KAJIAN TEORETIS

2.1.10. Waduk ( Reservoir )

Sebuah waduk atau bendungan memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai. Air sungai yang ditampung di dalam bendungan dipergunakan untuk keperluan irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kelebihan dari sebuah bendungan yaitu dapat menampung air sungai yang melebihi kebutuhan dan baru dilepas lagi ke dalam sungai di bagian hilir sesuai dengan kebutuhan serta pada waktu yang diperlukan.

Gambar 2.9. Kenampakan Waduk (Bendungan)

Bendungan juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang dibangun secara melintang terhadap sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, Bendungan juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang dibangun secara melintang terhadap sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu,

Konstruksi sebuah bendungan memiliki bagian-bagian tertentu. Bagianbagian ini menopang seluruh konstruksi bendungan. Setiap bagian memiliki detail dan fungsi yang khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar operasional suatu bendungan dapat berjalan dengan baik. Salah satu bagian terpenting yaitu tubuh bendungan. Tubuh bendungan merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendungan umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Selain tubuh bendungan, pintu air ( gates ) juga memiliki peran penting dalam mekanisme pengoprasian air bendungan. Pintu air merupakan struktur dari bendungan yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.

2.1.11. Sungai ( River )

Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil menGoap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian menjadi alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama. Dengan demikian dapat dikatakan sungai berfungsi menampung curah hujan dan mengalirkannya ke laut (Loebis et al ., 1993, hlm: 3).

Sungai ialah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Apabila Sungai ialah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Apabila

Gambar 2.10. Kenampakan Sungai

Pada umumnya aktivitas manusia yang mempengaruhi ekosistem sungai meliputi kegiatan pertanian, perkebunan pemukiman, industri, dan lain sebagainya, secara langsung atau tidak langsung sampah atau limbah pertanian, pemukiman dan industri yang masuk ke sungai dapat mengakibatkan perubahan terhadap sifat fisika, kimia maupun sifat biologi sungai yang akan berpengaruh terhadap organisme, salah satunya adalah benthos (Wargadinata, 1995, hlm: 67).

2.2. Kajian Tematik

2.2.1. Pariwisata

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan Weber, 2006). Pariwisata dapat juga diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, melainkan untuk menikmati perjalanan (Islami, 2003).

Dalam UU No 9 tahun 1990 (Menteri Dalam Negeri, 1990), beberapa istilah yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain:

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang tersebut.

4) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

5) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

6) Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

7) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Menurut Munasef (1995) in Sulaksmi (2007), kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur, di antaranya :

1) Manusia ( man ) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan dengan maksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).

2) Ruang ( space ) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

3) Waktu ( time ) yang merupakan waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Di dalam pariwisata, wisatawan berperan sebagai konsumen yang senantiasa menikmati keindahan dan kenyamanan dari alam. Sebagai konsumen, manusia berperan dalam mewujudkan lingkungan yang harmonis dengan lingkungan sehingga ketika pulang dari berwisata, manusia tidak meninggalkan sesuatu yang dapat merusak/mengganggu dari pada objek wisata tersebut.

Selanjutnya Hall (2001) in Adrianto (2006) menyatakan bahwa konsep pariwisata pesisir ( coastal tourism ) adalah hal – hal yang terkait dengan kegiatan wisata, hal-hal yang menyenangkan dan aktivitas rekreasi yang dilakukan di wilayah pesisir dan perairannya. Sementara itu, Orams (1999) in Adrianto (2006) mendefinisikan pariwisata bahari ( marine tourism ) sebagai aktivitas rekreasi yang meliputi perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dan fokus pada lingkungan pesisir. Adanya definisi tersebut dapat menggambarkan kerangka pariwisata pesisir dan pariwisata bahari seperti yang disajikan pada gambar berikut.

