IMPLEMENTASI PEMIDANAAN TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) DI PENGADILAN NEGERI KABUPATEN MADIUN

IMPLEMENTASI PEMIDANAAN TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) DI PENGADILAN NEGERI KABUPATEN MADIUN

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh : DANNI SEPGAVIA NIM E 0008312 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERNYATAAN

Nama

: Danni Sepgavia

NIM

: E0008312

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

IMPLEMENTASI

PEMIDANAAN

TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) DI PENGADILAN

NEGERI KABUPATEN MADIUN adalah betul-betul karya sendiri. Hal- hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 27 Juli 2012 yang membuat pernyataan,

Danni Sepgavia NIM. E0008312

ABSTRAK

Danni Sepgavia, E.0008312. 2012. IMPLEMENTASI PEMIDANAAN TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) DI

PENGADILAN NEGERI KABUPATEN MADIUN. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai bagaimana pelaksanaan pemidanaan terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif.Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis pendekatan terpancang.Jenis data yang penelitian yang digunakan meliputi data primer yang diperoleh langsung dari Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun dan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan.Teknik pengumpulan data penelitan yang digunakan adalah studi dokumen/ studi kepustakaan, dan wawancara.Tekn ik analisis data adalah analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, alasan aturan pemidanaan dalam KUHP tidak diterapkan pada ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun adalah karena aturan pemidanaan anak pada KUHP telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak meskipun tidak menutup kemungkinan digunakannya aturan hukum yang terdapat pada KUHP baik Buku I, Buku II, maupun Buku III KUHP ataupun aturan hukum lain diluar Undang-undang tersebut (lex specialis derogat lex generalis). Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun dalam menjatuhkan pidananya sepenuhnya memperhatikan aturan induk pemidanaan ABH pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, namun jenis pidana yang dijatuhkan dari sample yang diambil pada tahun 2011 paling ringan adalah berupa pidana penjara, pidana denda subsider wajib latihan kerja selama 90 hari atau pidana kurungan, serta perampasan barang tertentu. Hakim Anak juga memberikan bentuk pemenuhan hak-hak pada ABH berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Kata Kunci:Pemidanaan, Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), Pengadilan

ABSTRACT

Danni Sepgavia,

E.0008312. 2012.

IMPLEMENTATION OF PUNISHMENT AGAINST CHILDREN DEALING WITH LAWS (ABH) IN

MADIUN COUNTY DISTRICT COURT. The Faculty of Law, Sebelas Maret University, 2012.

The aim of this research is to know in depth about how the implementation of punishment against children dealing with laws (ABH). This research is the empirical law research of descriptive. The approach of this research used qualitative and the type of approach rooted approach. The types of data used in this research include primary data obtained directly from the Madiun County District Court and secondary data obtained from a library research. Techniques of data collection used in this research are the study of documents/studies library and interviews. Techniques of data analysis are qualitative descriptive analysis.

Based on the results of research and discussion, the reason for the rules in the criminal code does not apply to punishment in ABH in Madiun County District Court is due to rule on child’s punishment of the Criminal Code had been repealed and replaced by Act No. 3 of 1997 concerning juvenile court nevertheless it is possible that the rules in the criminal code on Book I , Book II or Book III are used, the other rulees of law except that on Act can be also applied (lex derogat lex generalis specialists). Juvenile’s Judge of Madiun County District Court in deciding the criminal, it takes fully notice of the main rule of punishment in ABH on Act No. 3 of 1997 concerning juvenile court, however this type of criminal that was decided from the sample taken in 2011 the mildest in the form of imprisonment, criminal fines with subsider by compulsary excercise for 90 days or criminal captivity, and deprivation of particular goods. The judge also gave the fulfilment of children's rights in ABH on the basis of Act No. 3 of 1997 concerning juvenile court.

Keywords: Punishment, Children are dealing with law ( ABH ), Madiun County District Court.

MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan. “ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “ ( TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid )

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah: 153)

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya. (anonim)

Bukan kurangnya pengetahuan yanng menghalangi keberhasilan, tetapi tidak cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdasnya pemikiran yang melambatkan perubahan hidup, tetapi kurangnya penggunaan dari pikiran dan kecerdasan (Mario Teguh)

Ketika kamu merasa terpuruk, maka yakinlah itu adalah pilihan terbaik yang diberikan Allah pada kita, syukuri dan nikamti (anonim)

I’m The Winner.

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menjaga, memberikan kasih sayang dan nikmat pada penulis dalam segala keadaan dan tiada batas.

Ayahanda tercinta Gunawan dan ibunda tercinta Esti Sumunaring T. yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, dan semangat tiada akhir.

