Tabel 2. Faktor-faktor Penyebab Ketidakadilan Gender terhadap Perempuan Bali dalam Kumpulan Cerita Pendek Akar Pule
LAMPIRAN 3 Tabel 2. Faktor-faktor Penyebab Ketidakadilan Gender terhadap Perempuan Bali dalam Kumpulan Cerita Pendek Akar Pule
No Judul Cerita No. hal data
Penyebab Ketidakadilan Gender
1 Tiga Perempuan
1 15- Aturan di dalam keluarga Aji adalah, bila faktor budaya
Bagi keluarga Aji (ayah tokoh Pudak),
16 anak perempuan itu menikah, maka anak
bila anak perempuan menikah maka
perempuan itu adalah milik keluarga laki-
anak perempuan adalah milik keluarga
laki. Keluarga dari pihak perempuan tidak
laki-laki. Pernikahan akan membuat
lagi memiliki hak untuk mengaturnya atau
perempuan jauh dari keluarga yang
ikut urun rembug mengatur hidup pasangan
membesarkannya.
itu. Perkawinan membuat perempuan tidak lagi bisa memiliki keluarga yang membesarkannya.
Apalagi
dalam
keluargaku, keluarga bangsawan Bali dari kasta tertinggi, kasta Brahmana.
2 16 Aku jadi teringat pada bibiku, Biang faktor budaya
Bagi keluarga suami Biang Regina (bibi
Regina, begitu biasa dia dipanggil. Setelah
tokoh Pudak), tidak baik seorang janda
suaminya meninggal, bibiku tidak lagi
tinggal sendiri di luar komunitasnya.
boleh tinggal. Setelah suaminya meninggal,
Biang Regina memutuskan untuk
bibiku tidak lagi boleh tinggal di rumahnya
tinggal bersama mertuanya. Hal tersebut
yang besar di kawasan elite di kita
membuatnya tertekan.
Denpasar, yang dulu dia tempati bersama suaminya. Menurut keluarga besar dari pihak suaminya, tidak baik seorang janda tinggal sendiri di luar komunitas keluarga. Apalagi Biang Regina tidak memiliki anak lelaki. Kedua anaknya perempuan. Bibiku
3 18 “Anak ini harus ditanyakan pada balian, faktor budaya
Perempuan Bali dari kasta tertinggi
orang pintar (dukun), roh siapa yang ada
biasanya bersikap santun, lembut, dan
dalam tubuhnya,” Tuniang berkata gusar.
cantik. Perempuan-perempuan itu juga
Menurut perempuan tua cantik itu, ada
sangat priyayi. Apabila ada perempuan
banyak kejanggalan dalam tubuhku, juga
Bali dari keluarga bangsawan dan
tingkah lakuku”.
bersifat menyimpang, orang-orang Bali
“ Jegeg tidak seperti perempuan bangsawan
percaya bahwa ada roh yang tidak baik
lainnya. Terlalu kasar dan grasa-grusu. ”
dalam dirinya.
4 19 “Bagaimana menurutmu, Lemok?” tanya faktor budaya
Perempuan Bali dari kasta tertinggi
Tuniang ketika perempuan setengah baya
biasanya bersikap santun, lembut, dan
itu datang.
cantik. Perempuan-perempuan itu juga
“ Tiang , saya ikut apa yang Ratu inginkan,”
sangat priyayi. Apabila ada perempuan
jawab perempuan itu sopan.
Bali dari keluarga bangsawan dan
“Apa kau tidak merasa ada kelainan di
bersifat menyimpang, orang-orang Bali
tubuh cucuku?”
percaya bahwa ada roh yang tidak baik
“Tidak, Ratu .”
dalam dirinya.
“Dia suka aneh-aneh, kan?” “Kadang-kadang. Tapi itu kan biasa. Tugeg masih enam tahun.” “Aku tidak tenang, sejak lahir dia belum
diupacarai adat Bali. Kau tahu di mana ada balian sakti?” “Tidak, Ratu .”
