Hubungan Karies Dan Karies Tidak Dirawat Dengan Kualitas Hidup Pada Masyarakat Dewasa Usia 20-40 Tahun Di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

(1)

TIDAK DIRAWAT DENGAN KUALITAS HIDUP

PADA MASYARAKAT DEWASA USIA 20-40

TAHUN DI DESA DELI TUA KECAMATAN

NAMORAMBE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengakapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NURKAMILA SARI NIM: 100600013

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014 Nurkamila Sari

Hubungan karies dan karies tidak dirawat dengan kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

x+37

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita baik anak‐anak maupun orang dewasa, dan menjadi masalah yang sangat merugikan

masyarakat sekarang ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karies dan karies tidak dirawat dengan kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat dewasa berusia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe. Sampel pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling, berjumlah 210 orang. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan menggunakan Yate’s correction. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT 3,26±2,47 dan rata-rata PUFA 1,17±1,48. Kualitas hidup pada penelitian ini diukur dengan indeks Oral Health Impact Profile – 14 yaitu, dimensi kualitas hidup yang paling tinggi mempengaruhi aktifitas sehari-hari adalah dimensi rasa sakit fisik, yaitu sering merasa tidak nyaman ketika mengunyah makanan 37,60%, dan yang paling rendah pengaruhnya dalam aktifitas sehari-hari adalah dimensi hambatan 0,5%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan skor DMFT dengan kualitas hidup (p<0,05). Responden dengan skor DMFT rendah, kualitas hidup kategori baik 98,10% dan kategori sedang 1,90%, responden dengan skor DMFT tinggi, kualitas hidup kategori baik 40,00% dan kategori sedang 60,00%. Hasil analisis statistik juga menunjukkan ada hubungan antara skor PUFA dengan kualitas hidup (p< 0,05). Responden dengan skor PUFA rendah (0-2) persentase kategori kualitas hidup baik 98,30% dan kategori sedang 1,70% dan responden dengan skor PUFA tinggi (6-8) persentase kualitas hidup


(3)

kategori baik 33,30% dan kategori sedang 66,70%. Untuk meningkatkan kualitas hidup, kesehatan gigi dan mulut perlu tetap menjadi perhatian dengan mengupayakan strategi pencegahan dan pemeliharaan rongga mulut yang optimal.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Juli 2014

Pembimbing: Tanda tangan


(5)

PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM ANGGOTA : 1. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta penghargaan yang berharga kepada penulis.

4. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen penguji dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU atas masukan yang diberikan untuk menyempurnakan skripsi ini

5. Zulkarnain,drg.M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani program akademik.

Rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, Ibunda Luppiani Siambaton, serta terimakasih kepada abang dan adik penulis Rizky, Ayu, Rais, dan juga kepada Bu Cino, Pak Uya, Acik atas segala kasih sayang, doa, bimbingan dan semangat, serta dukungan yang selama ini diberikan kepada penulis.


(7)

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat penulis Mala, Elsa, Riska, Fandra, Dedi, Zulmi, Ridho, dan Malfi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan penulis di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat dan juga memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Gigi serta masyarakat.

Medan, Juli 2014

Penulis,

( Nurkamila Sari ) NIM: 100600013


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Karies Gigi ... 6

2.2 Indeks DMFT ... 10

2.3 Indeks PUFA ... 11

2.4 Karakteristik Dewasa Muda ... 12

2.5.Kualitas Hidup ... 13

2.6 Kualitas Hidup dan Kesehatan Rongga Mulut ... 14

2.7 Pengukuran Kualitas hidup Terkait Kesehatan Rongga Mulut ... 15


(9)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

3.4.1 Variabel Penelitian ... 20

3.4.2 Definisi Operasional ... 20

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 23

3.7 Etika Penelitian ... 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 24

4.2 Prevalensi karies penduduk Desa Deli Tua usia 20-40 tahun ... 24

4.3 Pengalaman Karies dan Karies Tidak Dirawat ... 25

4.4 Kualitas Hidup ... 26

4.5 Hubungan DMFT dan PUFA dengan Kualitas Hidup ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pulpitis ... 8

2. Ulserasi ... 9

3. Fistula ... 9

4. Abses ... 10


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indeks OHIP-14 ... 17 2. Karakteristik responden pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di 3.

Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe ... 24 3. Prevalensi karies pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli

Tua Kecamatan Namorambe ... 25 4. Rata-rata pengalaman karies (skor DMFT) dan karies tidak dirawat

(skor PUFA) pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli

Tua Kecamatan Namorambe ... 25 5. Distribusi frekuensi dimensi kualitas hidup pada masyarakat dewasa

usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe ... 26 6. Kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di

Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe ... 28 7. Hubungan karies (skor DMFT) dengan kategori kualitas hidup pada

masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan

Namorambe ... 28 8. Hubungan karies tidak dirawat (skor PUFA) dengan kategori kualitas

hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner hubungan karies dan karies tidak dirawat dengan kualitas hidup pada usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

2. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 3. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian dari kepala Desa Deli Tua

Kecamatan Namorambe

4. Hasil analisis perhitungan statistik


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas jasad renik yang ada didalam karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.

1

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita baik anak‐anak maupun orang dewasa, dan menjadi masalah yang sangat merugikan

masyarakat.2 Pada orang dewasa, karies gigi banyak terjadi pada kelompok usia 20-34 tahun. Berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) yang dikumpulkan sejak tahun 1999-2004 di Amerika Serikat, prevalensi DMFT pada penduduk usia 20-34 tahun adalah 85,58% dengan D 0,93; M 0,62; F 4,61. Usia 35-49 tahun 94,30% dengan dengan D 0,75; M 2,39; F 7,78. Usia 50-64 tahun 95,62% dengan D 0,55; M 5,30; F 9,20. Sedangkan prevalensi karies gigi permanen yang tidak dirawat usia 20-34 tahun 27,88%; usia 35-49 tahun 24,56%; dan usia 50-64 tahun 22,14%.3

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies di Indonesia telah mencapai 90,05% dan angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.1 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi penduduk Indonesia yang bermasalah gigi dan mulut 23,4%. Rata-rata karies yang diukur dengan indeks DMF-T 4,85 yang berarti rata-rata penduduk Indonesia mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orang. Selanjutnya dari hasil Riskesdas 2007 didapatkan, prevalensi karies gigi untuk kelompok usia 12 tahun 36,1% dengan DMF-T 0,91, kelompok usia 35-44 tahun prevalensi karies gigi mencapai 80,5% dengan DMF-T 4,46, sedangkan usia >65 prevalensinya 94,4% dengan DMF-T 18,27. Dari hasil Riskesdas ini dapat


(14)

disimpulkan adanya kecenderungan makin meningkat usia, makin tinggi prevalensi karies gigi dan tingkat kerusakan karies gigi (DMF-T). Demikian pula pada masyarakat di perkotaan mengalami kerusakan rata-rata 4,36 gigi per orang, sedang di pedesaan rata-rata 5,15 gigi per orang. Data Riskesdas tahun 2007 juga menunjukkan Sumatera Utara sendiri mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut yang mencapai 16,7% dengan indeks DMF-T mencapai 3,43 dengan komponen D (Decay) 0,89, M (Missing) 2,46, F (Filling) 0,05.4

Pengertian kedewasaan sebagai suatu fase dalam perkembangan berarti “sudah tumbuh dengan penuh” atau “selesai tumbuh.” Di Indonesia, usia 21 tahun dianggap sebagai batas kedewasaan. Pada usia ini, seseorang mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara, dengan begitu individu dapat melakukan kewajiban-kewajiban tertentu tidak tergantung pada orang tuanya seperti misalnya hal memilih, kewajiban tanggung jawab secara hukum, menikah tanpa izin orang tuanya.5

Masa dewasa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: masa dewasa muda (20-40 tahun), masa dewasa menengah ((20-40-65 tahun), dan masa dewasa akhir (65- meninggal). Dewasa muda adalah jenjang usia di mana tahap perkembangan seseorang sedang berada pada puncaknya. Peningkatan yang terjadi dimanifestasikan melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang luas, penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh ke depan, dan sebagainya. Berbagai keputusan penting yang mempengaruhi kesehatan, karir, dan hubungan antar pribadi diambil pada masa dewasa muda.5-6

