ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini diawali dengan gambaran umum atau profil dari daerah yang dijadikan obyek penelitianyang terdiri dari keadaan geografis, Kemudian pada bagian selanjutnya adalah hasil analisis dari data-data yang dikumpulkan dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di sebelah utara, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wono giri di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat.

Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 110°40’’ - 110°23’’ Bujur Timur dan 7°28’’ - 7°46’’ Lintang Selatan.

Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 22.844,2597 Ha. Tanah kering 54.534,3777 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 7.872,6323 Ha, setengah teknis 6.144,2939 Ha, sederhana 7.134,1251 dan tadah hujan 1.693,2984 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan aatau bangunan 20.732,4406 Ha dan luas untuk tegalan 17.937,0211 Ha. Di Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara seluas 9.729,4995 Ha dan perkebunan seluas 3.251,5006 Ha.

Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah 77,37864 Hektar (773,7864 Km²) atau sebesar 2,4% dari luas wilayah Provinsi Jawa

Tengah yang mencapai 32.544,12 Km². Kecamatan terluas adalah Kecamatan Tawangmangu dengan luas wilayah sebesar 7,00316 Hektar. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas palin kecil adalah Kecamatan Colomadu dengan luas wilayah 1,56444 Hektar.

Tabel IV.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

Kecamatan

Luas Wilayah

100,00 Sumber: Karanganyar dalam Angka Tahun 2008

2. Pembagian Wilayah Administrasi

Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi 177 desa/kelurahan (15 kelurahan dan 162 desa). Desa atau kelurahan tersebut terdiri dari 1.091 dusun, 2.313 dukuh, 1.835 RW dan 6.020 RT.

Klasifikasi desa atau kelurahan pada tahun 2008 terdiri dari 17 kecamatan swasembada.

Wilayah Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi 17 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Jaten, Kecamatan Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Jenawi.

3. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk yang terbanyak selama tahun 2001-2008 terletak di Kecamatan Karanganyar. Kemudian untuk kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil terletak di Kecamatan Jenawi.

Tabel IV.2

Jumlah Penduduk Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

Tahun 2001-2008

Kecamatan 2001

37.682 37.884 38.060 Jatiyoso

Jatipuro 37.048

40.298 40.318 40.422 Jumapolo

46.469 46.978 47.441 Jumantono

47.934 48.424 48.879 Matesih

804.031 815.551 823.203 830.640 840.687 844.489 851.366 865.580 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)

Pada tahun 2001 penduduk Kabupaten Karanganyar tercatat 804.031 jiwa, maka pada tahun 2008 sudah mencapai 865.580 jiwa. Dalam kurun waktu 2001 sampai 2008 telah terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 61.549 jiwa. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 14.214 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 3.802 jiwa (table IV.3).

Tabel IV.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar

Tahun 2001-2008

Tahun Jumlah Penduduk

Pertumbuhan Penduduk

( Jiwa )

( Jiwa )

Sumber: Karanganyar dalam Angka Tahun 2008 yang diolah

4. Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan dari tahun ketahun mengalami kenaikan. Untuk pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang

cukup stabil yaitu berkisar di angka 5%. Pertumbuhan tertinggi selama periode 2001-2008 terdapat pada tahun 2004 yaitu sebesar 5,98%, sedangkan untuk pertumbuhan yang terendah terdapat pada tahun 2001 sebesar 4,97. Sedangkan untuk nilai PDRB adhk 2000 dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun yang lain dapat kita lihat pada tabel IV.4.

Tabel IV.4

PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008 (dalam jutaan rupiah)

Tahun PDRB adhk 2000 Pertumbuhan (%)

5,75 Sumber: PDRB Kab. Karanganyar 2009

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Tipologi Klassen

Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menen-tukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income ), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro, 1993; Hil, 1989).

Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) daerah cepat-maju dan cepat- tumbuh , kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Kabupaten Karanganyar; (2) daerah maju tapi tertekan, kecamatan yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Karanganyar; (3) daerah Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) daerah cepat-maju dan cepat- tumbuh , kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Kabupaten Karanganyar; (2) daerah maju tapi tertekan, kecamatan yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Karanganyar; (3) daerah

Untuk menentukan Tipologi Klassen di Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan membandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata- rata PDRB per kapita kecamatan di Kabupaten Karanganyar dengan rata- rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Karanganyar.

