Pengelolaan Pasar

A. Pengelolaan Pasar

1. Kabupaten Parimpuna. Dari beberapa kabupaten-kabupaten di atas yang mengurusi dibidang kepasaran adalah Kabupaten Parimpuna. Kabupaten Parimpuna adalah suatu dinas milik Mangkunegaran yang bertugas mengelola pasar-pasar milik Praja

Mangkunegaran. Kabupaten Parimpuna dibentuk pada tahn 1917. 1 Tugas pemerintahan pasar setiap harinya itu diserahkan kepada seorang Inspektur yang

sudah ditetapkan oleh Adipati Mangkunegara dengan persetujuan Residen. Inspektur tadi dinamakan Inspektur Markwezen. Selama menjalankan tugasnya sebagai pengawas pasar, Inspektur dibantu oleh Ajund Inspektur, Lurah Pasar, dan tenaga pembantu yang diperlukan. Lurah pasar dan tenaga pembantunya ditetapkan oleh Adipati Mangkunegara sesuai permintaan dari Inspektur.

a. Inspektur Marktwezen dan Ajund Inspektur. Inspektur, Ajund Inspektur dan para demang parimpuna diangkat dan diberhentikan oleh Adipati Mangkunegara. Inspektur adalah pimpinan tertinggi dalam pengelolaan pasar. Jika inspektur sakit atau berhalangan maka penggantinya adalah Ajund Inspektur dan jika Ajund Inspektur atau Demang

1 Wasino, 1994, Tesis: ”Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintahan Praja Mangkunegaran (Akhir Abad XIX-Pertengahan Abad XX )”, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Hal: 117.

Parimpuna sakit atau berhalangan maka penggantinya ditentukan oleh inspektur dengan seijin Adipati Mangkunegara.

Semua yang bekerja di dinas kepasaran ini diangkat dengan suatu sumpah pada waktu acara pengangkatan. Berikut adalah petikan sumpah

tersebut: “Saya berjanji, akan menjalankan dengan sungguh-sungguh semua

perintah Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Mangkunegara yang diperintahkan kepada saya serta menepati ketentuan pasar……..dengan sungguh-sungguh” 2

Setelah Inspektur dan Ajund Inspektur tadi melakukan sumpah, kemudian sumpah itu ditulis rangkap dua, yang satu diserahkan kepada Adipati Mangkunegara dan yang satu dibawa oleh Inspektur dan Ajund Inspektur. Tugas

Inspektur dan Ajund Inspektur: 3

1) Seorang Inspektur dan Ajund Inspektur harus memperhatikan tempatnya pasar, los-los yang ada di pasar atau rumah lainnya-lainnya dan menjaga tata dan kebersihannya pasar, los pasar, atau rumah- rumah lainnya.

2) Inspektur bertugas memeriksa pengumpulan uang sewa pasar berdasarkan aturan yang telah ditentukan oleh Adipati Mangkunegara

3) Inspektur dan Ajund Inspektur bertugas memberikan laporan keluar masuknya uang kepada abdidalem Bupati Patih.

4) Inspektur dan Ajund Inspektur bertugas mengajukan permintaan

karcis pasar kepada abdidalem priyayi di kantor sekretaris.

2 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 24, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

3 Ibid.

5) Inspektur dan Ajund Inspektur mengawasi pasar-pasar yang diawasi saat ada waktu luang perkerjaan.

b. Lurah Pasar Tugas Lurah pasar adalah mengawasi kegiatan perdagangan di pasar setiap hari agar berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Lurah Pasar harus berada di pasar setiap hari sebelum pasar buka sampai pasar tutup dan tidak boleh meninggalkan pasar tanpa ijin dari pembesar di atasnya. Lurah pasar juga dilarang melakukan aktivitaas perdagangan di pasar yang diawasi.