Selama 70 tahun terakhir ini, data prevalensi karies gigi diperoleh dengan menggunakan indeks DMFT/dmft. Indeks klasik ini hanya memberikan keterangan mengenai karies, restorasi atau tambalan, dan perawatan pencabutan gigi, tetapi tidak menyediakan informasi tentang akibat klinis karies gigi yang tidak dirawat, seperti sudah terkenanya pulpa dan abses gigi yang mungkin menjadi masalah yang lebih serius dibandingkan lesi karies. Skor indeks PUFA hadir untuk mencatat keparahan kerusakan gigi dengan terlibatnya pulpa atau pulpitis (P/p), ulserasi (U/u), fistula (F/f) dan abses (A/a).7 Berdasarkan data National Adult Health Survey (NAHS) tahun 2009, sebanyak 7% orang dewasa di Inggris menderita PUFA.8


(15)

Gangguan-gangguan yang disebabkan karena masalah rasa sakit yang ditimbulkan akibat karies dan karies yang tidak dirawat pada sebagian individu dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari seperti penurunan waktu tidur, waktu luang yang terganggu, gangguan asupan makanan, dan gangguan psikologis yang berhubungan dengan kepercayaan diri, serta hilangnya waktu sekolah dan waktu kerja.9 Di Indonesia, berdasarkan SKRT-SURKESNAS 2001 sebanyak 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi, dalam satu tahun berkisar antar 2,50-5,28 hari, dengan rata-rata sekitar 3,86 hari.1

Penelitian yang dilakukan Dorri dkk. menunjukkan prevalensi dampak kesehatan rongga mulut yang diukur dengan indeks OIDP pada orang dewasa di Persia sangat tinggi. Sebanyak 64,9% responden setidaknya mengalami satu dampak OIDP dalam 6 bulan terakhir. Dampak yang paling berpengaruh adalah kesulitan saat makan dilaporkan oleh 35,1% responden. Dampak oral lainnya adalah kesulitan bekerja sebanyak 22,1% dan sulit tidur 21,8%. Sebagian besar responden mengalami kesulitan menunjukkan gigi sambil tersenyum 18,2%; bersosialisasi dengan orang lain 17,5% dan beristirahat 14,4%.10

Desa Deli Tua adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Namorambe di Kabupaten Deli Serdang, merupakan Kabupaten yang ada di propinsi Sumatera Utara. Penelitian tentang hubungan skor rata-rata PUFA dengan kualitas hidup belum pernah dilakukan di daerah ini. Peneliti secara langsung melihat dan berbincang dengan beberapa anggota masyarakat setempat dan menemukan bahwa kurangnya sikap peduli masyarakat setempat terhadap kesehatan gigi, hingga dapat menyebabkan terganggunya aktifitas sehari-hari. Hal ini didukung dengan data pasien klinik gigi di daerah tersebut yang hanya melakukan perawatan-perawatan emergensi saja, yaitu pencabutan gigi. Berdasarkan apa yang diuraikan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui skor DMFT dan skor PUFA serta hubungannya dengan kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang.


(16)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan: Bagaimana hubungan karies dan karies tidak dirawat dengan kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies (skor DMFT) pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

2. Untuk mengetahui rata-rata karies tidak dirawat (skor PUFA) pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

3. Untuk mengetahui kategori kualitas hidup masyarakat usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

4. Untuk mengetahui hubungan karies (skor DMFT) dengan kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

5. Untuk mengetahui hubungan karies tidak dirawat (skor PUFA) dengan kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

1.4Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara karies (skor DMFT) dengan kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.

2. Ada hubungan antara karies tidak dirawat (skor PUFA) dengan kategori kualitas hidup pada masayarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe.


(17)

1.5Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan gigi di Dinas Kesehatan dalam merencanakan program kesehatan masyarakat usia dewasa.

2. Sebagai bahan untuk menambah kepustakaan di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi MasyarakatFakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Karies Gigi

Ada tiga faktor utama yang memegang peranan terbentuknya lubang gigi, yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1

Karies gigi disebabkan oleh beberapa jenis bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang berasal dari sisa-sisa makanan di rongga mulut. Asam yang diproduksi tersebut mempengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang terurai dan membuat lubang pada gigi. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, dan berbagai kasus berbahaya. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan pola makan. Saat ini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.11-2

Karies gigi pada awalnya tidak menimbulkan rasa sakit, namun selanjutnya dapat menimbulkan rasa sakit, baik pada gigi yang terkena maupun daerah sekitar gigi tersebut. Rasa sakit ini pada permulaannya didahului oleh sakit yang ringan pada saat gigi kontak makanan/ minuman dingin atau panas. Apabila lubang gigi dan invasi bakteri semakin dalam pada enamel dan dentin gigi, rasa sakit muncul sesekali dan semakin tajam. Apabila invasi bakteri sudah sampai ke pulpa gigi yang terdiri atas pembuluh darah dan syaraf gigi, maka terjadi infeksi pada pulpa yang disebut dengan pulpitis yang akan menyebabkan rasa sakit yang sangat dan berdenyut. Serangan bakteri yang terus-menerus pada pulpa akan menyebabkan pulpa meradang


(19)

dan kemudian mati. Bila syaraf gigi sudah mati biasanya rasa sakit akan berakhir, namun keadaan ini dapat berlanjut lebih buruk lagi dengan terjadinya abses sekitar gigi yang menimbulkan rasa sakit yang sangat.13

Dalam proses peradangan pulpa, perubahan pulpa yang terkena infeksi umumnya kronis. Protein mengalami denaturasi dan toksin yang dibebaskan pada proses perusakan pulpa dapat menjalar dan menimbulkan reaksi yang bersifat infeksi pada jaringan periodontal.14 Beberapa masalah yang akan timbul bila karies yang ada terus dibiarkan antara lain pulpitis, ulserasi, fistula dan abses alveolar.

a. Pulpitis

Pulpitis merupakan proses radang pada jaringan pulpa gigi, yang pada umumnya merupakan kelanjutan proses karies. Jaringan pulpa terletak di dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses radang, secara klinik sulit untuk menentukan seberapa jauh proses radang tersebut terjadi.15

Selama ini radang pulpa ditentukan dengan adanya keluhan rasa sakit yang sifatnya subyektif. Secara patofisiologik, pulpitis dibagi menjadi pulpitis reversibel dan pulpitis ireversibel.14,16

1. Pulpitis reversibel

Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodonsium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.15,17

Pulpitis reversibel simtomatik ditandai dengan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin daripada panas. Tidak berlangsung secara spontan dan tidak berlanjut jika penyebabnya dihilangkan. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies pada gigi direstorasi dengan baik. 14


(20)

2. Pulpitis ireversibel

Pulpitis ireversibel merupakan perkembangan lanjut pulpitis reversibel, merupakan kondisi inflamasi pulpa yang persisten dan tidak dapat pulih kembali walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpitis ireversibel dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh stimulus noksius. Pulpitis ireversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan beberapa menit hingga berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus termal dihilangkan.14,17

Gambar 1. Pulpitis 18 b. Ulserasi

Ulserasi merupakan lesi yang berbentuk cekung yang berbatas jelas. Lokasi yang paling umum terjadi ulser seperti pada bibir, mukosa bukal, dan lidah. Traumatik ulser dapat disebabkan oleh gigi yang patah atau tajam, tambalan yang kurang baik, iritasi gigi tiruan, iritasi kawat ortodontik, dan adanya kemungkinan luka yang diakibatkan oleh diri sendiri seperti tergigit ketika makan atau kebiasaan menggigit bibir.16

Ulser ini dapat terjadi pada berbagai tingkatan usia dan jenis kelamin.Secara klinis ulserasi biasanya permukaannya terlihat cekung dan berbentuk oval, nyeri serta dikelilingi daerah eritema (kemerahan). Dasarnya ditutupi oleh eksudat fibrin, biasanya berwarna kuning-kelabu dan pada tahap selanjutnya ditutupi oleh jaringan


(21)

granulasi dan regenerasi epithelium. Setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan sembuh dalam waktu dua minggu.16

Gambar 2. Ulserasi19 c. Fistula

Karies gigi yang lama tidak dirawat menyebabkan peradangan pada sekitar fragmen akar gigi. Peradangan ini menyebabkan kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi. Peradangan yang lama dan infeksi karies gigi dapat menimbulkan nanah pada sekitar fragmen akar yang karies sebagai perlawanan tubuh terhadap bakteri, dan akhirnya nanah yang terkumpul akan keluar tubuh melalui permukaan yang terdekat. Daerah yang terdekat yaitu menembus tulang tipis dan mukosa bukal, melalui saluran yang disebut fistula. 17


