PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah
Langkah pertama yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian adalah menentukan kancah atau tempat penelitian untuk memberikan gambaran singkat secara menyeluruh mengenai kondisi khas dari tempat penelitian dan segala persiapan penelitian yang dilakukan. Karena penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan identitas sosial orang Jawa antara remaja Jawa di desa dengan remaja Jawa di kota, maka penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu di kabupaten Kendal dan kota Semarang. Penelitian dilakukan di kedua wilayah tersebut atas dasar persamaan letak kedua wilayah tersebut yang ada di Jawa Tengah, dan letaknya di daerah pesisir Jawa tengah. Penelitian dilakukan di dua SMA Negeri, yaitu SMA 1 Kaliwungu untuk pengambilan subyek remaja desa dan SMA 6 Semarang untuk pengambilan subyek remaja kota.
Penentuan kancah penelitian di SMA 1 Kaliwungu diawali dengan mengumpulkan info dari staff Tata Usaha mengenai mayoritas siswa di sekolah tersebut. SMA 1 Kaliwungu berada di Jl. Pangeran Jumirah, desa Protomulyo, Kaliwungu, kabupaten Kendal. Sebagian besar siswa di SMA 1
Kaliwungu adalah remaja-remaja yang tinggal di sekitar wilayah tersebut. Selain itu, mayoritas siswa dari sekolah tersebut merupakan suku Jawa. Penentuan kancah penelitian di SMA 6 Semarang adalah karena sekolah tersebut berada di wilayah perkotaan. SMA 6 Semarang berada di Jl. Ronggolawe Barat No. 4, Semarang Barat, kota Semarang. Status SMA 6 yang merupakan salah satu SMA favorit saat ini membuat banyak remaja yang bertempat tinggal di wilayah tengah kota juga bersekolah di SMA tersebut. Jumlah mayoritas siswa yang bersuku Jawa di sekolah ini juga menjadi dasar pertimbangan.
Pertimbangan lain yang mendasari peneliti melakukan penelitian di kedua SMA Negeri tersebut adalah peneliti mendapat ijin untuk melakukan penelitian di dua sekolah tersebut. Selain itu juga di dua sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian dengan topik sejenis.
2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan penyusunan alat ukur dan mempersiapkan masalah administrasi yang berkaitan dengan perijinan penelitian.
a. Penyusunan Skala
Penelitian ini menggunakan alat ukur skala untuk mendapatkan data. Skala yang dipakai adalah skala identitas sosial orang Jawa. Item- item dalam penelitian ini telah digunakan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susetyo (2006, h. 1-16). Skala ini mempunyai 25 Penelitian ini menggunakan alat ukur skala untuk mendapatkan data. Skala yang dipakai adalah skala identitas sosial orang Jawa. Item- item dalam penelitian ini telah digunakan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susetyo (2006, h. 1-16). Skala ini mempunyai 25
1. Saya orang yang senang bergotong royong
2. Saya orang yang nrimo
3. Saya orang yang senang menjaga harmoni
4. Saya menahan diri ketika sedang menghadapi konflik dengan orang lain
5. Saya orang yang ramah
6. Saya kurang dapat bersikap tegas
7. Saya menerima keadaan apa adanya
8. Saya orang yang pasrah
9. Saya mudah bergaul
10. Saya perduli terhadap lingkungan
11. Saya orang yang kalem
12. Saya orang yang lemah lembut
13. Saya menjunjung tinggi sopan santun
14. Saya sungkan ketika menghadapi orang lain yang lebih tinggi kedudukan sosialnya
15. Saya orang yang setia kawan
16. Saya bersikap hormat pada orang yang lebih tua
17. Saya memiliki toleransi yang tinggi
18. Saya senang berada dalam suasana yang tenang dan tentram
19. Saya suka bekerjasama
20. Saya menyukai suasana kekeluargaan
21. Saya mudah sungkan ketika menghadapi orang yang baru saya kenal
22. Saya malu ketika bertindak tidak sopan
23. Saya takut membuat orang lain tersinggung
24. Saya menyampaikan keinginan dengan cara kurang terbuka
25. Saya kurang tegas ketika harus memutuskan
Tabel 2
Sebaran Item Skala Identitas Sosial Orang Jawa Dimensi Item Jumlah
14 Hormat 5,11,12,14,15,16,19,21,22,23,24
Rukun 1,2,3,4,6,7,8,9,10,13,17,18,20,25
11 Total item 25
Alat ukur berdasarkan dimensi identitas sosial orang Jawa tersebut didalamnya juga mencakup aspek-aspek identitas sosial sebagai orang Jawa. Aspek-aspek tersebut adalah kategorisasi sosial yaitu proses penempatan diri seseorang sebagai orang Jawa dan bukan anggota kelompok yang lainnya, identifikasi sosial adalah deskripsi diri seseorang sebagai orang Jawa, yang di dalamnya tercakup nilai-nilai budaya Jawa yang mendasarkan perilaku pada dua prinsip yaitu rukun, dan hormat, serta perbandingan sosial yaitu pembandingan karakteristik seseorang sebagai orang Jawa dengan outgroup ,dimana orang Jawa mendasarkan perilaku pada dua prinsip nilai budaya Jawa yaitu rukun dan hormat dalam setiap interaksi sosial yang secara subyektif membantu individu membuat penilaian khusus tentang identitas sosialnya dibanding identitas sosial yang lain.
