Effective Medical Demand
9.1. Effective Medical Demand
Effective Medical Demand (EMD) didefinisikan sebagai persentase penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir x persentase penduduk yang menerima perawatan atau pengobatan gigi dari tenaga medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi, perawat gigi).
Gambar 9.1
Proporsi penduduk semua umur yang bermasalah gigi dan mulut serta mendapat perawatan, dan
EMD, Indonesia 2013
Berdasarkan hasil wawancara sebesar 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Diantara mereka, terdapat 31,1 persen Berdasarkan hasil wawancara sebesar 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand). Diantara mereka, terdapat 31,1 persen
Tabel 9.1 Prevalensi penduduk yang bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sesuai effective medical demand menurut provinsi, Indonesia 2013
Provinsi
Bermasalah
Menerima perawatan dari Effective medical
Demand (%) Aceh
Gigi dan mulut (%)
tenaga medis gigi (%)
14,0 Sumatera Utara
4,9 Sumatera Barat
6,1 Sumatera Selatan
5,1 Bangka Belitung
7,0 Kepulauan Riau
7,5 DKI Jakarta
9,1 Jawa Barat
9,4 Jawa Tengah
7,9 DI Yogyakarta
10,3 Jawa Timur
9,3 Nusa Tenggara Barat
9,2 NusaTenggara Timur
7,3 Kalimantan Barat
5,9 Kalimantan Tengah
5,2 Kalimantan Selatan
8,0 Kalimantan Timur
8,8 Sulawesi Utara
7,9 Sulawesi Tengah
6,4 Sulawesi Selatan
10,3 Sulawesi Tenggara
8,4 Sulawesi Barat
6,7 Maluku Utara
5,2 Papua Barat
Tabel 9.1 menggambarkan proporsi penduduk dengan masalah gigi dan mulut yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi dalam 12 bulan terakhir menurut provinsi. Tiga provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Kalimatan Selatan, dan Sulawesi Tengah mempunyai masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi (>35%), dengan masing – masing EMD 10,3 persen, 8 persen, dan 6,4 persen.
Tabel 9.2 Proporsi penduduk bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir menurut karakteristik, Indonesia 2013
Karakteristik
Bermasalah
Menerima perawatan dari tenaga
Effective medical
demand Kelompok Umur <1
gigi dan mulut
medis gigi
4,8 Kelompok Umur (WHO)
4,8 Jenis Kelamin Laki – laki
9,1 Pendidikan Tidak Skolah
7,8 Tidak Tamat SD
8,8 Tamat SD
8,2 Tamat SLTP
8,2 Tamat SLTA
9,1 Tamat PT
11,3 Pekerjaan Tidak Bekerja
9,1 Petani/Nelayan/Buruh
8,8 Tempat Tinggal Perkotaan
7,5 Kuintil Indeks Kepemilikan Terbawah
6,2 Menengah Bawah
8,1 Menengah Atas
Tabel 9.2 menunjukkan proporsi penduduk dengan masalah gigi dan mulut (potential demand) menurut karakteristik. Proporsi tertinggi pada usia produktif 35 – 44 tahun sebesar 30,5 persen dan 45-54 tahun sebesar 31,9 persen. Demikian pula proporsi EMD masing – masing 10,3 persen Tabel 9.2 menunjukkan proporsi penduduk dengan masalah gigi dan mulut (potential demand) menurut karakteristik. Proporsi tertinggi pada usia produktif 35 – 44 tahun sebesar 30,5 persen dan 45-54 tahun sebesar 31,9 persen. Demikian pula proporsi EMD masing – masing 10,3 persen
0,0 bermasalah gigi dan mulut
menerima perawatan
Gambar 9.2 Kecenderungan penduduk bermasalah gigi dan mulut, menerima perawatan dari tenaga medis dan EMD menurut Riskesdas 2007 dan 2013
Tabel 9.3 memperlihatkan proporsi penduduk berobat gigi berdasarkan jenis tenaga pelayanan menurut provinsi. Proporsi penduduk yang berobat ke dokter gigi spesialis terbanyak di DI Yogyakarta (16,4%). Responden yang berobat ke dokter gigi lebih banyak di kota besar, seperti di DKI Jakarta (76,3%), dan Banten sebesar (61,5%). Pemanfaatan pelayanan dokter gigi terendah di Kalimantan Barat (19,5%). Pemanfaatan pelayanan perawat gigi terbanyak di Kalimantan Barat (51,2%) dan terendah di DKI Jakarta (5,8%).
Proporsi penduduk berobat gigi berdasarkan jenis tenaga pelayanan menurut karakteristik dapat dilihat pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka.
Tabel 9.3 Proporsi penduduk berobat gigi sesuai jenis nakes menurut provinsi, Indonesia 2013
Tukang Lainnya Provinsi
Dokter gigi
gigi Aceh
1,7 8,9 Sumatera Utara
2,4 5,4 Sumatera Barat
3,7 6,0 Sumatera Selatan
0,6 7,9 Bangka Belitung
2,6 3,9 Kepulauan Riau
4,8 4,3 DKI Jakarta
1,6 4,9 Jawa Barat
1,0 7,5 Jawa Tengah
1,3 10,0 DI Yogyakarta
1,3 5,4 Jawa Timur
0,5 9,8 Nusa Tenggara Barat
2,4 4,8 Nusa Tenggara Timur
1,1 2,9 Kalimantan Barat
1,9 1,1 Kalimantan Tengah
2,2 7,9 Kalimantan Selatan
2,0 12,1 Kalimantan Timur
2,2 3,3 Sulawesi Utara
1,3 3,6 Sulawesi Tengah
7,9 4,9 Sulawesi Selatan
5,4 2,8 Sulawesi Tenggara
0,8 1,8 Sulawesi Barat
3,7 6,1 Maluku Utara
10,4 3,8 Papua Barat