Demikian juga dengan Lurah Pasar juga melakukan sumpah seperti Inspektur dan Ajund Inspektur. Adapun sumpah Lurah Pasar adalah:

“Saya berjanji, akan menjalankan dengan sungguh-sungguh semua perintah Inspektur yang diperintahkan kepada saya serta menepati ketentuan

pasar……..dengan sungguh-sungguh”. 4 Setelah Lurah Pasar melakukan sumpah, kemudian sumpah itu ditulis

rangkap dua, yang satu diserahkan kepada Adipati Mangkunegara dan yang satu dibawa oleh Inspektur. Adapun tugas Lurah Pasar antara lain: 5

1) Mengawasi pasar yang telah ditentukan oleh Inspektur yang diawasi Inspektur dan Ajund Inspektur.

2) Mengawasi tata dan kebersihan pasar, los-los pasar dan rumah- rumah lain di pasar serta menentukan koplakan untuk gerobak dan hewan penarik atau hewan muatan.

4 Ibid.

5 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 25, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

3) Mengawasi pengumpulan uang sewa pasar dari semua orang yang menggunakan koplakan dan padhasaran.

4) Menyerahkan uang sewa pasar kepada Demang Parimpuna

5) Mengawasi supaya barang yang dijual di pasar, diletakkan di padhasaran yang sudah disediakan. Bila ada barang yang belum ditentukan tempatnya, Lurah pasar yang menentukan tempat untuk meletakkan barang tadi.

6) Menentukan tempat untuk melakukan perkerjaan dan aktivitas.

7) Mengawasi setiap orang yang tidak boleh menempati padhasaran yang bukan tempatnya.

8) Mengawasi setiap orang yang tidak boleh menjual dagangan atau melakukan pekerjaan atau aktivitas di pasar yang belum membawa pertanda pembayaran sewa koplakan (standplaats) atau padhasaran.

9) Memperhatikan supaya pasar jangan sampai dimasuki orang yang mempunyai kelakuan yang tidak baik.

10) Menyelesaikan semua persoalan mengenai wewenang menempati koplakan atau padhasaran.

11) Mengawasi agar jalan masuk pasar atau jalan di dalam pasar tidak digunakan untuk menaruh barang dagangan atau untuk berjualan.

12) Mengawasi agar barang dagangan tidak masuk pasar sebelum pasar buka atau sesudah pasar tutup.

13) Mengawasi jangan sampai ada gerobag masuk ke dalam pasar.

14) Mengawasi supaya koplakan dan padhasaran jangan sampai ada

yang menyediakan atau dibahas dulu untuk orang lain. Mengenai gaji Inspektur, Ajund Inspektur, Demang Parimpuna, Lurah Pasar dan tenaga pembantunya ditentukan oleh Adipati Mangkunegara. Khusus untuk gaji Inspektur dan Ajund Inspektur harus dengan kesepakatan Residen. Untuk para tenaga yang bekerja di setiap pasar ditetapkan oleh Inspektur dengan ijin abdidalem Bupati Patih. Adapun untuk gaji seorang Inspektur, Ajund Inspektur dan para punggawa lainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 6.

Gaji Inspektur, Ajund Inspektur dan Punggawa lainnya.

Kenaikan

Wawaton kang

No Pangkat

Bupati Anom

2X3X30

1 (Inspektur)

1X3X40

Ajund

5X3X10

2 Inspektur

1X3X25

Diploma H.I.S.

Apabila yang menerima

gaji berpangkat: 3 Punggawa

4X2X2

Diploma

Rangga : Rp 16 Pasar

16 - 50

4X2X2.5

pamulangan angka

2X2X3

2 + fak. diploma

Demang : Rp 24 – 40 Mantri ; Rp 40

Sumber: Rijksblad Mangkunegaran tahun 1935. Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran .

Angka – angka yang tertulis di samping gaji itu merupakan kenaikan gaji, contoh: 2X3X30 itu maksudnya: kenaikan gaji setiap 3 tahun sekali paling banyak Rp. 30,- dalam sebulan sampai 2 tahap. Berdasarkan pengeluaran praja Mangkunegaran tahun 1936 sampai 1940 praja Mangkunegaran mengeluarkan uang untuk gaji pegawai pasar sebesar:

Tabel. 7 Gaji Punggawa Pasar.