b. Perijinan Penelitian
Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan suatu penelitian adalah mendapatkan ijin dari pihak-pihak terkait. Sehubungan dengan syarat tersebut dan sesuai dengan prosedur yang ada, maka sebelum melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan surat pengantar dari Dekan fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Surat ijin penelitian tersebut adalah:
1. Surat permohonan ijin penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang bernomor 857/B.7.3/FP/VII/2009 pada tanggal 10 Juli 2009 yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kota Semarang. Kemudian, dari Dinas Pendidikan Kota Semarang memberikan surat ijin untuk melakukan penelitian di SMA 6 Semarang dengan nomor 070/3746 pada tanggal
13 Juli 2009.
2. Surat permohonan ijin penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang bernomor 1000/B.7.3/FP/VIII/2009 pada tanggal 15 Agustus 2009 yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kendal. Sebelum mendapat surat ijin dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kendal, peneliti terlebih dahulu harus mendapatkan surat ijin dari Badan Kesbang, Politik dan Linmas Kabupaten Kendal dengan nomor 070/1152/VIII/2009 tanggal 21
Agustus 2009, serta surat ijin dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kendal nomor 070/335/Bppd tanggal 24 Agustus 2009. Setelah itu, peneliti mendapat surat ijin dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kendal nomor 070/1034/DIKPORA pada tanggal 24 Agustus 2009 untuk melakukan penelitian di SMA 1 Kaliwungu Kendal.
B. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melakukan pemilahan masyarakat desa dan kota dengan cara menyebarkan skala identitas sosial orang Jawa di dua tempat yang berbeda, yaitu di SMA 1 Kaliwungu yang terletak di wilayah kabupaten Kendal dan di SMA 6
Semarang yang terletak di wilayah kota Semarang. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode try out terpakai. Pada metode try out terpakai, penyebaran skala atau pengambilan data hanya dilakukan satu kali saja, dalam arti data subyek yang telah digunakan untuk uji coba juga akan digunakan sebagai data penelitian. Peneliti memakai try out terpakai mengingat alat ukur sudah pernah digunakan pada penelitian sebelumnya dan terbatasnya waktu.
1. SMA 1 Kaliwungu
Berdasarkan surat dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, peneliti menyerahkan surat pengantar kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kendal untuk mendapatkan ijin penelitian di SMA 1 Kaliwungu Kendal, dengan melalui Badan Kesbang,
Politik dan Linmas Kabupaten Kendal dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kendal. Penelitian dilakukan tanggal 27 Agustus 2009.
Dalam penelitian ini, pemberian skala dilakukan oleh peneliti sendiri, mulai dari pemberian instruksi hingga pengumpulan kembali skala yang sudah diisi. Pada saat pemberian instruksi, peneliti menekankan kembali pada cara memilih pernyataan, dimana nilai 1 menunjukkan respon yang sangat tidak sesuai dengan kondisi subyek, dan nilai yang tertinggi 7,menunjukkan respon yang sangat sesuai dengan kondisi subyek. Peneliti mengambil sampel di dua kelas, yaitu kelas X.F dan kelas XI IPA 2. Masing-masing kelas memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 38 siswa. Skala identitas sosial orang Jawa ini dibagikan kepada siswa di dua kelas tersebut. Setiap subyek diharapkan mengisi skala tersebut dan dikembalikan kepada peneliti. Skala tersebut rata-rata diisi oleh subyek selama 10 menit. Skala identitas sosial orang Jawa yang dibagikan sejumlah 76 eksemplar dan semua skala terkumpul kembali. Skala yang memenuhi syarat penelitian ini sejumlah 76 eksemplar.
