Hubungan pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kecamatan Medan Sunggal
Lampiran 1
BESAR SAMPEL
n = Z21-α/2 . P (1-P) N
d2 (N-1) + Z21-α/2 . P (1-P) Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z21-α/2 : Nilai baku normal error type I (α=0,05) yang ditentukan 1,962
P : Dari penelitian S.C. Leal prevalensi PUFA di negara Brazil yaitu sebesar 26,2% = 0,262
N : Populasi yaitu 1.777 orang
d : 0,05
Jadi: n = 1,962 . (1-0,262) 1777
0,052 (1777-1) + 1,962 . 0,262 (1-0,262)
= 3,842 . 0,262 . 1777
0,0025 (1776 + 3,842) 0,262
= 3,842 . 465,574
0,025 . 466,319
= 1788,735
11,658
n = 153,4
Jadi jumlah sampel adalah 153,4 dibulatkan menjadi 160. 80 orang siswa SMP N 9 dan 80 orang siswa SMA N 15.
(2)
Lampiran 2
Universitas Sumatera Utara Fakultas kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat
HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN KARIES YANG TIDAK DIRAWAT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA REMAJA USIA
12-18 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
Nama:... No. Kartu:
Umur:... Sekolah : ...
Kelas:... Pemeriksa: ...
1. Jenis kelamin: 1. Laki-laki 1
2. Perempuan
Pengukuran indeks DMF-T dan PUFA:
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Kode Kondisi
Decay Missing Filling
Skor D
D Skor M
M Skor F
F
2. Skor DMF-T: D + M + F
3. Kategori DMF-T:
a. Baik = 0–2
b. Sedang = 3-5
c. Buruk = 6-8
2 PUFA DMF-T DMF-T PUFA PUFA PUFA DMF-T DMF-T 3
(3)
Kode Kondisi
P Pulpitis
U Ulserasi
F Fistula
A Abses
4. Skor PUFA: P + U + F + A
Skor P Skor U Skor F Skor A
(4)
Nama:... No. Kartu:
Umur:... Sekolah : ...
Kelas: ... Pemeriksa: ...
PERTANYAAN ORAL HEALTH IMPACT PROFILE (OHIP)
Seberapa seringkah anda mengalami masalah dibawah ini selama satu bulan terakhir. Lingkari (O) pada nomor jawaban anda
No Pertanyaan
Tidak Sangat Kadang- Sering Sangat
Pernah Jarang (1-2x /bln) Kadang (>2x /bln) (hampir tiap mingggu) Sering (hampir tiap hari) Keterbatasan Fungsi 1.
Pernahkah anda sulit
mengucapkan kata/kalimat karena gigi yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
2.
Pernahkah anda merasa tidak dapat mengecap rasa makanan dengan baik, karena gigi yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
Sakit Fisik
3.
Pernahkah anda merasa sangat
sakit pada rongga mulut anda? 0 1 2 3 4
4.
Pernahkah anda merasakan tidak enak/tidak nyaman saat
mengunyah makanan karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
Ketidaknyamanan Psikis
5.
Pernahkah anda merasa cemas/khawatir pada gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
6. Pernahkah anda merasa tegang karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
(5)
Ketidakmampuan Fisik
7.
Pernahkah anda merasa tidak puas dengan makanan yang anda konsumsi karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
8.
Pernahkah anda harus berhenti secara tiba-tiba saat sedang mengunyah makanan karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
Ketidakmampuan Psikis
9.
Pernahkah anda mengalamai kesulitan untuk merasa
rileks/santai karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
10.
Pernahkah anda merasa malu dalam berbicara karena nafas yang bau akibat gigi yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
Ketidakmampuan Sosial
11.
Pernahkah anda merasa mudah tersinggung karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
12.
Pernahkah anda merasa sulit dalam belajar atau kegiatan sehari-hari karena gigi anda yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
Handicap/hambatan
13.
Pernahkah anda merasa secara umum hidup anda menjadi tidak menyenangkan/kurang memuaskan karena adanya gigi yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
0 1 2 3 4
14.
Pernahkah anda izin dari sekolah karena gigi yang berlubang serta luka dan bengkak pada gusi anda?
(6)
5. TOTAL SKOR OHIP-14 5
6. Kategori OHIP-14
a. Baik : <32 6
b. Sedang : 33-44
(7)
Lampiran 6
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Decay Missing Filling DMFT
N Valid 160 160 160 160
Missing 0 0 0 0
Mean 1.4375 .4875 .1500 2.0688
Std. Deviation 1.25737 .82407 .37534 1.67528
Frequency Table
Decay
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 41 25.6 25.6 25.6
1.00 51 31.9 31.9 57.5
2.00 41 25.6 25.6 83.1
3.00 16 10.0 10.0 93.1
4.00 7 4.4 4.4 97.5
5.00 3 1.9 1.9 99.4
6.00 1 .6 .6 100.0
Total 160 100.0 100.0
Missing
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 109 68.1 68.1 68.1
1.00 30 18.8 18.8 86.9
2.00 16 10.0 10.0 96.9
3.00 4 2.5 2.5 99.4
4.00 1 .6 .6 100.0
Total 160 100.0 100.0
Filling
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 137 85.6 85.6 85.6
1.00 22 13.8 13.8 99.4
2.00 1 .6 .6 100.0
Total 160 100.0 100.0
DMFT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 33 20.6 20.6 20.6
1.00 28 17.5 17.5 38.1
2.00 46 28.8 28.8 66.9
3.00 26 16.3 16.3 83.1
4.00 12 7.5 7.5 90.6
(8)
6.00 5 3.1 3.1 98.8
7.00 1 .6 .6 99.4
8.00 1 .6 .6 100.0
Total 160 100.0 100.0
Frequencies [DataSet1]
Statistics
Pulpitis Ulser Fistula Abses PUFA
N Valid 160 160 160 160 160
Missing 0 0 0 0 0
Mean .5625 .0625 .0625 .0938 .8000
Std. Deviation .75808 .24282 .24282 .29240 1.00814
Pulpitis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 92 57.5 57.5 57.5
1.00 50 31.3 31.3 88.8
2.00 14 8.8 8.8 97.5
3.00 4 2.5 2.5 100.0
Total 160 100.0 100.0
Ulser
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 150 93.8 93.8 93.8
1.00 10 6.3 6.3 100.0
Total 160 100.0 100.0
Fistula