1939 1940 Gaji untuk punggawa

f 6.216 f 4.311 Gaji untuk punggawa yang mengawasi

f 5.304

f 5.748

f 5.316 f 5.340 pasar

f 5.312

f 5.312

Sumber: Rijksblad Mangkunegaran tahun 1936, 1938, 1939, dan 1940 mengenai Rarantaman

Lebu Wetuning Dhuwit Praja Mangkunegaran .

2. Peraturan Pasar. Berdasarkan Rijksblad Mangkunegaran No. 23 Tahun 1917 disusul Rijksblad Mangkunegaran No. 9 Tahun 1918 mengenai pasar menyebutkan bahwa pasar tediri dari beberapa bagian yaitu los-los atau rumah-rumah yang ada di atas wilayah yang dijadikan pasar, halaman pasar yang digunakan untuk meletakkan barang dagangan dan untuk jual beli (halaman ini tidak boleh dibangun los-los atau rumah secara permanen kecuali dengan ijin inspektur), dan koplakan adalah tempat untuk menaruh gerobag atau binatang tarikan. Pasar tersebut diberi batas yang jelas dari wilayah atau jalan yang ada di dekatnya.

Pasar merupakan perusahaan praja dimaksudkan praja membangun gedung- gedungnya dan menyewakan petak-petaknya. 6 Segala sesuatu yang berkaitan dengan

pasar berada dibawah pengawasan praja dengan persetujuan Residen surakarta karena praja dibawah kekuasaan pemerintah Belanda.

6 Th. M. Metz, 1939. Analisis Sebuah Kerajaan Jawa. Roterrdam: NV Nijgh dan Van Ditmar. Diterjemahkan oleh Moh. Husodo Pringgokusumo, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran, Hal: 80 6 Th. M. Metz, 1939. Analisis Sebuah Kerajaan Jawa. Roterrdam: NV Nijgh dan Van Ditmar. Diterjemahkan oleh Moh. Husodo Pringgokusumo, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran, Hal: 80

Mangkunegaran tahun 1917 No. 23. Peraturan tersebut antara lain: 7

1) Setiap los atau rumah di pasar harus di pasang papan putih yang merinci barang-barang apa saja yang dijual serta besarnya sewa tempat yang di gunakan untuk berjualan.

2) Koplakan juga diberi papan putih yang menyebutkan besarnya sewa.

3) Jika ada barang yang tidak termasuk golongan barang yang disebutkan di papan, maka lurah pasar yang memutuskan barang tersebut masuk golongan apa.

4) Buka tutupnya pasar ditentukan oleh abdidalem patih Mangkunegaran.

5) Orang yang berjualan di pasar harus membayar sewa tempat yang telah ditentukan. Setiap membayar sewa para pedagang mendapat tanda pembayaran berupa karcis.

6) Di atas tempat berjualan para pedagang boleh membuat aling-aling atau atap dari kain mori agar barang dagangannya tidak kepanasan namun harus di bongkar bila pasar tutup.

7) Para pedagang tidak boleh berdagang selain di tempat yang telah ditentukan.

7 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No.23, Lihat pula Rijksblad Mangkunegaran tahun 1918 No.9, Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1925 No. 4, Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1926 No.

1, Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1928 No. 7, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

8) Para pedagang tidak boleh meletakkan barang dagangan sebelum pasar buka dan sesudah pasar tutup tanpa seijin Demang Parimpuna atau Lurah pasar.

9) Gerobag tidak boleh masuk ke dalam pasar.

10) Para pedagang tidak boleh menggunakan tempat berjualan di los-los

pasar dan rumah-rumah yang menjadi milik Negara.

11) Tidak boleh melakukan jual beli tanpa memiliki karcis tanda pembayaran sewa tempat.

12) Tidak boleh masuk pasar jika pernah melakukan perbuatan tercela.

13) Tidak boleh minum atau berjualan minuman keras di pasar.

14) Tidak boleh menginap di warung-warung pasar tanpa seijin abdidalem Patih dengan pertimbangan Inspektur Berdasarkan Rijksblad tahun 1918 No. 9 Jika seseorang melanggar peraturan yang telah ditentukan maka akan dikenai denda sebesar f 2.50,- yang kemudian dalam Rijksblad tahun 1928 No 7 dendanya diubah menjadi f 10,-.

