonesia Karakteristik: masih satu famili dengan ikan Nomei (Harpadon spp), bentuk badan bulat memanjang seperti cerutu, mulut sangat lebar dan bergigi tajam (villiform). Kepala gepeng dengan moncong relatif pendek. Warna punggung kecoklatan, warna perut sedikit keperakan (putih). Bagian punggung bercorak (gelombang) warna hitam. Ujung sirip punggung, perut dan ekor bagian bawah berwarna kehitaman. Tiga genus yang ditemukan di Indonesia

  Habitat: ikan Beloso termasuk jenis ikan demersal (hidup di dasar). Habitatnya adalah Perairan Pantai dengan tipe dasar lunak seperti pasir sedikit lumpur. Ikan ini juga banyak ditemukan pada perairan pantai dekat dengan muara sungai atau di bagian luar Terumbu Karang (reef associated). Makanan utamanya adalah ikan kecil dan crustasea.

  Perikanan: nelayan sudah relatif jarang mendapatkan ikan ini dan harganya relatif murah. Ukurannya bervariasi, bisa mencapai panjang 60 cm namun lebih sering ditangkap pada ukuran 45 cm. Ikan ini merupakan hasil sampingan dari alat modifikasi Trawl maupun Dogol. Nelayan sering mendapatkan ikan ini pada operasi Jaring Tarik (Beach Seine). Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 25 jenis.

(1.7) Ikan Biji Nangka, Goat Fish – Mullidae

  Karakteristik: badan memanjang dan tertutup sisik sampai kepala, kecuali moncong sebelah depan. Mulut kecil dengan gigi yang lemah. Ciri khusus ikan ini adalah terdapat sepasang sungut pada rahang bawah dan garis membujur berwarna kuning pada sisi badan. Ciri ini dikombinasi dengan bentuk tubuh menjadi nama ikan ini terkenal dengan sebutan Biji Nangka. Secara keseluruhan ikan berwarna cerah. Genus yang sering ditemukan di Indonesia termasuk Mulloidichthy spp., Parupeneus spp., dan Upeneus spp. Nama lokal: Kakunir, Kunir, Kuniran, Butir Nangka.

  Habitat: ikan Biji Nangka termasuk jenis ikan demersal (hidup dekat dasar), sungutnya berfungsi sebagai alat peraba. Habitatnya adalah perairan pantai dengan tipe dasar lunak seperti lumpur. Beberapa jenis dari ikan ini juga ditemukan di bagian luar Terumbu Karang (Reef associated). Makanan utamanya adalah ikan kecil dan makrofauna lainnya (termasuk jenis predator).

  Perikanan: nelayan, terutama di wilayah Utara Jawa masih menjadikan ikan ini sebagai target, terutama dengan semakin berkurangnya hasil tangkapan Udang. Alat yang biasa digunakan adalah Dogol dan Payang, termasuk Lampara. Nelayan skala kecil juga sering menangkap ikan ini dengan alat Jaring Tarik. Ikan ini sebenarnya bisa mencapai ukuran 60 cm, namun lebih sering tertangkap pada panjang sekitar 30 cm. Jumlah spesies yang ditemukan di wilayah Pasifik Barat mencapai 29 jenis, semuanya tercatat ditemukan di Indonesia. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 29 jenis.

  Gambar 4.20

  Morfologi umum ikan Biji Nangka (Famili Mullidae), ciri utama: sungut dan warna kuning yang membujur pada sisi badan (Foto: Kofiau, Raja Ampat oleh Purwanto).

(1.8) Ikan Gerot-gerot, Grunters Sweet Lips – Haemulidae

  Karakteristik: badan memanjang agak pipih (vertikal), tertutup sisik sampai bagain kepala. Sirip punggung pertama dan kedua menyatu. Tepi belakang tutup insang bagian depan bergerigi. Ciri khusus ikan Gerot-Gerot adalah mulut kecil tapi ditutupi oleh bibir yang sangat tebal (sesuai dengan salah satu nama lokal ikan ini). Sirip dada lebih panjang dan meruncing dibdaning sirip perut. Genus yang umum di Indonesia termasuk Diagramma spp., Plectorhynchus spp., dan Pomadasys spp. Nama lokal: Ampas tebu, Gerut-Gerut, Kompele Mas, Bibir Tebal.

  Ikan Gerot-Gerot lebih menyenangi wilayah Pantai dengan Terumbu Karang yang masih baik (Plectorhinchus spp.). Beberapa jenis ada yang bermigrasi sampai ke Muara Sungai bahkan masuk Sungai (Pmadasys spp.), namun sebagian besar berada di karang. Dia termasuk jenis ikan demersal yang soliter. Dia memijah dan telurnya bersifat melayang (pelagis). Jenis ikan ini sering ditemui oleh penyelam. Pada siang hari dia bersembunyi di bawah Terumbu Karang dan aktif pada saat malam hari. Makanan utamanya adalah ikan dan makrofauna lainnya.