Gambar 2.11. Kerangka Pariwisata Pesisir dan Bahari (Hall, 2001 dan Orams, 1999 in Adrianto, 2006)

2.2.2. Gumuk Pasir Parangtritis

Gumuk pasir yang terdapat dalam kawasan wisata Pantai Parangtritis merupakan salah satu potensi lansekap yang dapat meningkatkan daya tarik obyek. Gumuk pasir ini membentuk formasi spesifik yang menempati areal sampai ratusan hektar. Materi utama gumuk pasir pada umumnya berasal dari endapan daerah pedalaman (daratan), yang dibawa oleh 4 sungai yang bermuara di pantai Selatan yaitu Sungai Progo, Winongo, Opak dan Oyo. Material pasir inilah yang akan membentuk dataran alluvial pantai. Darmawijaya (1992) menyatakan bahwa tanah bukit (gumuk) pasir dapat berasal dari materi abu volkanik yang dibawa angin dan diendapkan di suatu tempat. Gaya ombak laut memilih pasir ringan, untuk kemudian dibawa ke arah daratan, sementara pasir yang lebih berat terendapkan di sepanjang garis pantai membentuk dataran alluvial pantai. Pasir yang kering selanjutnya diterbangkan angin ke arah daratan dan diendapkan di tempat yang bervegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuklah deretan bukit pasir.

Terdapat dua arah angin di Pantai Parangtritis, yaitu tegak lurus garis pantai dan sebagian akan membentur tebing Cliffs (Formasi Wonosari) di sebelah Timur, yang akan mengubah arah angin menuju Barat Laut. Dua arah angin inilah yang akan membawa partikel pasir kering ke arah daratan dan diendapkan dalam posisi yang berlainan antara satu ujung gumuk pasir dengan ujung yang lain. Deretan gumuk pasir yang lebih kurang sejajar garis pantai, masih mengalami usikan pantulan angin dari arah Timur, sehingga ujung barisan gumuk pasir bagian Timur akan kembali bergerak menuju arah Barat Laut, yang akhirnya akan membentuk formasi gumuk pasir bulan sabit ( crescent sand dunes ). Formasi secara keseluruhan gumuk pasir ini menciptakan pemadangan eksotik yang menyuguhkan konfigurasi perbedaan mikro relief antara lembah dan punggung gumuk yang nyaman untuk dinikmati serta menjadi nuansa pelengkap pada saat pengunjung menikmati terbenamnya matahari di ufuk Barat ( sunset ).

Marsh (1991) menyatakan bahwa pada kebanyakan daerah pantai, pembentukan gumuk pasir dimulai pada areal arus pasang terjauh ( backshore ) yang diikuti dengan pembentukan punggung bukit pasir rendah yang berderet sejajar garis pantai, dan pada pertumbuhan selanjutnya tiupan angin pada titik area tertentu akan membawa pasir ini menuju daratan. Gumuk pasir ini akan tumbuh dan bergerak menuju daratan, bukan saja bertambah panjang tetapi juga akan bertambah tebal sejalan dengan bertambahnya deposit pasir. Sebagaimana yang disampaikan Marsh (1991) bahwa deposit pasir dibentuk oleh gelombang dan angin yang akan menumpuk pasir menjadi bukit dan ditiup menuju daratan. Pada proses selanjutnya anginlah yang akan menjadi satu – satunya tenaga erosi yang akan mendegradasikan gumuk pasir yang telah terbentuk.

Gambar 2.12. Gumuk Pasir di Kawasan Wisata Pantai Parangtritis

Menurut Karnawati, D., dkk. (2006) eksosistem Parangtritis memiliki 190 unit gumuk pasir, baik yang berbentuk bulan sabit, memanjang, parabolik atau kombinasinya. Keberadaan gumuk pasir ini mengalami ancaman degradasi baik yang berasal dari perilaku alam, maupun desakan perkembangan pemukiman di sekitarnya.

