Rumusan Masalah Tujuan Penelitian .1 Tujuan Umum Merokok 1. Definisi Merokok

Peran paru-paru dalam fungsi kehidupan sangat fundamental, namun pada kenyataannya kesehatan paru belum berada dalam agenda utama kesehatan publik FIRS, 2009. Pembuat kebijakan seharusnya dapat memanfaatkan informasi tentang faktor risiko PPOK, salah satunya ialah merokok, untuk menetapkan strategi pencegahan dalam rangka menghindari beban akibat rokok tersebut di masa mendatang Riskesdas, 2010. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan hasil pengamatan sementara masih ditemukan tingginya persentase masyarakat yang merokok dan kasus PPOK yang meningkat dari tahun ke tahun maka penulis merasa tertarik untuk meneliti hubungan antara derajat berat merokok dengan keparahan PPOK.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian analitik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara derajat berat merokok dengan karakteristik gejala PPOK pada penderita PPOK di RSUP Haji Adam Malik Medan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat berat merokok dengan karakteristik gejala PPOK.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui derajat berat merokok berdasarkan Indeks Brinkmann pada penderita PPOK di RSUP Haji Adam Malik Medan, yang diperoleh dari data rekam medis. Universitas Sumatra Utara 2. Mengetahui kriteria diagnosa grup berdasarkan klasifikasi GOLD pada penderita PPOK di RSUP Haji Adam Malik Medan, yang diperoleh dari data rekam medis. 3. Mengetahui hubungan antara derajat berat merokok dengan karakteristik gejala PPOK di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Memberi informasi tentang hubungan antara derajat berat merokok dengan karakteristik gejala PPOK. 2. Menjadikan dasar bagi tenaga medis di RSUP Haji Adam Malik untuk meningkatkan upaya promosi pencegahan PPOK. 3. Memberikan gambaran hubungan berat merokok dengan gejala PPOK agar pasien penderita di RSUP Haji Adam Malik termotivasi untuk berhenti merokok. 4. Meyakinkan masyarakat bahwa insidensi PPOK setidaknya dapat diturunkan dengan pengelolaan faktor risiko yaitu salah satunya dengan berhenti merokok. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok jangka panjang yang seringkali kurang dihiraukan. 6. Menambah pengetahuan peneliti tentang kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik dan hubungannya dengan merokok. Universitas Sumatra Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Merokok 2.1.1. Definisi Merokok Menurut Sitepoe 2000, merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihirup asapnya. Mainstream smoke adalah asap rokok yang dihisap melalui mulut, sedangkan sidestream smoke adalah asap rokok yang dihembuskan ke udara, yang dihirup oleh perokok pasif Government of South Australia, 2006. Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok Sari dkk, 2003. Komasari dan Helmi 2010, mengartikan merokok sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap yang dihasilkan dari tembakau yang dibakar, dengan menggunakan pipa ataupun langsung dari rokoknya, kemudian menghembuskan kembali asap tersebut ke udara.

2.1.2. Jenis Rokok

Menurut Sitepoe 1997, rokok berdasarkan bahan baku atau isi terbagi atas: 1. Rokok Putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 2. Rokok Kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 3. Rokok Klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Universitas Sumatra Utara Rokok berdasarkan penggunaan filter terbagi menjadi: 1. Rokok Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. 2. Rokok Non Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

2.1.3. Derajat Berat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman

Derajat berat merokok dapat dinilai menggunakan indeks Brinkman. Nilai indeks Brinkman didapat dari hasil perkalian antara jumlah batang rokok rata-rata yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Klasifikasi berat merokok dengan Indeks Brinkman adalah:  ringan : 0-200  sedang : 200-600  berat : 600 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003.