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 150 93.8 93.8 93.8
1.00 10 6.3 6.3 100.0
Total 160 100.0 100.0
Abses
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
(9)
1.00 15 9.4 9.4 100.0
Total 160 100.0 100.0
PUFA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 79 49.4 49.4 49.4
1.00 50 31.3 31.3 80.6
2.00 20 12.5 12.5 93.1
3.00 6 3.8 3.8 96.9
4.00 5 3.1 3.1 100.0
Total 160 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Pert_1 pert_2 Pert_3 Pert_4 Pert_5 Pert_6 Pert_7 Pert_8 Pert_9 Pert_10 Pert_11 Pert_12 Pert_13 Pert_14
N Valid 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pert_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 59 36.9 36.9 36.9
1.00 34 21.3 21.3 58.1
2.00 60 37.5 37.5 95.6
3.00 7 4.4 4.4 100.0
Total 160 100.0 100.0
pert_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 58 36.3 36.3 36.3
1.00 62 38.8 38.8 75.0
(10)
3.00 2 1.3 1.3 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 52 32.5 32.5 32.5
1.00 59 36.9 36.9 69.4
2.00 39 24.4 24.4 93.8
3.00 10 6.3 6.3 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 28 17.5 17.5 17.5
1.00 48 30.0 30.0 47.5
2.00 59 36.9 36.9 84.4
3.00 19 11.9 11.9 96.3
4.00 6 3.8 3.8 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 39 24.4 24.4 24.4
1.00 42 26.3 26.3 50.6
2.00 53 33.1 33.1 83.8
3.00 23 14.4 14.4 98.1
4.00 3 1.9 1.9 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
(11)
1.00 43 26.9 26.9 65.0
2.00 42 26.3 26.3 91.3
3.00 14 8.8 8.8 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 45 28.1 28.1 28.1
1.00 37 23.1 23.1 51.3
2.00 51 31.9 31.9 83.1
3.00 19 11.9 11.9 95.0
4.00 8 5.0 5.0 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 33 20.6 20.6 20.6
1.00 46 28.8 28.8 49.4
2.00 62 38.8 38.8 88.1
3.00 17 10.6 10.6 98.8
4.00 2 1.3 1.3 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 44 27.5 27.5 27.5
1.00 59 36.9 36.9 64.4
2.00 39 24.4 24.4 88.8
3.00 17 10.6 10.6 99.4
4.00 1 .6 .6 100.0
Total 160 100.0 100.0
(12)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 57 35.6 35.6 35.6
1.00 38 23.8 23.8 59.4
2.00 46 28.8 28.8 88.1
3.00 15 9.4 9.4 97.5
4.00 4 2.5 2.5 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 75 46.9 46.9 46.9
1.00 40 25.0 25.0 71.9
2.00 37 23.1 23.1 95.0
3.00 6 3.8 3.8 98.8
4.00 2 1.3 1.3 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 57 35.6 35.6 35.6
1.00 53 33.1 33.1 68.8
2.00 38 23.8 23.8 92.5
3.00 12 7.5 7.5 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 60 37.5 37.5 37.5
1.00 44 27.5 27.5 65.0
2.00 39 24.4 24.4 89.4
3.00 16 10.0 10.0 99.4
(13)
Pert_4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 28 17.5 17.5 17.5
1.00 48 30.0 30.0 47.5
2.00 59 36.9 36.9 84.4
3.00 19 11.9 11.9 96.3
4.00 6 3.8 3.8 100.0
Total 160 100.0 100.0
Pert_14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .00 120 75.0 75.0 75.0
1.00 16 10.0 10.0 85.0
2.00 20 12.5 12.5 97.5
3.00 4 2.5 2.5 100.0
Total 160 100.0 100.0
DMFT * Kualias_hidup
Crosstab
Kualias_hidup
Total Baik Sedang
DMFT Baik Count 107 0 107
% within DMFT 100.0% .0% 100.0%
Sedang Count 40 6 46
% within DMFT 87.0% 13.0% 100.0%
Buruk Count 3 4 7
% within DMFT 42.9% 57.1% 100.0%
(14)
Crosstab
Kualias_hidup
Total Baik Sedang
DMFT Baik Count 107 0 107
% within DMFT 100.0% .0% 100.0%
Sedang Count 40 6 46
% within DMFT 87.0% 13.0% 100.0%
Buruk Count 3 4 7
% within DMFT 42.9% 57.1% 100.0%
Total Count 150 10 160
% within DMFT 93.8% 6.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 41.699a 2 .000
Likelihood Ratio 29.629 2 .000
N of Valid Cases 160
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .455 .000
(15)
PUFA * Kualias_hidup
Crosstab
Kualias_hidup
Total Baik Sedang
PUFA 0 Count 78 1 79
% within PUFA 98.7% 1.3% 100.0%
1 Count 50 0 50
% within PUFA 100.0% .0% 100.0%
2 Count 17 3 20
% within PUFA 85.0% 15.0% 100.0%
3 Count 3 3 6
% within PUFA 50.0% 50.0% 100.0%
4 Count 2 3 5
% within PUFA 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 150 10 160
% within PUFA 93.8% 6.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 53.549a 4 .000
Likelihood Ratio 32.131 4 .000
N of Valid Cases 160
a. 6 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .501 .000
(16)
Manual chi-square skor DMFT dengan Kualitas Hidup
Ho : Tidak ada hubungan antara skor DMFT dengan Kualitas hidup
Ha : Ada hubunngan antara skor DMFT dengan Kualitas hidup
Derajat kemaknaan : 0,05
DMF-T OHIP
baik sedang Total
Baik 107 0 107
sedang 40 6 46
Buruk 3 4 7
Total 150 10 160
Perhitungan tanpa Yate’s correction
O E O-E (O-E)2 (O-E)2/E
107 -12,4787 6,6875 44,72265625 0,445833333
0 50,69455 -6,6875 44,72265625 6,6875
40 -0,49222 -3,125 9,765625 0,226449275
6 1,99966 3,125 9,765625 3,39673913
3 -3,87166 -3,5625 12,69140625 1,933928571 4 15,7286 3,5625 12,69140625 29,00892857
X2 41,69937888
Perhitungan dengan Yate’s correction
O E 0-E-1/2 (0-E-1/2)2 (0-E-1/2)2/E
107 100,313 6,1875 38,28515625 0,38165888
0 6,6875 -7,1875 51,66015625 7,72488318
40 43,125 -3,625 13,140625 0,30471014
6 2,875 2,625 6,890625 2,39673913
3 6,5625 -4,0625 16,50390625 2,51488095
4 0,4375 3,0625 9,37890625 21,4375
X2 34,7603723
Nilai X2 hitung tanpa Yate’s correction = 41,699 Nilai X2 hitung dengan Yate’s correction = 34,760
Dengan df = 2 dan nilai X2 = 64,811 , probalitasnya = p < 0,001 Dengan df = 2 dan nilai X2 = 59,745 , probalitasnya = p < 0,001
X2 hitung > X2 tabel, maka Ho di tolak, kesimpulannya: ada hubungan antara skor DMFT dengan Kualitas hidup.
