Binatang lunak (3.1) Cumi-cumi dan Sotong

4.3 Binatang lunak (3.1) Cumi-cumi dan Sotong

  Karakteristik: badan bulat panjang (Cumi-cumi), bulat telur dan pendek (untuk Sotong). Pada masing-masing sisi tubuh terdapat sirip (berupa daging) yang bersatu dengan tubuh. Bagian punggung keras karena di dalamnya disangga oleh kerangka tulang dari kapur. Di sekitar mulut terdapat 8 tangan pendek dengan dua buah baris lobang penghisap. Juga terdapat dua tangan panjang dengan empat baris tangan penghisap. Warna tubuh umumnya putih dengan bintik merah kehitaman.

  Habitat: Cumi-cumi dan Sotong tersebar pada seluruh wilayah Perairan Pantai Indonesia. Jenis khewan ini bersifat pelagis dan tertarik dengan cahaya lampu. Jenis makanannya adalah ikan kecil.

  Perikanan: Dulunya Selat Malaka merupakan lokasi penangkapan yang ideal. Setelah itu lokasi penangkapan bergeser ke perairan Selat Bali dan Lombok. Fishing Gound potensial setelah itu adalah Perairan Flores. Saat ini, lokasi yang cukup terkenal adalah perairan di sekitar Pulau Sumba. Alat tangkap paling dominan menangkap jenis ini adalah Bagan dengan bantuan lampu. Operasi penangkapan terutama dilakukan pada saat bulan mati. Jenis ini juga bisa ditangkap dengan menggunakan alat pancing, namun tidak bersifat komersial seperti Bagan.

  Gambar 4.62

  Morfologi umum Cumi-Cumi (Loligonidae), Sotong (Sepiidae). Karakteristik utama: kelompok Cephalopoda yang mempunyai tentakel (Foto: Pasar ikan Glondonggede Tuban, oleh Setyohadi)

(3.2) Gurita – Octopus

  Karakteristik: badan bulat seperti cungkup, mata kecil. Di sekitar mulut terdapat 8 tangan yang melingkar. Panjang tangan bisa mencapai 6 – 7 kali panjang badan. Tangan bagian dalam dilengkapi dengan 2 baris alat penghisap yang relatif kuat. Warna badan bervariasi, dari kuning oranye, kemerahan, merah bata dan sering dilengkapi dengan bintik- bintik putih. Bisa mencapai panjang (termasuk tangan) 90 – 110 cm. Umumnya tertangkap pada ukuran 50 – 70 cm.

  Habitat: Gurita adalah penghuni Perairan Pantai dangkal, senang bersembunyi di bawah batu. Dia sering berada pada perairan di sekitar Terumbu Karang. Makanannya termasuk ikan-ikan kecil yang tertangkap dengan tangannya.

  Perikanan: Ikan ini bisa ditangkap dengan menggunakan alat bagan. Belakangan ini nelayan menangkap Gurita dengan menggunakan Tombak. Nelayan umumnya membuat umpan berupa Gurita palsu untuk merangsang Gurita keluar dari sarangnya.

(3.3) Teripang, Sea Cucumber – Holothuroidea

  Karakteristik: badan bulat panjang seperti tabung. Seluruh tubuh ditutupi oleh duri-duri lunak (podia). Tubuh ditutupi oleh selapis kulit yang agak tebal. Pada ujungnya terdapat saluran untuk menghisap dan pembuangan (mouth dan anus). Teripang yang tertangkap di Indonesia berasal dari spesies yang beragam.

  Habitat: Teripang termasuk jenis dasar (demersal) dengan habitat utama pasir maupun Terumbu Karang. Individu yang masih muda umumnya berada pada perairan yang lebih dangkal (reef flat), setelah dewasa memilih perairan lebih dalam atau pada Terumbu Karang bagian luar (outer reef slope). Termasuk jenis organisme scavenger atau filter feeder, jenis makanannya adalah Detritus.

  Perikanan: Teripang termasuk komoditas ekonomis penting belakangan ini karena prospeknya sebagai komoditas ekspor. Sebelum dijual hasil tangkapan diproses pemasakan, pengasapan dan pengeringan. Harga teripang kering mencapai ratusan ribu rupiah. Teripang umumnya ditangkap dengan menyelam menggunakan hookah kompresor. Pada awalnya, Teripang ditangkap oleh nelayan pada saat air surut (meting) dengan menggunakan sumpit atau diambil langsung dengan tangan. Sebagai jenis organisme yang sesil (menetap) dan meningkatnya permintaan ekspor, populasi Teripang cepat mengalami penurunan sehingga penangkapan dilakukan pada perairan yang lebih dalam.

  Gambar 4.63

  Morfologi umum Teripang (Holothuriidae) – Karakteristik: badan bulat seperti tabung, permukaan badan mempunyai duri lunak yang disebut podia (Foto: Nelayan Kofiau, Raja Ampat – Andreas Muljadi).