  Perikanan: Ikan ini terutama ditangkap dengan alat Pancing dan Muro Ami. Kadang- kadang juga tertangkap dengan Jaring Insang Hanyut. Walaupun tidak begitu mahal, ikan ini juga termasuk jenis ikan ekonomis penting. Ukurannya bisa mencapai > 70 cm, namun sering tertangkap pada ukuran 45 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 26 jenis.

  Gambar 4.21

  Morfologi umum ikan Gerot-Gerot (Haemulidae); mulut kecil namun ditutupi oleh birir tebal (Foto: Missol, Raja Ampat, oleh Purwanto).

(1.9) Ikan MerahBambangan, Red Snapper – Lutjanidae

  Karakteristik: badan memanjang dan tertutup sisik sampai kepala. Mulut sedang sampai besar, posisi mulut terminal. Terdapat tiga deretan sisik atau lebih pada keping tutup insang depan. Bentuk sirip ekor antara emarginate dan lunate. Sirip perut berada di bawah sirip dada. Ikan ini mempunyai banyak jenis. Genus Aphareus dan Aprion (Jobfish) digemari untuk spear-fishing, terutama oleh penyelam atau snorkeler. Termasuk genus yang komersial adalah Etelis spp., Lutjanus spp, dan Paracaesio spp. Nama lokal: Kerisi Basi, Ganrang Eca, Ungar, Jenahak Mailah, Tanda-Tanda, Sendarat, Siakap Merah.

  Habitat: hampir semua jenis dari ikan ini adalah penghuni Laut (Marine), namun beberapa spesies bisa bermigrasi ke air payau maupun sungai untuk mencari makan. Termasuk ikan demersal, ikan Bambangan tercatat bisa hidup sampai kedalaman 450 m. Semua jenis termasuk predator yang agresif. Makanan utamanya adalah ikan dan Crustacea. Jumlah total spesies di wilayah Pasifik Barat mencapai 65 jenis, di Indonesia tercatat ditemukan berjumlah 57 jenis.

  Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Gill Net dan Muro Ami. Belakangan ikan ini sering ditangkap dengan menggunakan Pancing. Untuk mempertahankan ikan tetap hidup setelah ditangkap dengan Pancing, nelayan mengeluarkan gas pada gelmbung renang untuk mengurangi resiko kerugian. Ikan ini bisa mencapai ukuran 100 – 150 cm. Namun lebih sering ditangkap pada ukuran < 60 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 23 jenis.

  Gambar 4.22

  Morfologi umum ikan MerahBambangan atau Kakap (Lutjanidae) – menyebar dari Sungai, Estuari, Pantai Terumbu Karang sampai kedalaman 500 m (Foto: Pasar ikan Manokwari Papua, NOAA-MPA Training).

(1.10) Ikan Kerapu, Groupers – Serranidae

  Karakteristik: badan memanjang, beberapa agak pipih. Terdapat 1 – 3 duri keras pada tutup insang. Tutup insang sebagian atau seluruhnya bergerigi. Mulut sedikit superior. Rahang dilengkapi gigi taring (canine) yang kuat. Sirip ekor kebanyakan rounded atau truncate, jarang yang lunate atau forked. Warna tubuh sangat beragam, tergantung dari jenisnya. Beberapa spesies mempunyai sabuk yang berwarna lain. Jenis lainnya mempunyai beberapa totolnoda. Ikan ini mempunyai banyak jenis. Genus yang paling komersial sebagai produk dalam perdagangan ikan karang hidup adalah: Epinephelus spp., dan Plectropomus spp. Nama lokal berdasarkan jenis: Kerapu Macan, Sunu, bebek, Tikus, Lumpur, kerapu Batu, Kerapu Minyak, Balong, Ukon, Pertang, Kerapu Lilin, Kerapu Tutul, Barong Putih, Belidra, Kerapu Bara, Kerapu Lodi.

  Habitat: hampir semua jenis ikan Kerapu hidup pada habitat Terumbu Karang. Distribusinya mencapai wilayah dari daerah tropis sampai iklim sedang. Termasuk jenis ikan demersal, makanannya tergantung dari berburu ikan, walaupun ada beberapa jenis (non comersial) pemakan plankton.

