Landasan Teori

1. Landasan Teori

5.1.1 Pengertian Inventory

Chase, Jacobs and Aquilano (2006, 589) mendefenisikan persediaan atau inventori barang sebagai kumpulan (stock) untuk setiap item sumber daya yang digunakan didalam organisasi. Sebuah sistem persediaan barang berarti sebuah kumpulan dari kebijakan-kebijkan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan barang dan menentukan pada tingkat berapa persediaan barang harus dijaga, waktu pengisian stock dan besar order yang harus dilakukan.

5.1.2 Pengertian Pendekatan MUSIC-3D

Menurut Gopalakhrisnan dan Banerji (2004) dalam bukunya Maintenance and Sparepart Management, MUSIC-3D merupakan kepanjangan dari Multi Unit Spares Inventory Control-Three Dimensional Approach). Teori ini merupakan suatu teori yang dibuat untuk mengelompokkan spare parts ataupun bahan pendukung produksi berdasarkan beberapa aspek yang dibutuhkan suatu perusahaan.

Terdapat beberapa pendekatan dalam pengelompokan spare parts dan bahan pendukung (Gorana, 2016), antara lain ditunjukkan pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5. 1 Jenis Klasifikasi Material

No.

Kategori

Kriteria

1

ABC Analysis

Nilai penggunaan (Quantity ×Unit Price)

2

HML (High, Medium, Low

Analysis)

Harga per unit

3

VED (Vital, Essential,

Desirabel) Analysis

Tingkat Kekritisan

4

SDE (Scarce, Difficult, Easy)

Analysis

Proses pengadaan

5

GOLF (Govt, Ordinary, Local,

Foreign) Analysis

Teknis pembayaran berdasarkan lokasi supplier

6

SOS (Seasonal, Off-Season)

Analysis

Musiman

7

FSN (Fast,Slow, Non-Moving)

Analysis

Laju Pakai

Berdasarkan beberapa analisis diatas, MUSIC-3D menggabungkan beberapa analisis dengan menggunakan pendekatan tiga dimensi. Dalam kasus ini tiga dimensi pendekatan yang digunakan adalah consumption value, availability dan critically, dimana ketiga dimensi tersebut dapat dihitung menggunakan pendekatan analisis ABC, VDE dan SDE.

a. ABC Classification

Menurut Ginting (2007) dalam bukunya Sistem Produksi, analisis ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material per periode waktu (harga per unit dikalikan volume penggunaan dari material selama periode tertentu).

b. VED Classification

Secara umum, kekritisan dari spare part dapat ditentukan dari produksi kerugian downtime, karena untuk cadangan yang tidak tersedia pada saat diperlukan. Berdasarkan kekritisan, suku cadang secara konvensional diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu vital, essential dan desirable (Vaisakh, 2013).

c. SDE Classification

Klasifikasi SDE (Scarce, Difficult to get, Easy to obtain) ini dilakukan berdasarkan waktu yang diperlukan untuk pengadaan spare part (lead time). Klasifikasi ini membantu dalam mengurangi waktu yang diperlukan setidaknya dalam kasus penting.

5.1.3 Kombinasi Klasifikasi ABC dan VED

Klasifikasi ABC dan VED dapat digabungkan untuk pengendalian persediaan yang lebih baik. Untuk kombinasi yang berbeda, perawatan harus berbeda. Hasil dari kombinasi analisis klasifikasi ABC dan VED dan perlakuan yang sesuai pada masing-masing kategori ditentukan pada Tabel 5.2.

Tabel 5. 2 Hasil Matriks Kombinasi Klasifikasi ABC dan VED


V

E

D

A

Constant control and regular follow up (AV)

Maintain at moderate level (AE)

Eliminate item or keep nil stock

(AD)

B

Maintain at moderate level (BV)

Maintain at moderate level (BE)

Lower stock

(BD)

C

Maintain at moderate level (CV)

Maintain at moderate level (CE)

Lower stock

(CD)

5.1.4 Analisis MUSIC-3D

Analisis MUSIC 3D membagi suku cadang menjadi dua bagian yaitu High Consumption Value (HCV) dan Low Consumption Value (LCV) yang didapatkan dari sistem ABC. Sedangkan dari sistem VED akan didapatkan dua jenis klasifikasi suku cadang yaitu critically dan non critically. Lead time untuk tiap-tiap suku cadang juga diklasifikasikan menjadi dua yaitu suku cadang dengan Lead Time (LLT) dan Short Lead Time (SLT) yang didapat dari analisis SDE.

Dengan menggabungkan ketiga sistem diatas, klasifikasi suku cadang akan terbagi menjadi delapan kategori seperti ditunjukkan pada Tabel 5.3

Tabel 5. 3 Matriks MUSIC-3D


High Consumption Value

(HCV)

Low Consumption Value

(LCV)

LLT

SLT

LLT

SLT

Critical

1

2

3

4

Non Critical

5

6

7

8

Number 20% (small) Sales

Value 80% (large)

Number 80% (large) Sales Value 20% (small)

Pendekatan MUSIC-3D memastikan ketersediaan plant availability dengan minimum working capital. Pendekatan MUSIC-3D ini juga menyediakan metode sederhana untuk memperbaiki tingkat stok ideal setiap item dengan mempertimbangkan nilai kritis, ketersediaan dan konsumsi sebagai berikut:

Stock Level Ideal = 1 + K * (Lead Time Consumption)

Dimana "K" adalah faktor keamanan yang bervariasi antara 0,5 sampai 3 diberikan ke masing-masing dari delapan kelompok kategori berdasarkan konsumsi dalam nilai, kekritisan dan waktu tunggu. Faktor "K" yang diusulkan untuk digunakan awalnya disarankan pada tabel MUSIC-3D yang terdapat pada Lampiran 5 nomor 1. Untuk sampai pada tingkat stok ideal "K" dikalikan dengan konsumsi lead time & unit 1 ditambahkan ke atas. Unit 1 ditambahkan untuk menandakan tidak ada stock out meskipun lead time adalah nol untuk satu item.