2. SMA 6 Semarang
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA 6 Semarang pada tanggal 26 Agustus 2009. Pelaksanaan penelitian di SMA 6 Semarang ini juga peneliti lakukan terlebih dahulu seijin Dinas Pendidikan Kota Semarang, dengan surat pengantar permohonan ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Dalam penelitian ini, pemberian skala juga dilakukan sendiri oleh peneliti. Dalam instruksi yang diberikan sendiri, peneliti menekankan kembali pada cara memilih pernyataan, dimana nilai 1 menunjukkan respon yang sangat tidak sesuai dengan kondisi subyek, dan nilai yang tertinggi 7,menunjukkan respon yang sangat sesuai dengan kondisi subyek. Peneliti mengambil sampel di tiga kelas, yaitu kelas X.6, X.8 dan kelas X.9. Masing- masing kelas memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 36 siswa. Skala dikerjakan oleh subyek selama kurang lebih 10 menit. Skala yang dibagikan sejumlah 100 eksemplar dan semua terkumpul kembali. Namun yang digunakan oleh penulis sebagai data penelitian hanya 82 eksemplar, karena yang lain tidak memenuhi syarat penelitian ini.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Supaya mendapatkan data penelitian yang dapat diandalkan, maka setelah semua data terkumpul dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas menggunakan alat bantu SPSS for Windos version 13.0.
1. Hasil Uji Validitas
Berkaitan dengan jumlah yang digunakan untuk uji alat ukur sebanyak 158, maka hasil perhitungan item skala iddentitas sosial orang Jawa menunjukkan bahwa dari 25 item terdapat 6 item yang kurang valid, dan 19 item yang valid, dengan koefisien validitas berkisar antara 0,305 - 0,559. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 3 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Indentitas Sosial Orang Jawa
Dimensi Item Item Item Valid
10 1 Total item 19 6 Keterangan : )* item yang dinyatakan tidak valid
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada skala ini menggunakan teknik alpha cronbach. Perhitungan reliabilitas skala identitas sosial orang Jawa ini menunjukkan Alpha 0,827. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan analisa data, perlu diketahui dahulu tentang uji asumsi yang dilakukan sebagai syarat untuk dapat menggunakan teknik statistik. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas, dan uji homogenitas. Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama. Dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah varian dari kelompok ini sama. Kedua uji tersebut menggunakan alat bantu SPSS for Windows version
1. Uji Normalitas
Data diuji dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan hasil variabel identitas sosial orang Jawa menunjukkan nilai K-S Z = 0,887 dengan p = 0,411 (p > 0,05) menunjukkan distribusinya normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 5.
2. Uji Homogenitas
Data uji dengan teknik Levene’s Test For Equality Of Variances menunjukkan hasil bahwa F = 2,055 dengan p = 0,154 ( p > 0,05). Hal ini berarti kedua kelompok homogen. Perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 5.
3. Analisis Data
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka dilakukan analisis data. Analisis data di sini menggunakan alat bantu SPSS for Windows version
13.0. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisa t-test yang menunjukkan hasil t = 3,734; p < 0,05, sedangkan hasil dari rata-rata identitas sosial orang Jawa remaja desa 103,67 dan rata-rata identitas sosial orang Jawa remaja kota adalah 96,37. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan identitas sosial orang Jawa yang signifikan antara remaja Jawa di desa dengan remaja Jawa di kota. Dari uji rerata antar kelompok didapat bahwa remaja Jawa di desa lebih menampakkan identitas sosialnya sebagai orang Jawa daripada remaja Jawa di kota. Hasil analisa uji-t selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang diperoleh, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara identitas sosial orang Jawa pada remaja Jawa di desa dengan identitas sosial orang Jawa pada remaja Jawa di kota. Dengan hasil penelitian ini berarti hipotesis penelitian terbukti dan dapat diterima. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis yang menunjukkan t-test sebesar 3,734, p = 0,00 (p < 0,05).
