Peran Mangkunegara VII dalam Pengelolaan Pasar

B. Peran Mangkunegara VII dalam Pengelolaan Pasar

Pengelolaan pasar-pasar Mangkunegara dikelola oleh Kabupaten Parimpuna. Namun selain Kabupaten Parimpuna, Adipati Mangkunegara juga

18 Ibid.

19 Wawancara dengan K.R.T. Pontjo Tjitro Kusumo, Staf Kabupaten Mandrapura Mangkunegaran, Tanggal 19 April 2010. Surakarta.

20 Ibid.

mempunyai peran dalam pengelolaan pasar-pasar Mangkunegaran. Adapun peran Mangkunegara dalam pengelolaan pasar adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan Kabupaten Parmpuna. Pada masa Mangkunegara VII dibentuk Kabupaten Parimpuna. Kabupaten

Parimpuna dibentuk pada tahun 1917. 21 Kabupaten ini bertugas mengurusi pasar- pasar milik praja Mangkunegaran. Para pegawai Kabupaten Parimpuna terdiri dari

Inspektur, Ajund Inspektur, Lurah Pasar dan beberapa tenaga pembantu lainnya. Para pejabat Kabupaten Parimpuna seperti Inspektur, Ajund Inspektur, Lurah Pasar ditetapkan oleh Adipati Mangkunegara, hanya saja untuk Inspektur harus mendapat persetujuan oleh residen. Selain penetapan pegawai pasar, Adipati Mangkunegara juga yang menetapkan gaji-gaji dari pegawai pasar. Khusus gaji inspektur harus mendapat persetujuan dari residen.

2. Pengembangan Pasar Kondisi pasar pada Mangkunegara VII mengalami perkembangan, hal ini dalam dilihat pada Rarantaman Lebu Wetuning Dhuwit Praja Mangkunegara yang terdapat dalam Rijksblad Mangkunegaran. Dalam rarantaman tersebut, hampir setiap tahun terdapat pengeluaran uang untuk biaya perbaikan pasar, perbaikan los-los atau rumah-rumah di pasar, perluasan pasar dan juga pendirian pasar-pasar baru.

Salah satu usaha Mangkunegara VII dalam pengembangan pasar adalah dengan mendirikan pasar-pasar baru. Karena dengan adanya pasar-pasar baru tersebut diharapkan akan menambah pemasukan kas Praja Mangkunegaran. Selain

21 Wasino, Op. Cit. Hal: 117 21 Wasino, Op. Cit. Hal: 117

Usaha kedua Mangkunegara VII dalam pengembangan pasar adalah dengan renovasi pasar. Renovasi pasar tersebut meliputi perbaikan bagunan pasar, los-los pasar, atau rumah-rumah lainnya yang ada di dalam pasar. Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII ada beberapa pasar milik Mangkunegara yang mengalami

22 kerusakan 23 akibat adanya Lindu. Salah satu pasar itu adalah Pasar Legi. Pada tahun 1930 Pasar Legi masih berupa pasar yang masih sangat tradisional dimana para

pedagang membuka dasaran di tanah terbuka atau dengan kata lain masih terdiri dari para pedagang oprokan. Dibawah pengelolaan Mangkunegaran pada tahun 1936 berdiri sebuah bangunan pasar permanen tersusun dari tembok berwarna putih yang bila dilihat dari samping mirip sebuah benteng. Pada tahun inilah Pasar Legi pertama kali di renovasi menjadi pasar modern.

Pasar ini banyak menggelar dagangan yang bersifat legi atau manis. Misalnya gula jawa, jagung manis, gula aren, gula batu, hingga minuman legen. Selain itu barang-barang yang diperdagangkan di Pasar Legi adalah beras, jagung, dan pohong

22 Surat – Surat tentang Biaya Untuk Perbaikan Pasar dan Perbaikan Pasar Legi, Kode Arsip P.388 . Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran

23 Lindu merupakan istilah yang sering digunakan orang jawa, yang artinya adalah gempa bumi yang berskala kecil..

(ketela). 24 Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang di Pasar Legi, mayoritas pedagang yang berdagang di Pasar Legi berasal dari luar desa atau luar

kota. Seperti Bekonang, Gumpang (Kartasura), Gawok (Sukoharjo), Karanganyar, Delanggu, Klaten, Walikukun (Ngawi), dan sebagainya. 25

Usaha Praja Mangkunegaran yang ketiga dalam pengembangan pasar adalah dengan perluasan wilayah pasar. Adanya perluasan wilayah pasar dapat menambah jumlah los atau rumah-rumah pasar. Hal ini akan menambah pula jumlah karcis sewa, akibatnya penghasilan praja akan semakin meningkat. Karcis sewa los atau rumah-rumah yang ada di dalam pasar merupakan salah satu penghasilan pasar- pasar Praja Mangkunegaran.

3. Subsidi Dana. Perhatian pemerintah Praja Mangkunegaran dengan sepengetahuan Pemerintah Kolonial, selain membuat peraturan atau undang-undang pasar juga memberikan subsidi dana bagi pengembangan pasar tersebut. Berdasarkan pada beberapa sumber arsip yaitu Rarantaman lebu-wetuning dhuwit kagungane Praja Mangkunegaran dalam Rijksblad Mangkunegaran yang melaporkan anggaran pendapatan dan pengeluaran Kabupaten Parimpuna Praja Mangkunegaran. Anggaran pengeluaran itu pada setiap tahun mengalami kenaikan guna pengembangan pasar- pasar yang dimiliki. Pengeluaran dana tersebut digunakan untuk pengembangan

24 Daftar Pemeriksaan Harga Barang-Barang yang dijual di pasar (Padi, Beras, Gaplek, Ketela , Jagung, dll), Kode Arsip P. 384, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

25 Wawancara dengan para pedagang di Pasar Legi, antara lain Ny. Warni, Ny. Tinuk, Ny. Satinem, Ny. Sutinah, Tanggal 28 Januari 2010 sampai 6 Februari 2010.

pasar, seperti: pendirian pasar-pasar baru, perbaikan pasar, 26 pembangunan warung- warung baru, dan perluasan wilayah pasar. Selain untuk pengembangan pasar juga

terdapat anggaran untuk fasilitas-fasilitas di dalam pasar yang berguna untuk kelancaran aktifitas perdagangan di pasar, seperti: biaya kebersihan pasar, biaya penerangan (lampu), biaya pengadaan air untuk kegiatan di pasar.

Berikut adalah grafik pengeluaran Praja Mangkunegaran untuk biaya pengembangan pasar yang telah disebutkan diatas:

Grafik 3. Pengeluaran Praja Mangkuegaran

Pengeluaran Praja Mangkunegaran

Mangkuneg aran

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 1919 1920 1921 1922 1923 1924 1925 1926 1927

Keterangan : Satuan untuk pendapatan Pasar Mangkunegaran diatas dalam f atau rupiah. Sumber

: Diolah dari Rarantaman Lebu-Wetuning Dhuwit Praja Mangkunegaran Tahun 1918-

1927 dalam Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1918 -1927. Surakarta: Reksapustaka .