  Dari ikan ini adalah penghuni Laut (Marine), namun beberapa spesies bisa bermigrasi ke air payau maupun sungai untuk mencari makan. Termasuk ikan demersal, ikan Bambangan tercatat bisa hidup sampai kedalaman 450 m. Semua jenis termasuk predator yang agresif. Makanan utamanya adalah ikan dan Crustacea.

  Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Pancing atau jaring Muro Ami. Nelayan yang menangkap dengan Pancing, bisa mempertahankan ikan tetap hidup dengan mengeluarkan gas dari gelembung renang, melalui anus. Mereka menggunakan ‘pentil’ karet berlobang untuk mengeluarkan gas. Beberapa nelayan juga menangkap ikan Kerapu dengan menggunakan racun terlarang seperti Potasium Sianida. Ikan kerapu pernah tercatat berukuran panjang 300 cm dengan berat mencapai > 200 kg. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 34 jenis.

  Gambar 4.23

  Morfologi umum ikan Kerapu (Serranidae) – ciri khas ikan Karang ekonomis penting (live reef fish trade) (Foto: SPAG Training di Der Raja Ampat, oleh Andreas Muljadi).

(1.11) Ikan Lencam, Emperors – Lethrinidae

  Karakteristik: Badan bulat panjang, sedikit agak pipih, sisik menutupi seluruh tubuh sampai tutup insang. Moncong meruncing dan tidak bersisik, mulut kecil dengan bibir tebal. Sirip ekor bentuk LunateForked. Warna badan ungu kehijauan sampai hijau. Terutama pada ikan muda, terdapat noda-noda gelap pada tubuh. Jenis ikan ini terdiri dari banyak spesies, yang paling umum adalah Lethrinus lentjan. Nama lokal: Ketamba, Peldanok, Mempinang, Senonching, Asuan, Sikuda.

  Habitat: Lencam termasuk jenis ikan demersal dan soliter. Hidupnya terutama dekat Terumbu Karang, namun juga mendiami daerah Pantai dengan Muara Sungai. Ikan ini menyebar pada hampir seluruh perairan pantai di Indonesia. Termasuk jenis predator dengan makanan utama makrofauna.

  Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Pancing, Gill Net, Bubu, Muro Ami dan Dogol. Nelayan jarang mendapatkan ikan ini dalam jumlah produksi yang banyak, sehingga kurang dikenal dibdaningkan ikan lain, seperti Bambangan. Hasil tangkapan nelayan bisa mencapai ukuran > 50 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 26 jenis.

  Gambar 4.24

  Morfologi umum ikan Lencam (Lethrinidae) – menyebar dari Sungai, Estuari, Pantai Terumbu Karang sampai kedalaman 500 m (Foto: Pasar ikan Waegeo, Papua, oleh Kartika Sumolang).

(1.12) Ikan Kakap, Baramundi, Sea Bass – Centropomidae

  Karakteristik: Badan pipih dan memanjang. Kepala tipis dan datar, moncong runcing dan tertutup sisik, mulut besar dan Rahang bawah lebih panjang (posisi mulut superior). Sirip ekor bundar, sirip dada dan dubur juga bulat. Warna tubuh coklat kemesan pada punggung dan keperakan di bagian perut. Dari seluruh Famili Centropomidae, hanya dua spesies yang banyak ditangkap di Indonesia, yaitu: Lates calcalifer dan Psammoperca waigiensis. Nama lokal: Kakap Putih, Petak, Pletekan, Tetahan, Kanja, Pica-Pica, Cukil, Cabik, Siakap , Selungsung, Ringan.

  Habitat: Kakap Putih termasuk jenis ikan demersal dan soliter. Asosiasi habitat utamanya termasuk perairan pantai dangkal, bakau dan muara sungai dengan dasar lunak (berlumpur) – termasuk predator dengan makanan utama makrofauna. Fishing ground utama dari ikan kakap saat ini termasuk Sumatera, Kalimantan dan Papua (spesies Psammoperca waigiensis).

  Alat tangkap yang banyak digunakan terutama Gill Net dasar, Trawl dan Pancing. Ikan ini bisa mencapai panjang 200 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran < 150 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 2 jenis.

  Gambar 4.25

  Morfologi umum ikan Kakap Putih (Centropomidae) – ciri paling utama ialah bagian kepala cekung dan gurat sisi berlanjut sampai sirip ekor (Foto: Glondonggede Tuban, oleh Setyohadi).

(1.13) Ikan Kurisi, Threadfin Breams – Nemipteridae

  Karakteristik: Badan agak bulat memanjang, tertutup sisik yang mudah tanggal atau lepas. Ciri khas ikan ini adalah sirip perut dan sirip ekor bagian atas memanjang seperti benang (threadfin). Ciri khusus lainnya adalah warna badan yang cerah, merah kekuningan. Dua spesies, Nemipterus gracilis dan N. balinensis termasuk spesies endemik Indonesia. Nama lokal: Trisi, Kerisi, Gurisi, Ili Pasir, Juku Eja, Kambayan.