(17)
Manual chi-square skor PUFA dengan Kualitas Hidup
Ho : Tidak ada hubungan antara skor PUFA dengan Kualitas hidup
Ha : Ada hubunngan antara skor PUFA dengan Kualitas hidup
Derajat kemaknaan : 0,05
PUFA OHIP Total
baik Sedang
0 78 1 79
1 50 0 50
2 17 3 20
3 3 3 6
4 2 3 5
Total 150 10 160
Perhitungan tanpa Yate’s correction
O E O-E (O-E)2 (O-E)2/E
78 74,0625 3,9375 15,50390625 0,209335443
50 46,875 3,125 9,765625 0,208333333
17 18,75 -1,75 3,0625 0,163333333
3 5,625 -2,625 6,890625 1,225
2 4,6875 -2,6875 7,22265625 1,540833333
1 4,9375 -3,9375 15,50390625 3,140031646
0 3,125 -3,125 9,765625 3,125
3 1,25 1,75 3,0625 2,45
3 0,375 2,625 6,890625 18,375
3 0,3125 2,6875 7,22265625 23,1125
X2 53,54936709
Perhitungan dengan Yate’s correction
O E 0-E-1/2 (0-E-1/2)2 (0-E-1/2)2/E
78 74,0625 3,4375 11,81640625 0,159546414
50 46,875 2,625 6,890625 0,147
17 18,75 -2,25 5,0625 0,27
3 5,625 -3,125 9,765625 1,736111111
2 4,6875 -3,1875 10,16015625 2,1675
1 4,9375 -4,4375 19,69140625 3,988132911
0 3,125 -3,625 13,140625 4,205
3 1,25 1,25 1,5625 1,25
3 0,375 2,125 4,515625 12,04166667
3 0,3125 2,1875 4,78515625 15,3125
(18)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewi O. Analisa hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2008.
2. Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas
hidup. http://library.usu.ac.id/download/e-book/Nurmala%20/Situmorang.pdf.
(Juli 10.2013)
3. Sriyono NW. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan kualitas hidup. http://lib.ugm.ac.id/digitas/upload/1251_pp1003006.pdf. (Agustus 12. 2013)
4. Sondang P, Harmada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 1-28.
5. Grossman L, Oliet S, Rio D. Ilmu endodontik dalam praktek. Edisi 11. Alih bahasa. Abyono R. Jakarta: EGC, 65-71.
6. Ford Pitt.T.R. Restorasi gigi. Alih bahasa. Sumawinata N. Jakarta, 1993:1-10.
7. Monse B, Heinrich-Weltzein R, Benzian H, Holmgren C, Van Palenstein
Helderman W. PUFA – An in index of clinical consequences of untreated dental
caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38:77-82.
8. Dinda D. Status kesehatan gigi dan mulut murid dan pelaksanaan usaha
kesehatan gigi sekolah pada Sekolah Dasar Negeri 060880 dan 060890
Kecamatan Medan Polonia.
http://devi-dinda.blogspot.com/2011/07/status-kesehatan-gigi-dan-mulut-murid.html (Juli 10.2013)
9. Slade, Gary D. Measuring oral health and quality of life. USA: University of
North Carolina.
http://proqolid.org/Measuring-oral-health-and-quality-of-life/ohipprotocol.pdf. (Agustus 25.2013)
10. Brennan DS, Spencer J. Health and quality of life outcomes. BioMed 2004, 2:35.
11. Eduardo C, Solis M, Uanez AB. Prevalence and severity of dental caries in adolescents aged 12 and 15 living in communities with various fluoride concentration. http://pajjakadoi.blogspot.com/2010/04/prevalensi-dan keparahan-karies-gigi.html. (September 25.2013).
(19)
12. Papalia D, Old S, Feldman R. Human development (Psikologi Perkembangan). Edisi 9. Alih bahasa. Anwar A. Jakarta: Kencana, 2008: 541-4.
13. Tarigan Rasinta. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1995: 1.
14. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Edisi 2. Alih bahasa. Sumawinata N,
Faruk S. Jakarta: EGC, 1995: 1-8.
15. Putrijulica M. Hipersensitivitas dentin. http://mawarputrijulica.wordpress.com/ category/fkg/tugas/ (September 25.2013).
16. Suryanto R. Pulpitis kronis hiperplastika. http://ceritapasienrio.com
/2012/08/06/kasus-36/ (Juli 9 2014)
17. Langlais R, Miller C. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Alih bahasa. Susetyo B. Jakarta: Hipokrates, 2012: 36.
18. Ahmed MU, Udin MN. Oral ulceration at primary care-a review. Aust Dent J 2010; 55(1): 17.
19. Brook MD. Anaerobic infections: odontogenic infections caused by anaerobes.
http://anaerobicinfections.blogspot.com/p/central-nervous-system-eye-and-dental.html. (September 25.2013).
20.Suryanto R. Gigi 21 abses apikalis kronis. http:// ceritapasienrio. com/2012/ 04/20/ kasus-27-2/ (Juli 9.2014).
21. Janjua S. Dental caries and periapical abscess. http://globalskinatlas.com/ imagedetail.cfm?topLevelID=1347&imageID=3176&did=6 (Juli 9.2014).
22. Mehta Abhishek. Comprehensive review of caries assessment systems developed
over the last decade. RSBO 2012; 9(3):316-21.
23. Benzian H, Monse B, Weltzien HR, Hobdell M, Mulder J, Heldermain WP.
Untreated severe dental decay: a neglected determinant of low body mass index in 12-years-old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11:558.
24. Leal S, Bronkhorst E, Fan M, Frencken J. Untreated cavitated dentine lesions:
impact on children’s quality of life. Caries Res 2012; 46:102-106.
25. Nuca C, Amariei C, Martoncsak E, Tomi D. Study regarding the correlation between the child-OIDP index and the dental status in 12-years-old children from Harsova, Constanta country. Oral Health and Dental Management 2005; 4:4-11.
(20)
26. Tjahja Indirawati, Sintawati, Yovita Tince. Gambaran karies gigi permanen di beberapa puskesmas. Media Litbang Kesehatan 2006; 4(15):26-31.