“Coba kau Tanya pemangku di Pura Dalem.” “Ya, Ratu .” “Kalau bisa, suruh pemangku itu datang ke
sini. Aku ingin bicara. Atau kau bisa buat janji dengannya.”
5 29 Kupikir dia bahagia. Bukankah dia menikah Faktor budaya
Masyarakat Bali percaya bahwa
dengan lelaki satu agama, satu kasta? Dia
pernikahan satu kasta akan berakhir
tidak pernah meninggalkan leluhur dan
bahagia. Keluarga besar akan tetap
Tuhannya. Keluarga besar kami tetap
menghormati dan menganggap sebagai
menghormatinya dan
menganggapnya
bagian dari keluarga. Berbeda dengan
bagian dari keluarga besar, walaupun
pernikahan yang beda kasta, keluarga
suaminya tidak memberinya nafkah dengan
besar akan mengucilkan dan menggap ia
baik. Rumah yang dia tempati dibelikan
telah berkhianat. Ida Ayu Made Melati
oleh Tuniang .
(adik tokoh Pudak) menikah dengan lelaki sekasta tetapi pernikahannya tidak bahagia dan berakhir dengan perceraian.
2 Sipleg
6 46 Perempuan itu tinggal di sebuah desa faktor ekonomi Sipleg berasal dari keluarga kurang terpencil. Pada umur 16 tahun, kedua
mampu. Ia adalah harapan satu-satunya
orangtuanya mengawinkan perempuan tipis
bagi keluarga untuk mendongkrak
itu dengan soerang lelaki desanya. Wayan
kehidupan mereka. Sipleg dikawinkan
Payuk. Orangtuanya yang tidak jelas
dengan Wayan Payuk pada umur 16
tahun. Bukan kebahagiaan yang ia
Sipleg dengan pemilik tanah itu akan
dapatkan. Justru penderitaanlah yang ia
mampu mendongkrak kehidupan mereka.
dapatkan.
Menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Di punggung Sipleglah impian dan harapan itu dibenamkan secara paksa. Hasilnya, rangkaian kemarahan terus beranak-pinak di otak dan aliran darah Sipleg. Dia juga tidak
7 47 Menikah dengan Payuk tidak membuat faktor ekonomi Sipleg berasal dari keluarga kurang Sipleg memiliki hidup yang lain.
mampu. Ia adalah harapan satu-satunya
Kemarahannya pada takdir miskin yang
bagi keluarga untuk mendongkrak
dicangkokkkan Sang Hidup di tubuhnya
kehidupan mereka. Sipleg dikawinkan
membuat perempuan bertubuh tipis itu
dengan Wayan Payuk pada umur 16
selalu memeram kemarahan yang dalam.
tahun. Bukan kebahagiaan yang ia
Matanya sering dipenuhi debur ombak yang
dapatkan. Justru penderitaanlah yang ia
ganas. Kadang, kalau dia sedang diam dan
dapatkan. Mertua Sipleg tidak suka
terpekur di pinggir dapur sehabis memasak,
dengan kehadirannya. Sipleg dianggap
orang bisa mendengar gemerutuk giginya
sebagai pembawa petak adan penular
yang beradu. Matanya bisa setajam taji.
kemiskinan bagi Payuk.
Siap dilempar untuk melukai orang-orang yang berada di dekatnya. Perempuan itu merasa tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Jam tiga pagi dia sudah bangun. Mengangkat air dai sungai. Memasak untuk perempuan tua nyinyir yang menganggap dirinya adalah kutukan, menularkan kesialan dan kemiskinan bagi anak satu- satunya, Wayan Payuk. Lalu siapa yang menyuruh lelaki bertubuh hitam dan berutat keras itu meminang dirinya?