Proses degradasi gumuk pasir yang menyebabkan berkurangnya cembungan (punggung) maupun gerakan gumuk merupakan bagian dari proses erosi angin. Proses dapat bersifat degradatif, bila pengurangan cembungan gumuk lebih cepat dibanding penimbunan deposit pasir atau pembentukan gumuk. Menurut Brady (1990) walaupun pada umumnya erosi angin lebih sering terjadi di kawasan arida atau semi-arida, tetapi di daerah humida terutama pada kawasan yang mempunyai cuaca kering dan kelembaban rendah erosi angin juga masih bisa terjadi. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa sebagaimana kasus pada erosi oleh air, kehilangan tanah karena gerakan angin terdiri atas dua proses utama yaitu proses Proses degradasi gumuk pasir yang menyebabkan berkurangnya cembungan (punggung) maupun gerakan gumuk merupakan bagian dari proses erosi angin. Proses dapat bersifat degradatif, bila pengurangan cembungan gumuk lebih cepat dibanding penimbunan deposit pasir atau pembentukan gumuk. Menurut Brady (1990) walaupun pada umumnya erosi angin lebih sering terjadi di kawasan arida atau semi-arida, tetapi di daerah humida terutama pada kawasan yang mempunyai cuaca kering dan kelembaban rendah erosi angin juga masih bisa terjadi. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa sebagaimana kasus pada erosi oleh air, kehilangan tanah karena gerakan angin terdiri atas dua proses utama yaitu proses

Hudson (1971) menyatakan bahwa terdapat tiga macam gerakan berbeda dalam proses erosi angin yang bergantung diameter partikel tanah, yaitu suspensi ( suspension ), merayap ( creeping ) dan meloncat ( saltation ). Suspensi yang merupakan gerakan partikel tanah berukuran sangat halus yang biasanya berukuran kurang dari 1 milimeter. Partikel tanah halus ini bergerak paralel dan dekat permukaan tanah (Brady, 1990). Partikel – partikel ini akan kembali diendapkan di atas permukaan tanah pada saat kecepatan angin mulai berkurang dan akhirnya berhenti menjadi deposit tanah. Gerakan merayap partikel tanah yang memiliki diameter tertentu merupakan gerakan menggelinding di sepanjang permukaan tanah karena dorongan angin dan partikel tanah lain. Sedangkan saltasi merupakan proses loncatan partikel tanah karena dihempas angin. Brady (1990) menyampaikan bahwa proses loncatan ini biasanya dialami oleh partikel tanah dengan diameter antara 2,5 sampai 3,75 milimeter. Bergantung dari kondisinya, proses loncatan partikel tanah ini dapat mencapai 50 sampai 70 persen dari seluruh proses gerakan partikel tanah

1. Aspek Spasial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis

Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk

a) Pengaruh dari Gunung Merapi

Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunungapi Merapi dan gunung-gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.

Gambar 2.13. Alur Pembentukan Gumuk Pasir Parangtritis

b) Pengaruh Angin

Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding ( rolling ), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding ( rolling ), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta

Gambar 2.14. Citra Daerah Gumuk Pasir Parangtritis Akibat Pengaruh Angin Muson Tenggara

Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.

c) Pengaruh Sungai

Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak

d) Pengaruh Graben Bantul

Zona selatan Jawa merupakan plato yang miring ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak- Oyo. Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.

Gambar 2.15. Pantai Parangtritis

2. Aspek Sosial-Budaya Pantai Parangtritis dan Sekitarnya

Wilayah Pantai Parangtritis meliputi pantai Parangtritis dengan panorama alam yang ditonjolkan sebagai objek utama, Pantai parangkusumo dengan penonjolan objek budaya dan religius, serta Pantai Depok dengan pariwisata kuliner yang dominan. Hal ini kemudian membentuk spatial synergism dan spatial association yang sangat baik.