Pada awal tahun 1930-an terjadi krisis ekonomi dunia yang juga berdampak di Indonesia. Hal ini menyebabkan pasar-pasar tradisional banyak dikunjungi pedagang kecil dengan keuntungan yang sedikit sehingga mereka tidak bersedia membayar karcis seperti tarif biasanya. Sewa pasar pun kemudian mengalami perubahan. Untuk pedagang yang berjualan di los-los pasar sebesar

7-8 sen perhari dan untuk yang berjualan di halaman pasar sebesar dua sen per hari. 8

b. Peraturan Sewa Pasar merupakan perusahaan milik praja. Laba dari perusahaan ini menjadi salah satu sumber penghasilan kas praja. Keuntungan pasar diperoleh dari sewa pasar. Para pedagang yang berjualan di pasar baik di los-los atau rumah-rumah dan halaman pasar dikenai uang sewa. Di tempat yang digunakan untuk meletakkan gerobag atau binatang tarikan juga dikenai uang sewa. Uang sewa tersebut juga digunakan untuk perbaikan pasar dan kelancaran aktivitas

perdagangan di pasar. Peraturan mengenai sewa tersebut adalah sebagai berikut: 9

1) Pedagang yang berjualan di los-los atau rumah-rumah harus membayar sewa maksimal sebesar 10 sen per m² per hari

2) Pedagang yang berjualan di palataran membayar sewa maksimal 3 sen per m² per hari.

3) Namun besarnya sewa bisa ditentukan sendiri-sendiri oleh abdi dalem bupati Patih, namun tidak beda jauh dari ketentuan di atas.

4) Pembayaran sewa tempat yang dilelang tersebut dilakukan di awal bulan.

5) Sewa untuk tempat gerobak atau binatang di tentukan oleh abdi dalem bupati patih.

8 Elies Setiyawati, 1995, Skripsi : “Pasar Tradisional di Wilayah Kota Praja Mangkunegaran pada awal abad XX ”, Universitas Sebelas Maret Press. Hal: 68.

9 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

6) Sewa gerobak sebesar 5 sen per gerobak per hari, 3 sen per binatang tarikan per hari atau kurang dari satu hari.

7) Jika ada yang berjualan binatang besarnya sewa 10 sen per sapi atau kuda, 3 sen per kambing.

8) Luasnya tempat berjualan ditentukan oleh inspektur.

9) Siapa yang datang lebih awal boleh memilih tempat berjualan namun jika ada perselisihan maka diselesaikan oleh lurah pasar dan demang parimpuna

Aturan sewa ini pada Rijksblad tahun 1928 No. 7 ditambah yakni pedagang yang berjualan secara ider 10 juga dikenai uang sewa sebesar 10 sen

per hari atau kurang dari sehari. 11

c. Larangan dan Hukuman Selain adanya peraturan pasar setiap orang dilarang, seperti yang disebut di bawah ini:

1) Meletakkan barang dagangan atau melakukan kegiatan pada tempat di dalam pasar selain yang sudah ditentukan Lurah Pasar.

2) Meletakkan gerobag, hewan penarik atau muatan pada tempat di dalam wilayah pasar selain yang sudah ditentukan oleh Lurah Pasar.

3) Tidak boleh meletakkan dagangan, tempat dagangan atau perlengkapan untuk melakukan kegiatan, di pasar sebelum waktunya

10 Ider adalah berjualan dengan cara membawa barang dagangannya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.

11 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1928 No. 7, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

pasaran, atau setelah pasar selesai, apabila belum dapat perijinan Lurah Pasar.

4) Tidak boleh meletakkan palang, emperan atau sejenisnya di los pasar atau rumah lainnya yang sama kepunyaannya Negara.

5) Tidak boleh menggunakan padhasaran di dalam los pasar atau di rumah lainnya yang sama kepunyaannya Negara atau di palatarane pasar, yang memang bukan benarnya, atau yang lebih luas daripada yang sudah ditentukan atau pinaringake.