8 48 Sipleg semakin jijik. Mendengar suara faktor ekonomi Sipleg berasal dari keluarga kurang perempuan itu, sering membuat kemarahan
mampu. Ia adalah harapan satu-satunya
pada hidupnya memuncak. Teringat bahwa
bagi keluarga untuk mendongkrak
perempuan tua itulah yang membeli dirinya
kehidupan mereka. Sipleg dikawinkan
untuk Payuk. Perempuan tua itu sengaja
dengan Wayan Payuk pada umur 16
meminjamkan uang pada ibunya. Karena
tahun. Bukan kebahagiaan yang ia
perempuan tua itu tahu, ibunya tidak
dapatkan. Justru penderitaanlah yang ia 156 dapatkan. Justru penderitaanlah yang ia 156
dapatkan.
utang. Adik-adik Sipleg banyak. Lelaki satu-satunya di rumah hanya Bapak, yang hanya bisa menaburkan benih di perut Ibu. Enam adiknya, semua perempuan. Ibunya mirip pabrik bayi dibanding manusia. Kerjanya hanya mengandung, sampai tidak sempat merawat diri. Tubuhnya kurus. Bayi yang dilahirkan selalu prematur. Semua itu karena perempuan tolol itu sangat percaya pada lelaki yang mengawininya.
9 48 Kata Bapak, perempuan yang tidak bisa faktor budaya
Bagi
masyarakat Bali, seorang
melahirkan bayi lelaki adalah perempuan
perempuan harus melahirkan bayi laki-
sial! Hidup tanpa keturunan lelaki, kiamat!
laki untuk meneruskan garis keturunan.
Hidup itu sudah mati tanpa lelaki! Dan si
Apabila tidak bisa melahirkan bayi laki-
tolol itu percaya. Sipleg tidak bisa
laki akan dianggap sebagai perempuan
menghitung berapa puluh bayi yang
sial. Seperti yang dialami oleh Songi
dilahirkan mati! Hanya untuk mendapatkan
(ibu Sipleg) ia terus-menerus hamil
bayi lelaki, perempuan itu membiarkan
untuk mendapatkan anak laki-laki.
tubuhnya dititipi daging terus-menerus. Daging yang memakan isi tubuhnya.
10 55 Perempuan apa yang telah melahirkan aku? faktor budaya
Bagi
masyarakat Bali, seorang
Satu-satunya manusia yang bisa bertahan
perempuan harus melahirkan bayi laki-
hidup dari dirinya. Seorang perempuan!
laki untuk meneruskan garis keturunan.
Hanya lelaki yang bisa melanjutkan
Apabila tidak bisa melahirkan bayi laki-
keturunan. Memuja leluhur. Meneruskan
laki akan dianggap sebagai perempuan
garis keluarga. Makanya, perempuan
sial. Seperti yang dialami oleh Songi
kumuh dan kurus itu tega menjual Sipleg ke
(ibu Sipleg) ia terus-menerus hamil
Payuk. Tanpa hati, karena perempuan dekil
untuk mendapatkan anak laki-laki.
itu memang tidak punya hati. Tidak punya
3 Pastu
11 87 Kata orang-orang, Cok Ratih egois. Bagiku faktor kasta
Masyarakat Bali percaya bahwa
tidak. Dia memberikan apa saja yang dia
pernikahan satu kasta akan berakhir
punya untukku. Cok Ratih mengajari aku
bahagia. Keluarga besar akan tetap
berbagi. Hubungan kami terus terjalin
menghormati dan menganggap sebagai
begitu erat. Saking eratnya, banyak teman
bagian dari keluarga. Berbeda dengan
mengira ada yang salah dengan hubungan
pernikahan yang beda kasta, keluarga
kami. Tapi kecurigaan mereka terbantahkan
besar akan mengucilkan dan menggap ia
ketika Cok Ratih terlihat menggandeng I
telah
berkhianat. Cok Ratih
Made Pasek Wibawa. Semua orang pun
memutuskan menikah dengan Pasek. Ia
mengira, Pasek (begitu aku dan Cok Ratih
harus hamil diluar nikah agar
memanggil lelaki yang berprofesi sebagai
orangtuanya menikahkannya.
dokter itu), akan berbagi cinta. Aku dan Cok Ratih hanya tertawa. Hubungan mereka berdua begitu alot. Keluarga besar Cok Ratih
Orangtuanya juga. Tetapi Cok Ratih nekat. “Hari gini masih ada sekat-sekat manusia.