Spatial synergism adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat sehingga menimbulkan statu manfaat yang lebih jika dibandingkan apabila setiap ruang itu berdiri sendiri. Dalam hal ini beberapa objek wisata yang berbeda dan menjadi satu paket wisata dalam satu wilayah yang dekat menyebabkan pantai parangtritis menjadi objek wisata yang lengkap sehingga lebih menarik untuk dikunjungi.

Spatial association adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya.

Pantai Parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya tempat yang diyakinmi sebagai tempat bertemunya Raja Mataram dengan Nyai Roro Kidul pada masa lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh Maulana Maghribi dan Syeh Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan. Penduduk utamanya bermata pencaharian di bidang jasa pariwisata baik perdagangan ataupun menyewakan penginapan. Permasalahan yang kemudian timbul di sini adalah maraknya praktek prostitusi.

Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal, tetapi karena materi pasir memiliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak ada aliran permukaan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat saja menyebabkan banyaknya airtanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat menyebabkan intrusi air laut. Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya limbah baik yang berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.

2.2.3. Hutan Wanagama

Wanagama dirancang sebagai pola membangun lahan kritis. Pengembangan Wanagama dimulai dengan lahan gundul, serta pemanfaatan dengan bijak dan survei lokasi. Wanagama juga berfungsi sebagai pola rehabilitasi daerah kritis yang berhasil atau sukses, pusat pendidikan dan latihan kehutanan, metode membangun dan menyatukan komitmen dengan stakeholder. Dalam pembentukan Hutan Wanagama, masyarakat juga dilibatkan untuk membangun dan mewujudkan hutan Wanagama 1. Konsep tim Wanagama adalah kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas, dan optimis . Hutan Wanagama dimulai dari 10

ha.

Dalam merancang rehabilitasi lahan ada 5 pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:

a. Apa yang ditanam?

b. Mengapa ditanam?

c. Dimana ditanam ?

Pembangunan Wanagama 1 yaitu melalui pendekatan sosial ekonomi, pendekatan teknik, pendekatan teknik biologis, sesuai dengan peribahasa pagar mangkok lebih baik dari pagar tembok . Kegiatan awal pada Wanagama ini yaitu:

a. Membuat kolam dan memelihara ikan

b. Perencanaan tanaman obat-obatan, temulawak

c. Memelihara itik, ayam

d. Ulat sutera sebagai cikal bakal pesutraan di Jawa.

Pendekatan sosial-ekonomi ditempuh melalui barter yang dicapai melalui rumput sebagai kebutuhan ternak. Diawali dengan tanaman berakar dalam, pada awal hanya 10% yang hidup. Pada tahun 1968 - 1983 menjadi 79,9 ha. Sistem yang digunakan adalah per petak yaitu 8 petak dengan luas 800 ha. Penanaman dilakukan dengan pionir, yaitu konsep Klebs . Dengan kata lain hutan Wanagama ini termasuk hutan rakyat dan agrofores, silvikultur, dan insentif. Di Hutan Wanagama ini terdapat jenis jati khas Wanagama yaitu Jatimega Wanagama. Jatimega Wanagama ini kalau berumur 7 tahun berdiameter 30 cm. Dinamakan dengan mega karena pada saat itu Presiden Megawati mendonasikan uang untuk mengembangbiakkan jenis jati ini karena dianggap jati luar biasa. Hutan Wanagama termasuk forest for food di mana proses penanaman dengan press-biological .

Ada niat, usaha, pasti bisa, mari bangun dan lestarikan hutan demi kehidupan yang lebih baik. Vegetasi pada hutan Wanagama ini yaitu Ada niat, usaha, pasti bisa, mari bangun dan lestarikan hutan demi kehidupan yang lebih baik. Vegetasi pada hutan Wanagama ini yaitu

Gambar 2.16. Hutan Wanagama

Pohon gamal, perdu lamtoro, perdu akasia, akar gamal bisa menembus batu merupakan jenis vegetasi di Wanagama. Bahkan, Ki putri yaitu tumbuhan evergreen, yang tidak pernah gugur selalu hijau terdapat di Wanagama ini yang menjadikan Hutan Wanagama selalu hijau. Gunungkidul pada awalnya adalah Jati klimaks. Tetapi Jepang datang, lalu jati pun digunduli.