27. Ningrum AV. Early childhood caries (ecc).
http://vikaasriningrum.com/its-smile/early-childhood-caries-ecc-in-depth/2011/20/06. (Juli 6. 2014)
28. Murthy KA, Pramila M, Ranganath S. Prevalence of clinical consequences of untreated dental caries and its relation to dental fear schoolchildren in Bangalore City, India. Eur Arch Paediatr Dent 2014; 15: 45-49.
29. Purwoko Saktiyono. Psikologi remaja. http://saktiyono-wordpress.com/
(21)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu mempelajari hubungan pengalaman karies (skor DMFT), karies tidak diawat (skor PUFA) dengan tingkat kualitas hidup pada remaja.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal. Dipilihnya sekolah SMP N 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal karena jumlah populasi yang cukup untuk dilakukan penelitian, dan adanya akses ke sekolah tersebut yang dapat dijangkau oleh peneliti.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian adalah remaja yang berstatus pelajar dari SMPN 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal yang berjumlah 1.777 orang siswa, yang terdiri atas 610 orang siswa dari SMPN 9 dan 1167 orang siswa dari SMAN 15. Alasan dipilih siswa SMP dan SMA untuk mewakili remaja adalah karena usia siswa SMP dan SMA berkisar antara 12 sampai 18 tahun merupakan remaja tahap awal dan akhir yang mulai mengembangkan pemikiran tentang bagaimana pandangan orang terhadap penampilan dan bersosialisasi terhadap teman sebaya.
3.3.2 Sampel
Pengukuran besar sampel menggunakan rumus:
n = Z21-α/2 . P (1-P) N
(22)
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z21-α/2 : Nilai baku normal error type I (α=0,05) yang ditentukan 1,962 P : Dari penelitian S.C. Leal prevalensi PUFA di negara Brazil yaitu sebesar 26,2% = 0,262
N : Populasi yaitu 1.777 orang d : 0,05
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh besar sampel yang digunakan adalah 160 orang siswa, dengan pembagian sampel 80 orang dari SMPN 9 dan 80 orang dari SMAN 15 Kec. Medan Sunggal (Lampiran 1). Pengambilan sampel pada masing-masing sekolah dilakukan dengan teknik simple random sampling.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, skor DMF-T, skor PUFA dan kualitas hidup remaja yang menggunakan Oral Health Impact profile (OHIP-14).
3.4.2 Definisi Operasional
1. Jenis kelamin responden: laki-laki dan perempuan.
2. Usia responden: dihitung hingga ulang tahun terakhir, yaitu usia 12-18 tahun.
3. Pengalaman karies, diukur menggunakan indeks DMF-T oleh Klein H pada tahun 1938, terdiri atas D, M dan F:
a. D (Decayed)= Gigi dicatat sebagai karies apabila pit dan fisur berwarna kehitaman dan ujung sonde menyangkut; jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk ke dalam; gigi yang mempunyai tambalan sementara.
b. M (Missing), terdiri atas Mi (missing indicated) dan Me (missing extracted)= Mi (missing indicated) adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas, gigi tinggal radiks serta karies dengan polip pulpa. Me (missing extracted) merupakan gigi tetap
(23)
yang sudah dicabut.
c. F (Filling)= gigi tetap dengan lesi karies yang sudah ditambal sempurna dan permanen, tidak ada karies sekunder atau karies primer.
Perhitungan indeks DMF-T adalah penjumlahan dari: D + M + F
Pembagian kategori DMF-T yaitu nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh dibagi menjadi 3 kategori dengan jarak interval yang sama, maka kategori DMF-T:
a. Baik = skor 0-2,
b. Sedang = skor 3-5 dan
c. Buruk = skor 6-8.
4. Karies yang tidak dirawat, diukur dengan menggunakan indeks PUFA yang diperkenalkan pertama kali oleh Monse pada tahun 2010. Indeks PUFA terdiri atas P, U, F dan A:
a. P (Pulpitis) adalah keterlibatan pulpa, dicatat apabila kamar pulpa terbuka dan kelihatan struktur korona gigi rusak karena proses karies atau hanya akar gigi yang tersisa.
b. U (Ulserasi) akibat ujung yang tajam dari gigi yang telah rusak, dicatat apabila ada sisi yang tajam dari gigi dengan keterlibatan pulpa atau sisa akar menyebabkan traumatik ulser di sekitar jaringan lunak seperti lidah atau mukosa bukal.
c. F (Fistula) dicatat bila ada saluran pus yang berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa.
d. A (Abses) dicatat jika terdapat pembengkakan yang mengandung pus yang berhubungan dengan gigi yang memiliki keterlibatan pulpa.
Perhitungan indeks PUFA adalah penjumlahan dari: P + U + F + A
5. Kualitas hidup:
Kualitas hidup yaitu respons terhadap gejala yang dialami oleh remaja SMP dan SMA akibat DMF-T dan PUFA dalam kehidupan sehari-harinya yang diukur dengan tujuh dimensi dari Oral Health Impact Profile (OHIP-14). Tujuh dimensi
(24)
tersebut adalah keterbatasan fungsi fisik, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan hambatan.
Masing-masing terdiri atas dua pertanyaan dan ditanyakan seberapa sering dialami dalam satu bulan terakhir dan diukur menggunakan skala likert, yaitu:
0 = tidak pernah
1= sangat jarang (1-2 kali/bulan) 2= kadang-kadang (>2 kali/bulan) 3 = sering (hampir setiap minggu) 4 = sangat sering (hampir setiap hari)
Total skor antara 0-56 dengan nilai tertinggi adalah 56. Total skor diperoleh dari menambahkan skor dari masing-masing pertanyaan. Total skor yang tinggi menunjukkan kualitas hidup yang rendah begitu pula sebaliknya. Kualitas hidup dikategorikan berdasarkan Singarimbun, yaitu:
a. Baik bila <59% dari total skor yaitu <32,
b. Sedang 60%-79% dari total skor yaitu 33-44 dan
c. Buruk bila >80% dari total skor yaitu >45.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan pemeriksaan klinis. Prosedur pengumpulan data adalah:
1. Pengambilan data siswa dilakukan di ruang yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
2. Setiap sepuluh siswa sesuai dengan absensi dipanggil dari kelasnya dan dikumpulkan di ruang sekolah.
3. Peneliti mewawancarai siswa untuk mendapatkan data tentang identitas siswa dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.
4. Pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde untuk mengetahui kondisi rongga mulut anak yang meliputi pengukuran DMF-T (decay, missing, dan filling) dan PUFA (pulpitis, ulserasi, fistula, dan abses).