Kasta, derajat. Memuakkan! Hidup ini sudah rumit, kenapa sih masih dibuat rumit?” papar Cok Ratih santai. Cok Ratih
memang bangsawan. Keluarganya tidak kurang harta, juga tidak kurang martabat. Perempuan itu keras kepala. Akhirnya dia pun hamil diluar nikah. Terpaksalah orangtuanya mengawinkannya.”
12 88 Di tengah situasi berat seperti ini, Pasek faktor kasta
Masyarakat Bali percaya bahwa
diam-diam mulai merayuku. Dia terlihat
pernikahan satu kasta akan berakhir
genit. Menjijikkan. Berkali-kali dia
bahagia. Keluarga besar akan tetap
menawarkan diri untuk mengantar pulang,
menghormati dan menganggap sebagai
menjemput, atau makan siang denganku.
bagian dari keluarga. Berbeda dengan
Aku tidak melihat keprihatinan di matanya.
pernikahan yang beda kasta, keluarga
Lelaki apakah yang telah dikawini
besar akan mengucilkan dan menggap ia
sahabatku ini? Sementara Cok Ratih telah
telah berkhianat. Cok Ratih dikucilkan
meninggalkan
kebangsawanannya.
oleh keluarga besarnya, karena ia
Hubungan baik dengan keluarga besarnya
menikah dengan Pasek yang bukan
pun putus karena dia menikah dengan lelaki
berasal dari kastanya dan Pasek juga
yang tidak sederajat. Begitu banyak yang
tidak berasal dari keluarga bangsawan.
dikorbankan untuk cinta.
13 90 “Kalau Tugeg menyakiti perempuan lain, faktor budaya
Perempuan Bali percaya bahwa apabila
Hyang Widhi akan memuntahkan seluruh
seorang
perempuan menyakiti
pastu , kutukannya padamu!” kata-katanya
perempuan lain, Hyang Widhi akan
selalu tersengar penuh amarah. Makin
memuntahkan kutukan. Sama dengan
dewasa aku makin paham arti kata-kata itu.
apa yang dikatakan oleh Nini pada
Pengalamanku juga mengajarkan betapa
cucunya Dayu Cenana.
sakitnya dikhianati. Makanya jangan mengkhianati.
4 Grubug
14 103 Namaku Ni Luh Putu Grubug. Namaku faktor sosial
Tanah milik ayah Grubug, Pungkat
sendiri sudah mengandung beragam
dipercaya oleh warga desa sebagai tanah
kutukan, pastu , yang merayap memangkas
kutukan yang membawa malapetaka
habis hidupku. Apa pun yang kupilih,
bagi warga. Pungkat, Grubug, dan Ni
jalannya selalu berliku dan penuh onak.
Ketut Sekar, ibu Grubug diperlakukan
Bapakku, I Wayan Pungkat, menitiskan
tidak adil oleh warga desa. Ni Ketut
beragam warna yang tak lazim bagi
Sekar disiksa dan kemudian dibunuh.
perjalanan hidup seorang anak perempuan.
Pungkat tidak
pernah diketahui
Kekerasan, harga diri, dan selalu berjuang
keberadaannya. Grubug hidup sendiri 159 keberadaannya. Grubug hidup sendiri 159
dengan sedikit peninggalan orang
Tidak ada orang yang bisa membantu,
tuanya. Berhektar-hektar tanah yang
karena aku memang terlahir dan tumbuh
dimiliki Pungkat telah dimiliki oleh
sendiri. Usiaku masih terlalu muda, ketika
sebuah perusahaan kakao besar yang
orang-orang berteriak kasar dan memukul
tidak jelas siapa pemiliknya.
bunyi-bunyian di halaman depan rumahku. Mereka memanggil-manggil nama bapakku dengan kata-kata kasar dan penuh makian.
