Terbukanya Lapangan Pekerjaan.

B. Terbukanya Lapangan Pekerjaan.

Munculnya pasar-pasar di Praja Mangkunegaran telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Mereka memperoleh pekerjaan dari pasar sebagai pedagang, pembantu pedagang (membantu melayani pembeli), dan kuli atau buruh gendong yang dilakukan oleh pria atau wanita. Pasar-pasar yang ada di Praja Mangkunegaran sangat memungkinkan menjadi alternatife media penurunan angka pengangguran. Seberapa besar penduduk desa ataupun kota di Praja Mangkunegaran yang masuk ke sektor pasti tidak ditemukan angka pasti. Namun dengan banyaknya jumlah pasar di Praja Mangkunegaran dapat mengindikasikan adanya peningkatan jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya dari pasar. Selain itu muncul para agen yang memasarkan produksi petani.

Salah satu fungsi keberadaan pasar tradisional di Praja Mangkunegaran

11 Wawancara dengan Ny. Suparti, Pedagang Sayuran Pasar Tegalgede (Karanganyar), Tanggal 30 April 2010.

adalah sebagai pusat kegiatan ekonomi yang memberikan lapangan kerja bagi penduduk baik sebagai mata pencahariaan pokok maupun sebagai mata pencahariaan sampingan. Bahkan penduduk dari daerah pedesaan banyak yang bekerja di pasar- pasar kota, selain sebagai pedagang ada juga yang menjual jasa sebagai kuli atau buruh gendong baik pria atau wanita.

Keberadaan pasar-pasar tradisional di sekitar Praja Mangkunegara telah dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Praja Mangkunegaran, baik masyarakat yang berada di sekitar kota praja maupun yang berada diluar kota praja. Salah satu pedagang yang mendapat pekerjaan dari keberadaan pasar tradisional adalah Ny. Supiyati (77 tahun). Dia mulai berdagang di Pasar Triwindu sejak tahun 1942 (Masa penjajahan Jepang). Saat itu dia masih duduk di kelas 4 SD. Dia meninggalkan bangku sekolah pada saat itu dan kemudian berdagang di Pasar Triwindu. Pada saat mulai berdagang, barang yang dijual adalah barang pecah-belah (piring, gelas, dll). Pada waktu itu tempat berdagangnya hanya berupa gubuk. Pekerjaan berdagang dipilih oleh Ny. Supiyati karena dia memang menyukai pekerjaan itu. Menurut Ny. Supiyati pekerjaan ini pada masa dulu (masa pemerintahan Mangkunegoro VII) sangat menguntungkan. Ny. Supiyati mendapatkan penghasilan yang cukup dan bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup dari pekerjaan ini. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh orang tuanya yang sebelumnya juga berdagang di Pasar Triwindu. Selain itu pekerjaan ini merupakan satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukan dan juga menguntungkan bagi Ny.

Supiyati. Dari hasil berdagang, dia mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 12

12 Wawancara dengan Ny. Supiyati, pedagang klithikan Pasar Triwindu, 29 Januari 2010.

Demikian juga dengan Ny. Warni pedagang di Pasar Legi yang menjual Jeruk Nipis dan bumbon. Sekarang usianya sekitar 77 tahun. Beliau mulai berdagang di Pasar Legi saat umur 12 tahun. Sejak mulai berdagang sampai sekarang, barang dagangan yang dijual Ny. Warni adalah Jeruk Nipis dan bumbon. Orang tuanya Ny. Warni dulu juga pedagang di Pasar Legi, namun barang dagangan yang dijual berbeda dengan Ny. Warni. Orang tuanya berjualan Sembako (Sembilan bahan

pokok). Ny. Warni memulai usahanya dengan modal sendiri, dengan cara kulakan 13 kecil-kecilan. Dari usahanya berdagang ini Ny. Warni dapat mencukupi kebutuhan

sehari-hari, dan usaha Ny. Warni ini dapat bertahan hingga sekarang. 14 Ny. Sutinah berdagang di Pasar Legi sejak tahun 1942. Barang dagangan

yang pertama kali di jual di Pasar Legi adalah daun jati dan daun pisang. 15 Daun jati dan daun pisang itu ia dapatkan dari hutan di daerah Walikukun (Ngawi) bersama

temannya. Kemudian dia naik Kereta Api Kluthuk dari Stasiun Walikukun (Ngawi) menuju Stasiun Jebres (Surakarta). Setelah sampai di Stasiun Jebres beliau naik Cikar menuju Pasar Legi. Setelah sampai di Pasar Legi dia menjual daun jati dan daun pisang dengan harga Rp. 10,- sampai Rp. 50,-. Dan hasilnya digunakan untuk membeli pisang yang akan dijual kembali di pasar itu dengan harga Rp. 10,- sampai Rp. 15,-. Kemudian sejak saat itulah Ny. Sutinah mulai berdagang pisang sampai sekarang. Pembeli yang datang biasanya adalah para bakul dari pasar-pasar kecil di