(22)

d. Abses alveolar

Abses alveolar adalah suatu kumpulan nanah yang terbatas pada tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah kematian pulpa, dengan perluasan infeksi ke dalam jaringan periradikular melalui foramen apikal. Abses akut merupakan kelanjutan proses karies yang kemudian menyerang jaringan pulpa dan berkembang ke jaringan periradikular, yang dapat menyebabkan infeksi.Jika infeksi berkembang, pembengkakan menjadi lebih nyata dan meluas melebihi tempat semula. Gigi terasa lebih sakit, memanjang dan goyah. Kadang-kadang rasa sakit mereda atau hilang sama sekali sedangkan jaringan didekatnya tetap membengkak. Bila dibiarkan tanpa perawatan, infeksi mungkin berkembang menjadi osteitis, periostitis, selulitis atau osteomielitis. Nanah yang terkandung dapat keluar untuk membentuk suatu fistula, biasanya lubang pada mukosa labial atau bukal.14,16

Gambar 4. Abses 21

2.2Indeks DMFT

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka mengenai keadaan suatu golongan/kelompok suatu penyakit gigi tertentu. Indeks dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar


(23)

penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam. Ada beberapa indeks yang biasa digunakan, seperti indeks DMFT Klein dan indeks DMFT menurut WHO.1

Indeks DMFT Klein diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks ini berdasarkan fakta bahwa jaringan keras gigi tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Prosedur pemeriksaannya yaitu setiap gigi diperiksa menggunakan kaca mulut, eksplorer/ sonde dan penerangan yang cukup. Setiap gigi diobservasi secara visual. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rata-rata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.1,22 Kriteria untuk pencatatan indeks DMFT Klein22:

1. Decayed (D) dicatatat bila adanya lubang pada mahkota gigi yang rusak akibat proses karies.

2. Missing (M) dicatat bila: hilangnya gigi permanen karena sudah dicabut akibat karies (missing extracted) dan gigi dengn lesi karies yang tidak dapat direstorasi lagi merupakan indikasi pencabutan (missing indicated) .

3. Fillig (F) dicatat bila adanya gigi dengan tambalan atau restorasi yang sempurna.

2.3 Indeks PUFA

Karies gigi yang tidak dirawat merupakan masalah kesehatan umum yang mendunia. Namun hanya ada data yang terbatas akibat klinis karies gigi yang tidak dirawat karena tidak adanya cara untuk mengukur prevalensi dan keparahan kondisi oral akibat karies yang tidak dirawat. Ketidakmampuan indeks DMF untuk memberikan informasi mengenai akibat karies yang tidak dirawat seperti abses, yang bahkan lebih serius dari karies merupakan dasar dari perkembangan indeks PUFA.7,23

Indeks PUFA/ pufa adalah indeks yang digunakan untuk menilai adanya kondisi mulut akibat karies yang tidak dirawat. Indeks ini dicatat secara terpisah dari


(24)

DMFT/dmft dan menilai adanya pulpa yang terpapar, ulserasi mukosa mulut, fistula atau juga abses. Lesi di sekitar jaringan mukosa mulut yang tidak diakibatkan oleh gigi dengan pulpa yang terpapar sebagai akibat dari karies tidak di catat atau diperhitungkan. Penilaian ini dilakukan secara visual tanpa menggunakan sebuah alat. Hanya satu nilai/ skor yang diberikan pada satu gigi. Apabila ada keraguan mengenai perluasan dari infeksi odontogenik, maka diberikan nilai dasar (P/p untuk keterlibatan pulpa). Jika gigi sulung dan pengganti gigi tetapnya sudah erupsi dan keduanya dalam tahap infeksi odontogenik, kedua gigi tersebut akan diberikan skor. Huruf besar untuk gigi permanen dan huruf kecil untuk gigi sulung. Kode dan kriteria untuk indeks PUFA adalah sebgai berikut: 7,23-4

P/p: Keterlibatan pulpa dicatat apabila kamar pulpa terbuka, kelihatan atau struktur korona gigi rusak karena proses karies atau hanya akar gigi yang sisa. Probing tidak dilakukan untuk mendiagnosa keterlibatan pulpa.

U/u: Ulserasi karena trauma bagian tajam gigi, dicatat apabila sisi yang tajam dari gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar menyebabkan traumatik ulser di sekitar jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal.

F/f: Fistula dicatat bila ada saluran pus yang berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa.

A/a: Abses dicatat jika terdapat pembengkakan yang mengandung pus yang berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa.

Skor PUFA/pufa per orang dihitung sama seperti perhitungan DMFT. Skor setiap individu berkisar antara 0-20 untuk pufa gigi primer dan 0-32 untuk PUFA gigi permanen. Prevalensi PUFA/ pufa dihitung dalam bentuk persentase dari populasi dengan skor PUFA/ pufa.7,24

2.4Karakteristik Dewasa Muda

Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berinteraksi dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah


(25)

waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase yaitu; masa dewasa muda (dewasa awal), masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut (usia lanjut/ dewasa akhir).3

Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Orang dewasa muda berada dalam masa transisi, baik transisi secara fisik (physically transition) transisi secara intelektual (cognitive transition), serta transisi peran sosial (social role transition).3 Masa dewasa muda umumnya berada pada kondisi fisik dan intelektual yang baik. Pada masa ini, mereka membuat keputusan karir dan membentuk hubungan yang intim. Secara fisik seorang dewasa muda menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak.3,4

2.5 Kualitas Hidup

Tidak mudah untuk mendefinisikan kualitas hidup secara tepat. Pengertian mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun semua pengertian tersebut tergantung siapa yang membuatnya. Seperti halnya definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian juga mengenai pkualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya. 25

Pada umumnya kualitas hidup dapat didefinisikan sebagai tingkatan kesenangan. Kualitas hidup merupakan konsep yang lebih luas dari status kesehatan seseorang dan status sosial. Literatur menyatakan ada beberapa komponen yang terdapat dalam kualitas hidup yaitu kemampuan fungsional (meliputi kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk bekerja), tingkat kualitas sosial dan intearaksi dalam masyarakat, kesehatan psikologi, kesehatan fisik dan kepuasan hidup.26

Yang dimaksud dengan kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO) adalah persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar


(26)

dan kepedulian selama hidupnya.27 Kualitas hidup yang baik ditemukan pada seseorang yang dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, sesuai tahap perkembangannya. Kualitas hidup individu dapat dilihat dari lima hal, yaitu produktivitas kerja, kapabilitas intelektual, stabilitas emosi, perannya dalam kehidupan sosial, serta ditunjukkan dengan adanya kepuasan hidup yang baik dari segi materi maupun nonmateri.28

Secara umum terdapat 5 bidang (domain) yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut 25, 27, 29 :

1. Kesehatan fisik (physical health): kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat.

2. Kesehatan psikologis (psychological health): cara berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

3. Tingkat aktivitas (level of independence): mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja.

4. Hubungan sosial (social relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. 5. Lingkungan (environment): keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja.

2.6 Kualitas Hidup dan Kesehatan Rongga Mulut

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respons emosi penderita terhadap aktifis sosial, emosional, pekerjaan, dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.25

Konsep kualitas hidup yang dimaksud dalam penulisan ini dikembangkan dari konsep sehat WHO, yaitu respons individu dalam kehidupan sehari-hari terhadap fungsi fisik, psikis, dan sosial akibat karies yang tidak dirawat yang dialami individu.