  Habitat: Ikan Kurisi termasuk jenis demersal, kadang membentuk gerombolan – hidup terutama pada daerah perairan pantai dengan dasar lunak seperti pasir dengan sedikit lumpur. Termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan makrofauna lainnya.

  Perikanan: dulunya ikan Kurisi merupakan hasil samping (by-catch) dari alat Trawl. Di wilayah Utara Jawa, ikan ini sering tertangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat Jaring Tarik (Beach Seine). Ikan bisa mencapai panjang 20 cm, umumnya tertangkap pada ukuran

  15 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 20 jenis.

  Gambar 4.26

  Morfologi umum ikan Kurisi (Nemipteridae) – ciri paling utama: sirip punggung bersatu dan kontinyu, ujung sirip ekor atas memanjang seperti benang (Foto: oleh Peter J. Mous).

(1.14) Ikan Swanggi, Big Eye – Priacanthidae

  Karakteristik: badan pipih memanjang. Ciri khususnya adalah pada Mata yang berukuran besar. Terdapat tonjolan duri pada tutup insang bagian depan. Posisi mulut agak superior (rahang bawah lebih di depan). Hampir semua ikan ini berwarna merah sampai jingga. Terdapat noda-noda gelap pada dan di atas gurat sisi. Ikan Swanggi tersusun atas banyak jenis, spesies yang paling sering didapat adalah Priacanthus spp. Nama lokal: Gora Suangi, Lolong Bara, Temenggong, Serinding, Serinding Tembakau.

  Habitat: Ikan Swanggi termasuk jenis ikan demersal, sering kali membentuk gerombolan (schooling). Daerah kesukaannya adalah pantai dekat dengan Terumbu Karang. Ikan-ikan yang lebih kecil ditemukan mendekati pantai. Jenis makanan bervariasi, terutama organisme bentik.

  Perikanan: Perairan Arafura merupakan wilayah utama dari jenis ikan ini. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah Trawl yang mampu mencapai kedalaman di atas 50 m. Ikan ini tidak didapat dengan menggunakan Jaring Tarik maupun Dogol. Ikan Swanggi bisa mencapai ukuran 35 cm, namun lebih sering tertangkap pada panjang sekitar 25 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 9 jenis.

  Gambar 4.27

  Morfologi umum ikan Swanggi, Mata Besar (Priacanthidae) – ciri paling utama: ukuran mata sangat besar, mulut superior dan sirip punggung bersatu dan kontinyu (Foto: Glondonggede, oleh Setyohadi).

(1.15) Ikan Ekor KuningPisang-Pisang, Fusiliers – Caesionidae

  Karakteristik: Badan bulat memanjang, bentuk sirip ekor forked (bercagak). Ciri paling khusus adalah warna kuning yang membujur dari kepala sampai ekor. Warna tubuh bagian Karakteristik: Badan bulat memanjang, bentuk sirip ekor forked (bercagak). Ciri paling khusus adalah warna kuning yang membujur dari kepala sampai ekor. Warna tubuh bagian

  Habitat: semua kelompok ikan Ekor Kuning bersifat pelagis dan bergerombol (schooling). Tempat hidupnya adalah pantai yang mempunyai Terumbu Karang cukup subur dengan kecerahan tinggi. Umumnya ikan ini ditemukan bergerombol di daerah kolom air sebagai plankton feeder. Pada saat ikan-ikan dasar seperti kerapu melepaskan telur (memijah), ikan-ikan ini berkumpul di atasnya untuk memakan telur-telur ikan tersebut.

  Perikanan: Ikan Ekor Kuning dikenal pada hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di bagian timur dengan kondisi Terumbu Karang masih baik. Alat tangkap yang sering digunakan adalah perangkap (Bagan), Muro Ami, terkadang Gill Net. Paling sering ikan ini ditangkap dengan menggunakan alat terlarang dan tidak ramah lingkungan, seperti peledak (bom). Tergantung jenisnya, ikan ini bisa mencapai panjang 40 – 60 cm, yang sering tertangkap pada ukuran 25 – 30 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai

  16 jenis.

  Gambar 4.28

  Morfologi umum ikan Ekor Kuning (Caesionidae) – ciri paling utama: ekor fork dan ujung cagak tajam, warna ekor umumnya kuning (Foto: oleh Peter J. Mous).

