Agama Buddha
5. Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta, putra raja Sudhodana dari Kerajaan Kosala. Sidharta berarti orang yang mencapai tujuannya. Ia juga disebut Buddha Gautama, berarti orang yang menerima bodhi (wahyu), orang yang telah mendapatkan penerangan. Ia juga disebut Jina artiya orang yang telah mencapai kemenangan atau Sakyamuni yang berarti orang yang bijaksana keturunan Sakya Gautama.
Ketika Sidarta Gautama berumur 29 tahun, mencoba mengelilingi desa-desa di sekitar istana. Sejak itulah ia menjumpai kenyataan yang belum pernah ia lihat selama hidupnya. Misalnya orang tua, jenazah yang diangkat dengan keranda, orang sakit, dan rahib (pendeta). Untuk pertama kalinya ia melihat tanda-tanda penderitaan. Misalnya usia tua, penyakit, dan kematian. Hal inilah yang membuat Siddarta merasa gelisah. Penderitaan di atas selalu menghantui pikirannya. Kemudian ia memutuskan untuk mencari jawaban apa hakikat hidup ini.
Untuk mencari jawaban apa hakikat hidup ini, Sidarta Gautama pergi dari istana dengan menanggalkan semua kemewahan yang terdapat di tubuhnya, dan berganti pakaian sebagai rahib. Sekitar enam bulan, ia belajar hidup sebagai rahib seperti bertapa, berpuasa, dan hidup prihatin. Ia mengembara dari satu tempat ke tempat lain.
Suatu ketika, Sidarta Gautama tiba di desa Gaya, dekat Bihar, Kapilawastu. Di bawah pohon, ia bersila untuk bertapa, yang kemudian memeroleh penerangan, yang berarti "menjadi paham tentang makna kehidupan". Peristiwa itu menandai Sidarta Gautama menjadi Buddha. Tempat Buddha memeroleh penerangan di- namakan Bodh Gaya. Pohon tempat ia bertapa dinamakan pohon bodhi.
Peradaban Awal Masyarakat Dunia
Ada empat tempat yang di- anggap suci oleh umat Buddha, karena berhubungan dengan kehi- dupan Sidharta.
a. Taman Lumbini, di Kapilawastu yang merupakan tempat kela- hiran Sidharta (563 SM).
b. Bodh Gaya, sebagai tempat Sidharta menerima penerangan agung.
c. Benares (Taman Rusa), tempat Sang Buddha pertama kali meng- ajarkan ajarannya.
d. Kusinagara, tempat Sang
Sumber: Atlas Sejarah
Buddha wafat (482 SM).
Gambar 5.11 Candi Bodh Gaya, dekat pohon bodhi tempat Sang Buddha mendapatkan ilham (wahyu)
Oleh Raja Ashoka, keempat tempat suci tersebut diberi tanda, yakni bunga saroja sebagai lambang kelahiran Buddha; pohon pippala atau bodhi sebagai lambang penerangan agung; jantera sebagai lambang memulai memberikan ajarannya, dan stupa sebagai lambang kematiannya. Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian- nya terjadi pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Ketiga peristiwa tersebut oleh umat Buddha dirayakan sebagai Waisak atau Tri Waisak.
Setelah mendapat "penerangan" atau Eksplorasi "sinar terang" Sang Buddha Gautama
memberikan "wejangan" (khotbah) yang
Ajaran Buddha terangkum dalam
pertama di Taman Rusa. Agama Buddha empat kenyataan hidup, dan delapan
jalan kebenaran yakni:
tidak mengenal pembagian kasta dan
1. Hidup adalah penderitaan atau
golongan masyarakat. Dalam agama
samsara
Buddha diakui adanya karma, yaitu pem-
2. Penderitaan itu disebabkan oleh
balasan atau ganjaran bagi manusia dalam nafsu manusia
3. Penderitaan dapat dihilangkan
hidupnya. Setiap orang yang beramal baik
dengan menahan/menghilangkan
pada waktu hidup di dunia akan masuk
nafsu
nirwana.
4. Untuk menghilangkan nafsu dapat ditempuh melalui delapan jalan
Para pemeluk agama Buddha mem-
kebenaran yang disebut hastavidha,
punyai ikrar yang disebut Tri Sarana atau
yaitu:
Tri Dharma, artinya tiga tempat berlin-
a. pandangan yang benar
dung, yaitu :
b. niat yang benar c. berbicara yang benar
1. Saya berlindung kepada Buddha
d. tingkah laku yang benar
2. Saya berlindung kepada Dharma
e. penghidupan yang benar
3. Saya berlindung kepada Sanggha
f. usaha yang benar g. perkataan yang benar, dan h. samadi yang benar
Sejarah SMA/MA Kelas X
Buddha, Dharma, dan Sanggha disebut Tri Ratna atau tiga mutiara. Sidarta Gautama mencapai nirwana yang sempurna, yang disebut Parinirwana. Ajaran agama Buddha dibukukan dalam kitab suci yang disebut Tripitaka. Tripitaka berarti "tiga keranjang" karena ditulis pada daun lontar yang tersimpan dalam keranjang.
Setelah seratus tahun Sang Buddha Gautama wafat, muncul bermacam- macam panafsiran terhadap hakekat ajaran Sang Buddha Gautama. Ajaran Agama Buddha kemudian terpecah menjadi dua aliran yaitu Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana.
a. Buddha Hinayana melambangkan ajaran Sang Buddha Gautama sebagai kereta kecil, yang bermakna sifat tertutup. Penganut aliran ini hanya me- ngejar pembebasan bagi diri sendiri. Menurut aliran ini yang berhak "menjadi Sanggha" adalah para biksu dan biksuni yang berada di wihara.
b. Buddha Mahayana melambangkan ajaran Sang Buddha sebagai kereta besar, yang bermakna sifat terbuka. Penganut aliran ini tidak hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain. Menurut aliran ini setiap orang berhak menjadi Sanggha Buddha, sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk Sang Buddha.
Peradaban Awal Masyarakat Dunia