(27)

Konsep ini menekankan pentingnya pengukuran fungsi bukan hanya tidak adanya penyakit.26

Dalam bidang kedokteran gigi, dampak kesehatan mulut pada kemampuan fungsi dan kesejahteraan individu (dimensi kualitas hidup) dikenal sebagai Oral Quality of Life (OQoL). Oral Qualityof Life merupakan suatu konsep yang mencakup kedua dampak fungsi sosial dan psikologis dari penyakit gigi dan mulut terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup. Untuk mendefinisikan Oral Quality of Life, International Collaborative Study (ICS) II juga menggunakan 3 dimensi yang sama yang digunakan untuk kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup, yaitu simtom fisik penyakit gigi dan mulut, persepsi kesejahteraan, kemampuan fungsi (fungsi sosial dan psikologis) yang disebabkan oleh masalah kesehatan mulut. Oral Quality of Life ataupun Oral Health-Related to Quality of Life yang mempunyai indikator-indikator kualitas hidup dengan demikian dapat digunakan untuk menilai dampak kesehatan mulut terhadap kualitas hidup.30

2.7 Pengukuran Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Rongga Mulut

Kondisi kesehatan rongga mulut mempunyai dampak pada kualitas hidup karena dapat mempengaruhi fisik dan psikologis seseorang. Sejak tahun 1990-an, alat ukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut telah dikembangkan. Alat ukur untuk menilai kesehatan mulut terhadap kualitas hidup telah dikembangkan mulai 20 tahun yang lalu, antara lain ada yang ditujukan untuk anak-anak (Child Oral Health Quality of Life Questionnaire), usia lanjut (Geriatric/General Oral Health Assessment Index/GOHAI), Oral Health Impact Profile (OHIP-49), Oral Health Impact Profile (OHIP-14) (short version), Oral Impact on Daily Performance (OIDP), Orthognatic Quality of Life Questionnaire.31

a. Oral Health Impcat Profile (OHIP-49)

OHIP merupakan sosiodental indikator yang menggunakan indeks yang telah diberi bobot untuk mengukur persepsi masyarakat mengenai dampak sosial dan


(28)

kehidupan sehari-hari akibat dari kelainan gigi dan rongga mulut.32 OHIP digunakan di tahun 1988 oleh Adult Dental Health survey.

OHIP berdasar dari model konsep kesehatan rongga mulut menurut Locker yang mengklasifikasikan keparahan, disabilitas, serta hambatan, yang selanjutnya dimodifikasi secara eksklusif pada konsep ketidakmampuan dan hambatan. Slade and Spencer mengadaptasi dan mengusulkan tujuh dimensi pengaruh kelainan rongga mulut terhadap kualitas hidup, yaitu: keterbatasan fungsi, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikologis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikologis, ketidakmampuan sosial dan hambatan (handicap). Setiap dimensi ini menilai 7 pertanyaan untuk jenis pengalaman masalah (totalnya 49 pertanyaan), menjadi OHIP-49. OHIP-49 ini menanyakan nilai pengaruh kesehatan rongga mulut mereka dalam dimensi yang berbeda dari kehidupan mereka.33

Gambar 2.Model konsep kesehatan rongga mulut Locker’s 34

b. Oral Health Impact Profile -14

Oral Health Impact Profile - 14 (OHIP -14) adalah metode terkenal yang digunakan untuk mengidentifikasi dimensi dalam Oral Hygine Related Quality of Life


(29)

(OHRQoL), karena merupakan satu instrumen yang paling popular untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap dampak gangguan oral dengan kesejahteraan sosial atau kualitas hidup. OHIP – 14 dikembangkan sebagai versi pendek dari OHIP - 49 yang diadaptasi dari kerangka WHO dan digunakan untuk mengklasifikasikan gangguan dan cacat pada rongga mulut. OHIP - 14 terdiri dari 14 item terorganisir dalam tujuh sub skala, yang menangani aspek kesehatan mulut yang dapat membahayakan fisik, psikologis dan kesejahteraan sosial.33-4

OHIP telah digunakan di banyak negara untuk mengevaluasi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut.OHIP-14 menanyakan responden untuk menilai pengaruh kesehatan rongga mulut pada dimensi yang berbeda dari kehidupan sehari-hari mereka. Untuk setiap pertanyaan OHIP-14, subyek ditanya seberapa sering mereka memiliki pengalaman pengaruh kelainan rongga mulut pada waktu terdahulu dengan menggunakan skala Likert, : 0 = tidak pernah, 1 = sangat jarang, 2 = kadang-kadang, 3 = lumayan sering, 4 = sangat sering. Rentang skornya dari 0 (“tidak pernah” pada setiap pertanyaan) hingga 56 (“sangat sering” pada setiap pertanyaan). Oleh karena itu, nilai OHIP-14 tertinggi menggambarkan pengaruh negatif dari kelainan rongga mulut pada kualitas hidup (QoL). 33-4

Tabel 1. Indeks OHIP-14

No Dimensi Kualitas Hidup Butir Pertanyaan

1. Keterbatasan fungsi Sulit mengucapkan kata

Tidak dapat mengecap dengan baik 2. Rasa sakit Sakit di rahang

Tidak nyaman mengunyah 3. Ketidaknyamanan psikis Merasakan ketegangan/ stres

Merasa cemas/ khawatir 4. Ketidakmampuan fisik Diet kurang memuaskan


(30)

2.6 Kerangka Konsep

5. Ketidakmampuan psikis Sulit merasa rileks Merasa malu

6. Ketidakmampuan social Cepat marah dengan orang lain

Sulit mengerjakan pekerjaan sehari-hari 7. Hambatan Hidup terasa kurang memuaskan

Tidak dapat berfungsi

DMF-T:

Decay Missing Filling

PUFA:

• Pulpitis • Ulserasi • Fistula • Abses

Kualitas hidup (indeks OHIP-14):

• Keterbatasan fungsi fisik (Sulit mengucapkan kata, tidak dapat mengecap dengan baik)

• Rasa sakit fisik (Sakit di rahang, tidak nyaman mengunyah)

• Ketidaknyamanan psikis (Merasakan ketegangan, menyadari ada yang salah pada gigi dan mulut

• Ketidakmampuan fisik (Diet kurang memuaskan, terhenti makan karena sakit gigi)

• Ketidakmampuan psikis (Sulit merasa rileks, merasa malu)

• Ketidakmampuan sosial (Cepat marah dengan orang lain, sulit mengerjakan pekerjaan sehari-hari)

• Hambatan (Hidup terasa kurang memuaskan, tidak dapat berfungsi)


(31)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu menjelaskan hubungan faktor risiko karies (skor DMFT), karies yang tidak dirawat (skor PUFA) dengan faktor efek kualitas hidup.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe, Deli Serdang. Penelitian dilakukan selama tujuh bulan, dimulai dari bulan Juli 2013 hingga bulan Juli 2014.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah penduduk usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe. Kriteria inklusi penelitian ini adalah responden yang kooperatif serta bersedia mengisi kuesioner dan lembar persetujuan mengikuti penelitian ini(informedconcent). Pengambilan sampel (responden) dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Berdasarkan data dari National Adult Health Survey (NAHS) tahun 2009, prevalensi orang dewasa yang mengalami lesi PUFA sebesar 7% atau 0,07. Besar sampel pada penelitian ini di dapat:

n = [Zα + Zβ

(Pa-Po)2

]2

= [1,96 + 1,282 ]2

2


(32)

Dengan ketentuan : n : jumlah sampel

Zα : deviat baku alfa = 1,96

Zβ : deviat baku beta = 1,282 Po : 7% (0,07)

Pa : proporsi yang diinginkan (Pa-Po): 7%

Pada tingkat kepercayaan sebesar 95% dan memperhitungkan drop-out sebesar 15%, maka besar sampel optimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 210.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, skor DMFT, skor PUFA dan kualitas hidup.

3.4.2 Definisi Operasional

1. Umur: dihitung hingga ulang tahun terakhir, usia 20-40 tahun. 2. Jenis kelamin: pria dan wanita

3. Pengalaman karies gigi:

a. D (Decayed) adalah gigi tetap dengan lubang pada mahkota gigi yang rusak akibat proses karies.

b. M (Missing): Mi (Missing indicated) adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas, gigi tinggal radiks serta karies dengan polip pulpa. Me (missing extracted) merupakan gigi tetap yang sudah dicabut.


(33)

permanen, tidak ada karies sekunder atau karies primer

Total skor DMFT didapat dengan menjumlahkan skor D, M, dan F. Kategori DMFT menurut Oral Health Surveys Basic Methods dari WHO untuk orang dewasa yaitu:

a. Rendah : 0-5 b. Sedang : 5-9 c. Tinggi : > 9

4. Karies yang tidak dirawat, diukur dengan indeks PUFA:

P: Keterlibatan pulpa dicatat apabila kamar pulpa terbuka dan kelihatan struktur korona gigi rusak karena proses karies atau hanya akar gigi yang sisa. Probing tidak dilakukan untuk mendiagnosa keterlibatan pulpa.

U: Ulserasi karena trauma akibat bagian tajam gigi dicatat apabila sisi yang tajam dari gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar menyebabkan traumatik ulser di sekitar jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal.

F: Fistula, adanya saluran pus yang berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa.

A: Abses, terdapat pembengkakan yang mengandung pus yang berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa.

Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu kategori saja yaitu P, U, F, atau A. PUFA dihitung dengan menjumlahkan P+U+F+A. Pembagian kategori skor PUFA yaitu nilai minimum dan maksimum yang diperoleh dibagi menjadi tiga kategori dengan jarak interval yang sama, maka kategori PUFA yang didapat yaitu: rendah (0-2), sedang (3-5), dan tinggi (6-8).

5. Kualitas hidup.

Kualitas hidup adalah respons terhadap gejala yang dialami responden akibat karies (DMFT) dan karies tidak dirawat (PUFA) dalam kehidupan sehari-hari selama tiga bulan terakhir terhadap keterbatasan fungsi fisik, rasa sakit fisik, ketidak- nyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan hambatan.


(34)

Pengukuran kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) diukur menggunakan kuesioner skala indeks Oral Health Impact Profile (OHIP–14) dari Slade GD dengan lima skala Likert yang terdiri atas tujuh dimensi (keterbatasan fungsi, sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial, dan handikap/hambatan). Tujuh dimensi tersebut merupakan dampak akibat dari kelainan atau permasalahan pada rongga mulut yang nantinya akan berpengaruh pada kualitas hidup. Setiap dimensi terdiri atas dua pertanyaan dan ditanyakan seberapa sering dialami dalam tiga bulan terakhir dengan menggunakan lima skala Likert, yaitu: 0 = tidak pernah, 1 = sangat jarang, 2 = kadang–kadang, 3 = sering, dan 4 = sangat sering.

Peneliti menggunakan skala indeks OHIP-14 yang terdiri atas 14 pertanyaan karena lebih sederhana serta supaya lebih mudah dan menyingkat waktu dalam mewawancarai responden mengenai dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup. Total skor nilai OHIP-14 berkisar antara 0-56. Jumlah skor diperoleh dengan menambahkan skor dari masing-masing pertanyaan. Skor tertinggi menunjukan kualitas hidup yang buruk dan begitu sebaliknya. Kategori kualitas hidup pada penelitian ini merupakan modifikasi peneliti yaitu dengan membagi total skor, yaitu <50% total skor (<28) merupakan kategori baik, 50%-75% total skor (28-42) merupakan kategori sedang, dan >75% total skor (>(28-42) merupakan kategori buruk.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara pemeriksaan DMFT, PUFA dan wawancara tentang kualitas hidup:

1. Pengambilan data jumlah responden usia dewasa dilakukan di kantor kepala desa.

2. Peneliti mewawancarai responden untuk mendapatkan data yang meliput: nama, jenis kelamin, usia, kemudian mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.


(35)

3. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan dengan menggunakan lembar pemeriksaan DMFT dan PUFA. Alat yang digunakan berupa sonde, kaca mulut, serta penerangan senter untuk melihat kondisi rongga mulut yang meliputi adanya gigi berlubang (karies), gigi yang hilang, gigi yang direstorasi, gigi yang dirawat saluran akarnya, terbuka dan terlihatnya pulpa, ulserasi, fistula, dan abses.

4. Peneliti mewawancarai responden untuk mendapatkan data kualitas hidup responden. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir kuesioner OHIP yang tersedia.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputer. Melihat distribusi tingkat kualitas hidup berdasarkan skor DMFT dan PUFA. Analisa data sokr DMFT dan skor PUFA menggunakan uji statistik Chi-Squre dengan Yate’s correction.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

2. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.


(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakterisitik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 210 orang responden ternyata responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki, perempuan sebanyak 140 orang (66,70%) dan laki-laki 70 orang (33,30%). Responden pada penelitian ini berusia 20-40 tahun. Jumlah responden terbanyak berusia 20-24 tahun yaitu 32,28% dan yang paling sedikit usia 30-34 tahun yaitu 18,10%. (Tabel 2)

Tabel 2. Karakteristik responden pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (n=210)

Karakteristik n %

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

70 140

33,30 66,70 Usia (Tahun)

20-24 25-29 30-34 35-40

68 41 38 63

32,28 19,52 18,10 30,00


(37)

4.2 Prevalensi karies penduduk Desa Deli Tua usia 20-40 tahun

Prevalensi responden penduduk Desa Deli Tua usia 20-40 tahun yang mengalami karies gigi sebesar 85,70%, dan responden yang mempunyai PUFA sebesar 54,80%. (Tabel 3)

Tabel 3. Prevalensi karies pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (n=210)

4.3 Pengalaman Karies dan Karies Tidak Dirawat

Rata-rata pengalaman karies gigi (DMFT) adalah 3,26±2,47, dengan rata-rata D 1,69 ± 1,23; M 1,53 ± 2,08; dan F 0,04 ± 0,22. Rata-rata-rata pengalaman karies gigi yang tidak dirawat (PUFA) adalah 1,17± 1,48; dengan rata-rata Pulpitis 1,17± 1,48, pada penelitian ini tidak dijumpai adanya Ulserasi dan Fistula, sedangkan rata-rata Abses adalah 0,0 ± 0,07. (Tabel 4)

Prevalensi karies n %

Prevalensi karies

Ya Tidak

180 30

85,70 14,30 Prevalensi karies yang tidak dirawat

Ya Tidak

115 95

54,80 45,20


(38)

Tabel 4. Rata-rata pengalaman karies (skor DMFT) dan karies tidak dirawat (skor PUFA) pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (n=210)

4.4 Kualitas Hidup

Pada dimensi keterbatasan fungsi yang sering mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata (berbicara) sebesar 2,90% dan yang sulit mengecap rasa makanan dengan baik sebesar 4,30%. Dimensi sakit fisik yang sering merasakan sangat sakit pada rongga mulut sebesar 3,80% dan yang sering merasa tidak nyaman/ tidak enak saat mengunyah makanan sebesar 37,60%. Dimensi ketidaknyamanan psikis yang sering merasa cemas/ khawatir sebesar 6,20% dan yang sering merasa tegang/stress hanya 1,90%. Dimensi ketidakmampuan fisik yang sering merasa tidak puas dengan makanan yang dikonsumsi sebesar 25,30% dan yang sering berhenti makan secara tiba-tiba 3,30%. Dimensi ketidakmampuan psikis yang sering merasa sulit untuk bersantai/ rileks sebesar 3,40% dan yang sering merasa malu 6,20%. Dimensi ketidakmampuan sosial yang sering menjadi mudah marah/ tersinggung sebesar 1,90% dan yang sangat sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan hanya 1,40%.

Pengalaman Karies Gigi

X

±SD

Decayed (D) Missing (M) Filling (F) DMFT

1,69 ± 1,23 1,53 ± 2,08 0,04 ± 0,22 3,26 ± 2,47

Akibat karies yang tidak dirawat

X

±SD

Pulpitis (P) Ulserasi (U) Fistula (F) Abses (A) PUFA

1,17 ± 1,48 0 0 0,0 ± 0,07 1,17 ± 1,48


(39)

Dimensi handicap (hambatan) yang sering merasa hidupnya kurang memuaskan sebesar 3,30% dan yang kadang-kadang menjadi tidak berdaya 0,50%. (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi frekuensi dimensi kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe(n=210)

Dimensi kualitas hidup

Tidak pernah

Jarang (1-2 kali sebulan) Kadang-kadang (1-2 kali seminggu) Sering (3-4 kali seminggu) Sangat sering (setiap hari)

n % n % n % n % n %

Keterbatasan fungsi

• Sulit mengucapkan kata / kalimat

• Tidak dapat

mengecap rasa makanan dengan baik

190 166 90,50 79,00 8 14 3,80 6,70 5 21 2,40 10,00 7 9 2,90 4,30 0 0 0 0 Sakit fisik

• Merasa sangat sakit pada rongga mulut

• Merasa tidak nyaman saat mengunyah makanan. 162 89 77,10 42,40 23 8 11,0 3,80 17 34 8,10 16,20 8 54 3,80 25,70 0 25 0 11,90 Ketidaknyamanan psikis

• Merasa cemas/

khawatir

• Merasa tegang/ stress 163 195 77,60 92,90 12 5 5,70 2,40 22 6 10,50 2,90 13 4 6,20 1,90 0 0 0 0 Ketidakmampuan fisik

• Merasa tidak puas terhadap makanan yang dikonsumsi

• Berhenti secara tiba-tiba saat mengunyah makanan 125 176 59,50 83,80 9 13 4,30 5,70 23 14 11,00 6,70 39 7 18,60 3,30 14 0 6,70 0


(40)