Adikku terkasih Noka Genadio Saputra yang selalu memberi semangat dan keceriaan tiada henti.

Semua teman-teman terdekat penulis yang selalu ikhlas berteman dengan penulis, membantu, menyemangati, berbagi suka dan duka serta pengalaman yang mewarnai hari-hari penulis.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Esa karena atas rahmat dan kasih sayang yang dikaruniakan kepada penulis, memberikan penulis kekuatan dalam segala keadaan, baik dalam keadaan suka maupun dalam duka untuk dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan judul“Implementasi Pemidanaan Terhadap Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH) di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun” dengan baik dan lancar. Penulisan hukum ini disusun dan diajukan penulis untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan hukum ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dan kerjasama dari banyak pihak yang membantu penulis selama menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS). Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maretbeserta seluruh Pembantu Rektor;

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

3. Dr. Hari Purwadi,S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum UNS Bidang Akademik yang telah banyak membantu penulis dalam hal akademis selama studi di Fakultas Hukum UNS;

4. Sabar Slamet, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum UNS serta pembimbing akademik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum UNS;

5. Prof. Dr. Supanto, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu dan ilmu untuk memberikan b imbingan, masukan, arahan, pengetahuan, dan dukungan sehingga mempermudah penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini.

6. Ismunarno, S.H.,M.Hum. selaku Co. Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, ilmu dengan memberikan nasehat, saran dan koreksi-koreksi yang sangat bermanfaat dalam membimbing penulis sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.

7. Siti Warsini, S.H., M.H. selaku Ketua Dewan Penguji skripsi penulis yang telah menguji penulis dan memberikan wejangan akhir pada penulis supaya penulis menjadi pribadi yang profesional dan bermoral untuk kedepannya.

8. Bambang Hermanto, S.H., M.H. selaku Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di instansi tersebut, dan Agung Nugroho, S.H. selaku Hakim yang ditunjuk sebagai narasumber yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesabaran membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Gunawan dan Esti Sumunaring T. yang tercinta sebagai orang tua penulis, yang dengan sepenuh hati dan tanpa kenal lelah mencurahkan kasih sayang, yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil kepada penulis dan menjadi penyemangat bagi penulis baik dalam keadaan suka maupun duka dan sebagai motivator untuk menyelesaikan tulisan ini.

10. Noka Genadio Saputra sebagai saudara kandung penulis. Berjuang bersama- sama mewujudkan cita-cita sebagai anak untuk membahagiakan kedua orang tua. Dukungan moril dari mereka sangat membantu mengerjakan tulisan ini baik dalam keadaan suka maupun duka.

11. Keluarga besar Partowidjoyo yang selalu memberikan semangat dan kekuatan moril serta motivasi bagi penulis untuk meraih cita-cita dan memberikan keceriaan bagi penulis disaat penulis sedang mengalam i masa-masa sulit.

Y.H, Goestania Firstka Putri, Very Puspita, Raditya Gumelar, Hamdan Suqya, Mifta Adi Nugraha, Johan Candra Setiawan, Fransiska Phuda Yusana, Hayushri Hawignam Astu yang memberikan semangat dan memberikan warna

bagi penulis, membantu penulis dalam menghadapi kesulitan dan memberikan keceriaan.

13. Keluarga besar KSP Principium dan Keluarga Besar Fosmi Fakultas Hukum UNS yang telah mengajarkan banyak hal dalam menghadapi problema kehidupan, memberikan keceriaan bagi penulis dan memberikan bantuan tanpa kenal pamrih.

14. Keluarga besar Griya Biru Monica, Corie Pardosi, Nensi Anggrain i, Putri Satriany, Rahajeng Gienovita, Febi Indrayati, Putri Aji Dwi Jayani dan Norma yang selalu memberikan keceriaan, semangat bagi penulis dalam menjalani keseharian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

15. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah membantu penulis selama menimba ilmu baik di kelas maupun di luar kelas Fakultas Hukum UNS.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

Penulis sadar bahwa karena keterbatasan kemampuan penulis, maka penulisan hukum ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang menunjang kesempurnaan penulisan hukum ini.Penulis berharap agar penulisan hukum ini kelak dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pihak yang membutuhkan.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Surakarta, 27 Juli 2012

Penulis

a. Pengertian ABH ……………………………….. ......

b. Sistem pemidanaan pada ABH …...…………… ......

B. Kerangka Pem ikiran .................................................................

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................