15 106 “ Meme mu mati, Grubug.” Orang-orang faktor sosial
Tanah milik ayah Grubug, Pungkat
berbisik begitu halus. Aku mendelik. Lari
dipercaya oleh warga desa sebagai tanah
sekencangnya menuju kamar Ibu. Aparat
kutukan yang membawa malapetaka
desa melarangku mendekat.
bagi warga. Pungkat, Grubug, dan Ni
“Jangan biarkan anak itu menyentuh
Ketut Sekar, ibu Grubug diperlakukan
petinya!”
tidak adil oleh warga desa. Ni Ketut
“Awas, dia bisa mengamuk dan
Sekar disiksa dan kemudian dibunuh.
membunuhmu!”
Pungkat tidak
pernah diketahui
“Pegang tangannya!”
keberadaannya. Grubug hidup sendiri
“Ikat!”
dengan sedikit peninggalan orang
“Kekuatannya melebihi kekuatan sepuluh
tuanya. Berhektar-hektar tanah yang
lelaki.”
dimiliki Pungkat telah dimiliki oleh
“Keluarga ini memang keluarga luar biasa.”
sebuah perusahaan kakao besar yang
“Pasti ilmu hitam ini tumbuh di
tidak jelas siapa pemiliknya.
pekarangannya.” “Huss!” “Kau lihat, mata anak gadis Pungkat itu menakutkan!” “Awas, kau bisa dibunuhnya.” “Ucapkan mantra! Ayo, ucapkan mantra!”
16 106- “Apa maksudmu? Apa yang telah kalian faktor sosial
Tanah milik ayah Grubug, Pungkat
107 lakukan pada kami!” aku menatap mata
dipercaya oleh warga desa sebagai tanah 160
Lurah, yang menatapku dengan pandangan
kutukan yang membawa malapetaka
dingin. Aneh sekali, ibuku sudah
bagi warga. Pungkat, Grubug, dan Ni
dimasukkan ke dalam peti yang dipaku.
Ketut Sekar, ibu Grubug diperlakukan
Padahal sebagai anaknya, dan satu-satunya
tidak adil oleh warga desa. Ni Ketut
Sekar disiksa dan kemudian dibunuh.
memandikannya, menaburinya bunga dan
Pungkat tidak
pernah diketahui
doa. Tetapi pagi ini, orang-orang bahkan tak
keberadaannya. Grubug hidup sendiri
memberiku kesempatan untuk menatap
dengan sedikit peninggalan orang
wajah Ibu untuk terakhir kali. Juga tak
tuanya. Berhektar-hektar tanah yang
membiarkan aku memberi Ibu bekal kain
dimiliki Pungkat telah dimiliki oleh
dan beberapa barang kesukaannya. Skenario
sebuah perusahaan kakao besar yang
apa lagi yang dimainkan orang-orang desa
tidak jelas siapa pemiliknya.
pada keluargaku? Mereka tidak pernah berpolitik. Tidak juga ingin menonjolkan diri agar dihormati. Apa salah orangtuaku sehingga orang-orang memperlakukan mayat ibuku seperti ini? Mana bapakku? Mereka apakan dia?
17 107 Aku terdiam. Dendam menguras seluruh faktor sosial
Tanah milik ayah Grubug, Pungkat
napasku. Dari bisik-bisik orang-orang desa,
dipercaya oleh warga desa sebagai tanah
kudengar kabar ibuku digorok, kepalanya
kutukan yang membawa malapetaka
hancur. Lalu bapakku? Lelaki itu raib. Aku
bagi warga. Pungkat, Grubug, dan Ni
tak pernah menemukan sepotong cerita pun
Ketut Sekar, ibu Grubug diperlakukan
tentang dia. Cerita yang bisa kupercaya.
tidak adil oleh warga desa. Ni Ketut
Sekar disiksa dan kemudian dibunuh.
sebagai tuan tanah.
Pungkat tidak
pernah diketahui keberadaannya. Grubug hidup sendiri dengan sedikit peninggalan orang tuanya. Berhektar-hektar tanah yang dimiliki Pungkat telah dimiliki oleh sebuah perusahaan kakao besar yang
18 108 Sungguh satu tahun yang tak mudah faktor sosial
Tanah milik ayah Grubug, Pungkat
kulupakan. Tahun yang kelam itu terus
dipercaya oleh warga desa sebagai tanah
menancap di otakku. Aku juga tidak bisa
kutukan yang membawa malapetaka
sekolah karena orang-orang menganggapku
bagi warga. Pungkat, Grubug, dan Ni
anak si pengkhianat. Film-film diputar.