Lanjutan Tabel 5. Distribusi frekuensi dimensi kualitas pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (n=210)

Dimensi kualitas hidup

Tidak pernah

Jarang (1-2 kali sebulan) Kadang-kadang (1-2 kali seminggu) Sering (3-4 kali seminggu) Sangat sering (setiap hari)

n % n % n % n % N %

Ketidakmampuan psikis

• Mengalami kesulitan untuk bersantai/ rileks

• Merasa malu karena masalah kesehatan gigi dan mulut

183 138 87,10 65,70 12 13 5,70 6,20 9 46 4,30 21,90 6 11 2,90 5,20 1 2 0,50 1,00 Ketidakmampuan sosial

• Merasa mudah

tersinggung/ marah terhadap orang lain • Merasa sulit dalam

bekerja (melakukan pekerjaan, kuliah) 188 193 89,50 91,90 9 10 4,30 4,80 9 4 4,30 1,90 4 3 1,90 1,40 0 0 0 0 Hambatan

• Secara umum

merasa hidupnya kurang memuaskan

• Menjadi tidak

berdaya 186 203 88,60 96,70 10 6 4,80 2,90 7 1 3,30 0,50 7 0 3,30 0 0 0 0 0


(41)

Responden yang termasuk kategori kualitas hidup baik sebanyak 199 orang (94,80%), kategori kualitas hidup sedang sebanyak 11 orang (5,20%), dan tidak ada responden yang termasuk kategori kualitas hidup buruk. (Tabel 6)

Tabel 6. Kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe(n=210)

4.5 Hubungan DMFT dan PUFA dengan kualitas hidup

Tabel 7 menunjukkan responden dengan skor DMFT rendah, kualitas hidup kategori baik 98,10% dan kategori sedang 1,90%. Responden dengan skor DMFT sedang, kualitas hidup kategori baik 89,60% dan kategori sedang 10,40%. Responden dengan skor DMFT tinggi kualitas hidup kategori baik 40,00% dan kategori sedang 60,00%. Hasil uji analisis statistik, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara skor DMFT dengan kualitas hidup (p < 0,05). (Tabel 7)

Tabel 7. Hubungan karies (skor DMFT) dengan kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (n=210)

Kategori kualitas Hidup n %

Baik (< 28) 199 94,80

Sedang (28-42) 11 5,20

Buruk (>42) 0 0,0

Total 210 100

Kategori DMFT n %

Kualitas hidup

Hasil uji statistik Baik Sedang

n % n %

p = 0,000 X2 = 27,229 Rendah (0 – 4) 157 73,80 154 98,10 3 1,90

Sedang (5 – 9) 48 23,30 43 89,60 5 10,40 Tinggi (>9) 5 2,90 2 40,00 3 60,00 Total 210 100 199 94,80 11 5,20


(42)

Tabel 8 menunjukkan responden dengan skor PUFA rendah (0-2), kategori kualitas hidup baik 98,30% dan kategori sedang 1,70%. Responden dengan skor PUFA sedang (3-5), kualitas hidup kategori baik 79,30% dan kualitas hidup sedang 20,70%. Responden dengan skor PUFA tinggi (6-8), kualitas hidup kategori baik 33,30% dan kategori sedang 66,70%. Pada penelitian ini tidak ada yang termasuk dalam kategori kualitas hidup buruk. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara skor PUFA dengan kualitas hidup (p < 0,05). (Tabel 8)

Tabel 8. Hubungan karies tidak dirawat (skor PUFA) dengan kategori kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (n=210)

Skor PUFA n %

Kategori kualitas hidup Hasil uji statistik

Baik Sedang

n % n %

Rendah (0-2) 178 84,76 175 98,30 3 1,70

p =0,000

X2= 29,952 Sedang (3-5) 29 13,81 23 79,30 6 20,70

Tinggi (6-8) 3 1,43 1 33,30 2 66,70 Total 210 100 199 94,80 11 5,20


(43)

BAB 5 PEMBAHASAN

Rata-rata DMFT pada masyarakat usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe adalah 3,26±2,47. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Musadad dan Irianto di Kepulauan Bangka Belitung dengan rata-rata 4,95.11 Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang lebih kecil dan sampel hanya diambil di daerah perdesaan, dan karena kualitas fisik air di desa Deli Tua ini lebih baik dibandingkan di Kep. Bangka Belitung.

Pada penelitian ini responden yang memiliki lesi PUFA sebesar 54,8% dengan rata-rata 1,17±1,48, hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan hasil survei Adults Dental Health Survey 2009 di Inggris pada orang dewasa yang memiliki lesi PUFA 7%, dengan terpaparnya kamar pulpa 4%, ulserasi 1%, fistula dan abses 2%.35 Hasil penelitian ini jauh lebih tinggi karena masyarakat perdesaan yang kurang peduli terhadap kesehatan rongga mulutnya serta rendahnya tingkat sosial ekonomi yang menyebabkan masyarakat tidak merawat gigi yang rusak dengan berkunjung ke Puskesmas atau dokter gigi.

Pada dimensi keterbatasan fungsi (Tabel 5) terlihat bahwa yang paling sering dialami responden adalah tidak dapat mengecap rasa makanan dengan baik 3,30%. Pada dimensi rasa sakit fisik persentase yang paling sering mengganggu responden adalah saat mengunyah makanan merasa tidak nyaman 37,60%, hal ini karena adanya karies gigi yang tidak rawat yang dapat menimbulkan rasa sakit bila makanan masuk ke dalam lubang, sisa akar gigi yang terkadang melukai lidah dan gigi yang telah tanggal menyebabkan kesulitan dalam pengunyahan sehingga mengurangi kenyamanan rongga mulut.36 Dimensi ketidaknyamanan psikis persentase yang paling sering dialami responden yaitu merasa cemas atau khawatir pada keadaan gigi dan mulutnya 6,20%, hasil ini rendah kemungkinan karena sebagian responden berpendapat bahwa penyakit gigi dan mulut bukanlah penyakit berbahaya yang dapat


(44)

menyebabkan kematian dan dapat sembuh dengan minum obat atau dicabut. Dimensi ketidakmampuan fisik persentase yang paling sering dialami responden adalah merasa tidak puas dengan makanan yang dikonsumsi 25,30%, hal ini karena responden tidak dapat menikmati makanan yang disukainya atau menghindari makanan tertentu, seperti daging, minuman dingin atau panas yang menimbulkan rasa tidak puas responden. Dimensi ketidakmampuan psikis yang sering dialami responden yaitu merasa malu 6,20%, hasil ini rendah karena responden beralasan tidak perlu merasa malu terhadap orang lain karena mereka tinggal di pedesaan dan juga sudah berumur, sehingga mereka tidak mementingkan penampilannya. Dimensi ketidakmampuan sosial yang sering dialami responden adalah mudah marah atau tersinggung 1,90%. Dimensi hambatan yang paling sering dirasakan responden adalah merasa hidupnya kurang memuaskan 3,30%, hal ini disebabkan karena adanya ketidaknyamanan saat mengunyah serta rasa tidak puas dengan makanan yang dikonsumsi.

Persentase gangguan kualitas hidup tertinggi adalah pada dimensi rasa sakit, diikuti dengan gangguan dimensi ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidaknyamanan psikis, keterbatasan fungsi, ketidakmampun sosial dan hambatan. Pada dimensi rasa sakit fisik, 41,40% mempengaruhi kualitas hidup, hal ini karena setiap individu pasti membutuhkan makan, maka apabila ada gigi karies yang tidak dirawat, dapat menimbulkan rasa sakit pada rongga mulut dan merasa tidak nyaman saat mengunyah.

Pada penelitian ini, responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 199 orang (94,80%), responden dengan kategori kualitas hidup sedang sebanyak 11 orang (5,20%), dan tidak ada responden yang termasuk dalam kualitas hidup buruk. Tingginya persentase kualitas hidup kategori baik dan tidak adanya responden yang tergolong kategori kualitas hidup buruk dikarenakan banyak responden merasakan puas melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain, meskipun memiliki banyak karies atau karies yang tidak dirawat sehingga tergolong kualitas hidup baik. Tidak ada responden yang merasa hidupnya sangat terganggu karena masalah kesehatan gigi dan mulut.