(25)
5. Peneliti mengembalikan kuesioner kepada siswa untuk dapat dijawab pertanyaan tentang kualitas hidup. Indeks pengukuran kualitas hidup yang digunakan adalah indeks OHIP-14. Setelah diisi dengan lengkap kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data dilakukan dengan menghubungkan skor DMF-T, PUFA dengan kategori kualitas hidup yang menggunakan Oral Health Impact Profile (OHIP-14). Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan Yate’s correction.
(26)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 160 orang responden, persentase responden usia 12, 13, 14, 15, 16 dan 17 tahun memiliki jumlah yang hampir sama yaitu 13,75 - 15,62% dan paling rendah adalah persentase responden usia 18 tahun yaitu 11,25%. Persentase responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 57,50% dan 42,50% (Tabel 4).
Tabel 4.Persentase karakteristik responden remaja berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kec. Medan Sunggal (n=160)
Karakteristik n %
Usia (tahun)
12 22 13,75
13 24 15,00
14 23 14,38
15 24 15,00
16 24 15,00
17 25 15,62
18 18 11,25
Jenis Kelamin
Laki-laki 68 42,50
Perempuan 92 57,50
4.2 Pengalaman Karies dan Karies yang Tidak Dirawat
Persentase responden yang mengalami pengalaman karies 79,37% dan tidak karies 20,63%. Persentase responden yang mengalami karies yang tidak dirawat (PUFA) 50,62% dan tidak PUFA 49,38% (Tabel 5).
(27)
Tabel 5. Prevalensi pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal (n=160)
Prevalensi n %
Pengalaman Karies (DMF-T)
Ya 127 79,37
Tidak 33 20,63
Karies tidak dirawat (PUFA)
Ya 81 50,62
Tidak 79 49,38
Rata-rata pengalaman karies pada responden adalah 2,08 1,66 dengan
rata-rata decay 1,44 , missing 0,49 , dan filling 0,15±0,37 (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata pengalaman karies pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal (n=160)
Pengalaman Karies X±SD
Decayed (D) 1,44
Missing (M) 0,49
Filling (F) 0,15
DMF-T 2,08
Rata-rata pengalaman karies yang tidak dirawat (PUFA) pada responden
adalah 0,78 dengan rata-rata pulpitis (P) 0,56 , ulserasi (U) 0,06 ,
fistula (F) 0,06 , dan abses (A) 0,10 (Tabel 7).
Tabel 7. Rata-rata PUFA pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal (n=160)
Karies yang Tidak Dirawat
Pulpitis (P) 0,56
Ulserasi (U) 0,06
Fistula (F) 0,06
Abses (A) 0,10
(28)
4.3 Kualitas Hidup
Pada dimensi keterbatasan fungsi, persentase kadang-kadang siswa sulit mengucapkan kata/kalimat adalah 37,50% dan sangat jarang adalah 21,25%. Tidak mengecap rasa dengan baik sebanyak 38,75% sangat jarang dialami siswa dan kadang-kadang dialami siswa adalah 23,75%.
Pada dimensi sakit fisik, persentase sangat sakit pada rongga mulut sangat jarang dialami siswa yaitu 36,87% dan yang kadang-kadang dialami siswa adalah 24,38%. Tidak nyaman/enak saat mengunyah kadang-kadang dialami siswa adalah 33,12% dan sangat jarang 26,25%.
Pada dimensi ketidaknyamanan psikis, persentase kadang-kadang siswa merasa cemas/khawatir yaitu 36,87% dan sangat jarang 30%, sedangkan merasa tegang persentase sangat jarang dialami siswa adalah 26,87% dan kadang-kadang 26,25%.
Pada dimensi ketidakmampuan fisik, persentase siswa kadang-kadang merasa tidak puas dengan makanan adalah 31,87% dan yang sangat jarang 23,12%. Berhenti tiba-tiba saat makan yang kadang-kadang dialami siswa 38,75% dan sangat jarang 28,75%.
Pada dimensi ketidakmampuan psikis, persentase kadang-kadang siswa sulit merasa santai/rileks persentasenya 24,38% dan sangat jarang 36,87%, sedangkan merasa malu karena nafas bau yang kadang-kadang dialami siswa adalah 28,75% dan sangat jarang 23,75%.
Pada dimensi ketidakmampuan sosial, persentase kadang-kadang siswa menjadi mudah tersinggung adalah 23,13% dan sangat jarang 25%, sedangkan sulit dalam belajar sangat jarang dialami siswa persentasenya 33,13% dan yang kadang-kadang terjadi 23,75%.
Pada dimensi hambatan, merasa hidup kurang menyenangkan sangat jarang dialami oleh siswa yaitu 27,5% dan kadang-kadang terjadi 24,37%, dan izin sekolah karena sakit gigi kadang-kadang terjadi persentasenya 12,5% dan sangat jarang dialami siswa dengan persentase 10% (Tabel 8).
(29)
Tabel 8. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal (n=160)
Dimensi
Tidak Sangat Kadang-
Sering (3) Sangat Pernah (0) Jarang (1) Kadang (2) sering (4)
n % n % n % n % n %
Keterbatasan Fungsi Sulit
mengucapkan
kata/ kalimat 59 36,87 34 21,25 60 37,50 7 4,38 0 0
Tidak mengecap
rasa dengan baik 58 36,25 62 38,75 38 23,75 2 1,25 0 0
Sakit Fisik
Sangat sakit pada
rongga mulut 52 32,5 59 36,87 39 24,38 10 6,25 0 0
Tidak
nyaman/enak saat
mengunyah 39 24,38 42 26,25 53 33,12 23 14,38 3 1,87
Ketidaknyamanan Psikis
Merasa
cemas/khawatir 28 17,50 48 30,00 59 36,87 19 11,88 6 3,75
Merasa tegang 61 38,13 43 26,87 42 26,25 14 8,75 0 0
Ketidakmampuan Fisik
Tidak puas
dengan makanan 45 28,13 37 23,12 51 31,87 19 11,88 8 5,00
Berhenti tiba-tiba
saat makan 33 20,62 46 28,75 62 38,75 17 10,63 2 1,25
Ketidakmampuan Psikis
Sulit merasa santai/ rileks
Merasa malu
karena nafas bau
44 27,5 59 36,87 39 24,38 17 10,63 1 0,62
57 35,63 38 23,75 46 28,75 15 9,37 4 2,50
Ketidakmampuan Sosial
Menjadi mudah
tersinggung 75 46,87 40 25,00 37 23,13 6 3,75 2 1,25
Sulit dalam
belajar 57 35,62 53 33,13 38 23,75 12 7,50 0 0
Hambatan
Merasa hidup
kurang
menyenangkan 60 37,5 44 27,5 39 24,37 16 10 1 0,63
Izin sekolah
(30)
Tabel 9 menunjukkan persentase responden yang memiliki kategori kualitas hidup yang baik 93,75%, sedang 6,25% dan buruk 0%.