1. Deskripsi Lokasi......................................................

2. Alasan Aturan Pemidanaan Dalam KUHP

Tidak Diterapkan Pada ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun......................................................... 48

3. a. Jenis-Jenis Pidana Yang Dijatuhkan Hakim Anak Pada ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun ...............................................................................

b. Hak-hak ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun .............................................

B. Pembahasan ............................................................................

1. Alasan Aturan Pemidanaan Dalam KUHP

Tidak Diterapkan Pada ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun ...................................................

2. Jenis Pidana yang dijatuhkan terhadap ABH

dan bentuk pemenuhan hak-hak ABH dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun ....................................................

70 BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................

B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

87 LAMPIRAN ........................................................................................

DAFTAR BAGAN

Bagan1.: Skema Interaktif Model Analisis …………………………….

13

Bagan 2: Skematik Kerangka Pemikiran ………………………………. 41

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matrik Pelaksanaan Pemidanaan terhadap ABH

di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun …............………….

54

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Fotocopy Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun

Lampiran II: Fotocopy Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun

Lampiran III: Fotocopy Putusan No. 455/P id..B/2011/PN.Kb.Mn Atas Nama Terdakwa Sugianto Als. Ganden bin Maelan

Lampiran IV:

Fotocopy Penelitian

Kemasyarakatan

Untuk Sidang Pengadilan Negeri No. BKA/ 162/ IX/ 2011 Atas Nama Klien Sugianto Als. Ganden

Lampiran V: Fotocopy Putusan No. 523/Pid.B/2011/PN.Kb.Mn Atas Nama Terdakwa I Rohmat Hidayat bin Abdul Sayid dan Terdakwa II Lukas Suko Ahmadi bin Edy Suyitno

Lampiran VI:

Fotocopy Penelitian

Kemasyarakatan

Untuk Sidang Pengadilan Negeri No. BKA/ 208/ XI/ 2011 Atas Nama Klien Rohmadi Hidayat

Lampiran VII:

Fotocopy Penelitian

Kemasyarakatan

Untuk Sidang Pengadilan Negeri Atas No. BKA/ 209/ XI/ 2011 Atas Nama Klien Lukas Suko Ahmadi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan kemajuan budaya dan iptek, perilaku manusia di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Perilaku yang sesuai dengan norma (hukum) tidak menjadi masalah, namun untuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma (hukum) hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan masyarakat.

Perilaku tersebut dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati dan membuat terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia. Penyelewengan itu disebut pelanggaran dalam kehidupan masyarakat dan bahkan bisa disebut sebagai suatu kejahatan. Kejahatan merupakan suatu gejolak sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap orang, masyarakat, dan negara (Bambang Waluyo, 2000: 3). Semakin tinggi kemampuan manusia maka semakin tinggi pula kecanggihan kejahatan yang dilakukan manusia. Saat ini, kejahatan tidak hanya berdimensi nasional namun juga internasional. Kerugian yang besar dan meluas menjadi tanggung jawab negara. Kejahatan tidak hanya dilakukan secara personal atau perorangan namun sudah bersifat kelompok dan terorganisasi.

Bentuk antisipasi atas kejahatan yaitu berupa efektifitas melalui penegak hukum, dengan tujuan perilaku yang melanggar hukum dapat ditanggulangi baik secara preventif maupun represif. Di Indonesia, penjatuhan pidana yang dilakukan hanya semata-mata bersifat balas dendam dengan memberikan efek jera pada pelaku kejahatan, seharusnya dalam penjatuhan pidana harus memberikan bimbingan dan pengayoman. Pengayoman dilakukan tidak hanya pada korban kejahatan namun juga pada pelaku serta masyarakat (Penjelasan atas Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak).

Sebagai pengaruh atas perkembangan iptek, kemajuan budaya, dan perkembangan pembangunan pada umumnya, bukan hanya orang dewasa, tapi anak-anak juga terperosot melanggar norma (hukum). Pola konsumerisme dan asosial yang makin lama dapat mengarah kepada tindakan kriminal, seperti konsumsi ekstasi, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosaan, dan sebagainya. Pada kondisi demikian, anak sebagai buah hati orang tua sering dilupakan kasih sayang, bimbingan, pengembangan sikap dan perilaku, serta pengawasan orang tua. Perilaku tersebut, dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat (Maidin Gultom, 2010:55). Menurut Penjelasan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan yang strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selarasa dan seimbang. Oleh karena itu, dalam menghadapi masalah anak, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan, dan pengembangan perilaku anak tersebut.