(1.16) Ikan GulamahTiga Waja, croackersDrums – Sciaenidae

  Karakteristik: badan memanjang agak pipih dengan sirip ekor umumnya bundar (rounded) atau emarginate. Ciri paling khusus adalah gurat sisi (linea lateralis) yang memanjang sampai akhir sirip ekor dan moncong mulut pendek. Beberapa jenis mempunyai satu sungut, terletak pada dagu. Seluruh tubuh berwarna keperakan, sirip dada dan perut sangat pucat. Di sana sini terdapat noda-noda berwarna gelap. Ikan Gulamah terdiri beragam spesies yang berbeda. Nama lokal: Siliman, Krokot, Tengkerong, Sangeh Burung, Gelomo.

  Habitat: termasuk jenis ikan dasar dan tidak bergerombol. Tempat hidupnya adalah perairan Pantai dengan dasar lunak (lumpur), terutama dekat Muara Sungai besar. Saat ini, Ikan Gulamah paling banyak ditemukan di wilayah Kalimantan. Dia mencari makan di dasar, termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan Crustacea.

  Perikanan: Alat tangkap utama untuk ikan ini adalah Trawl, Payang dan Dogol. Ukuran ikan bervariasi, namun jarang yang ditemukan lebih dari 30 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 25 jenis.

  Gambar 4.29

  Morfologi umum ikan GulamahTiga Waja (Sciaenidae) – ciri paling utama: sirip ekor bundar atau emarginate, mulut pendek tapi besar dan gurat sisi berlanjut sampai akhir sisirp ekor (Photo oleh: Choirun Nisa – mahasiswa PS – PSP, 2007).

(1.17) Ikan Cucut, Sharks – Carcharhinidae, Pristidae, Sphyrnidae, dll

  Ikan cucut atau hiu pada dasarnya tersusun atas tiga famili: Cracharhinidae, Pristidae dan Sphyrnidae. Pristidae terkenal dengan nama cucut gergaji karena moncongnya panjang bergerigi. Sedangkan famili Sphyrnidae sering disebut Hiu Martil atau Hummer Head.

  Karakteristik: badan bulat memanjang, kepala pipih (lateral) dan mulut di bawah moncong (inferior). Sirip punggung menjulang tinggi dan sirip ekor bagian atas lebih panyang (epicercal). Badan tidak bersisik dan bertulang rawan. Di Indonesia tangkapan ikan Cucut terdiri dari banyak jenis. Nama lokal: Cucut, Hiu, Cucut Ronggeng, Cucut gergaji, Hiu Martil, Cucut Macan, Mungsing.

  Habitat: Cucut termasuk jenis ikan yang solitar, tapi pada siang hari sering membentuk gerombolan kecil (seperti Cucut Martil). Distribusinya sangat luas, dari daerah pantai dengan Terumbu Karang yang subur sampai laut lepas. Beberapa jenis seperti Cucut sirip bintik putih maupun hitam, menghuni Terumbu Karang bagian luar, terutama pada bagian yang berarus. Termasuk jenis karnivor – makananya terutama ikan dan makrofauna lainnya.

  Perikanan: Ikan Cucut sering menjadi hasil samping dari alat Tuna Long Line. Karena harga siripnya yang sangat mahal di pasar Hongkong, akhir-akhir ini dia menjadi komoditas ekonomis yang dicari nelayan. Alat tangkap utama untuk ikan ini adalah Rawai dasar. Hasil tangkapan Cucut oleh nelayan bisa mencapai panjang 200 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 34 jenis.

  Gambar 4.30

  Morfologi umum ikan CucutHiu (Carcharhinidae). – ciri paling utama: badan tidak bersisik, bertulang rawan, gigi besar dan posisi mulut inferior (Foto: Kofiau Raja Ampat oleh Purwanto dan Sony Tasijawa, Derawan).

(1.18) Ikan Pari, Rays – Dayatidae, Myliobatidae, dll

  Karakteristik: Badan sangat pipih (lateral), bentuknya simetri, badan lebih lebar daripada panjangnya. Kedua mata berada di bagian atas tubuh, tidak mempunyai sirip punggung dan sirip ekor. Hampir semua jenis mempunyai satu ekor (tail) yang panjang menyerupai cambuk. Umumnya ekor dilengkapi dengan satu duri yang beracun. Lebar badan bisa mencapai 4 m. Warna badan sangat beragam tergantung dari jenis. Nama lokal: Pari Macan, Lalat, Pari Tanjung, Pari Ketuka, pari Burung, Pari Belang.

  Habitat: umumnya ikan Pari termasuk ikan yang hidup di laut. Namun beberapa spesies ada yang menghuni Muara Sungai bahkan masuk ke dalam aliran Sungai. Sebagai ikan dasar (demersal), ikan pari sering menanam diri di dalam pasir untuk mengelabui mangsa atau pemangsa.

