Penyakit yang ditularkan melalui udara

6.1.Penyakit yang ditularkan melalui udara

Penyakit yang ditularkan melalui udara yang akan disajikan dalam laporan ini meliputi ISPA, pneumonia dan tuberkulosis paru. Semua jenis penyakit ini juga dikumpulkan pada Riskesdas 2007. Tabel 6.1 memperlihatkan period prevalence dan prevalensi ISPA dan pneumonia menurut provinsi. Tabel 6.2. menunjukkan hal yang sama menurut karakteristik.

6.1.1. ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%).

lse Riau tim Jambi

ulu lba ltra Ba ltim talo DIY

Malu pu

Su Jabar Su

lten

DKI

Papua Lam

Banten Pabar Jateng Ka Ja

Gambar 6.1 Period prevalence ISPA, menurut provinsi, Riskesdas 2007 dan 2013

Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%) (gambar 6.1)

Tabel 6.2 menggambarkan karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah.

6.1.2. Pneumonia

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Pneumonia ditanyakan pada semua penduduk untuk kurun waktu 1 bulan atau kurang dan dalam kurun waktu 12 bulan atau kurang. Period prevalence dan prevalensi tahun 2013 sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima provinsi yang mempunyai period prevalence dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% dan 10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%), dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%) (Tabel 6.1). Period Prevalence pneumonia di Indonesia tahun 2013 menurun dibandingkan dengan tahun 2007.(Gambar 6.2).

Tabel 6.1 Period prevalence ISPA, pneumonia, pneumonia balita, dan prevalensi pneumonia menurut provinsi, Indonesia 2013

Prevalensi Periode

Periode

Period

pneumonia Prevalence

prevalence prevalence

Pneumonia Provinsi

D D/G Aceh

5,4 6,1 35,6 Sumatera Utara

3,2 1,0 12,4 Sumatera Barat

3,1 0,0 9,8 Sumatera Selatan

2,3 0,0 7,7 Bangka Belitung

4,3 4,1 34,8 Kepulauan Riau

3,2 0,0 22,0 DKI Jakarta

5,9 2,9 19,6 Jawa Barat

4,9 3,5 18,5 Jawa Tengah

5,0 2,8 19,0 DI Yogyakarta

4,6 3,2 27,8 Jawa Timur

3,1 1,6 8,6 Nusa Tenggara Barat

5,1 4,1 20,3 Nusa Tenggara Timur

10,3 2,0 38,5 Kalimantan Barat

2,7 2,1 15,5 Kalimantan Tengah

4,4 5,8 32,7 Kalimantan Selatan

4,8 0,7 25,0 Kalimantan Timur

3,0 2,0 6,6 Sulawesi Utara

5,7 4,3 23,2 Sulawesi Tengah

7,2 0,9 29,9 Sulawesi Selatan

6,8 1,0 30,3 Sulawesi Tenggara

4,1 2,7 10,7 Sulawesi Barat

4,9 1,5 27,9 Maluku Utara

4,5 0,0 18,7 Papua Barat

4,2 2,8 14,1 Papua

8,2 4,2 21,2 Indonesia

DIY talo sia

Aceh NTT Su

Jambi Ka Kalbar mb Pabar Su p.R

Malu lten

Papua Sul lten

Gambar 6.2 Period prevalence pneumonia menurut provinsi, Riskesdas 2007 dan 2013

Berdasarkan karakteristik, kelompok umur penduduk, period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok umur berikutnya. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai period prevalence pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5‰), Aceh (35,6‰), Bangka Belitung (34,8‰), Sulawesi Barat (34,8‰), dan Kalimantan Tengah (32,7‰) (Tabel 6.1).

Period prevalence tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12- 23 bulan (21,7‰) (Gambar 6.3). Pneumonia balita lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (27,4‰).