(45)

Hasil analisis uji statistik (Tabel 7 dan 8) menunjukkan ada hubungan antara skor DMFT, skor PUFA dengan kualitas hidup pada usia dewasa 20-40 tahun di Desa Deli Tua (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan rongga mulut yang tidak baik dapat mempengaruhi kualitas hidup dan terganggunya aktivitas sehari-hari. Sesorang membutuhkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, bicara, sosialisasi dan rasa percaya diri.2 Usia 20-40 tahun merupakan masa dewasa yang produktif dimana seseorang dituntut untuk lebih aktif dan bertanggung jawab.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata skor DMFT pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe yaitu 3,26±2,47; rata-rata Decay 1,69±1,23, Missing 1,53±2,07 dan Filling 0,04 ± 0,21.

2. Rata-rata skor PUFA pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe yaitu 1,17±1,48, dengan rata-rata Pulpitis 1,17±0,48, Ulserasi 0, Fistula 0, dan Abses 0,0±0,07.

3. Responden yang memiliki kualitas hidup kategori baik 94,80%, yang memiliki kualitas hidup kategori sedang 5,20%, dan tidak ada responden dengan kategori kualitas hidup buruk.

4. Skor DMFT mempunyai hubungan dengan kualitas hidup pada pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (p<0,05). Responden dengan skor DMFT rendah kualitas hidupnya dalam kategori baik 98,10% dan kategori sedang 1,90%, sedangkan responden dengan skor DMFT tinggi kualitas hidupnya dalam kategori baik 40,00% dan kategori sedang 60,00%.

5. Skor PUFA mempunyai hubungan dengan kualitas hidup pada masyarakat dewasa usia 20-40 tahun di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe (p<0,05). Responden dengan skor PUFA rendah (0-2) persentase kategori kualitas hidup baik 98,30% dan kategori sedang 1,70% dan responden dengan skor PUFA tinggi (6-8) persentase kualitas hidup kategori baik 33,30% dan kategori sedang 66,70%.

6.2 Saran

1. Diharapkan Puskesmas Desa Deli Tua dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakatnya mengenai kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masayarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.


(47)

2. Diharapkan masyarakat Desa Deli Tua agar lebih peduli dan menjaga kesehatan rongga mulut yang baik dengan melakukan sikat gigi dengan cara dan waktu yang tepat serta melakukan kunjungan berkala ke Puskesmas ataupun dokter gigi minimal 6 bulan sekali.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-24.

2. Wangsarahardja K. Kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat berpenghasilan rendah. M I Kedokteran Gigi 2007; 22(3): 90.

3. National Institute of Dental and Craniofacial Research. Dental Caries (Tooth Decay) in Adults (Age 20 to 64). 4. Depkes RI, 2008. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.

5. Iriani F, Ninawati.Gambaran kesejahteraan psikologis pada dewasa muda ditinjau dari pola attachment. J Psikologi 2005; 3 (1): 44,50.

6. Fatimah SN. Dinamika konsep diri pada orang dewasa korban child abuse. Emphaty 2012; 1 (1): 135-6.

7. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, Holmgren C, van Palenstein Helderman W. PUFA – An index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38: 77–8.

8. National Health and Social Care Information Centre. Urgent condition-a report from a Adults Dental Health Survey 2009. England 2011: 6-7.

9. Mudjari I, Susilowati. Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup. J Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 2011; 8(1): 41-3.

10.Dorri M, Sheiham A, Tsakos G. Validation of a Persian version of the OIDP index. BMC Oral Health 2007; 7 (2): 3.

11.Musadad A, Irianto J. Pengaruh penyediaan air minum terhadap kejadian karies gigi usia 12-65 tahun di provinsi Kep. Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan 2009; 8 (3): 1032-3.

12.Garcȋa-Cortes JO, Medina-Solis CE, Loyola-Rodriguez JP, Mejía-Cruz JA, Medina-Cerda E, Patiňo-Marín N, Pontigo-Loyola AP, et al. Dental caries’ experience, prevalence and severity ini Mexican adolescents and young adults. Rev Salud Publica 2009; 11 (1): 83.


(49)

13.Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. <http:library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20Situmorang.pdf> (29 Agustus 2013).

14.Grossman LI, Oliet S, Delrio CE. Ilmu Endodontik dalam praktik. Alih bahasa Subiyono R. Jakarta: EGC, 1995: 70-7, 86-7.

15.Widodo T. Respons imun humoral pada pulpitis. Dent J 2005; 38 (2): 49.

16.Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker ED. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Spanyol: Elsevier, 2003: 59,165.

17.Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Alih bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC, 2008: 34-8, 50-1.

18.Baginska J, Stokowska W. Pulpal Involvement-Roots-Sepsis Index: A new method for describing the clinical consequences of untreated dental caries. Med Princ Pract 2013; 10: 558.

19.International agency for research on cancer. Traumatic ulcer. http:// screening. iarc.fr/atlasoral_list.php?lang=1&cat=f11. (24 Juli 2013)

20.Suryantoro R. Gigi 21 abses apikalis kronis. http:// ceritapasienrio. com/ 2012/04/20/ kasus-27-2/

21.Janjua S. Dental caries and periapical abscess. http: (13 Juli 2014)

imagedetail.cfm?topLevelID=1347&imageID=3176&did=6 (13 Juli 2014)

22.Marya CM. A text book of public health dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd, 2011: 204-5.

23.Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over the last decade. RSBO 2012; 9(3): 319.

24.Oziegbe EO, Esan TA. Prevalence anda clinical consequences of untreated dental caries using PUFA index in suburban Nigerian school children. Eur Arch Paediatr Dent 2013; 14: 228.

25.Silitonga R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita penyakit Parkinson di poliklinik saraf RS DR Kariadi. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2007: 17-8.


(50)

26.Dewi O. Analisa hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008: 30-5. 27.Fitriana NA, Ambarini TK. Kualitas hidup pada penderita kanker serviks yang

menjalani pengobatan radioterapi. J Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 2012; 1 (2): 125.

28.PrimardiA, Hadjam MNR. Optimisme, harapan, dukungan social keluarga, dan kualitas hidup orang dengan epilepsi. J Psikologi 2010; 3 (2): 124.

29.Sutikno E. Hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Jurnal Kedokteran Indonesia 2011; 2 (1): 75.

30.Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan kualitas

hidup.

31.Naito M, Suzukamo Y, Ito H, Nakayama T. Development of a Japanese version of the oral impact on daily performance (OIDP) scale: a pilot study. J Oral Sci 2007; 49 (4): 259.

32.Khodadadi E, Motallebnejad M, Alizadeh M. Oral health related quality of life among adults reffered to dental clinic of Babol Faculty of Dentistry in 2009-2011. Caspian J Dent 2012; 1 (2): 55.

33.National Health and Social Care Information Centre. Outcome and impact - a report from the Adult Dental Health Survey 2009. England 2011: 7-16.

34.Ravaghi V, Avval NF, Locker D, Underwood M. Validation of the Persian short version of the oral health impact profile (OHIP-14). Oral Health Prev Dent 2010; 8 (3): 229-300.

35.White D.A, Tsakos G, Pitts NB, Fuller E, Douglas GVA, Murray JJ, Steele JG, et al. Adult Dental Health Survey 2009: common oral health conditions and their impact on the population. Br Dent J 2012; 213: 567-571.

36.Ganesh R, Jhon J. A correlation between dental caries and dental impact on daily living: a cross sectional study. Indian J Oral Health 2013; 4(2): 72.


(51)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

HUBUNGAN SKOR DMFT/ PUFA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA USIA 20-40 TAHUN DI DESA DELITUA KECAMATAN

NAMORAMBE DELI SERDANG

No. kartu:

Pemeriksa:

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

3. Umur / Tanggal lahir :

4. Pemeriksaan DMFT dan PUFA

PUFA

DMFT

DMFT PUFA

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 3 2


(52)

Indeks DMFT

D 4

M 5

F 6

DMFT 7

Keterangan : • D (Decayed) : gigi yang karies • M (Missing) : gigi yang hilang atau dicabut akibat karies Mi (missing indicated) adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas, gigi tinggal radiks serta karies dengan polip pulpa. Me (missing extracted) merupakan gigi tetap yang sudah dicabut • F(Filling) : gigi sudah ditambal karena karies. Tabel Indeks PUFA P 8

U 9

F 10

A 11

PUFA 12

Keterangan :

• Pulpitis (P) : Kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan, struktur korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.

• Ulserasi (U) :Daerah berwarna merah pada bagian lidah atau mukosa bukal dan terlihat di daerah antagonisnya adanya fragmen sisa akar yang tajam. • Fistula (F) : Nanah yang keluar dari saluran sinus

• Abses (A) : Pembengkakan pada daerah sekitar gigi yang karies dan mengandung pus.