Identitas sosial adalah kesadaran individu akan keanggotaannya dalam kelompok sosial tertentu dan kesadaran akan nilai-nilai dan emosi-emosi yang Identitas sosial adalah kesadaran individu akan keanggotaannya dalam kelompok sosial tertentu dan kesadaran akan nilai-nilai dan emosi-emosi yang
Diterimanya hipotesis ini berarti pada remaja Jawa di desa lebih menampakkan identitas sosialnya sebagai orang Jawa daripada remaja Jawa di kota. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Panggabean (1996, h. 42-
48) bahwa keterikatan dengan budaya pada masyarakat yang dibesarkan dan menetap di lingkungan budaya yang relatif homogen lebih tinggi, sehingga masyarakat tersebut menerima informasi yang relatif homogen dan mendukung keterikatannya dengan nilai-nilai budaya. Hal ini karena remaja Jawa di desa tinggal dalam suatu lingkungan yang homogen. Lingkungan homogen merupakan salah satu ciri masyarakat desa.
Menurut Landis (dalam Setianingrum, 1997, h. 40) salah satu kecenderungan psikologis atau karakteristik orang desa adalah punya sifat homogen dalam nilai kebudayaan, sikap dan tingkah laku. Dengan lingkungan yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sama maka remaja Jawa di desa lebih banyak belajar tentang kebudayaannya sendiri. Menurut Susetyo (2006, h. 1-16) bahwa identitas sosial terbentuk melalui pewarisan budaya. Proses pewarisan budaya yang terjadi pada remaja di desa lebih pada proses enkulturasi.
Menurut Berry, dkk (1999, h.34) enkulturasi, yaitu pelingkupan dan pengelilingan (encompassing or surrounding) budaya terhadap individu yang melibatkan orangtua, orang dewasa lain, dan teman sebaya dalam suatu jalinan pengaruh terhadap individu. Remaja Jawa di desa diajarkan oleh orangtua, orang dewasa lain, dan teman sebaya tentang budayanya sendiri, dalam hal ini kebudayaan Jawa. Hal inilah yang menyebabkan remaja Jawa di desa lebih menunjukkan identitas sosialnya sebagai orang Jawa.
Hal sebaliknya terjadi pada remaja Jawa di kota. Remaja di kota tinggal dalam lingkungan heterogen yang merupakan salah satu ciri dari masyarakat kota. Menurut Soedarno (1993, h. 85) masyarakat kota lebih bersifat heterogen dari segi keturunan dan latar belakang sosial budaya. Karena tinggal di lingkungan yang terdiri dari bermacam-macam kebudayaan, maka proses akulturasi terjadi di sini. Akulturasi menurut Berry, dkk (1999, h.34), menunjuk pada perubahan budaya dan psikologis karena perjumpaan dengan orang berbudaya lain yang juga memperlihatkan perilaku yang berbeda. Remaja Jawa di kota tidak hanya belajar dan memperoleh pewarisan budaya Jawa saja, tetapi juga banyak belajar kebudayaan lain karena di kota terdiri dari bermacam-macam latar belakang kebudayaan. Hal ini menyebabkan remaja Jawa di kota kurang menunjukkan identitas sosialnya sebagai orang Jawa.