Secara rinci, hasil Tipologi Klassen kecamatan di Kabupaten Karanganyar :

Tabel IV.5 Rata-rata PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan Laju Pertumbuhan Tahun 2001-2008

Kabupaten

PDRB Perkapita (Rp)

Pertumbuhan (%)

r Karanganyar

5,52 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)

Tabel IV.6 Hasil analisis Tipologi Klassen Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2008

Kecamatan PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%) Keterangan

Yi

ri

Jatipuro 2.516.464,47

Daerah Relatif tertinggal Jatiyoso

Daerah Relatif tertinggal Jumantono

Daerah Berkembang Cepat Jumapolo

Daerah Berkembang Cepat Matesih

Daerah Relatif tertinggal Tawangmangu

Daerah Relatif tertinggal Ngargoyoso

Daerah Relatif tertinggal Karangpandan

3.670.787,31 5.83 Daerah Berkembang Cepat Karanganyar

4.176.948,51 3.33 Daerah Relatif tertinggal Tasikmadu

Daerah Relatif tertinggal Jaten

18.963.733,07 6.57 Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh

Colomadu 3.110.017,91 3.82 Daerah Relatif tertinggal Gondangrejo

Daerah Berkembang Cepat Kebakkramat

Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh

Mojogedang 2.980.758,44

Daerah Berkembang Cepat Kerjo

Daerah Berkembang Cepat Jenawi

Daerah Relatif tertinggal Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)

Berdasarkan analisis tipologi klassen pada tabel IV.5 dan tabel

IV.6, beberapa daerah dengan nilai rata-rata pendapatan perkapita serta nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di kecamatan yang lebih kecil dari

nilai rata-rata pendapatan perkapita serta nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar masuk dalam daerah relatif tertinggal.

Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar yang masuk dalam daerah relatif tertinggal adalah

5. Kecamatan Jatipuro

6. Kecamatan Jatiyoso

7. Kecamatan Matesih

8. Kecamatan Tawangmangu

9. Kecamatan Ngargoyoso

10. Kecamatan Karanganyar

11. Kecamatan Tasikmadu

12. Kecamatan Colomadu

13. Kecamatan Jenawi

Kecamatan-kecamatan yang berada pada klasifikasi daerah relatif tertinggal merupakan daerah-daerah yang memiliki basis pertanian, yang pertumbuhannya tidak mampu mengangkat pertumbuhan PDRB secara keseluruhan.

Rendahnya alokasi dana untuk kegiatan pembangunan tersebut menunjukkan kurangnya insentif untuk menarik investor menanamkan modalnya di beberapa kecamatan yang masuk dalam daerah relatir tertinggal ini, selain kondisi yang kurang mendukung terhadap pertumbuhan dan pendapatan per kapita tersebut, ekonominya juga menunjukkan pertumbuhan negatif setiap tahunnya yang berdampak pada tertahannya laju pertumbuhan PDRB secara keseluruhan.

Untuk kecamatan yang mempunyai rata-rata pendapatan perkapita yang lebih besar dari rata-rata pendapatan perkapita Kabupaten Karanganyar dan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar masuk dalam daerah maju tapi tertekan. Akan tetapi kecamatan di Kabupaten Karanganyar ini tidak ada kecamatan yang masuk dalam daerah maju tapi tertekan.

Kemudian daerah kecamatan yang mempunyai rata-rata pendapatan perkapita yang lebih kecil dari rata-rata pendapatan perkapita

Kabupaten Karanganyar dan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar masuk dalam daerah berkembang cepat.

Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berada di daerah berkembang cepat adalah :

1. Kecamatan Jumapolo

2. Kecamatan Jumantono

3. Kecamatan Karangpandan

4. Kecamatan Gondangrejo

5. Kecamatan Mojogedang

6. Kecamatan Kerjo

Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam daerah berkembang cepat ini, merupakan kecamatan yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang perekonomian daerah terutama subsektor tanaman bahan makanan. Beberapa kecamatan yang masuk dalam sektor berkembang cepat ini mayoritas masuk dalam wilayah daerah dataran tinggi atau daerah sejuk, sehingga tidak hanya komoditi padi dan biji- bijian, tetapi sayur-sayuran dan buah-buahan organik juga memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di kecamatan-kecamatan ini.

Yang terakhir, kecamatan yang mempunyai nilai rata-rata pendapatan perkapita serta nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di kecamatan yang lebih besar dari nilai rata-rata pendapatan perkapita serta Yang terakhir, kecamatan yang mempunyai nilai rata-rata pendapatan perkapita serta nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di kecamatan yang lebih besar dari nilai rata-rata pendapatan perkapita serta

Beberapa kecamatan yang masuk dalam daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat. Keberadaan Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat pada klasifikasi tersebut, tidak terlepas dari kemampuannya dalam menarik investasi. Nilai investasi yang tinggi ini disebabkan oleh tersedianya fasilitas-fasilitas transportasi yang cukup memadai dan juga banyaknya pusat-pusat pertumbuhan di kedua kecamatan tersebut, selain itu keadaan demografi dari kedua kecamatan ini juga menjadi faktor pendukung tingginya investasi.