Ketika anak melakukan suatu tindak pidana, perbuatan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka, karena menurut penulis secara psikologis dan kemampuan berfikir mereka belum tumbuh dengan sempurna. Secara kejiwaan, masa anak-anak adalah periode yanng rentan. Anak belum mandiri, belum memiliki kesadaran penuh, serta kepribadian yang belum stabil atau belum terbentuk secara utuh. Keadaan psikologis masih labil tidak independen, dan gampang terpengaruh. Perbuatan yang dilakukan anak tidak sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan oleh anak itu sendiri, karena anak bukan pelaku murni melainkan juga dapat dipandang sebagai korban. Anak tidak seharusnya dihadapkan pada sistem peradilan jika ada cara yang lebih tidak menekan untuk menangani perbuatan yang melawan hukum (DS. Dewi dan Fatahillah A. Syukur, 2011: 2). Mengingat ciri dan sifat anak yang khas, maka dalam menjatuhkan pidana atau tindakan terhadap ABH diusahakan agar anak dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya.

Hakim Anak dalam menjatuhkan putusan pemidanaan memperhatikan Pasal 22 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 ditegaskan bahwa “Terhadap Anak Nakal hanya dapat dijatuhkan hukuman pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-undang ini”. Namun dalam prakteknya masih jarang ditemui Hakim yang memutus ABH dengan tindakan. Sebagian besar masih mejatuhkan pidana pada ABH bahkan pidana penjara. Padahal sumber hukum pengaturan mengenai pemidanaan terhadap ABH sama yaitu Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengad ilan Anak, dan dalam prakteknya bisa terjadi pemidanaan yang berbeda pada ABH. Hakim memiliki beban dan tanggung jawab untuk memutus dan menegakkan keadilan. Untuk mencapai nilai keadilan tersebut diperlukan penilaian yang optimal, cermat, arif dalam memutus suatu perkara khususnya perkara pidana anak. Keberadaan pertimbangan yuridis sangat diperlukan dalam memutus suatu perkara pidana anak, namun Hakim juga harus mempertimbangkan pada pertimbangan non-yuridis. Karena nilai keadilan dan kebenaran tidaklah cukup diukur dengan nilai kerugian, dampak perbuatan, kebenaran hukum seringkali diartikan bermuatan politik. Hal ini yang akan menimbulkan kerugian pada masa depan anak. Dengan begitu perlu adanya pertimbangan non-yuridis seperti kriminologi, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan psikologis yang melatrbelakangi mengapa pelaku sampai melakukan tindak pidana tersebut (Bunadi Hidayat, 2010: 13).

Orientasi pidana selalu bertujuan untuk melakukan pembalasan dan pemenuhan tuntutan kemarahan publik atas perbuatan yang dilakukan pelaku. Harusnya dalam penjatuhan hukuman menekankan pentingnya solusi untuk memperbaiki keadaan, merekonsiliasi para pihak dan mengembalikan harmoni pada masyarakat, disamping tetap menuntut pertanggungjawaban. Apalagi dalam hal ini, anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi kesejahteraannya. Persoalannya bukan pada beratnya pemidanaan sebagai bentuk pelampiasan balas dendam terhadap pelaku, tetapi untuk memperbaiki atau mengganti kerugian atau luka-luka yang disebabkan oleh kejahatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Roger Matthews bahwa, “the growth of what has been refferd to as the victim movement and the emergence of victim support has Orientasi pidana selalu bertujuan untuk melakukan pembalasan dan pemenuhan tuntutan kemarahan publik atas perbuatan yang dilakukan pelaku. Harusnya dalam penjatuhan hukuman menekankan pentingnya solusi untuk memperbaiki keadaan, merekonsiliasi para pihak dan mengembalikan harmoni pada masyarakat, disamping tetap menuntut pertanggungjawaban. Apalagi dalam hal ini, anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi kesejahteraannya. Persoalannya bukan pada beratnya pemidanaan sebagai bentuk pelampiasan balas dendam terhadap pelaku, tetapi untuk memperbaiki atau mengganti kerugian atau luka-luka yang disebabkan oleh kejahatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Roger Matthews bahwa, “the growth of what has been refferd to as the victim movement and the emergence of victim support has

