4.7.2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan korelasi Spearman Brown, Yaitu: dimana
�
�
adalah reliabilitas internal seluruh instrument dan rb adalah korelasi Product Moment. Perhitungan Reliabilitas menggunakan
Cronbach Alpha. Jika nilai: 1. Cronbach Alpha
atau α 0.50 maka instrument reliable, sebaliknya 2. Jika Cronbach Alpha
α ˂ 0.50 maka instrument tidak reliable.
4.8. Uji Asumsi Klasik
Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi memenuhi kriteria BLUE Best, Linear, Unbiased Estimator.Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji
normalitas data, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Namun karena data yang digunakan adalah data cross section maka uji autokorelasi
tidak dilakukan.
4.8.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan
histogram standardized residual dan PP plot standardized residual. Ghozali 2006 mengatakan bahwa uji normalitas data dilihat dari kedua hal tersebut,
apabila histogram Standardized residual membentuk kurva normal dan PP standardized residual mendekati garis diagonal maka data berdistribusi normal.
Asumsi normalitas data di penuhi jika nilai statistik Kolmogrof – Smirnov diatas tingkat signifikansi tertentu:
Universitas Sumatera Utara
1. Apabila tingkat signifikansi ˂ 0.05 maka
distribusi data tidak normal
2. Apabila nilai signifikansi 0,05 berarti distribusi normal.
4.8.2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak adanya kesamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Bila terjadi gejala
heteroskedastisitas akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga hasil uji signifikansi statistik
tidak valid lagi. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji park. Dalam uji Park, model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk
mendapatkan nilai residualnya.Kemudian nilai residual tersebut diabsolutkan dan dilakukan regresi dengan semua variabel independen, bila terdapat variabel
independen yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5 terhadap residual absolut maka terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi ini
Sumodiningrat 1996.
4.8.3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat inter korelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan
dalam model. Multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan linier antara independen variabel yang dilibatkan dalam model. Jika terjadi gejala
multikolinearitas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin
lebar, dengan demikian terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, menerima
Universitas Sumatera Utara
hipotesis yang salah.Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antara variabel independen dalam model regresi.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya, Ghozali, 2006.
Uji asumsi klasik seperti multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi
antar independent variabel dengan menggunakan Variance Inflating Factor VIF. Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0,1. Dengan uji asumsi:
1. Jika nilai VIF dari 10 dan nilai tolerance value 0,1 maka terjadi
multikolinearitas. 2.
Jika nilai VIF dari 10 dan nilai tolerance value 0,1 maka tidak terjadi multikoliniearitas.
4.9. Pengujian Hipotesis