Tanaman di peta 5 ini terdapat jati, pulai, gamal, eboni dari Sulawesi, Eucalyptus alba dari Australia dan Papua, cendana dari Timor, NTT. Pada tahun, 1967, tim Wanagama menanam 11.000 cendana tetapi yang hidup hanya 11 cendana. Dari 11 cendana tersebut terbentuklah ibu- Tanaman di peta 5 ini terdapat jati, pulai, gamal, eboni dari Sulawesi, Eucalyptus alba dari Australia dan Papua, cendana dari Timor, NTT. Pada tahun, 1967, tim Wanagama menanam 11.000 cendana tetapi yang hidup hanya 11 cendana. Dari 11 cendana tersebut terbentuklah ibu-

2.2.4. Bor Airtanah Desa Kelor

Pengeboran airtanah ini terletak di Desa Kelor, kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Pengeboran ini berfungsi untuk mengalirkan air ke sawah petani warga ketika musim kemarau yang terkenal gersang dan tandus. Pengeboran ini dibangun pada tahun 1978 dan beroperasi pada tahun 1980. Setelah beroperasi, maka dibentuk pengurus Setelah di buat dahulu pengurusnya bernama OPPA (Organisasi Petani Pemakai Air). Sekarang bernama P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air). Sumur ini digunakan pada sawah warga yang terkena aliran saja atau yang posisinya lebih rendah.

Gambar 2.17. Air yang Keluar dari Pengeboran Airtanah

Sumur bor ini mampu mengalirkan seluas 25 ha lahan. Rencananya

40 ha, tetapi tidak mungkin beroperasi setiap hari karena tidak mungkin terjangkau. Jadi, sumur ini digunakan ketika musim kemarau saja. Petani yang menggunakan sumur ini harus membayar Rp 46.000 per jam dengan mengikuti harga solar, uang tersebut digunakan untuk membeli solar dan untuk pemeliharaan. Sumur ini mampu mengeluarkan air dengan debit

30 liter/detik. Air yang keluar dari sumur akan disalurkan ke sawah warga dengan panjang saluran 1000 m/km.

Gambar 2.18. Saluran Air dari Pengeboran Airtanah

2.2.5. Goa Pindul Objek wisata Goa Pindul terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta. Ketika kita akan menyusuri obyek wisata ini, kita diwajibkan menyusuri goa dengan menggunakan sebuah ban yang saling dikaitkan satu sama yang lain.

Goa Pindul merupakan salah satu goa yang merupakan rangkaian dari 7 goa dengan aliran sungai bawah tanah menawarkan sensasi petualangan. Selama kurang lebih 45 – 60 menit wisatawan akan dapat menyusuri sungai di gelapnya perut bumi sepanjang 300 meter Goa Pindul merupakan salah satu goa yang merupakan rangkaian dari 7 goa dengan aliran sungai bawah tanah menawarkan sensasi petualangan. Selama kurang lebih 45 – 60 menit wisatawan akan dapat menyusuri sungai di gelapnya perut bumi sepanjang 300 meter

aktivitas body rafting dan caving ini dikenal dengan istilah cave tubing .

Gambar 2.19. Kenampakan Goa Pindul

Goa Pindul terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian terang, remang- remang, dan bagian gelap. Stalaktit dan stalagmit mendominasi interior Goa Pindul. Di beberapa tempat terdapat pilar goa, yaitu stalaktit dan stalakmit yang sudah bertemu dan menjadi seperti sebuah tiang. Di salah satu lokasi terdapat sebuah tempat yang datar, kabarnya dahulu merupakan tempat pertapaan. Di goa ini terdapat tiga satwa yang dilindungi, yaitu Burung Sriti, Burung Walet, dan Kelelawar. Menurut pemandu, goa tersebut memang dibiarkan gelap tanpa penerangan untuk melindungi kelelawar yang hidup di dalamnya.