Ketut Sekar, ibu Grubug diperlakukan
Semua mata menatapku dengan pandangan
tidak adil oleh warga desa. Ni Ketut
aneh dan menghukum. Tapi aku tidak takut
Sekar disiksa dan kemudian dibunuh.
pada mereka. Karena untuk membunuh
Pungkat tidak
pernah diketahui
nyamuk pun bapakku masih berpikir. Aku
keberadaannya. Grubug hidup sendiri
tahu itu!
dengan sedikit peninggalan orang tuanya. Berhektar-hektar tanah yang dimiliki Pungkat telah dimiliki oleh sebuah perusahaan kakao besar yang tidak jelas siapa pemiliknya.
5 Bunga
19 118- “Made, sini! Sudah Meme katakan berkali- faktor sosial
Orang-orang percaya bahwa seorang
119 kali, kau jangan bergaul dengan anak
anak perempuan yang dilahirkan
pelacur itu! Anak yang tidak jelas
seorang pelacur, kelak juga akan
bapaknya! Kau bisa tertular kesialan yang
menjadi pelacur. Seperti yang dialami
dibawa sejak kelahirannya. Percayalah pada
oleh Bunga, gadis kecil itu lahir dari
Meme , Made. Kau jangan sering-sering
seorang pelacur dan para warga
bertemu dengan perempuan kecil itu!”
menganggap Bunga sebagai pembawa sial.
6 Akar Pule
20 132 Sejarah keluargaku memang kacau. Penuh faktor sosial
Warga desa meyakini bahwa Kondra,
kepahitan dan keburukan. Sarat kutuk dan
ayah Saring memiliki ilmu hitam. Ia
laknat orang-orang desa di mana aku pernah
diikat di pohon Pule selama berhari-hari.
lahir. Mereka tak pernah menganggapku
Menginjak 40 hari, Kondra sudah tidak
manusia. Aku sadar betul itu, karena aku
bernyawa dan tubuhnya menyatu
tahu dalam tubuhku mengalir darah kotor.
dengan batang pohon Pule. Kondra tidak 162
Darah penuh bibit ilmu hitam!
sendiri, ia ditemani Luh Sager, istri yang setia
Mereka berdua menempel di pohon Pule. Akibat persoalan yang menimpa keluarga Kondra, warga desa tak mau menjalin hubungan dengan keluarganya.
padanya.
21 134 Desa geger. Seluruh warga tercekam faktor sosial
Warga desa meyakini bahwa Kondra,
waswas.
ayah Saring memiliki ilmu hitam. Ia
“Apa yang harus kita lakukan?”
diikat di pohon Pule selama berhari-hari.
“Apa yang terjadi pada Kondra?”
Menginjak 40 hari, Kondra sudah tidak
“Dosa apa yang telah kita perbuat?”
bernyawa dan tubuhnya menyatu
“Jangan bicara dosa di sini!”
dengan batang pohon Pule. Kondra tidak
“Kita harus melakukan sesuatu.”
sendiri, ia ditemani Luh Sager, istri yang
“Ini aneh sekali. Aku takut!”
setia
padanya.
Mereka berdua
“Matinya mengerikan sekali.”
menempel di pohon Pule. Akibat
“Apa mungkin Kondra punya ilmu hitam?”
persoalan yang menimpa keluarga
“Aku yakin dia punya ilmu.”
Kondra, warga desa tak mau menjalin
“ Hyang Jagat ! Ada tubuh lain lagi!”
hubungan dengan keluarganya.
“Apa? Mana?” “Ini… oh, ini… ini Luh Sager!” “Luh Sager? Istri Kondra?” “Mayat mereka berdua melilit seperti benalu di pohon ini.” “ Hyang Jagat !”