13 Kulakan adalah membeli suatu barang dengan tujuan untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan laba.

14 Wawancara dengan Ny. Warni, pedagang Jeruk Nipis di Pasar Legi. 6 Februari 2010.

15 Dahulu daun jati dan daun pisang digunakan untuk membungkus makanan. Karena perkembangan jaman, tidak ada yang menggunakan daun Jati. Sedangkan daun Pisang masih

digunakan walaupun sudah jarang. Sebagai penggantinya dibunakan dengan bahan dasar plastik.

Surakarta seperti Pasar Purwosari, Pasar Kadipolo, Pasar Kleco, dan lain-lain. Penjualan Ny. Sutinah ini akan sangat ramai (laris) saat bulan Puasa (Ramadhan). Dia senang berjualan di Pasar Legi, bagi Ny. Sutinah yang penting dapat penghasilan yang cukup. Setiap harinya Ny. Sutinah mendapat kiriman Pisang yang berasal dari berbagai daerah. Pengiriman ini menggunakan sistem pasaran, jika Legi berasal dari Karangsono, Wage berasal dari Ngawi, Kliwon berasal dari Juwangi dan Cilacap, Pahing berasal dari Jambon, Pon berasal dari Ngawi dan Dlupang. Hal ini dilakukan karena untuk mencegah supaya pasarnya tidak penuh, karena jika pengiriman

dilakukan dalam satu hari yang sama maka pasar akan penuh dengan pisang. 16 Demikian juga kehidupan para pedagang di pasar-pasar daerah Karanganyar

dan Wonogiri. Sebagian dari mereka mendapatkan pekerjaan dari berdagang di pasar. Seperti yang dialami Ny. Suyatmi pedagang sayuran di Pasar Karanganyar, yang sekarang berdagang di Pasar Tegalgeede. Dia berdagang di Pasar Karanganyar sejak tahun 1942. Pada awalnya, dia hanya sekedar membantu orangtuanya berjualan di pasar. Alasan dia berdagang di pasar, karena berdagang di pasar merupakan perkejaan yang mudah didapatkan, tidak memerlukan keahlian khusus dan pendidikan tidak harus tinggi. Selain itu Ny. Suyatmi juga ingin melajutkan usaha orangtuanya. Pendapatan sehari-hari Ny. Suyatmi selama berdagang memang tidak

pasti, namun bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. 17 Ny. Sunarni merupakan pedagang bumbon di Pasar Wonogiri. Dia

berdagang di Pasar Wonogiri sejak tahun 1942. Pada awalnya, dia hanya sekedar

16 Wawancara dengan Ny. Sutinah, Pedagang buah pisang di Pasar Legi, 5 Februari 2010.

17 Wawancara dengan Ny. Suyatmi, Pedagang Sayuran di Pasar Tegalgede (Karanganyar), Tanggal 30 April 2010.

membantu orang tuanya berdagang di Pasar Wonogiri. Setelah dia merasa mampu, kemudian dia berdagang sendiri di Pasar Wonogiri. Pendapatan sehari-hari cukup lumayan, bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sisanya ditabung untuk tambahan modal. Dari kecil Ny. Sunarni sudah berdagang di pasar sehingga

tidak susah baginya untuk melanjutkan usaha orang-tuanya. 18 Pekerjaan berdagang di pasar merupakan pekerjaan yang tidak

memerlukan keahlian khusus dan tidak memerlukan pendidikan tinggi. Oleh sebab itu pekerjaan ini sangat diminati masyarakat yang tidak memiliki kedua hal teresbut. Dari uraian di atas dapat dikemukakan keberadaan pasar-pasar tradisional di Praja Mangkunegaran dapat membuka lapangan pekerjaan dan juga dapat mengurangi angka pengangguran baik di desa maupun di kota.