Tabel 9. Karakteristik kualitas hidup remaja usia 12-18 tahun di Kec.Medan Sunggal (n=160)
Kualitas Hidup n %
Baik (<32) 150 93,75
Sedang (33-44) 10 6,25
Buruk ( >45) 0 0
Total 160 100
4.4 Hubungan skor DMF-T dan PUFA dengan Kualitas Hidup
Persentase responden yang memiliki kategori DMF-T baik dengan tingkat kualitas hidup baik adalah 100%. Persentase responden yang memiliki kategori DMF-T sedang dengan tingkat kualitas hidup baik adalah 86,94%. Persentase responden yang memiliki kategori DMF-T buruk dengan tingkat kualitas hidup sedang 57,14%. Secara statistik ada hubungan antara skor DMF-T dengan kualitas hidup pada remaja (p<0,05) (Tabel 10).
Tabel 10. Persentase kategori kualitas hidup berdasarkan DMF-T pada remaja usia12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal
Skor DMF-T n %
Skor OHIP Hasil
Baik (<32) Sedang (33-44) Uji
n % n % Statistik
Baik (0-2) 107 66,87 107 100 0 0 p = 0,000
Sedang (3-5) 46 28,75 40 86,94 6 13,04 X2 = 34,760
Buruk (6-8) 7 4,38 3 42,86 4 57,14
Total 160 100 150 93,75 10 6,25
Persentase responden yang memiliki skor PUFA 0 dengan tingkat kualitas hidup baik adalah 98,73%. Persentase responden yang memiliki skor PUFA 1 dengan tingkat kualitas hidup baik adalah 100%. Persentase responden yang memiliki skor PUFA 2 dengan tingkat kualitas hidup baik adalah 85%. Persentase responden
(31)
dengan skor PUFA 3 dengan tingkat kualitas hidup baik dan sedang memiliki besar yang sama yaitu 50%. Persentase responden yang memiliki skor PUFA 4 dengan tingkat kualitas hidup sedang adalah 60%. Secara statistik ada hubungan antara skor PUFA dengan kategori kualitas hidup pada remaja (p < 0,05) (Tabel 11).
Tabel 11. Persentase kategori kualitas hidup berdasarkan PUFA pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal
Skor
PUFA n %
Skor OHIP Hasil
Baik (<32) Sedang (33-44) Uji
n % n % Statistik
0 79 49,38 78 98,73 1 1,27 p = 0,000
1 50 31,25 50 100 0 0 X2 = 41,277
2 20 12,5 17 85 3 15
3 6 3,75 3 50 3 50
4 5 3,12 2 40 3 60
(32)
BAB 5 PEMBAHASAN
Rata-rata skor DMF-T remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kecamatan Medan Sunggal adalah 2,08±1,66. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indirawati pada responden remaja di kota Bandung yaitu 1,5.26 Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal responden yang berada di pinggiran Kota Medan yang dominan dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Menurut US Department of Health and Human Services, anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami jumlah karies dua kali lebih tinggi dan kecenderungan tidak mendapatkan perawatan gigi dibanding anak dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi.27
Rata-rata skor PUFA remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kecamatan Medan Sunggal adalah 0,78±0,99. Hasil penelitian ini hampir sama bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murthy pada responden remaja di Kota Bangalore India yaitu 0,85.28 Hal ini mungkin disebabkan oleh sosial ekonomi responden yang rendah dan mempengaruhi perilaku responden dalam mencari pelayanan kesehatan, sehingga tidak ada upaya atau rendahnya kesadaran untuk merawat kerusakan giginya.
Dari seluruh dimensi kualitas hidup dapat dilihat dampak yang paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari terjadi pada dimensi ketidakmampuan fisik yaitu tidak puas dengan makanan yang dikonsumsi akibat gigi yang berlubang dengan persentase 16,88%. Pada dimensi sakit fisik tidak nyaman atau enak saat mengunyah akibat gigi yang berlubang paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari terjadi dengan persentase 16,25%. Hal ini mungkin disebabkan rasa sakit pada gigi akibat karies yang tidak dirawat.
Pada dimensi ketidaknyamanan psikis, paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari dialami oleh remaja adalah merasa cemas atau khawatir
(33)
dengan persentase 15,63%. Pada dimensi ketidakmampuan psikis, paling sering atau hampir tiap minggu bahkan hampir tiap hari terjadi adalah merasa malu karena nafas bau memiliki persentase 11,87%. Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa di mana anak mulai menghabiskan waktu diluar rumah dengan teman sebaya untuk
mencapai kemandirian emosional dari orangtuanya. Akibat keadaan rongga mulut
yang tidak nyaman tersebut menyebabkan remaja mempunyai masalah dalam interaksi sosialnya serta menyebabkan kecanggungan dan kekakuan dalam pergaulan seperti merasa malu saat berbicara dengan orang yang berada disekitarnya karena nafas bau, juga kehilangan kepercayaan diri seperti merasa cemas atau khawatir. Hal ini yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan dalam diri remaja dan berdampak pada kualitas hidupnya.1,29
Pada dimensi hambatan, remaja sering merasa hidupnya kurang memuaskan yaitu dengan persentase 10,63%, hal ini mungkin terjadi karena beberapa dampak yang dirasakan oleh responden seperti tidak nyaman saat mengunyah, memilih-milih makanan, merasa cemas dan khawatir dengan keadaan rongga mulutnya, juga responden sulit merasa santai saat beristirahat yang diakibatkan dari rasa sakit karena karies yang tidak dirawat.
Pada dimensi ketidakmampuan sosial, persentase yang sering atau hampir tiap minggu dialami remaja adalah sulit dalam belajar 7,50%, hal ini mungkin terjadi karena rasa sakit pada gigi yang timbul mengganggu rasa nyaman remaja saat belajar sehingga membuat remaja sulit belajar. Dimensi keterbatasan fungsi yang sering atau hampir tiap minggu dialami remaja adalah sulit mengucapkan kata/kalimat 4,38%, hal ini mungkin disebabkan karena adanya rasa sakit dan pembengkakan akibat abses yang mengganggu fungsi fonetik dari remaja.
