Hasil Panen Pertama

F. Hasil Panen Pertama

Hasil panen merupakan suatu indikator yang berpengaruh terhadap suatu hasil pada tanaman. Hasil panen tomat ini dibagi menjadi dua penggolongan yaitu buah layak dan tidak layak karena dalam panen banyak buah yang rusak akibat serangan hama atau penyakit.

1. Buah layak

Pada pengamatan hasil panen buah layak atau sehat berdasarkan uji F meununjukan tidak berbeda nyata baik jumlah dan berat buah (lampiran 2). Jumlah buah yang dihasilkan setiap perlakuan hampir sama. Pada gambar 11. pada aplikasi cuka kayu hasilnya menunjukan hampir sama dan hasilnya lebih bagus dari kontrol. Sutrisno dan Mardiantino (2012), menyatakan aplikasi cuka kayu selain merangsang pertumbuhan pada sayuran juga dapat mempertinggi kualitas dan memperbanyak buah.

Gambar 12. Jumlah buah tomat layak pada panen pertama Keterangan: Angka pada histogram yang diikuti huruf yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%

Jumlah Buah Layak

Jumlah Buah Layak

11, 33 b

4,33 a

8,5 ab

8,83 ab

7,67 ab 7,67 ab

Jumlah buah layak yang didapatkan kemudian dilakukan penimbangan berat buah. Pada tabel 7 ditunjukan berat hasil panen pertama buah tomat yang layak. Tabel 7. Berat buah tomat layak pada panen pertama

Perlakuan

Rata-rata Berat buah layak (gr)

Kontrol

123.72 a Cuka kayu dengan konsentrasi 2,5%

195.27 a Cuka kayu dengan konsentrasi 5%

222.5 ab Cuka kayu dengan konsentrasi 10%

240.5 ab

Petak Pembanding

303.83 b Keterangan: Angka-angka pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%. Berdasarkan uji F aplikasi cuka kayu tidak berpengaruh nyata terhadap berat hasil panen pertama buah tomat layak. Hasil ini berkaitan dengan jumlah buah layak yang dihasilkan, dimana jumlah terbanyak diperoleh pada petak pembanding sehingga berat buah tertinggi juga diperoleh pada petak pembanding yaitu 303.83 gr. Namun pada aplikasi cuka kayu 10% juga memperoleh hasil yang terbaik dari perlakuan cuka kayu 5%, 2,5% dan kontrol yaitu sebesar 240.05 gr. Pada petak pembanding berbeda nyata dengan kontrol ini dikarenakan sistem budidaya tomat secara organik ini baru pertama kali diterapkan sehingga produktifitas tanaman tomat belum maksimal.

Pada aplikasi cuka kayu 10%, 5% dan 2,5% jumlah buah layak diperoleh hasil yang tidak beda nyata yaitu dengan jumlah 8,5 buah, 8,83 buah, dan 7,67 buah sedangkan pada berat buah layak juga tidak terdapat beda nyata yaitu pada aplikasi cuka kayu konsentrasi 10% diperoleh berat 240,5 gr, aplikasi cuka kayu konsentrasi 5% diperoleh berat 222,5 gr dan aplikasi cuka kayu konsentrasi 2,5% diperoleh berat 195,27 gr. Hasil ini menunjukan bahwa Pada aplikasi cuka kayu 10%, 5% dan 2,5% jumlah buah layak diperoleh hasil yang tidak beda nyata yaitu dengan jumlah 8,5 buah, 8,83 buah, dan 7,67 buah sedangkan pada berat buah layak juga tidak terdapat beda nyata yaitu pada aplikasi cuka kayu konsentrasi 10% diperoleh berat 240,5 gr, aplikasi cuka kayu konsentrasi 5% diperoleh berat 222,5 gr dan aplikasi cuka kayu konsentrasi 2,5% diperoleh berat 195,27 gr. Hasil ini menunjukan bahwa

2. Buah tidak layak

Buah tomat yang dipanen terdapat buah yang tidak layak. Buah yang tidak layak yaitu buah tomat yang kondisi fisiknya sudah rusak terserang hama atupun terserang penyakit. Buah yang dalam keadaan seperti gambar 12. merupakan contoh buah yang tidak layak.