Hasil penelitian disajikan dalam data deskriptif menggambarkan tentang kesesuaian perilaku subyek dengan nilai-nilai budaya Jawa, dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4
Persentase Kesesuaian Perilaku Subyek dengan Nilai-Nilai Budaya Jawa
Remaja Remaja
1 Saya orang yang senang bergotong royong
2 Saya orang yang nrimo 52.63 47.56
3 Saya orang yang senang menjaga harmoni
5 Saya orang yang ramah
7 Saya menerima keadaan apa adanya
10 Saya perduli terhadap lingkungan
11 Saya orang yang kalem
12 Saya orang yang lemah lembut
13 Saya menjunjung tinggi sopan santun
15 Saya orang yang setia kawan
16 Saya bersikap hormat pada orang yang lebih tua
17 Saya memiliki toleransi yang tinggi
18 Saya senang berada dalam suasana yang tenang dan tentram 89.47 79.27
19 Saya suka bekerjasama
20 Saya menyukai suasana kekeluargaan
21 Saya mudah sungkan ketika menghadapi orang yang baru saya kenal
22 Saya malu ketika bertindak tidak sopan
23 Saya takut membuat orang lain tersinggung
24 Saya menyampaikan keinginan dengan cara kurang terbuka 52.63 43.90
Karakteristik bahasa yang digunakan oleh kedua kelompok subyek adalah sebagai berikut :
1. Subyek remaja Jawa di desa
a. Bahasa di rumah :
Jawa
Jawa-Indonesia = 13 (17,11 %) Indonesia = 2 (2,63 %) Jawa-Indonesia = 13 (17,11 %) Indonesia = 2 (2,63 %)
2. Subyek remaja Jawa di kota
a. Bahasa di rumah :
Jawa
= 31 (37,80 %) Jawa-Indonesia = 22 (26,83 %) Indonesia = 29 (35,37 %)
b. Bahasa di pergaulan : Jawa = 21 (25,61 %) Jawa-Indonesia = 42 (51,22 %) Indonesia = 19 (23,17 %)
Dari tabel tersebut dapat dilihat, pada item-item yang mencerminkan perilaku yang didasari prinsip kerukunan yaitu nomor 1,2,3,7,10,13,17,18,20 persentase jumlah subyek yang merespon sesuai dengan item-item tersebut berbeda antara remaja Jawa di desa dengan di kota. Persentase remaja Jawa di desa yang merespon sesuai dengan item-item tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan remaja Jawa di kota. Hal ini menunjukkan bahwa remaja Jawa di desa lebih mempertimbangkan perilakunya sehingga tetap bisa menjaga kerukunan dengan sesama.
Pada item-item yang mencerminkan perilaku yang didasari prinsip hormat yaitu nomor 5,11,12,15,16,19,21,22,23,24 persentase jumlah subyek remaja Jawa di desa yang merespon sesuai dengan perilaku mereka juga lebih tinggi daripada remaja Jawa di kota. Hal ini juga menunjukkan bahwa remaja
Jawa di desa lebih mempertimbangkan perilakunya agar tetap menunjukkan sikap hormat di masyarakat.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase yang cukup jauh berbeda antara subyek remaja desa dan kota terjadi pada item-item nomor 3,5,10,17,18,23. Berdasarkan item-item tersebut dapat digambarkan bahwa remaja Jawa di desa lebih menjaga harmoni di dalam hidup bermasyarakat, lebih ramah, lebih peduli terhadap lingkungan, memiliki toleransi yang lebih tinggi, suka pada suasana yang tenang dan tentram, dan lebih takut membuat orang lain tersinggung.
Hasil yang menunjukkan kedua kelompok subyek tersebut sama-sama memiliki persentase yang rendah yaitu di bawah 50% adalah pada item-item nomor 11,12. Dari hasil persentase yang di peroleh pada kedua kelompok tersebut menggambarkan baik di remaja desa maupun remaja kota sekarang ini lebih tegas dalam bersikap. Hal ini juga didukung skor pada item nomor 2,7,21,24, yang menunjukkan bahwa sifat menerima keadaan apa adanya, nrimo , dan sungkan tidak lagi dijadikan pegangan. Kedua kelompok subyek menunjukkan sifat yang lebih asertif. Hasil ini sama dengan penelititan sebelumnya (dalam Susetyo, 2006, h. 1-16) yang menunjukkan melunturnya beberapa sifat nrima, menerima keadaan apa adanya, sifat pasrah, dan menahan perasaan. Pada penelitian ini, hal ini juga dipengaruhi oleh lokasi penyebaran skala. Tempat tinggal kedua kelompok subyek yang berada di wilayah pesisir, dimana masyarakat pesisir memiliki sifat-sifat umum Hasil yang menunjukkan kedua kelompok subyek tersebut sama-sama memiliki persentase yang rendah yaitu di bawah 50% adalah pada item-item nomor 11,12. Dari hasil