Sebagai contoh terdapat perbedaan dalam menjatuhkan pemidanaan terhadap ABH di beberapa wilayah hukum di Indonesia antara lain contoh kasus yang baru saja terjadi di Pengadilan Kota Pematangsiantar, terdapat empat orang anak di bawah umur divonis penjara 1 bulan 17 hari karena terbukti melakukan tindak pidana perjudian. Hakim menjatuhkan putusan lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) selama 2 bulan penjara. Vonis yang dijatuhkan itu sesuai dengan masa penahanan yang sudah dijalani keempat anak tersebut. Putusan Hakim tersebut dinilai Komnas Perlindungan Anak sudah memenuhi prinsip keadilan restorasi. Salah satu pertimbangan Hakim yaitu membuat efek jera agar kasus serupa tidak terulang kembali (Js. 10 November 2011. website Ekspos News). Selain itu terdapat kasus tindak p idana anak yang terjadi di Palu. Hakim tunggal dalam peradilan anak, Pengadilan Negeri Palu, menyatakan bersalah kepada terdakwa AAL (15 tahun), terdakwa anak dalam kasus pencurian sandal merk Ando. Terdakwa AAL dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP. Hakim tunggal pengadilan anak Romel Tampubolon SH menyatakan terdakwa diberi tindakan untuk dikembalikan kepada orangtuanya . Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara melihat pertimbangan sisi yuridis dan pertimbangan non-yuridis, dimana pertimbangan keadilan dan nilai ekonomis dari barang yang dicuri sehingga Hakim lebih mengedepankan hati nurani dan menjatuhkan putusan terdakwa yaitu dikambalikan kepada orang tuanya (Hanif/Radar Sulteng/Jpnn. 05 januari 2012. Website JawaPos Group Online). Dari contoh kasus tersebut, maka dapat dilihat bahwa tidak semua Hakim dalam memutus suatu perkara pidana anak memperhatikan pertimbangan yuridis, namun pertimbangan non-yuridis juga menjadi salah satu pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan Putusan pada perkara pidana ABH.

Apabila proses pidana memang harus dilakukan, pengadilan memberikan dispensasi hukuman kepada anak, setengah dari ancaman pidana yang dijatuhkan kepada orang dewasa. Melalui Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 diatur

orang dewasa. Perbedaan itu bukan merupakan suatu penyimpangan, ketentuan tersebut dikarenakan untuk menjaga pertumbuhan, dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang bagi anak. Sebelum lahir Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, telah digunakan KUHP khususnya terdapat dalam Pasal 45, 46, 47 KUHP yang mengatur tentang pemidanaan pada anak. Namun ketentuan dalam KUHP tersebut telah dicabut dan digantikan dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Terdapat kekhususan dan hal-hal yang relatif baru sebagaimana diatur dalam Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut, hal ini telah melahirkan perbedaan dalam proses pidana dan pemidanaan. Perbedaan itu melingkupi hal yang berkaitan dengan jenis-jenis pidana dan tindakan maupun prosedur pemidanaan. Dalam hal itu terdapat perbedaan jenis pidana dan tindakan yang dapat dijatuhkan kepada orang dewasa dan anak nakal. Demikian pula proses peradilannya bagi anak nakal menjadi wewenang Pengadilan Anak(Bambang Waluyo, 2000:5).

Berdasarkan uraian d i atas maka penulis akan membahas dan meneliti lebih mendalam pelaksanaan pemidanaan terhadap anak berhadapan dengan hukum (ABH), penulis bermaksud meneliti masalah tersebut dengan judul:

“IMPLEMENTASI PEMIDANAAN TERHADAP ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) DI PENGADILAN NEGERI KABUPATEN MADIUN”

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian yang penting di dalam suatu penelitian hukum, agar terarah dan tujuan tidak menyimpang dari pokok pembahasan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka penulis merumuskan masalah untuk dikaji lebih mendalam, yaitu:

1. Mengapa aturan pemidanaan dalam KUHP tidak diterapkan pada ABH di

2. Jenis pidana apa sajakah yang dijatuhkan terhadap ABH dan bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak ABH dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam penulisan hukum tentunya memiliki suatu tujuan penelitian yang ingin dicapai untuk mengarahkan pada perumusan masalah. Tujuan penelitian ditemukan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut (Soerjono Soekanto, 2010:118-119). Dalam penelitian terdapat dua macam tujuan, yaitu tujuan obyektif dan tujuan subyektif.

Dan tujuan dalam penulisan hukum yang dilakukan penulis yaitu:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui alasan Hakim tidak menerapkan aturan pemidanaan dalam KUHP pada ABH.

b. Untuk mengetahui jenis pemidanaan yang dijatuhkan terhadap ABH dan mengetahui bentuk pemenuhan hak-hak ABH dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah, memperluas, wawasan dan pengetahuan serta kemampuan Penulis dibidang Hukum Pidana khususnya mengenai pemidanaan terhadap ABH.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar akademik Sarjana dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan suatu manfaat baik bagi penulis sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat penelitian ini dikelompokkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis 1. Manfaat Teoritis

b. Hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat menambah referensi di bidang penulisan ilmiah dan dapat dipakai sebagai bahan penelitian sejenis di masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti dan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada para pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait langsung dengan penelitian ini.

b. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan pola pikir ilmiah, serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilm iah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu (Soerjono Soekanto, 2010:42).