Persentase responden yang memiliki kategori kualitas hidup yang baik adalah 93,75%, kategori sedang 6,25%, dan kategori buruk 0%. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya remaja masih menganggap penyakit gigi dan mulut cukup mengganggu tetapi bukanlah suatu penyakit yang serius.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara skor DMF-T dengan kualitas hidup remaja, begitu pula skor PUFA dengan kualitas hidup remaja.
(34)
Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan rongga mulut yang buruk merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup remaja dan mengganggu ketika makan karena tidak nyaman saat mengunyah dan anak lebih memilih-milih makanan.
(35)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata skor DMFT remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal yaitu 2,08±1,66. Rata-rata decayed 1,44±1,25, missing 0,49±0,82, dan filling 0,15±0,37.
2. Rata-rata skor PUFA remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal yaitu 0,78±0,99. Rata-rata pulpitis 0,56±0,76, ulserasi 0,06±0,24, fistula 0,06±0,24, dan abses 0,10±0,29.
3. Persentase responden yang memiliki kategori kualitas hidup yang baik adalah 93,75%, kategori sedang 6,25%, dan kategori buruk 0%.
4. Hasil uji statistik ada hubungan antara kategori DMF-T dengan tingkat kualitas hidup remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal (p=0,000).
5.Hasil uji statistik ada hubungan antara skor PUFA dengan tingkat kualitas hidup remaja usia 12-18 tahun pada SMPN 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal (p=0,000)
6.2 Saran
1. Diharapkan tenaga kesehatan baik dokter gigi atau perawat gigi dapat secara aktif melaksanakan program UKGS yang tidak hanya penyuluhan saja tetapi juga memberikan pelayanan kesehatan gigi, sehingga tidak terjadi karies gigi atau kerusakan yang semakin parah akibat karies yang tidak dirawat (PUFA) dan menimbulkan rasa sakit.
2. Diharapkan guru dapat melakukan pembinaan kesehatan kepada siswa khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin agar siswa terbiasa untuk menjaga kesehatan giginya sendiri.
(36)
3. Diharapkan siswa lebih memperhatikan dan menjaga kesehatan rongga mulutnya seperti rajin menyikat gigi dan pemeriksaan rutin ke praktek dokter gigi, sehingga karies yang lebih parah dapat dicegah, karena apabila karies tidak dirawat akan mempengaruhi kualitas hidup remaja.
(37)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas kebagian yang lebih dalam, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa. Karies gigi tidak dapat sembuh dengan sendirinya.13
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri, proses ini dimulai dari timbulnya white spot pada permukaan email gigi. Bila tak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar hingga pada jaringan pulpa serta terjadi penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.4
2.1.1 Etiologi Karies
Teori Multifaktorial Keyes menyatakan penyebab karies gigi mempunyai banyak faktor seperti: host atau tuan rumah yang rentan, agen atau mikroorganisme yang kariogenik, substrat atau diet, dan waktu yang lama. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling berhubungan. Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang tindih.4
a. Faktor host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pada pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga
(38)
dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel terdiri atas kristal hidroksiapatit yang tersusun dalam prisma. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Sampai saat ini diketahui bahwa email yang mengandung garam-garam fluor akan lebih tahan karies dibanding yang tidak mengandung fluor. 4,5,13
Daerah yang mudah diserang karies adalah:14
1. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisif;
2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak; 3. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva;
4. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodonsium;
5. Tepi tumpatan yang tidak baik;
6. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk pada gigi dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya.4
W.D. Miller menunjukkan bahwa bakteri merupakan penyebab inflamasi di dalam pulpa. Bakteri atau produk-produknya masuk kedalam pulpa melalui suatu keretakan pada dentin, karies maupun terbukanya pulpa. Reaksi pada pulpa yang meradang juga berbeda dari reaksi organ lainnya, yaitu tidak adanya ruangan yang tersedia bagi pulpa yang bengkak karena pulpa seluruhnya tertutup oleh dentin yang keras, kecuali bagian foramen apikal. Bila proses inflamasi parah, maka akan meluas
(39)
lebih dalam ke dalam pulpa dan gejala suatu reaksi akut akan mulai dirasakan. Eksudat inflamasi yang banyak bertumpuk menyebabkan rasa sakit karena mulai menekan ujung saraf pulpa, hal ini menyebabkan gangguan dalam suplai nutrisional, banyak leukosit polimorfonuklear mati, dan terbentuk nanah, selanjutnya mengiritasi sel saraf, dan daerah nekrosis mulai berkembang. 6
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain dan menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.4
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.4
2.1.2 Karies pada Remaja
Karies gigi merupakan penyakit mulut yang paling umum pada remaja meskipun berpotensi untuk dapat dicegah, dan akan memerlukan perawatan yang mahal ketika penyakit ini telah berkembang sampai tahapan yang lebih parah.11
Dari sudut pandang epidemiologi, karies gigi banyak tersebar di seluruh dunia dan dapat dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang umum di Mexico. Di Amerika Latin, prevalensi karies gigi pada remaja berusia 12 dan 15 tahun lebih dari
(40)
70%, dengan rata-rata DMFT yang lebih dari 1,5. Strategi-strategi berbeda telah dilakukan untuk mengontrol masalah karies gigi, terutama dengan menggunakan teknik fluoridasi.8
Pada gigi yang telah mengalami karies dan tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan perawatan yang lebih rumit. Karies yang dibiarkan dan tidak dirawat akan mencapai pulpa gigi, pulpa akan terinfeksi, fistula (jalan dari nanah) dan abses dapat terbentuk. Rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah restorasi dan perawatan endodontik. Apabila tidak segera dilakukan perawatan, kerusakan pada gigi dan jaringan pendukungnya akan menjadi lebih parah, bahkan dapat mengakibatkan pencabutan gigi pada usia muda, sehingga diperlukan biaya perawatan gigi yang semakin mahal.8,15