persentase yang di peroleh pada kedua kelompok tersebut menggambarkan baik di remaja desa maupun remaja kota sekarang ini lebih tegas dalam bersikap. Hal ini juga didukung skor pada item nomor 2,7,21,24, yang menunjukkan bahwa sifat menerima keadaan apa adanya, nrimo , dan sungkan tidak lagi dijadikan pegangan. Kedua kelompok subyek menunjukkan sifat yang lebih asertif. Hasil ini sama dengan penelititan sebelumnya (dalam Susetyo, 2006, h. 1-16) yang menunjukkan melunturnya beberapa sifat nrima, menerima keadaan apa adanya, sifat pasrah, dan menahan perasaan. Pada penelitian ini, hal ini juga dipengaruhi oleh lokasi penyebaran skala. Tempat tinggal kedua kelompok subyek yang berada di wilayah pesisir, dimana masyarakat pesisir memiliki sifat-sifat umum
Di sisi lain ternyata pada remaja desa dan kota masih menunjukkan persentase yang sama-sama tinggi di item-item nomor 13,15,16,19,20,22. Hal ini menggambarkan bahwa pada kedua kelompok subyek masih menjunjung tinggi sopan santun, rasa setia kawan, dan sikap hormat pada orang yang lebih tua. Selain itu, kedua kelompok subyek juga menyukai suasana kerjasama dan kekeluargaan. Hal ini juga didukung oleh item nomor 1 dimana kedua kelompok subyek menunjukkan persentase di atas 50% untuk pernyataan senang bergotong royong.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada kedua kelompok subyek masih menunjukkan identitas sosialnya sebagai orang Jawa, namun dengan tingkat yang berbeda. Remaja Jawa di desa lebih menunjukkan identitasnya sebagai orang Jawa daripada remaja Jawa di kota. Namun perbedaan tersebut sebenarnya tidak terlalu jauh bila melihat kembali nilai rata-rata identitas sosial orang Jawa pada remaja desa sebesar 103,67 dan nilai rata-rata identitias sosial orang Jawa pada remaja kota sebesar 96,37, dengan mean difference sebesar 7,30.
Kebiasaan menggunakan bahasa merupakan salah satu penunjang perbedaan identitas sosial orang Jawa antara remaja Jawa di desa dan remaja Jawa di kota. Sebagai produk masyarakat, bahasa mengandung pikiran- pikiran, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Bahasa lalu digunakan
untuk berpikir, dan menampilkan identitas diri (Takwin, 2002, h. 1-13). Bahasa daerah merupakan salah satu pilar kebudayaan yang juga mencerminkan identitas masyarakat yang menggunakannya (Widi, 2007). Persentase penggunaan bahasa Jawa di rumah pada remaja desa lebih tinggi daripada remaja kota. Hal ini membuat remaja desa lebih menampakkan identitas sosialnya sebagai orang Jawa. Remaja Jawa di desa tampil menjadi remaja yang lebih Njawani dibanding remaja Jawa di kota karena dengan bahasa Jawa dan lingkungan yang cenderung homogen dalam nilai kebudayaan, orangtua mereka lebih mudah mengajarkan tentang budaya Jawa. Penggunaan bahasa Jawa-Indonesia pada pergaulan memungkinkan remaja baik di desa maupun di kota belajar kebudayaan lain selain budaya Jawa. Karena melalui bahasa, pengaruh sosial masuk dalam diri individu. Hal ini yang membuat proses akulturasi dapat terjadi, dimana selain belajar budaya sendiri, remaja ini juga bisa belajar banyak tentang budaya lain dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa menjadi instrumen dominan bagi manusia. Berbagai hasil peradaban dan kebudayaan disosialisasikan melalui bahasa (Takwin, 2002, h. 1-13).
Penelitian ini masih mempunyai kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya :
1. Adanya pengaruh social desirability pada saat pengisian skala, yaitu kecenderungan mengisi jawaban sesuai dengan harapan sosial.
2. Tidak adanya instruksi dalam skala yang dapat membantu subyek menyadari identitas sosialnya sebagai orang Jawa, memungkinkan subyek menjawab skala tersebut tanpa dilandasi adanya kesadaran identitas sosialnya sebagai orang Jawa.
3. Pemakaian nama dalam kolom identitas skala, yang kemungkinan dapat mempengaruhi jawaban subyek. Subyek akan menjawab sesuai dengan harapan sosial karena skala disebarkan di lingkungan sekolah, yang kemungkinan membuat subyek menghubungkan pengisian skala ini dengan tugas sekolah.