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto, 2010:43). Untuk mendapatkan data dan penelitian yang bulat dan utuh dalam rangka memberikan uraian dan gambaran mengenai implementasi pemidanaan terhadap anak berhadapan dengan hukum (ABH) di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun, maka dipergunakan suatu metode penelitian yang sesuai. Dalam penelitian hukum ini metode penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud mengetahui gejala lainnya dengan cara meneliti langsung ke lapangan (Soerjono Soekanto, 2010:10). Dalam penelitian ini yang ingin dikaji adalah mengenai implementasi pemidanaan terhadap ABH Di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sudut sifatnya, dikenal adanya:

a) Penelitian eksploratoris, yaitu penelitian yang dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang diselidiki masih kurang sekali atau bahkan tidak ada;

b) Penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya;

c) Penelitian eksplanatoris, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk

menguji hipotesa-hipotesa tertentu (Soerjono Soekanto, 2010:10).

Sifat penelitian dalam penulisan hukum ini adalah deskriptif. Karena, penulis memberikan data yang seteliti mungkin mengenai keadaan atau gejala-gejala hukum yang akan dikaji. Penulis memaparkan hasil penelitian tentang implementasi pemidanaan terhadap ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

3. Pendekatan Penelitian Penelitian empiris memang merupakan salah satu model penelitian kualitatif (Heribertus Sutopo, 2002:16). Ada dua jenis pendekatan dalam penelitian kulitatif, yaitu:

a. Pendekatan holistik, yang mengarahkan studi pada subyeknya secara menyeluruh dengan berbagai aspeknya, tanpa memilih (etnografis, grounded).

b. Pendekatan terpancang, yang memusatkan studi pada aspek yang dipilih berdasarkan kepentingan, tujuan, dan minat penelitiannya, yang sering disebut dengan studi kasus (Heribertus Sutopo, 2002:90).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan terpancang, penulis melakukan studi di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Penulis memilih studi ini berdasarkan kepentingan untuk mengetahui implementasi pemidanaan terhadap ABH.

4. Jenis Peneitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian atau yang diperoleh langsung dari responden yang berupa keterangan atau fakta-fakta (Soerjono Soekanto,2008:12). Adapun data tentang penelitian ini diperoleh dari Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data primer yang diperoleh dari studi kepustakaan yaitu membaca dan mempelajari buku-buku, literatur, studi dokumen, dan internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti misalnya instrumen hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan seperti KUHP, buku-buku yang berkaitan dengan pemidanaan ABH.

5. Sumber Data

a. Sumber Data primer Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu Kantor Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.narasumber yang dimintai keterangan peneliti yaitu Agung Nugroho, S.H. selaku Hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun sebagai pembimbing penelitian di a. Sumber Data primer Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu Kantor Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.narasumber yang dimintai keterangan peneliti yaitu Agung Nugroho, S.H. selaku Hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun sebagai pembimbing penelitian di

1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki (Soerjono Soekanto, 2010:52). Dalam penelitian ini bahan hukum primer penulis yang digunakan adalah:

a) Undang-undang Dasar Nergara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);

c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata);

d) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);

e) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

f) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak Bagi Anak Yang mempunyai Masalah;

g) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak;

h) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak;

i) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak; j) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia; k) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Peradilan

Umum;

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, serta yurisprudensi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan tersier seperti kamus, ensiklopedia (Soerjono Soekanto, 2010:52).

6. Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi , dan wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2010:21). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen dan wawancara atau interview.

a. Studi dokumen atau bahan pustaka Studi dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka lainnya. Penulis mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen, buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah dan bahan pustaka lainnya berbentuk data tertulis yang diperoleh di lokasi penelitian atau di tempat lain.

b. Wawancara atau interview Metode ini merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data, baik lisan maupun tertulis atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan. Wawancara ini penulis lakukan dengan Hakim yang berkompeten dalam Pidana Anak yaitu Agung Nugroho, S.H.

7. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J Maleong, 2002:103).