6) Tidak boleh menjual atau melukakan kegiatan di padhasaran yang sudah ditentukan atau diperbolehkan. Apabila tidak membawa karcis pertandanya belum membayar sewa untuk menggunakan padhasaran tadi.

7) Tidak menurut langsung terhadap aturan Lurah Pasar yang mengelola tempat, yang sudah ditentukan atau diperbolehkan, semua itu bila yang memakai sudah tidak mempunyai hak di tempat tadi.

8) Tidak boleh minum minuman keras atau menjual minuman keras di pasar.

9) 12 Tidak boleh ke pasar apabila punya kelakuan yang tidak baik. Siapa yang saja yang berani melanggar peraturan di atas mendapat

hukuman bagi orang yang telah tepenjara jenis hukumannya membayar denda paling banyak f 2,50 (2 rupiah 50 sen). Apabila belum satu tahun melanggar

12 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23. Op. Cit.

peraturan di atas lagi dari yang terkena hukuman tadi, maka dikenakan denda paling banyak 2 rupiah 50 sen. 13

Ketetapan yang telah disebutkan di atas itu ditentukan oleh panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedan dengan persetujuan Residen, yang melanggar wajib menyingkir, atau disuruh menyingkir dan memperbaiki segala sesuatu yang menyalahi isi surat peraturan ini, atau melengkapi segala sesuatunya yang masih dianggap kurang.

Apabila yang melanggar sampai melupakan kewajiban tadi, panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana mempunyai hak memerintahkan supaya orang yang melanggarkan disingkirkan (disuruh pergi), diperbaiki dan dilakukan seperlunya, biaya ditanggung oleh yang mengingkari kewajiban tersebut, serta apabila memerintah, yang mengingkarinya tidak perlu diberi promosi terlebih dahulu dahulu.

Kecuali abdidalem priyayi polisi beserta pegawainya, Inspektur, Ajung Inspektur dan Lurah Pasar juga diharuskan mencari keterangan perkara

pelanggaran ini yang dilaporkan. 14

3. Sistem Retribusi. Pethuk yang disebut karcis padhasaran itu wujudnya menurut pola yang sudah ditentukan oleh Mangkunegoro. Karcis tadi dibendhel jadi satu buku, satu buku isinya 100 lembar, adapun jenis perbedaannya akan ditentukan oleh Mangkunegoro. Setiap pasar disediakan karcis satu seri, satu seri karcis isinya

13 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23. Op. Cit.

14 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23. Op. Cit.

100.000 buah, serta karcis padhasaran tadi tadi diberi angka urut dari angka 00.000 sampai angka 99.999. 15

Abdidalem priyayi petugas di kantor sekretaris yang ditentukan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana menyediakan karcis padhasaran, supaya diberi cap dan diberi angka seperlunya, serta diserahkan kepada Inspektur. Kemudian Inspektur setiap bulan melayani permintaan sesuai periode waktu yang sudah diberi tanggal dan tanda-tangan, menurut pola yang akan ditentukan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana. Pelayanan permintaan tadi paling lambat lima hari mendekati akhir bulan. Apabila ada sewajarnya yang diminta, Inspektur tadi boleh mengajukan permintaan pada sebelum waktunya diserahkan.

Inspektur menyerahkan karcis-karcis yang sudah diterima kepada para Lurah Pasar, menurut seberapa butuhnya yang akan digunakan. Apabila karcis tadi sudah diterima, Lurah Pasar kemudian memberikan pethuk kepada Inspektur menurut pola yang akan ditentukan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana. Inspektur memegang buku karcis menurut pola yang akan ditentukan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana, untuk mengingat jumlah karcis yang diterima dan yang diserahkan.

Setiap bulan paling lambat bulan ke 5, buku karcis serta surat-surat perhitungan dan lain-lainnya yang disebut di peraturan ini harus diserahkan kepada Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana untuk dicocokkan, setelah itu buku dan surat tadi seharusnya dikembalikan kepada inspektur.

15 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23. Op. Cit.