Pertumbuhan PDRB Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat didukung terutama oleh struktur perekonomian yang terbukti cukup kuat. Struktur perekonomian Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat menunjukkan sektor industri sebagai pemberi sumbangan terbesar yang terbukti mampu mendorong pertumbuhan PDRB, di samping dua sektor dominan lainnya yaitu perdagangan dan pertanian. Sektor perdagangan di kedua kecamatan ini termasuk maju, khususnya di Kecamatan Jaten. Pertumbuhan ketiga sektor tersebut terbukti mampu mendorong pertumbuhan PDRB Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat

Tabel IV .7

Klasifikasi Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Menurut Tipologi Klassen Tahun 2001-2008

Y1>y

Y1<y

Daerah Cepat Maju dan Daerah Berkembang Cepat

R1>r Cepat Tumbuh

- Jumapolo -Jaten

- Jumantono -Kebakkramat

- Karangpandan

- Gondangrejo

- Mojogedang

- Kerjo

Daerah Relatif Tertinggal

R1 <r Tertekan

- Jatipuro

- Jatiyoso

- Matesih

- Tawangmangu

- Ngargoyoso

- Karanganyar - Tasikmadu - Colomadu - Jenawi

Sumber : Data diolah

2. Indeks Williamson

Ketimpangan pembangunan terjadi disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain sumber daya alam, sumber daya manusia, investasi, teknologi, sarana dan prasarana penunjang lainnya. Sedangkan faktor eksternal adalah campur tangan pemerintah dalam proses pembangunan daerah baik berupa kebijakan sektoral maupun kebijakan regional. Pertumbuhan yang berbeda di tiap kecamatan ini menimbulkan jurang kesejahteraan antar daerah ( ketimpanagn pendapatan antar daerah).

Disparitas atau ketimpangan pendapatan antar daerah di Kabupaten Karanganyar diperoleh dengan menggunakan Indeks Williamson. Indeks Williamson mencerminkan ketimpangan pada tingkat pembagunan ekonomi Disparitas atau ketimpangan pendapatan antar daerah di Kabupaten Karanganyar diperoleh dengan menggunakan Indeks Williamson. Indeks Williamson mencerminkan ketimpangan pada tingkat pembagunan ekonomi

Tabel IV. 8

Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar

Tahun 2001-2008

Tahun

Indeks Williamson

Sumber : Data diolah

Dari tabel IV.8 di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesenjangan pendapatan dalam Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,8942 pada tahun 2001 menjadi 0,9137 pada tahun 2008. Pada tahun 2001 sampai tahun 2003 tingkat ketimpangan pendapatan cenderung menurun, tahun 2001 sebesar 0,8942 turun menjadi 0,8819 di tahun 2002, kemudian di tahun 2003 indeks ketimpangan juga turun menjadi 0,8737.Akan tetapi, pada tahun 2004 sampai 2008 indeks ketimpangan cenderung naik. Pada tahun 2004 indeks ketimpangan sebesar 0,8879 naik menjadi 0,9053 di tahun 2005, kemudian tahun-tahun selanjutnya indeks ketimpangan Kabupaten Karanganyar juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0.9089 di tahun 2006, selanjutnya 0,9115 di tahun 2007 dan yang terakhir 0,91371 ditahun 2008

Kurva 4.1 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008

Tahun Pengamatan

Sumber : Data diolah

Indeks ketimpangan Williamson pada Kabupaten Karanganyar menunjukkan angka ketimpangan yang cukup besar, angka ketimpangan dari tahun 2001 sampai 2008 rata-rata diatas 0,8. Dengan angka ketimpangan tersebut Kabupaten Karanganyar termasuk wilayah dengan ketimpangan pendapatan yang tinggi karena angka ketimpangan diatas 0,4. Beberapa wilayah atau kecamatan yang menyebabkan ketimpangan pendapatan Kabupaten Karanganyar menjadi cukup tinggi adalah Kecamatan Jaten, pendapatan perkapita Kecamatan Jaten yang cukup tinggi dan berada diatas pendapatan perkapita Kabupaten Karanganyar menjadi penyebab utama tingginya ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar.