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis ialah model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis). Teknik model analisis interaktif adalah suatu teknik analisis data yang melalui 3 alur komponen pengumpulan data, yaitu:

a. Reduksi data Kegiatan yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari a. Reduksi data Kegiatan yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari

b. Sajian data Data yang telah di seleksi menjadi lebih sempit lagi dari hasil wawancara sesuai dengan permasalahan yang diteliti kemudian disajikan dalam bentuk sebuah uraian deskriptif, yaitu uraian hasil penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan yaitu di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

c. Penarikan simpulan/ verifikasi Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat. Hingga akhirnya peneliti menarik simpulan. (HB. Sutopo, 2002:37). Pada penelitian ini, setelah data diseleksi menjadi lingkup yang lebih sempit lagi sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan telah disajikan dalam bentuk uraian deskriptif, maka dari uraian tersebut peneliti menarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.

Berikut ini penulis berikan ilustrasi bagan dari tahap analisis data:

Bagan 1: Skema Interaktif Model Analisis

Reduksi data Sajian data

Penarikan simpulan/verifikasi

Pengumpulan

data

Model analisis data tersebut, ketiga komponen analisis berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data. Penulis menyusun catatan lengkap, reduksi data segera dibuat, dan diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data yang bersifat sementara. Peneliti membuat simpulan yang tentu saja bersifat sementara karena proses pengumpulan data masih tetap berlangsung. Peneliti mendapatkan data baru, maka akan lebih memperkuat simpulan dan simpulan sementara dikembangkan menjadi semakin pasti.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum dipergunakan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi penulisan hukum (skripsi). Adapun penulis menjabarkan dlam bentuk sebagai berikut: BAB I

: PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab yang menguraikan mmateri tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, jadwal penelitian, dan sistematika penelitian hukum.

BAB II

: TINJAUAN PUS TAKA

Bab Tinjauan Pusataka terdiri dari kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori memuat berbagai pengertian dan teori- teori hukum yang mendukung judul penulisan hukum sehingga akan memudahkan pembaca untuk memahami apa yang penulis paparkan dalam penulisan hukum ini. Dimulai dari tinjauan tentang hukum pidana, dan tinjauan tentang ABH. Kerangka pemikiran akan memberikan gambaran bagaimana alur berpikir penulis, dalam melakukan penulisan hukum.

BAB III

: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab Hasil Penelitian adalah bab inti dalam penulisan hukum ini. Bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang kemudian dengan analisis, menghasilkan pembahasan atas pokok permasalahan

manjawab permasalahan yang diangkat. Dalam penulisan hukum yang akan dijawab adalah alasan Hakim tidak menerapkan KUHP dalam penjatuhan pemidanaan terhadap ABH yaitu karena ketentuan mengenai pemidanaan pada ABH dalam KUHP telah dicabut dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (lex specialis derogat lex generalis), sehingga aturan induk tentang pemidanaan pada ABH adalah Undang- undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengad ilan Anak. Pada rumusan masalah yang ke-2 mengenai jenis pidana yang dijatuhkan terhadap ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun menurut hasil penelitian yang dilakukan penulis di tahun 2011 pada perkara pidana ABH adalah pidana penjara, pidana denda, subsider pidana kurungan, dan subsider wajib latihan kerja selama 90 hari. Sedangkan mengenai bentuk pemenuhan hak-hak ABH di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun terdapat dalam Undang- undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

BAB IV

: PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari apa yang telah dibahs seelumnya dan juga berisi saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang penulis teliti dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Hukum Pidana

Hukum merupakan suatu cermin dari keadaan masyarakat, sehingga hukum itu tidak dapat dilepaskan dari sifat bangsa dimana penguasa yang membuat atau menciptakan hukum itu sendiri. Hukum mutlak dibutuhkan demi ketertiban, kebahagiaan dan keselamatan bermasyarakat. Namun demikian hukum tidak dapat berjalan sendirian tanpa ditegakkan dan dilaksanakan. Hukum merupakan serangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat, dengan tujuan mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib di dalam masyarakat. Manusia pada dasarnya memiliki kepentingan-kepentingan tersendiri. Dalam hal ini hukum, harus mampu menjaga keseimbangan pada kehidupan masyarakat. Untuk mencipatakan kembali keseimbangan dalam masyarakat, perlu diadakan sanksi, yaitu sanksi administrasi dalam bidang Hukum Tata Negara, sanksi perdata dalam Hukum Perdata, dan sanksi pidana dalam Hukum Pidana. Pada prakteknya sanksi pidana merupakan sanksi terakhir atau ultimum remidium (Maidin Gultom, 2010:3).

Beberapa ahli hukum mengemukakan definisi sendiri-sendiri mengenai hukum pidana. Seorang ahli hukum memberikan pengertian luas terhadap hukum pidana, hal in i dikemukakan oleh Moeljatno bahwa hukum pidana adalah:

1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.

2) menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

3) menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut (Moeljatno: 2008,1).