Jika kita menyusuri Goa Pindul, kita bisa menemukan adanya stalagmit dan stalaktit. Stalagmit terbentuk dari tetesan air yang dapat saja berasal dari air yang mengalir dan menetes kebawah, maka terjadilah stalagmit. Berdasarkan informasi, stalagmit di Goa Pindul adalah stalagmit terbesar nomor 4 di dunia. Ada juga stalagmit jantan yang Jika kita menyusuri Goa Pindul, kita bisa menemukan adanya stalagmit dan stalaktit. Stalagmit terbentuk dari tetesan air yang dapat saja berasal dari air yang mengalir dan menetes kebawah, maka terjadilah stalagmit. Berdasarkan informasi, stalagmit di Goa Pindul adalah stalagmit terbesar nomor 4 di dunia. Ada juga stalagmit jantan yang

Keindahan semakin lengkap dengan adanya ornamen di sepanjang dinding goa bagaikan mahakarya lukisan abstrak yang tak ternilai. Mata kelelawar yang bergelantungan menghiasi langit-langit goa. Terdapat juga tirai yang tersusun dari tetesan air di dinding goa.

2.2.6. Selokan Mataram Selokan Mataram merupakan kanal irigasi yang menghubungkan Kali Progo di Barat dan Sungai Opak di Timur. Masyarakat lebih mengenal nama populernya, Selokan Mataram ini terletak di D. I. Yogyakarta dan menjadi bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram.

Selokan Mataram memiliki panjang 31,2 km dan dibangun pada Masa Pendudukan Jepang. Kala itu, Jepang sedang menggalakkan Romusha untuk mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia ataupun untuk membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan perang Jepang melawan Sekutu di Pasifik. Di tengah gencar-gencarnya romusha, Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX berusaha untuk menyelamatkan warga Yogyakarta dari kekejaman romusha. Dengan berpikir cerdik, dia melaporkan kepada Jepang bahwa Yogyakarta adalah daerah minus dan kering, hasil buminya hanya berupa singkong dan gaplek. Dengan laporan tersebut Sri Sultan mengusulkan kepada Jepang agar warganya diperintahkan untuk membangun sebuah selokan saluran air yang menghubungkan Kali Progo di Barat dan Sungai Opak di Timur. Dengan demikian, lahan pertanian di Yogyakarta yang kebanyakan lahan tadah hujan dapat dialiri air pada musim kemarau sehingga mampu menghasilkan padi dan memasok kebutuhan pangan tentara Jepang.

Gambar 2.20. Kenampakan Selokan Mataram

Ternyata usulan Sri Sultan disetujui Jepang dan terbebaslah warga Yogyakarta untuk ikut romusha, melainkan dialihkan untuk membangun saluran alir yang sebenarnya untuk kemamkmuran warga juga. Selain itu, menurut legenda di masyarakat setempat, diceritakan bahwa Sunan Kalijaga pernah berujar bahwa Yogyakarta bisa makmur jika Kali Progo dan Sungai Opak bersatu. Namun ke dua sungai itu bukan bersatu secara alami, melainkan disatukan dengan saluran air. Pada kenyataannya, warga Yogyakarta sekarang lebih makmur daripada sebelum adanya Selokan Mataram dan selokan itu telah mengairi ribuan ha lahan pertanian yang saat ini masih menghijau pada saat musim kemarau.

