Penghambatan Serangan F. oxysporum pada Benih Cabai

3.8 Asai Patogenitas F. oxysporum

Biakan F. oxysporum yang telah diremajakan di cawan petri selama 7 hari diinokulasikan pada 100 ml media Glucose yeast broth GYB di dalam labu erlenmeyer 250 ml dan diinkubasi pada suhu 30 o C selama 10 hari. Sebanyak 100 ml suspensi biakan F. oxysporum dicampur dengan 500 g campuran tanah dan kompos steril nisbah 3:1 di dalam nampan plastik berukuran 30 cm x 22 cm x 10 cm Suryanto 2010. Pada tiap nampan ditanam 30 benih cabai terenkapsulasi lalu ditutup dengan plastik lalu diamati selama 30 hari. Benih yang ditanam pada media yang tidak diinokulasi F. oxysporum digunakan sebagai kontrol - sedangkan benih yang ditanam pada media yang diinokulasi F. oxysporum digunakan sebgai kontrol +. Peubah yang diamati adalah tanaman yang terserang rebah kecambah selama masa persemaian 30 hari. Persentase rebah kecambah dihitung dari jumlah kecambah yang rebah dibagi jumlah seluruh kecambah yang tumbuh. Reisolasi ulang dilakukan terhadap F. oxysporum dengan memotong jaringan pada pangkal batang kecambah yang menunjukkan gejala rebah kecambah. Jaringan tersebut didesinfeksi dengan larutan 2 NaClO, dicuci dengan air steril sebanyak tiga kali dan ditanam pada media PDA. Isolat yang diperoleh diuji kembali patogenitasnya.

3.9 Penghambatan Serangan F. oxysporum pada Benih Cabai

Biakan F. oxysporum yang telah diremajakan di cawan petri selama 7 hari diinokulasikan pada 100 ml media PDB di dalam labu erlenmeyer 250 ml dan diinkubasi pada suhu 30 o C selama 10 hari. Sebanyak 100 ml suspensi biakan F. oxysporum dicampur dengan 500 g campuran tanah dan kompos steril nisbah 3:1 di dalam nampan plastik berukuran 30 cm x 22 cm x 10 cm. Ke dalam tiap nampan ditanam 30 benih cabai terenkapsulasi lalu ditutup dengan plastik lalu diamati selama 30 hari. Benih yang ditanam pada media yang tidak diinokulasi F. oxysporum digunakan sebagai kontrol. Peubah yang diamati adalah tanaman yang terserang rebah Universitas Sumatera Utara kecambah, tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat kering kecambah selama persemaian 30 hari. Pengurangan persentase rebah kecambah dihitung dari rumus : Pengurangan rebah kecambah = [ { ∑ Kontrol--∑Kontrol+} - ∑ kecambah rebah] [ ∑ Kontrol--∑Kontrol+] Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Viabilitas Bakteri Kitinolitik Dalam Enkapsulasi Untuk melihat viabilitas sel bakteri kitinolitik dalam enkapsulasi benih ditentukan dengan menggunakan metode standard plate count menggunakan media MGMK Suryanto 2001. Perhitungan jumlah koloni dilakukan pada hari ke- 0, 15 dan 30 Gambar 2. 1046 304 6026 1094 296 6116 4112 545 6102 4084 545 6332 1292 372 6026 1276 364 6116 746 304 6102 506 202 6332 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Hari ke- 0 Hari ke- 15 Hari ke- 30 Waktu pe nyimpanan be nih hari J um la h s e l ba kt e r i t e r e nka ps ul a si C F U be ni h TaBK15 SR TaBK17 SR AlBK15 SR AlBK17 SR TaBK 15 SK TaBK 17 SK AlBK 15 SK AlBK 17 SK Gambar 2. Jumlah bakteri kitinolitik dalam enkapsulasi Dari Gambar 2 terlihat bahwa jumlah sel bakteri terenkapsulasi pada benih mengalami penurunan. Hasil pengamatan mulai hari ke- 0, 15 dan 30 menunjukkan bahwa jumlah bakteri tertinggi pada hari ke- 0 terdapat pada TaBK15 yaitu 6332 Universitas Sumatera Utara CFUbenih, diikuti AlBK15 yaitu 6116 CFUbenih, lalu AlBK17 yaitu 6102 CFUbenih dan TaBK17 yaitu 6026 CFUbenih. Jumlah bakteri pada hari ke- 15 menunjukkan penurunan jumlah bakteri kitinolitik mengenkapsulasi benih tertinggi, seperti yang terjadi pada AlBK17 SK yaitu 506 CFUbenih dan penurunan yang tidak terlalu drastis pada AlBK15 SR yaitu 4112 CFUbenih dan AlBK17 SR yaitu 4084 CFUbenih, dikarenakan kondisi AlBK15 SR dan AlBK17 SR masih dalam keadaan baik pada saat terenkapsulasi, sedangkan jumlah bakteri kitinolitik yang tertinggi pada hari ke- 30 terdapat pada AlBK15 SR dan AlBK17 SR yaitu 545 CFUbenih, diikuti TaBK15 SK yaitu 372 CFUbenih, TaBK17 SK yaitu 364 CFUbenih, lalu TaBK15SR dan Albk15 SK yaitu 304 CFUbenih, TaBK17 SR yaitu 296 CFUbenih dan AlBK17 SK yaitu 202 CFUbenih. Benih cabai yang terenkapsulasi bakteri ktinolitik pada hari ke- 30 pada saat ditumbuhkan pada media tanam tidak menunjukkan pertumbuhan yang baik dikarenakan telah mengalami rebah kecambah pada minggu ke- 2 Gambar 6. Penurunan viabilitas kemungkinan dikarenakan perubahan kadar air benih terenkapsulasi selama penyimpanan. Salah satu tujuan pelapisan benih seed coating adalah untuk mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan Kuswanto 1996. Metode enkapsulasi benih dengan menggunakan mikroorganisme yang digunakan masih kurang baik. Seperti diketahui metode penunjang enkapsulasi yaitu pengeringan semprot dan pengeringan beku. Reyed 2007 menyatakan bahwa pengeringan beku merupakan pengeringan dengan pembekuan karena adanya perubahan dari bentuk es dalam bahan yang beku langsung menjadi uap air tanpa mengalami proses pencairan terlebih dahulu sublimasi, keuntungan dari pengeringan beku adalah dapat mengurangi kerusakan struktur biologi sel dan Robinson 1990 menyatakan bahwa pengeringan semprot sebagai suatu proses perubahan bahan dari bentuk cair ke bentuk partikel-partikel oleh suatu proses penyemprotan bahan ke dalam medium kering yang panas. Universitas Sumatera Utara

4.2 Uji Patogenitas F. oxysporum