Asai Viabilitas Bakteri Kitinolitik Dalam Enkapsulasi Asai Patogenitas F. oxysporum

3.6 Pembuatan Benih Cabai Merah Terenkapsulasi Tapioka-Bakteri Kitinolitik

Metode enkapsulasi yang digunakan merupakan modifikasi dari Mardhia 2010. Proses enkapsulasi diawali dengan perbanyakan bakteri kitinolitik pada media NA pada 30 o C selama 24 jam. Hasil subkultur biakan bakteri diambil dengan jarum ose dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades steril. Setelah itu dihomogenkan dengan cara divorteks dan disamakan kekeruhannya dengan standart Mac Farland sehingga diperoleh suspensi bakteri dengan kerapatan sel ~10 8 CFUml. Seribu benih cabai merah direndam ke dalam 10 ml suspensi bakteri kitinolit ik dengan kerapatan sel ~10 8 CFUml selama 30 menit, kemudian ditambahkan 3 ml gliserol, dan pati 4 tapioka. Semua bahan dicampur kemudian ditambahkan akuades steril sampai volumenya menjadi 100 ml lalu dikeringanginkan.

3.7 Asai Viabilitas Bakteri Kitinolitik Dalam Enkapsulasi

Jumlah koloni kultur bakteri kitinolitik ditentukan dengan menggunakan standard plate count. Cabai merah terenkapsulasi diambil, kemudian digerus lalu dicampurkan dengan 10 ml akuades steril, dipipet sebanyak 0,1 ml lalu ditumbuhkan pada media MGMK Suryanto 2001. Jumlah koloni bakteri kitinolitik yang tumbuh dihitung pada media MGMK yang ditandai dengan terdapatnya zona bening di sekitar koloni. Perhitungan jumlah koloni dilakukan pada hari ke- 0, 15, dan 30 dengan menggunakan perbedaan suhu penyimpanan yang berbeda pada suhu 26 o C-30 o C dan suhu dalam kulkas suhu 4 o C. Perlakuan benih berupa enkapsulasi alginat-kitosan Al, tapioka Ta dgn suhu penyimpanan berupa suhu ruang SR dan suhu kulkas SK, sehingga kombinasi perlakuan adalah AlBK15 SR, AlBK15 SK, AlBK17 SR, AlBK17 SK, TaBK15 SR, TaBK15 SK, TaBK17 SR dan TaBK17 SK. Universitas Sumatera Utara

3.8 Asai Patogenitas F. oxysporum

Biakan F. oxysporum yang telah diremajakan di cawan petri selama 7 hari diinokulasikan pada 100 ml media Glucose yeast broth GYB di dalam labu erlenmeyer 250 ml dan diinkubasi pada suhu 30 o C selama 10 hari. Sebanyak 100 ml suspensi biakan F. oxysporum dicampur dengan 500 g campuran tanah dan kompos steril nisbah 3:1 di dalam nampan plastik berukuran 30 cm x 22 cm x 10 cm Suryanto 2010. Pada tiap nampan ditanam 30 benih cabai terenkapsulasi lalu ditutup dengan plastik lalu diamati selama 30 hari. Benih yang ditanam pada media yang tidak diinokulasi F. oxysporum digunakan sebagai kontrol - sedangkan benih yang ditanam pada media yang diinokulasi F. oxysporum digunakan sebgai kontrol +. Peubah yang diamati adalah tanaman yang terserang rebah kecambah selama masa persemaian 30 hari. Persentase rebah kecambah dihitung dari jumlah kecambah yang rebah dibagi jumlah seluruh kecambah yang tumbuh. Reisolasi ulang dilakukan terhadap F. oxysporum dengan memotong jaringan pada pangkal batang kecambah yang menunjukkan gejala rebah kecambah. Jaringan tersebut didesinfeksi dengan larutan 2 NaClO, dicuci dengan air steril sebanyak tiga kali dan ditanam pada media PDA. Isolat yang diperoleh diuji kembali patogenitasnya.

3.9 Penghambatan Serangan F. oxysporum pada Benih Cabai