2.2.7. Sabo (Bendungan Awan Panas)

Salah satu gunung teraktif di Indonesia adalah Gunung Merapi, letusan yang terus menerus pada Gunung Merapi akan menimbulkan kubah lava dengan volume yang cukup besar. Massa lava yang dikeluarkan dari Gunung Merapi dapat mencapai jutaan meter kubik, untuk itu Gunung Merapi ini bertipe eruption . Dengan tingkat intensitas Salah satu gunung teraktif di Indonesia adalah Gunung Merapi, letusan yang terus menerus pada Gunung Merapi akan menimbulkan kubah lava dengan volume yang cukup besar. Massa lava yang dikeluarkan dari Gunung Merapi dapat mencapai jutaan meter kubik, untuk itu Gunung Merapi ini bertipe eruption . Dengan tingkat intensitas

Gambar 2.21. Sabo Pasca Erupsi Gunung Merapi

Daerah produksi sedimen adalah daerah yang terletak pada lereng bagian hulu dengan kemiringan > 6%. Penanggulangan banjir lahar dingin pada daerah produksi sedimen ini dapat diantisipasi dengan cara membuat bangunan penahan sedimen, dam konsolidasi, dan pengarah aliran. Dengan dibuat bangunan ini, diharapkan dapat mengurangi besarnya aliran debris dan memperkecil kecepatan aliran tersebut.

Pada daerah transportasi sedimen, yaitu daerah yang memiliki kemiringan berkisar antara 3% - 6% yang merupakan daerah perkampungan dan pertanian, dapat diantisipasi dengan cara membangun Pada daerah transportasi sedimen, yaitu daerah yang memiliki kemiringan berkisar antara 3% - 6% yang merupakan daerah perkampungan dan pertanian, dapat diantisipasi dengan cara membangun

Sedangkan daerah endapan sedimen, yaitu daerah yang terletak pada bagian hilir dengan kemiringan < 3% dapat diatasi dengan membangun bangunan lumpur, dam konsolidasi, dan normalisasi aliran.

2.2.8. Waduk Sermo

Waduk Sermo adalah bendungan buatan yang berada di wilayah Kulonprogo. Selain sebagai infrastruktur irigasi dan PDAM, Waduk Sermo juga menjadi destinasi wisata alam di Kulonprogo. Waduk Sermo merupakan satu-satunya waduk yang ada di Provinsi DIY, dan telah menjadi salah satu objek wisata di Desa Hargowilis, Kabupaten Kulon Progo.

1. Bendungan

Bendungan adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendungan merupakan salah satu dari bagian bangunan utama. Bangunan utama adalah Bangunan air (Hydraulic structure) yang terdiri dari bagian- bagian: Bendung (Weir Structure) , Bangunan pengelak (Diversion Structure) , Bangunan pengambilan (Intake structure) , Bangunan pembilas (Flushing structure) , dan Bangunan kantong lumpur (Sediment trap-structure) .

Gambar 2.22. Kenampakan Waduk Sermo

Fungsi utama bendungan adalah untuk meningkatkan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure) , dan untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efisien, dan optimal (Mawardi & Memet, 2010).

2. Klasifikasi Bendungan

Adapun klasifikasi bendungan sebagai berikut:

1) Bendungan berdasarkan fungsinya

a. Bendungan penyadap aliran sungai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya.

b. Bendungan pembagi banjir, dibangun dipercabangan sungai untuk mengatur muka air sungai, sehingga terjadi pemisah antara debit banjir dan debit rendah sesuai dengan kapasitasnya.

c. Bendungan penahan pasang, dibangun dibagi sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut anatara lain untukmencegahmasuknya air asin.