Skor D Skor M Skor F Skor DMFT

Skor P Skor U Skor F Skor A Skor PUFA


(53)

Pengukuran Tingkat Kualitas Hidup dengan OHIP-14

No Pertanyaan Frekuensi

0 Tidak pernah

1 Sangat jarang

2 Kadang -kadang

3 Sering

4 Sangat

sering

1. Apakah Anda mempunyai kesulitan dalam mengucapkan kata-kata yang disebabkan karena masalah gigi atau mulut Anda ?

2. Apakah Anda merasa sulit dalam mengecap rasa makanan akibat masalah pada gigi atau mulut Anda ? 3. Apakah Anda merasakan sakit pada

mulut anda ?

4. Apakah Anda merasa tidak nyaman saat memakan setiap makanan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ? 5. Apakah Anda tahu/sadar ada masalah

pada gigi atau mulut Anda ? 6 Apakah Anda merasa tertekan atau

tegangkarena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

7. Apakah saat makan Anda terasa tidak/kurang memuaskan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?


(54)

8. Apakah Anda pernah tiba-tiba berhenti saat makan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

9. Apakah Anda merasa sulit untuk bersantai karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

10. Apakah Anda pernah merasa sedikit malu karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

11. Apakah Anda mudah marah/ tersinggung pada orang lain karena masalah pada gigi atau mulut Anda ? 12. Apakah Anda mempunyai kesulitan

dalam melakukan pekerjaan karena masalah pada gigi

13. Apakah anda merasa hidup anda secara umum kurang memuaskan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

14. Apakah Anda menjadi tidak berdaya karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

8. Jumlah skor OHIP-14 : 13

9. Kategori Kualitas Hidup OHIP-14:

a. Baik : < 28

b. Cukup : 28-42 c. Buruk : > 42


(1)

13.Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. <http:library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20Situmorang.pdf> (29 Agustus 2013).

14.Grossman LI, Oliet S, Delrio CE. Ilmu Endodontik dalam praktik. Alih bahasa Subiyono R. Jakarta: EGC, 1995: 70-7, 86-7.

15.Widodo T. Respons imun humoral pada pulpitis. Dent J 2005; 38 (2): 49.

16.Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker ED. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Spanyol: Elsevier, 2003: 59,165.

17.Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Alih bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC, 2008: 34-8, 50-1.

18.Baginska J, Stokowska W. Pulpal Involvement-Roots-Sepsis Index: A new method for describing the clinical consequences of untreated dental caries. Med Princ Pract 2013; 10: 558.

19.International agency for research on cancer. Traumatic ulcer. http:// screening. iarc.fr/atlasoral_list.php?lang=1&cat=f11. (24 Juli 2013)

20.Suryantoro R. Gigi 21 abses apikalis kronis. http:// ceritapasienrio. com/ 2012/04/20/ kasus-27-2/

21.Janjua S. Dental caries and periapical abscess. http: (13 Juli 2014)

imagedetail.cfm?topLevelID=1347&imageID=3176&did=6 (13 Juli 2014)

22.Marya CM. A text book of public health dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd, 2011: 204-5.

23.Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over the last decade. RSBO 2012; 9(3): 319.

24.Oziegbe EO, Esan TA. Prevalence anda clinical consequences of untreated dental caries using PUFA index in suburban Nigerian school children. Eur Arch Paediatr Dent 2013; 14: 228.

25.Silitonga R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita penyakit Parkinson di poliklinik saraf RS DR Kariadi. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2007: 17-8.


(2)

26.Dewi O. Analisa hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008: 30-5. 27.Fitriana NA, Ambarini TK. Kualitas hidup pada penderita kanker serviks yang

menjalani pengobatan radioterapi. J Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 2012; 1 (2): 125.

28.PrimardiA, Hadjam MNR. Optimisme, harapan, dukungan social keluarga, dan kualitas hidup orang dengan epilepsi. J Psikologi 2010; 3 (2): 124.

29.Sutikno E. Hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Jurnal Kedokteran Indonesia 2011; 2 (1): 75.

30.Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan kualitas hidup. 31.Naito M, Suzukamo Y, Ito H, Nakayama T. Development of a Japanese version

of the oral impact on daily performance (OIDP) scale: a pilot study. J Oral Sci 2007; 49 (4): 259.

32.Khodadadi E, Motallebnejad M, Alizadeh M. Oral health related quality of life among adults reffered to dental clinic of Babol Faculty of Dentistry in 2009-2011. Caspian J Dent 2012; 1 (2): 55.

33.National Health and Social Care Information Centre. Outcome and impact - a report from the Adult Dental Health Survey 2009. England 2011: 7-16.

34.Ravaghi V, Avval NF, Locker D, Underwood M. Validation of the Persian short version of the oral health impact profile (OHIP-14). Oral Health Prev Dent 2010; 8 (3): 229-300.

35.White D.A, Tsakos G, Pitts NB, Fuller E, Douglas GVA, Murray JJ, Steele JG, et al. Adult Dental Health Survey 2009: common oral health conditions and their impact on the population. Br Dent J 2012; 213: 567-571.

36.Ganesh R, Jhon J. A correlation between dental caries and dental impact on daily living: a cross sectional study. Indian J Oral Health 2013; 4(2): 72.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

HUBUNGAN SKOR DMFT/ PUFA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA USIA 20-40 TAHUN DI DESA DELITUA KECAMATAN

NAMORAMBE DELI SERDANG

No. kartu:

Pemeriksa:

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

3. Umur / Tanggal lahir :

4. Pemeriksaan DMFT dan PUFA

PUFA

DMFT

DMFT PUFA

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

3 2


(4)

Indeks DMFT

D 4

M 5

F 6

DMFT 7

Keterangan : • D (Decayed) : gigi yang karies • M (Missing) : gigi yang hilang atau dicabut akibat karies Mi (missing indicated) adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas, gigi tinggal radiks serta karies dengan polip pulpa. Me (missing extracted) merupakan gigi tetap yang sudah dicabut • F(Filling) : gigi sudah ditambal karena karies. Tabel Indeks PUFA P 8

U 9

F 10

A 11

PUFA 12

Keterangan :

• Pulpitis (P) : Kamar pulpa telah terbuka dan kelihatan, struktur korona gigi telah hancur dan hanya akar atau fragmen akar yang tertinggal.

• Ulserasi (U) :Daerah berwarna merah pada bagian lidah atau mukosa bukal dan terlihat di daerah antagonisnya adanya fragmen sisa akar yang tajam. • Fistula (F) : Nanah yang keluar dari saluran sinus

• Abses (A) : Pembengkakan pada daerah sekitar gigi yang karies dan mengandung pus.

Skor D Skor M Skor F Skor DMFT

Skor P Skor U Skor F Skor A Skor PUFA


(5)

Pengukuran Tingkat Kualitas Hidup dengan OHIP-14

No Pertanyaan Frekuensi

0 Tidak pernah

1 Sangat jarang

2 Kadang -kadang

3 Sering

4 Sangat

sering 1. Apakah Anda mempunyai kesulitan

dalam mengucapkan kata-kata yang disebabkan karena masalah gigi atau mulut Anda ?

2. Apakah Anda merasa sulit dalam mengecap rasa makanan akibat masalah pada gigi atau mulut Anda ? 3. Apakah Anda merasakan sakit pada

mulut anda ?

4. Apakah Anda merasa tidak nyaman saat memakan setiap makanan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ? 5. Apakah Anda tahu/sadar ada masalah

pada gigi atau mulut Anda ? 6 Apakah Anda merasa tertekan atau

tegang karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

7. Apakah saat makan Anda terasa tidak/kurang memuaskan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?


(6)

8. Apakah Anda pernah tiba-tiba berhenti saat makan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

9. Apakah Anda merasa sulit untuk bersantai karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

10. Apakah Anda pernah merasa sedikit malu karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

11. Apakah Anda mudah marah/ tersinggung pada orang lain karena masalah pada gigi atau mulut Anda ? 12. Apakah Anda mempunyai kesulitan

dalam melakukan pekerjaan karena masalah pada gigi

13. Apakah anda merasa hidup anda secara umum kurang memuaskan karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

14. Apakah Anda menjadi tidak berdaya karena masalah pada gigi atau mulut Anda ?

8. Jumlah skor OHIP-14 : 13

9. Kategori Kualitas Hidup OHIP-14:

a. Baik : < 28

b. Cukup : 28-42 c. Buruk : > 42