Perhitungan masalah ketersediaan karcis dilakukan oleh Lurah Pasar, itu langkah-langkahnya seperti dibawah ini:

1. Setiap hari setelah pasar selesai, Lurah Pasar mengisi laporan yang polanya akan ditentukan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana. Setelah diisi, laporan tersebut dimasukkan ke dalam laporan bulanan, yang polanya akan ditentukan oleh panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana, kemudian dilaporkan kepada Mantri Martanimpuna pada waktu yang sudah ditentukan dengan uang yang diterima. Kecuali itu jumlah karcis yang diterima dari Inspektur dalam sebulan, itu harus dimasukkan dalam laporan bulanan, dalam lajur yang sudah disediakan.

2. Diterimanya uang yang diserahkan tadi, Mantri Martanimpuna kemudian memberi tanda tangan pada bagian bulanan.

3. Pada akhir bulan, lajur bagian bulanan lalu dijumlah, setelah di jumlah laporan bulanan tadi diserahkan kepada Inspektur yang kemudian dicek seperlunya. Apabila ada perbedaan maka akan diselesaikan kembali oleh Lurah Pasar. Apabila uang yang diserahkan tersebut ada kekurangan, harus segera diganti oleh Lurah Pasar.

4. Pengecapan surat pertanda pelelangan padhasaran serta penyerahan kepada Inspektur supaya diserahkan kepada yang berwenang, yaitu

diserahkan kepada abdidalem. 16

16 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23. Op. Cit.

Inspektur memegang buku kas yang polanya akan ditentukkan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana, serta banyaknya uang yang diterima, dikeluarkan, dan dimasukkan ke kas Negara, sehingga dimasukkan kembali dalam buku kas tadi. Buku kas tadi sebelum digunakan harus sudah ditandai oleh abdidalem priyayi yang bekerja di kantor (sekretaris) yang akan ditentukan panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana.

Setiap akhir bulan buku kas tadi akan ditutup serta seberapa adanya uang pada hari terakhir, itu dimasukkan pada bulan yang ditentukan, dianggap uang yang diterima baru saja. Setiap bulan Inspektur menyerahkan laporan kepada panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana yang polanya akan ditentukan oleh panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana.Setiap tanggal 2, 12, dan 22 Inspektur memasukkan semua uang yang dipegang ke kas Negara, setelah tanggal 2, 12, dan 22, kas Negara akan ditutup, uang tadi akan dimasukkan pada hari lain setelah kas Negara buka lagi. Dalam memasukkan uang dengan laporan yang polanya akan ditentukan oleh panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana.

4. Rarantaman Keluar Masuknya Uang Praja Mangkunegaran. Setiap tahun sebelum tanggal 1 Juli Insplektur melakukan pelaporan rarantaman (rencana) keluar masuknya uang pasar kepada Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana untuk tahun yang akan dilaksanakan, dari tanggal 1 Januari sampai 1 Desember. Pada tahun 1916 ini, pelaksanaan pelaporan tadi sebelum tanggal 1 Oktober. Hal yang harus dimasukkan dalam rarantaman tadi seperti: 4. Rarantaman Keluar Masuknya Uang Praja Mangkunegaran. Setiap tahun sebelum tanggal 1 Juli Insplektur melakukan pelaporan rarantaman (rencana) keluar masuknya uang pasar kepada Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedana untuk tahun yang akan dilaksanakan, dari tanggal 1 Januari sampai 1 Desember. Pada tahun 1916 ini, pelaksanaan pelaporan tadi sebelum tanggal 1 Oktober. Hal yang harus dimasukkan dalam rarantaman tadi seperti:

1) Biaya pegawai pasar (gaji dan pembantu-pembantunya).

2) Biaya cap-capan, biaya kantor dan lain-lain.

3) Biaya untuk membersihkan (pasar) setiap harinya.

4) Biaya perbaikan yang wajar.

5) Biaya untuk membetulkan dan mendirikan kegiatan pasar.

b. Bab masuknya uang:

1) Uang sewa yang akan diterima jumlahnya boleh dikira-kira saja.