2) Bendungan berdasarkan tipe strukturnya

a. Bendungan tetap, adalah jenis bendungan yang tinggi pembendungnya tidak dapat diubah, sehingga muka air hulu bendung tidak dapat diatur sesuai dengan yang dikehendaki. Bendungan tetap biasanya dibangun pada hulu sungai, kebanyakan tebing-tebing sungai relatif lebih curam dari pada di daerah hilir.

b. Bendungan gerak, bendungan gerak adalah jenis bendungan yang tinggi pembendungnya dapat diubah sesuai yang dikehendaki. Pada bendungan gerak elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai dengan b. Bendungan gerak, bendungan gerak adalah jenis bendungan yang tinggi pembendungnya dapat diubah sesuai yang dikehendaki. Pada bendungan gerak elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai dengan

3) Bendungan berdasarkan sifatnya

a. Bendungan permanen,seperti bendungan pasang batu, beton,

dan kombinasi beton danpasangan batu.

b. Bentuk semi permanen, seperti bendung broncong.

c. Bendung darurat, yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendungan tumpukan batu dan sebagainya (Mawardi & Mamet, 2010).

2.2.9. Pantai Glagah

Pantai Glagah merupakan salah satu pantai yang merupakan unggulan objek wisata pantai yang terdapat di Yogyakarta. Pantai yang terletak di Kabupaten Kulonprogo ini memiliki pemandangan yang sangat bagus dengan hamparan pasir besi yang menjadi andalannya. Di pantai tersebut terdapat laguna yang menjadi wisata tirta.

Gambar 2.23. Kenampakan Pantai Glagah

1. Teori Pantai

Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat (Triatmodjo, 1999).

a. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, dan angin laut.

b. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang tertinggi

c. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisnya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan pasang surut air laut.

d. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.

Menurut Dahuri (2003), pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir yang memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Sistem perakaran yang menancap tajam

b. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu tanah yang tinggi.

c. Menghasilkan buah yang dapat terapung.

2. Bentuk Pantai

Dahuri (2003) juga menjelaskan bahwa pantai-pantai yang terdapat di Indonesia secara morfologi terbagi atas tujuh bentuk:

1) Pantai terjal berbatu: Pantai bentuk ini biasanya terdapat dikawasan tektonik aktif yang tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca

2) Pantai landai dan datar: Pantai tipe ini ditemukan di wilayah yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertiakal.Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan lahan basah lainnya.

3) Pantai dengan bukit pasir: Pantai dengan bukit pasir terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horiziontal.Mekanisme transportasi tersebut terjadi karena dukungan oleh gelombang yang besar dan arus yang menyusur pantai yang dapat menyuplai sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya.

4) Pantai beralur: Proses pembentukan pantai beralur lebih ditentukan oleh faktor gelombang daripada angin. Gelombang yang pecah akan menciptakan arus yang menyusur pantai yang berperan dalam mendistribusikan sedimen. Proses penutupan berlangsung cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yang berasal dari erosi angin.

5) Pantai lurus di dataran pantai yang landai: Pantai lurus di dataran pantai yang landai ini ditutupi oleh sedimen berupa lumpur hingga pasir kasar.Pantai tipe ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan berbukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan).

6) Pantai berbatu: Pantai dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas.Berbeda dengan komunitas pantai berpasir, dimana organismenya hidup di bawah substrat sedangkan komunitas organisme pada pantai berbatu hidup di permukaan.Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, khususnya di habitat intertidal di daerah angin (temperate) dan subtropik.

7) Pantai yang terbentuk karena adanya erosi: Pantai yang terbentuk karena adanya erosi disebabkan oleh adanya sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengendap di daerah pantai. Pantai yang terbentuk akibat adanya endapan ini dapat mengalami perubahan musim ke musim, baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam.

3. Breakwater

Pemecah ombak atau dikenal juga sebagai pemecah gelombang atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Breakwater adalah prasarana yang dibangun untuk memecahkan ombak atau gelombang dengan menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenagkan gelombang di pelabuhan sehingga kapal dapat merapat di pelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.

Breakwater dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Pada tipe pertama digunakan untuk perlidungan perairan pelabuhan, dan pada tipe yang kedua banyak digunakan untuk perlindungan pantai sebagai erosi.

Breakwater dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan di belakang bangunan. Endapan ini dapat menghalang transport sedimentasi sepanjang pantai.