Gambar 13. Buah tomat yang diserang hama dan buah tomat yang terserang

hama membusuk karena infeksi. Serangan ulat buah H. amigera menyebabkan buah menjadi berlubang. Ulat ini menyerang tomat yang masih muda, sehingga apabila buah sudah tua tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena infeksi (Bernadinus dan Wahyu, 2002). Seperti yang terlihat pada Gambar 12 B. buah tomat membusuk karena terdapat serangan dari H. amigera yang kemudian terinfeksi oleh bakteri. Berdasarkan uji F pada hasil panen buah tidak layak baik jumlah maupun beratnya menunjukan sangat beda nyata terhadap petak pembanding dengan kontrol dan aplikasi cuka kayu 10%, 5%, dan 2,5%.

Gambar 14. Jumlah buah tidak layak pada panen pertama Keterangan: Angka pada histogram yang diikuti huruf yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5% Berdasarkan Gambar 14. menujukan bahwa jumlah buah tidak layak paling tertinggi pada petak pembanding sedangkan pada kontrol yaitu 5,17 buah, aplikasi cuka kayu 10%, 5% dan 2,5% tidak berbeda nyata karena sistem budidaya organik lebih tahan terhadap serangan hama daripada sitem budidaya konvensional sehingga hasil panen buah tidak layak tidak memberikan perbedaan pada sistem budidaya organik. Pada tabel 8 juga bisa dilihat bahwa berat hasil panen pertama buah tomat tidak layak menunjukan beda nyata antara aplikasi cuka kayu 10%, 2,5%, 5%, dan kontrol terhadap petak pembanding. Tabel 8. Berat buah tomat tidak layak pada panen pertama

Perlakuan

Rata-rata berat buah tidak layak (gr) Cuka kayu dengan konsentrasi 10%

Cuka kayu dengan konsentrasi 2,5%

Cuka kayu dengan konsentrasi 5%

30.27 b

Petak Pembanding

78.94 c

Keterangan: Angka-angka pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%. Berdasarkan uji F aplikasi cuka kayu berpengaruh sangat nyata terhadap berat hasil panen pertama buah tomat tidak layak. Hasil ini berkaitan dengan jumlah buah tidak layak yang dihasilkan, dimana jumlah terbanyak

Jumlah Buah Tidak Layak

5,17 b

1,17 a

0a

2a

1,5 a

juga diperoleh pada petak pembanding yaitu 78,94 gr. Sedangkan pada aplikasi cuka kayu 10% diperoleh hasil yang terbaik karena tidak terdapat buah tomat yang tidak layak. Sedangkan pada kontrol juga berbeda nyata terhadap petak pembanding. Hal ini dikarenakan pada sistem budidaya organik tanaman lebih tahan terhadap serangan hama maupun penyakit, sehingga buah tomat yang rusak atau tidak layak juga sedikit ditemukan pada tanaman yang dibudidayakan secara organik. Taulu (2010), menyatakan bahwa dengan sistem budidaya organik tingkat serangan hama maupun penyakit lebih rendah pada tanaman yang diberi pupuk kompos. Kandungan K yang cukup tinggi pada kompos yang diserap tanaman menyebabkan tanaman menjadi lebih kokoh sel- selnya menyebabkan serangga kurang menyukai tanaman tersebut akibatnya tingkat serangan hamanya menjadi rendah. Demikian pula dengan semakin kokoh sel-sel tanaman, tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan penyakit.

Aplikasi cuka kayu 10% memberikan hasil yang paling baik karena tidak terdapat buah yang tidak layak pada hasil panen ini dikarenakan pada aplikasi cuka kayu 10% mampu mengendalikan hama pada tanaman tomat. Pada aplikasi cuka kayu 10% merupakan konsentrasi yang pekat sehingga senyawa-senyawa yang terkandung pada cuka kayu dapat mengendalikan hama yang menyerang buah tomat. Nurhayati (2000), menyatakan bahwa cuka kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida. Hal ini didasarkan pada komponen kimia destilatnya yang relatif sama dengan formula kimia yang terdapat pada jenis pestisida tertentu.