5. Perawatan dan Perbaikan Pasar Inspektur harus selalu memeriksa apa yang perlu dilakukan untuk kebaikan perawatan semua yang jadi keperluan pasar. Pekerjaan membersihkan pasar-pasar itu akan dilakukan oleh pembantu sendiri.Inspektur wajib berinisiatif memberikan sumbang saran kepada panjenengandalem Kanjeng Gusti Adipati Arya Prabu Prangwedan, supaya memerintahkan semua pekerjaan dan pelayanan yang dianggap perlu untuk kegiatan pasar. Inspektur tadi harus menegaskan sendiri pada blabag masalah perlunya pekerjaan dan layanan yang diangap perlu tadi. Adapun surat tagihan bayaran masalah pekerjaan dan pelayanan itu sebelumnya ada surat perintah pembayaran yang harus diberi tanda tangan dulu oleh Inspektur tadi, sebabagai tanda jika sudah melakukan pembayaran tadi.

6. Kasus-Kasus yang Terjadi Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII sudah ada kasus-kasus yang terjadi di lingkungan Kabupaten Parimpuna. Kasus-kasus tersebut meliputi penggelapan uang pajak.

Kasus yang dilakukan Demang Pontjojoedo, beliau adalah kepala desa Dajoe Kabupaten Karanganyar. Demang Pontjojoedo didakwa dengan tiga kasus yaitu: Kasus Pertama, jika ada orang yang mau menjual hewan, Demang Pontjojoedo meminta uang/ pajak masing-masing hewan sebesar f. 1 atau 60 sen kepada orang yang mau menjual hewan. Padahal dalam Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 23 tertulis bahwa jika ada orang yang mau menjual binatang dikenakan biaya sewa sebesar 10 sen untuk sapi atau kuda dan 3 sen untuk kambing. Kasus Kedua , jika ada orang minta ijin untuk memotong karangkitri, Demang Pontjojoedo meminta uang/ pajak f. 5 kepada para pemohon. Kasus Ketiga, setiap habis panen, satu tahun sekali,, meminta padi kepada bekel-bekelnya masing-masing

2 gedeng. 17 Setelah diperiksa, dari ketiga kasus-kasus di atas, hanya kasus pertama dan

ketiga yang terbukti, untuk kasus kedua tidak terbukti karena sasksi-saksinya kurang jelas (kuat). Setelah terbukti melakukan dua pelanggaran, maka pengadilan memtuskan bahwa Demang Pontjojoedo mendapat hukuman berupa:

a. Diturunkan pangkatnya yang semula Demang menjadi Ronggo.

b. Harus pindah (keluar) dari desa Dajoe.

17 Kepala Desa Karanganyar Minta Uang Pada Penjual Hewan, Kode Arsip P. 237, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.

c. Diancam apabila mengulangi kesalahannya, maka akan dilepas (dicopot) dari pangkatnya. 18

Ada juga sebuah kasus yang terjadi di desa Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri. Kasus ini dialami oleh Kepala Desa Sidoarjo (Pakdhe dari K.R.T. Pontjo Tjitro Kusumo). Kepala Desa Sidoarjo saat itu didakwa menggelapkan uang sebesar f 5. Setelah terbukti bersalah, maka Kepala Desa Sidoarjo dicopot dari jabatannya dan diperkarakan (dimeja-hijaukan) dan dipenjara. Mendengar keputusan itu, akhirnya adik Kepala Desa Sidoarjo (ayah dari K.R.T. Pontjo Tjitro Kusumo) membebaskan

Kepala Desa Sidoarjo dengan denda. 19 K.R.T. Pontjo Tjitro Kusumo pernah mengatakan pada masa Mangkunegoro

VII hampir tidak ada kasus-kasus seperti penggelapan uang, karena pada masa Mangkunegoro VII hokum benar-benar dijalankan. Siapapun yang terbukti bersalah akan dihukum baik itu masyarakat maupun pegawai pemerintahan. Apabila yang bersalah adalah pegawai pemerintahan maka salah satu hukumannya adalah diturunkan jabatannya atau dicopot dari jabatannya (dipecat) tergantung dari

kesalahannya. 20