2.1.4. Efek Merokok Terhadap Kesehatan

Tembakau bertanggung jawab atas 1 dari 5 kematian di Amerika Serikat. Karena merokok dan penggunaan tembakau merupakan kebiasaan yang didapat – oranglah yang memilih untuk merokok – maka merokok sebenarnya merupakan penyebab kematian yang paling dapat dicegah American Cancer Society, 2012. Asap tembakau ialah gabungan berbagai bahan toksik atas lebih dari 7000 bahan kimia yang sebagian besar bersifat racun. Bahan-bahan kimia yang meresap hingga ke jaringan tubuh menyebabkan kerusakan dan menimbulkan berbagai macam penyakit. Zat-zat kimiawi yang terkandung dalam tembakau mencapai paru ketika kita menghirupnya, lalu memasuki aliran darah dalam arteri, kemudian tersebar ke seluruh jaringan tubuh dan menyebabkan inflamasi jaringan serta kerusakan sel CDC, 2010. Bila paparan ini berulang, tubuh tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki jaringan dan sel yang mengalami inflamasi. Selain itu, beban kerja sistem imun juga meningkat. Tes darah menunjukkan kadar leukosit yang tinggi saat merokok. Universitas Sumatra Utara Stres ini menganggu fisiologis tubuh dan akhirnya bisa mengakibatkan penyakit pada bagian tubuh manapun CDC, 2010. Semakin lama merokok, semakin besar risiko-risiko kesehatan yang dihadapi seseorang. Namun penelitian menyatakan bahwa bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, kesehatannya masih dapat kembali seperti orang yang tidak pernah merokok. Pada usia berapapun, semakin cepat berhenti merokok, semakin baik CDC, 2010. Tabel 1.1 Penyakit yang Berhubungan dengan Merokok Kanker 30 Paru Laring Rongga Mulut Hidung sinus Faring Esofagus Lambung Pankreas Serviks Ginjal Kandung kemih Ovarium mucinous Kolorektum Leukemia Trakea Reproduktif Infertilitas Keguguran Prematuritas BBLR Cacat lahir Stillbirth SIDS Degeneratif Penyakit jantung Aneurisma Stroke Degenerasi makular PVD Katarak Ulkus peptikum Inflamasi Bronkitis Emfisema Asma Pneumonia Diabetes tipe II Psoriasis Beurger’s disease Data di atas berasal dari berbagai sumber: ACS 2012, CDC 2010, WHO 2009 Asap rokok secondhand smoke environmental tobacco smoke juga berpengaruh pada kesehatan perokok pasif ACS, 2012. Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey 2007-2008, 40,1 atau 88 juta orang bukan perokok berusia ≥ 3 tahun memiliki kadar kotinin serum suatu metabolit nikotin yang menandakan paparan secondhand smoke. Kadar yang lebih tinggi bahkan dijumpai pada mereka yang tinggal dengan orang yang merokok dalam rumah American Lung Association, 2011. Asap rokok meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah Fishman et all, 2008. Denyut jantung istirahat pada perokok 2-3 denyut lebih cepat dibandingkan bukan perokok Department of Health Western Australia, 2013. Universitas Sumatra Utara Normalnya sistem imun akan melindungi tubuh dari sel kanker. Penelitian menunjukkan bahwa racun dalam rokok melemahkan sel-sel yang harusnya bekerja melawan tumor, sehingga rokok meningkatkan risiko untuk setiap kejadian kanker jenis apapun CDC, 2010. Merokok bertanggung jawab atas 87 kematian akibat kanker paru. Kanker paru merupakan penyebab kematian akibat kanker yang paling banyak dan merupakan salah satu jenis kanker yang paling sulit diterapi ACS, 2012. Nikotin merupakan zat adiktif, sama halnya dengan heroin dan kokain, bersifat stimulansia ACS, 2012. Nikotin akan menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, serta menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer. Nikotin sangat toksik, dan sering dipakai sebagai pestisida di bidang industri. Perokok menginhalasi nikotin dalam dosis yang sangat kecil sehingga tidak berisiko keracunan. GSA, 2006. Karbon Monoksida CO tak berbau dan tak berasa sehingga kehadirannya tidak disadari. Kehadiran CO dalam darah mengganggu pengikatan oksigen pada hemoglobin Hb karena afinitas Hb terhadap CO lebih kuat daripada afinitasnya terhadap oksigen. Zat yang satu ini erat kaitannya dengan penyakit jantung koroner GSA, 2006. Tar adalah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan campuran yang terbentuk dari partikel-partikel kecil pada asap rokok. Tar yang berwarna kecoklatan dan lengket, terdiri atas banyak sekali zat kimia, terutama N, O, H, CO 2 dan CO, dan juga nitrosamin dan hidrokarbon polisiklik aromatik yang merupakan komponen yang karsinogenik. Setiap kali seseorang menghirup asap rokok, tar memasuki paru, sebagian keluar lagi, namun ada sebagian yang mengendap di jalan nafas dan refleks batuk pun dirangsang untuk mengeluarkannya. Akan tetapi, zat kimia dalam asap rokok memparalisis silia sehingga pengeluaran tar tidak maksimal. Zat ini jugalah yang menyebabkan jari perokok menjadi kecoklatan dan gigi kekuningan GSA, 2006. Universitas Sumatra Utara Pada keadaan merokok, pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit Sitepoe, 1997 dalam Kurniati dkk, 2011. Universitas Sumatra Utara 2.2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik 2.2.1. Definisi PPOK