  Perikanan: Ikan Pari sering tertangkap dengan alat Rawai Dasar. Kadangkala ikan Pari juga tertangkap dan menjadi hasil sampingan dari alat tangkap Trawl. Lebar badan bisa mencapai 4 m. Ikan Pari tidak termasuk jenis yang komersial karena dagingnya kurang digemari oleh masyarakat. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia mencapai 44 jenis.

  Gambar 4.31

  Morfologi umum ikan Pari – ciri paling utama: bertulang rawan, bentuk badan bundar dan depres (gepeng), memiliki ekor sebagai alat pertahanan, sting-ray (Foto: Glondonggede oleh Setyohadi; Derawan oleh Sony Tasijawa)

(1.19) Ikan Bawal Hitam, Black Pomfret – Carangidae

  Karakteristik: Badan sangat pipih (vertikal), sirip perut dan punggung memanjang sampai ke ekor. Sirip dada panjang, meruncing seperti sabit. Di depan sirip ekor (caudal peduncle) terdapat scute. Moncong pendek dan mulut kecil. Warna badan bagian atas coklat abu kebiruan, bagian bawah keperakan. Sepintas ikan ini kirip dengan Bawal Putih, namun keduanya terpisah , berbeda pada tingkat famili. Bawal Hitam terdiri dari hanya satu spesies: Parastromateus niger. Nama lokal: Gebel, Manriwasa Leleng, Bawal Tambak, Bawar, Dueh Hitam.

  Habitat: Bawal Hitam lebih banyak menghuni Perairan Pantai dengan dasar lumpur. Pada siang hari dia berada dekat dengan dasar, sedangkan pada malam hari naik ke permukaan. Sering kali ikan ini memasuki wilayah Estuari, terutama dekat dengan sungai-sungai besar dengan membentuk gerombolan besar (schooling). Makanan utamanya adalah Plankton.

  Perikanan: Alat tangkap utama ikan ini termasuk Lampara Dasar, Payang, Dogol dan Trawl. Daerah operasi penangkapan paling besar dari ikan Bawal Hitam saat ini adalah Perairan Kalimantan. Ukuran ikan yang tertangkap mencapai panjang 30 – 40 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia sementara masih 1 jenis ikan saja.

  Gambar 4.32

  Morfologi dari ikan Bawal Hitam (Carangidae) – ciri paling utama: badan lebar dan kompres, mulut kecil di bawah mata dan tidak mempunyai sirip dada (Sumber: Carpenter Niem, 2001. The Living Marine Resources of the Western Pacific)

(1.20) Ikan Bawal Putih, Silver Pomfret - Stromatidae

  Karakteristik: Badan sangat pipih lateral (punggung bongkok), moncong sangat pendek, sirip dada tidak runcing sperti Bawal Hitam dan tidak mempunyai sirip perut. Sirip ekor bercagak (forked) dalam, bagian bawah lebih panjang. Warna badan bagian atas abu-abu, bagian bawah putih keperakan. Terdapat bintik-bintik hitam (sangat kecil) pada hampir seluruh tubuh. Sirip punggung ujungnya gelap. Jenis yang ditemukan di Indonesia terdiri dari dua spesies, yaitu: Pampus argenteus dan pampus chinensis. Nama lokal: Bawal Tambak, Kilat, Dawah, Lawang, Manriwasa kebo, Dueh Putih, Duweh Bujang, Bawal Cermin.

  Habitat: Bawal Putih lebih banyak menghuni perairan pantai dengan dasar lumpur, seperti Bawal Hitam. Pada siang hari dia berada dekat dengan dasar, sedangkan pada malam hari naik ke permukaan. Sering kali ikan ini memasuki wilayah Estuari, terutama dekat dengan sungai-sungai besar dengan membentuk gerombolan besar (schooling). Makanan utamanya adalah Plankton.

  Perikanan: Alat tangkap utama ikan ini termasuk Lampara dasar, Payang, Dogol dan Trawl. Daerah operasi penangkapan paling besar dari ikan Bawal Hitam saat ini adalah Perairan Kalimantan. Ukuran ikan yang tertangkap mencapai panjang 30 – 40 cm dengan panjang maksimum 60 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia sementara masih 2 jenis ikan saja.

  Gambar 4.33

  Morfologi dari ikan Bawal Putih (Stromatidae) – ciri paling utama: badan sangat lebar dan pipih, mulut sangat kecil, caudal peduncle pendek dan kecil, tidak mempunyai sirip dada, dan tidak mempunyai keelscute (Photo oleh: Ahmad Risal – mahasiswa PS – PSP, 2007).