Beberapa kecamatan yang memiliki pendapatan per kapita tinggi, yaitu Kecamatan Jaten. Menurut data PDRB per kapita daerah ini, Kecamatan Jaten adalah yang paling tinngi di Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar Rp 16.126.850,73 menjadi Rp 22.251.386,55 selama periode 2001- 2008 (lihat lampiran), dan berada jauh diatas pendapatan per kapita

Kabupaten Karanganyar yang hanya Rp 4.188.515,90 di tahun 2001 dan Rp 5.709.165,40 di tahun 2008. PDRB per kapita Kecamatan Jaten juga ini secara signifikan lebih tinggi dari sebagian kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

Kurva 4.2 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008

a m 0.395

Tahun Pengamatan

Sumber : Data diolah

Grafik diatas menunjukkan nilai indeks williamson Kabupaten Karanganyar tanpa Kecamatan Jaten. Dapat dilihat bahwa angka ketimpangan pendapatan berkisar diantara 0,3 sampai 0,4 sehingga masuk dalam ketimpangan sedang, tetapi hanya di tahun 2008 yang angkanya masuk dalam ketimpangan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata Grafik diatas menunjukkan nilai indeks williamson Kabupaten Karanganyar tanpa Kecamatan Jaten. Dapat dilihat bahwa angka ketimpangan pendapatan berkisar diantara 0,3 sampai 0,4 sehingga masuk dalam ketimpangan sedang, tetapi hanya di tahun 2008 yang angkanya masuk dalam ketimpangan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

Tabel IV.9 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008

Sumber : Data diolah

Pada tahun 2001 sampai tahun 2003 indek williamson mengalami penurunan yaitu sebesar 0,3911 pada tahun 2001, kemudian turun drastis menjadi 0,3901 pada tahun 2002 dan turun lagi sebesar 0,3857 pada tahun 2003.

Kemudian pada tahun 2004 sampai 2008 mengalami kenaikan. Kenaikan mulai terdapat pada tahun 2004 yaitu naik menjadi 0,3931. Kemudian dari tahun 2005 sampai 2008 kenaikan indeks williamson tidak Kemudian pada tahun 2004 sampai 2008 mengalami kenaikan. Kenaikan mulai terdapat pada tahun 2004 yaitu naik menjadi 0,3931. Kemudian dari tahun 2005 sampai 2008 kenaikan indeks williamson tidak

Keberadaan kecamatan dengan PDRB per kapita yang sangat tinggi ini, sangat di pengaruhi oleh tingkat konsentrasi kegiatan ekonomi daerah tersebut. Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi akan cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat konsentrasi ekonomi rendah cenderung akan mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat dengan karakteristik kegiatan ekonomi yang cukup tinggi ini menyebabkan terpusatnya pembangunan ekonomi pada kedua kecamatan tersebut. Banyak terdapatnya pabrik-pabrik terutama pabrik tekstil dan juga pertokoan adalah salah satu penyebab dari tingginya konsentrasi di kedua kecamatan tersebut.

Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria Indeks Williamson dari tahun 2001-2008 didapat banyak kecamatan yang masuk dalam wilayah ketimpangan rendah, yaitu Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih, Kecamatan

Ngargoyoso, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan

Tawangmangu,

Kecamatan

Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat,

Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Jenawi. Sedangkan untuk kecamatan yang masuk dalam wilayah ketimpangan tinggi hanya satu kecamatan, yaitu Kecamatan Jaten. Untuk kecamatan di

Kabupaten Karanganyar tidak ada yang masuk dalam wilayah ketimpangan sedang.

3. Korelasi Pearson

Untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan ketimpangan pendapatan regional, maka digunakan metode Korelasi Pearson. Hasil perhitungan Korelasi Pearson antara pertumbuhan PDRB dan ketimpangan pendapatan regional dapat dilihat pada tabel IV.10.

Tabel IV.10 Korelasi pearson antara Indeks Williamson dan Pertumbuhan Ekonomi

PERTMBHN IW

IW

Pearson Correlation

1 -.107

Sig. (2-tailed)

8 8 PERTMBHN

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Program SPSS

Berdasarkan tabel IV.10 yang mengukur hubungan antara Indeks Williamson dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar menunjukkan hubungan yang tidak signifikan karena angka korelasi Berdasarkan tabel IV.10 yang mengukur hubungan antara Indeks Williamson dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar menunjukkan hubungan yang tidak signifikan karena angka korelasi

Hasil ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara ketimpangan pendapatan (Indeks Williamson) dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar. Jadi ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar, begitu juga sebaliknya. Besarnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar tidak dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan Kabupaten Karanganyar.