0-11 bulan

12-23 bulan

24-35 bulan

36-47 bulan

48-59 bulan

Gambar 6.3 Period prevalence pneumonia per 1000 balita menurut kelompok umur, Indonesia 2013

Tabel 6.2

Period prevalence ISPA, pneumonia, pneumonia balita, dan prevalensi pneumonia

menurut karaktristik, Indonesia 2013

Prevalensi prevalence

prevalence

Pneumonia Pneumonia Karakteristik

prevalence ISPA

Pneumonia

(persen)

(persen) Balita (per

(persen)

mil)

D D/G Kelompok umur (tahun)

7,8 Balita (bulan) 0-11

2,4 17,9 Jenis Kelamin

Tidak sekolah

6,2 Tidak tamat SD/MI

5,0 Tamat SD/MI

4,9 Tamat SMP/MTS

4,3 Tamat SMA/MA

3,8 Tamat D1-D3/PT

Tidak bekerja

4,1 Petani/Nelayan/Buruh

4,9 Tempat Tinggal

4,9 2,5 22,0 Kuintil Indeks Kepemilikan

6,3 2,4 27,4 Menengah Bawah

4,4 2,7 17,5 Menengah Atas

4,0 1,9 16,0 Teratas

6.1.3. Tuberkulosis paru (TB paru)

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.

Penyakit TB paru ditanyakan pada respon den untuk kurun waktu ≤1 tahun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya.

Tabel 6.3

Prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dan gejala TB paru menurut provinsi, Indonesia 2013 Gejala TB paru

Provinsi

Batuk ≥ 2 mgg Batuk darah Aceh

Diagnosis TB

3,5 Sumatera Utara

2,7 Sumatera Barat

2,7 Sumatera Selatan

2,2 Bangka Belitung

2,2 Kepulauan Riau

2,5 DKI Jakarta

1,9 Jawa Barat

2,8 Jawa Tengah

3,0 DI Yogyakarta

0,9 Jawa Timur

2,5 Nusa Tenggara Barat

3,8 Nusa Tenggara Timur

4,0 Kalimantan Barat

3,0 Kalimantan Tengah

2,8 Kalimantan Selatan

3,1 Kalimantan Timur

1,6 Sulawesi Utara

3,7 Sulawesi Tengah

3,7 Sulawesi Selatan

3,3 Sulawesi Tenggara

4,8 Sulawesi Barat

3,8 Maluku Utara

4,3 Papua Barat

2,8 Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013

adalah 0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007 (Tabel 6.3). Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%).

Tabel 6.4 Prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dan gejala TB paru menurut karakteristik, Indonesia 2013

Gejala TB paru Karakteristk

Diagnosis TB paru

Batuk ≥ 2 Batuk

darah Kelompok umur (tahun) <1

3,7 Jenis Kelamin

Tidak sekolah

3,6 Tidak tamat SD/MI

3,0 Tamat SD/MI

3,7 Tamat SMP/MTS

2,7 Tamat SMA/MA

2,3 Tamat D1-D3/PT

Tidak bekerja 11,7

3,2 Petani/nelayan/buruh

3,9 Tempat Tinggal

3,3 Kuintil Indeks Kepemilikan

4,3 Menengah Bawah

2,7 Menengah Atas

1,9 Prevalensi penduduk dengan gejala TB paru batuk ≥2 minggu sebesar 3,9 persen dan batuk

darah 2.8 persen (Tabel 6.3). Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah, tidak bekerja. Prevalensi TB paru terendah pada kuintil teratas.(Tabel 6.4).

Ba sia Riau

ng ulu ltra iau

ar

pu

talo Jambi

DKI ngk

ms

lba mu ltim

Jateng one Su Pabar Su Su Ka Banten ron Papua Jabar Lam

Jatim mb

Babel Ka

NTT

Aceh Su

Gambar 6.4 Prevalensi TB paru menurut provinsi, Riskesdas 2007 dan 2013

Gambar 6.4 memperlihatkan hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2013 di mana prevalensi TB paru yang diobati oleh tenaga kesehatan pada ke dua Riskesdas adalah sama, yaitu 0,4 persen

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Dominating Set Dan Total Dominating Set Dari Graf-Graf Khusus

5 80 24

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103