(1.21) Ikan Alu-Alu, Barracuda - Sphyraenidae

  Karakteristik: badan memanjang seperti cerutu, mulut lebar dengan gigi taring (canine) yang kuat, rahang bawah lebih menonjol ke dapan (superior). Sirip ekor berbentuk emarginate dan, kedua ujung sirip ekor berwarna pucat. Pada tubuh bagian bawah terdapat noda-noda (blotch) berwarna hitam. Kepala diantara kedua mata datar atau sedikit cekung. Famili Sphyraenida hanya mempunyai satu genus dan 25 spesies. Jenis yang tertangkap di Indonesia diduga terdiri dari 7 spesies: Sphyraena barracuda, S. forsteri, S. helleri, S. jello, S. obtusata, S. putnamae dan S. qenie. Nama lokal: Kucul, Titil, Kacang-Kacang, Pengaluan, Tenak, Tenok, Kadalan, Leres, Tunel, Pengalasang, Senuk, Kacang Merah, Langsar, Tancak, Curut, Kacang Lopek.

  Habitat: termasuk jenis ikan pelagis. Ikan muda berada di daerah Bakau, Estuari dan Terumbu Karang bagian dalam; ikan dewasa tersebar luas dari Pantai sampai Laut lepas; bersifat Soliter namun bisa juga ditemukan dalam gerombolan kecil. Termasuk ikan carnivor, jenis makanannya dari ikan, Cephalopoda dan Udang.

  Perikanan: Alat tangkap utama Pancing. Ikan ini bisa ditangkap pada seluruh perairan Indonesia dengan Terumbu Karang yang masih baik. Panjangnya dapat mencapai 160 cm, namun ditangkap umumnya pada ukuran 40 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 7 jenis ikan.

  Gambar 4.34

  Morfologi dari ikan Alu-AluBarracuda (Sphyraenidae) – ciri paling utama: badan memanjang, mulut runcing dan superior, gigi tajam (Foto: Wakatobi oleh Purwanto dan Sorong oleh Andreas Muljadi).

(1.22) Ikan Layang, Scads - Carangidae

  Karakteristik: Badan bulat memanjang, antara sirip dubur dan sirip punggung dengan sirip ekor terdapat finlet. Di bagian depan sirip dubur terdapat dua duri keras, pada ekor terdapat scute pada kedua sisi lateral dan pada tutup insang terdapat noda berwarna hitam. Tubuh bagian atas berwarna biru kehijauan sedangkan bagian perut berwarna keperakan. Sirip berwarna kuning kemerahan. Ikan Layang termasuk genus Decapterus dalam famili Carangidae. Nama lokal: Malalugis, Basung, Sardin Merah, Selayang Ekor, Benggol Deles, Luncu, Curut, Layang Lidi, Korok, lajeng Lakek, Julung-Julung, Tengkerong, Gelama.

  Habitat: termasuk jenis ikan pelagis, membentuk gerombolan dan lebih sering berada di lepas Pantai. Ikan Layang ditemukan pada hampir seluruh Perairan Indonesia. Wilayah migrasi yang paling utama termasuk Selat Malaka, Utara Jawa, Laut Flores dan Sulawesi. Kadang ditemukan dalam rombongan kecil di bagian luar Terumbu Karang. Makanan utama adalah Plankton.

  Perikanan: Alat tangkap paling efektif untuk menangkap ikan Layang adalah Purse Seine (Laut Jawa dan Selat Makasar). Layang juga sering tertangkap dengan menggunakan alat

  Payang. Ukuran ikan bervariasi, tergantung jenisnya. Untuk jenis Decapterus macrosoma (yang umum ditemukan di Indonesia), panjang maksimum bisa mencapai 35 cm, namun lebih sering tertangkap pada ukuran 25 cm. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 6 jenis ikan.

  Gambar 4.35

  Morfologi dari ikan Layang (Carangidae) – ciri paling utama: badan memanjang seperti cerutu, badan gilik seperti ikan lemuru (Sumber: Carpenter Niem, 1999. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific).

(1.23) Ikan Selar, Yellow Strip Scads - Carangidae

  Karakteristik: badan agak pipih (vertikal) dan memanjang. Mata besar (dibanding pada ikan Layang), sirip dada panjang dan meruncing seperti bulan sabit dan pada sisi badan terdapat garis berwarna kuning dari belakakng kepala sampai ekor. Pada tutup insang terdapat noda berwarna hitam, gurat sisi menjadi scute pada ekor dan terdapat dua duri keras di depan sirip dubur. Punggung berwarna biru kehijauan, sedangkan bagian perut berwarna putih keperakan. Spesies yang paling umum ditemukan di perairan Indonesia adalah: Selaroides Leptolepis, Selar boops dan Selar Crumenophthalmus. Nama lokal: Pelata Kuning, Pelata Sanui, Selar Kuning, Angora, Jalu-Jalu, Lolong Jalur.