Terdapat pula beberapa pendapat para ahli hukum pidana mengenai

1) Soedarto: Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

2) Roeslan Saleh: Menyatakan pidana adalah reaksi atas delik yang banyak berwujud suatu nestapa yang sengaja ditimpakan Negara kepada pembuat delik .

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku (Bambang Waluyo: 2006,6).

Menurut Kansil, hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum, dimana perbuatan tersebut diancam dengan hukuman yang berupa siksaan (Kansil CST, 2000:242). Sedangkan penulis mendefinisikan hukum pidana sebagai suatu hukum mengikat yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan atau larangan terhadap pelanggaran dan kejahatan, dimana diancam dengan hukuman yang berupa nestapa.

Telah dikemukakan oleh Sudarto, Guru Besar Hukum Pidana Universitas

menyatakan istilah “penghukuman” dari kata dasar “hukum” yang berarti “menetapkan hukum” atau “memutuskan tentang hukumannya”. Istilah “penghukuman” dapat disempitkan yakni penghukuman dalam perkara pidana, yang memiliki sinonim dengan “pemidanaan” atau “pemberian/ penjatuhan pidana” oleh hakim. Penghukuman yang demikian memiliki makna sama dengan sentence conditionally atau veroordeling, yang memiliki kesamaan arti dengan “dihukum bersyarat” atau “dipidana bersyarat” (Sudarto, 1981:71 dalam Dwidja Priyatno, 2009:6).

Hukum pidana mengenal beberapa asas-asas, yaitu antara lain:

1) Asas legalitas, Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali yang artinya tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam Peraturan Perundangan-undangan yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 ayat (1) KUHP). Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) bermakna sebagai kepastian, bahwa undang-undang hanya berlaku ke depan dan tidak berlaku surut serta

2) Asas lex temporis delicti, bahwa peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan untuk menuntut dan menjatuhkan pidana adalah perundang-undangan yang ada pada waktu perbuatan tersebut dilakukan. Sehingga perundang-undangan pidana tidak boleh berlaku surut. Kekecualian dari asas ini, tercantum pada Pasal 1 ayat (2) KUHP yang berbunyi, jika sesudah perbuatan tersebut dilakukan ada perubahan dalam peraturan Peraturan Perundang-undangan, maka yang dipakai adalah aturan yan paling ringan sanksinya bagi terdakwa.

3) Asas tiada pidana tanpa kesalahan, untuk menjatuhkan pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang tersebut.

4) Asas teritorial, ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas semua peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal berbendera Indonesia, pesawat terbang berbendera Indonesia, dan gedung kedutaan dan konsul Indonesia di negara asing.

5) Asas nasionalitas aktif, ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi semua warga negara Indonesia yang melakuakan tindak pidana dimana pun berada.

6) Asas nasionalitas pasif, ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi Warga Negara Indonesia dan orang asing yang menyerang kepentingan hukum Indonesia (Blog Imam Zenit. 29 Mei 2011).

a. Tujuan Pidana dan Pemidanaan Tujuan pidana secara umum, adalah melindungi masyarakat dari perbuatan pidana yang dilakukan seseorang. Sedangkan tujuan pidana secara preventif adalah memeberikan rasa takut untuk melakukan perbuatan pidana, dan secara represif adalah mendidik orang yang melakukan perbuatan pidana supaya sadar dan menjadi orang baik. Tujuan pidana merupakan bagian integral (sub-sistem)dari keseluruhan sistem pemidanaan (sistem hukum pidana) di samping sub-sistem lainnya yaitu sub-sistem tindak pidana, pertanggungjawaban pidana (kesalahan) a. Tujuan Pidana dan Pemidanaan Tujuan pidana secara umum, adalah melindungi masyarakat dari perbuatan pidana yang dilakukan seseorang. Sedangkan tujuan pidana secara preventif adalah memeberikan rasa takut untuk melakukan perbuatan pidana, dan secara represif adalah mendidik orang yang melakukan perbuatan pidana supaya sadar dan menjadi orang baik. Tujuan pidana merupakan bagian integral (sub-sistem)dari keseluruhan sistem pemidanaan (sistem hukum pidana) di samping sub-sistem lainnya yaitu sub-sistem tindak pidana, pertanggungjawaban pidana (kesalahan)

1) Melindungi kepentingan hukum dari perbuatan atau perbuatan yang menyerang atau memperkosa kepentingan hukum tersebut.

2) Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi perlindungan atas berbagai kepentingan hukum.

3) Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara melaksanakan fungsi perlindungan atas kepentingan hukum (Adam Chazawi, 2002: 15-16)