  Habitat: menyebar dari Laut lepas (dekat pulau) sampai perairan pantai. Genus Selar bersifat pelagic dan membentuk gerombolan sampai ratusan ribu. Sedangkan genus Selaroides lebih sering mendekati demersal pada dasar lunak (kedalaman < 50 m). Jenis makanan bervariasi dari Plankton, Benthos dan juga larva ikan. Ikan ini ditemukan pada hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia.

  Perikanan: Alat tangkap paling efektif untuk menangkap ikan Selar adalah Purse Seine (Laut Jawa dan Selat Makasar). Namun juga sering tertangkap dengan menggunakan alat Payang. Ukuran ikan bervariasi, tergantung jenisnya. Untuk jenis Selar crumenopthalmus bisa mencapai ukuran maksimum 70 cm (banyak tertangkap ukuran 30 cm). Jenis Selar boops lebih banyak ditangkap pada ukuran sekitar 22 cm. Sedangkan Selaroides leptolepis bisa mencapai ukuran 22 cm (banyak tertangkap pada ukuran 15 cm). Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia sementara masih 3 jenis ikan saja.

  Gambar 4.36

  Morfologi dari ikan Selar (Carangidae) – ciri paling utama: badan agak melebar dibandingkan ikan Layang, (Foto: oleh Peter J. Mous)

(1.24) Ikan Kuwe, TrevalliesJacks - Carangidae

  Karakteristik: Badan pipih, punggung lebih cembung dibanding perut (khas untuk genus Caranx), terdapat scute pada ekor sebagai perpanjangan dari gurat sisi, sirip punggung kedua dan sirip dubur memanjang sampai ekor, dua duri keras didepan sirip dubur (umum untuk famili Carangidae) dan noda hitam pada tutup insang (khusus untuk spesies Caranx papuensis, noda tersebut berwarna putih). Sirip dada panjang dan membentuk bulan sabit (falcate). Warna badan sangat bervariasi, tergantung spesies. Spesies Caranx ignobilis berwarna hitam sampai keperakan. Jenis Gnathanodon speciosus berwarna kuning dengan garis-garis vertikal berwarna hitam. Sedangkan Caranx melampygus berwarna abu kebiruan dengan totol-totol hitam pada punggungnya. Famili Carangidae terdiri dari 33 genus, tujuh genus termasuk dalam kategori ikan Kuwe, yaitu: Alectis, Alepes, Atropus, Atule, Carangoides, Caranx, Gnathanodon, Trachinotus dan Uraspis. Nama lokal: Languan, Putihan, Pulas Keladi, Cupak, Jamah, Repoh, Tai Ayam.

  Habitat: tergantung dari spesiesnya, habitat dari ikan Kuwe sangat beragam, dari Pantai sampai Laut lepas (Oseanik) dan dari yang bersifat pelagis sampai mendekati dasar (Demersal). Caranx dan Gnathanodon sangat khas sebagai penghuni Terumbu Karang (Reef Associated). Hampir semua ikan Kuwe mempunyai sifat bergerombol (schooling) dan bersifat carnivor. Makanan utamanya adalah ikan dan Makrofauna lainnya.

  Perikanan: perikanan komersial dari ikan Kuwe sebagian besar ditujukan bagi jenis ikan yang bergerombol dan berada di luar habitat karang (Laut lepas). Alat tangkap yang paling dominan adalah Purse Seine dan Gill Net (sebagian kecil). Untuk jenis ikan Kuwe yang terdapat di Terumbu Karang, alat tangkap paling dominan adalah Pancing dan jaring Muro Ami. Di Indonesia, produksi ikan Kuwe terutama dijual segar dan untuk pindang. Ukuran yang tertangkap sangat beragam, tergantung dari spesiesnya. Jenis perikanan ini sangat penting bagi nelayan untuk pasar lokal dan domestik. Jumlah yang tercatat ditemukan di Indonesia 36 jenis ikan.

  Gambar 4.37

  Morfologi dari ikan Selar (Carangidae) – ciri paling utama: terdapat scute pada sirip ekor sebagai perpanjangan dari gurat sisi, noda hitam pada tutup insang dan sirip dada panjang membentuk bulan sabit (Foto: oleh Peter J. Mous).

(1.25) Ikan Tetengkek, Hardtail Scad, Torpedo Scad - Carangidae