2.1.3 Karies yang Tidak Dirawat
Bila sudah terdapat karies maka terjadi progresivitas yang tidak dapat berhenti sendiri, dan bila karies tersebut tidak dirawat maka seiring penjalarannya akan
menyebabkan karies yang melibatkan pulpa.5
a. Pulpitis
Inflamasi merupakan reaksi jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap cedera. Inflamasi pulpa disebut pulpitis, dan seperti layaknya jaringan lain inflamasi pulpa dapat akut atau kronis. Bentuk pulpitis akut umumnya mengalami rasa sakit berat, sebentar dan terkadang terasa sangat sakit. Bentuk pulpitis kronis hampir tanpa gejala atau hanya terasa sakit sedikit dan berjalan lama. Gejala dapat bervariasi dari mulai nyeri tajam yang hanya sebentar, nyeri berkepanjangan tapi masih dapat ditahan, sampai nyeri berdenyut yang sangat parah. Nyeri juga dapat timbul jika diberi rangsangan, seperti makanan, atau timbul secara spontan. 5,6
Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang timbul jika diberi stimulasi. Pada umumnya gampang terjadi reaksi bila diberi stimulasi dingin, tetapi pulpa mampu kembali menjadi normal setelah stimuli dihentikan.5,6
(41)
simtomatik atau asimtomatik, tetapi jika nyeri timbul dapat berlangsung lama. Walaupun pada umumnya nyeri timbul karena rangsangan makanan atau perubahan suhu, nyeri dapat pula timbul secara spontan misalnya pada waktu malam hari. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai beberapa jam, dan tetap ada setelah stimuli dihilangkan.5,6
Nekrosis pulpa tidak mudah dideteksi kecuali gigi sudah nekrosis seluruhnya. Walaupun demikian penegakkan diagnosisnya dipermudah karena biasanya nekrosis sering disertai pulpitis ireversibel dan ada perubahan di jaringan sekitar apeks yang terlihat melalui radiografi.5,6
Gambar 1. Pulpitis16
b. Ulserasi
Ulserasi oral adalah suatu keadaan akibat dari beberapa penyebab, yang mana trauma merupakan penyebab yang paling umum. Lokasi ulser yaitu pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum dan tepi perifer lidah ini diakibatkan oleh kontak dengan ujung gigi yang tajam atau gigi yang patah. Ulkus biasanya tampak sedikit cekung dan oval. Pada awalnya eritematous dijumpai di daerah perifer, yang perlahan menjadi merah muda karena keratinisasi.17
(42)
Gambar 2. Ulserasi18
c. Fistula
Fistula terjadi karena peradangan kronis dan aktifitas eksudat purulen (pus) pada daerah akar gigi. Penyebab terjadinya fistula adalah karies yang tidak dirawat. Karies gigi yang lama menyebabkan peradangan pada daerah sekitar fragmen akar. Peradangan ini menyebabkan kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi. Peradangan yang terlalu lama dan infeksi karies gigi dapat menimbulkan nanah pada sekitar fragmen akar yang karies, pertahanan tubuh akan berusaha melawan, dan juga mengeluarkan jaringan yang telah rusak dengan cara mengeluarkan nanah keluar tubuh melalui permukaan yang terdekat. Daerah yang terdekat adalah menembus tulang tipis dan gusi yang menghadap ke pipi, melalui saluran yang disebut fistula. Jika saluran ini tersumbat, maka akan terjadi pengumpulan nanah.19
Gambar 3. Fistula20
d. Abses
Abses gigi adalah komplikasi karies gigi yang telah melibatkan pulpa yang memudahkan bakteri untuk masuk jauh lebih dalam lagi. Abses merupakan suatu
(43)
penyakit infeksi yang ditandai oleh pembengkakan jaringan lunak yang berisi bahan purulen yang berasal dari infeksi bakteri di dalam pulpa gigi.17,19
Gambar 4. Abses21
2.2 Indeks DMF-T
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya meliputi semua gigi kecuali molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak dapat berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia diisi kode D (gigi yang karies/decay), M (gigi yang hilang/missing), F (gigi yang ditumpat/filling) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode.4
Tabel 1. Indeks DMF-T Klein untuk Gigi Permanen4
DMF-T Klein
D (decay) Gigi yang mengalami karies
Karies sekunder Tambalan sementara M
Mi (missing indicated) Me (missing extracted)
Gigi yang hilang/dicabut atau diindikasikan untuk dicabut karena karies
F (filling) Gigi dengan tumpatan sempurna
Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar
Untuk DMF-T rata-rata adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.4
(44)
2.3 Indeks PUFA
Keterbatasan indeks DMF-T dalam memberikan informasi tentang akibat karies gigi yang tidak dirawat, seperti abses pulpa atau hal lebih serius seperti terjadinya lesi pada daerah tersebut, menjadi dasar pengembangan indeks PUFA. Indeks ini diperkenalkan pertama kali oleh Monse et al. pada tahun 2010. Indeks ini mencatat tahap-tahap lesi karies gigi yang tidak dirawat, dengan demikian indeks ini dapat digunakan untuk membuat kebijakan prosedur kesehatan, yang mana tidak
mungkin dapat dilakukan dengan indeks DMFT.7,22
Cara perhitungan skor indeks PUFA individual hampir sama dengan cara penghitungan DMFT, tetapi dicatat secara terpisah dari indeks DMFT. Skor ini terdiri atas pulpa yang terbuka (P/p), ulserasi mukosa oral yang disebabkan ujung akar yang tajam (U/u), fistula (F/f) dan abses (A/a). Ulser yang tidak disebabkan oleh gigi karies dengan ruang pulpa yang terbuka tidak dicatat. Pada kasus yang mengalami infeksi odontogenic yang meluas diberikan skor P/p (untuk keterlibatan pulpa). Bila pada gigi susu dan gigi tetapnya mengalami tahap infeksi odontogenic, maka keduanya
diberikan skor. Huruf kapital (PUFA) untuk menghitung kerusakan pada gigi tetap, dan huruf kecil (pufa) untuk menghitung kerusakan pada gigi susu. Penilaian ini dilakukan secara visual tanpa harus menggunakan alat. Kriteria indeks PUFA diuraikan pada Tabel 2.7,22-24
Tabel 2. Kode dan kriteria indeks PUFA7,22-24
Kode Kriteria
P/p Terlihatnya ruang pulpa yang terbuka atau struktur dasar gigi yang telah rusak yang melibatkan pulpa disebabkan karies, hanya akar atau pecahan akar saja yang tertinggal. Tidak perlu dilakukan probing untuk mendiagnosa peradangan ini.
U/u Ulserasi akibat trauma ujung akar gigi yang tajam yang telah rusak.
Ulserasi karena trauma yang melibatkan pulpa dan pecahan akar ini dapat dijumpai pada jaringan lunak seperti mukosa bukal, mukosa bibir, palatum dan lidah.
(45)
Tabel 2. Lanjutan
F/f Fistula dilihat dari adanya gigi dengan karies yang mengenai pulpa disertai saluran pus yang berasal dari gigi yang mengalami peradangan pulpa.
A/a Abses ditandai adanya pembengkakan berisi pus yang berasal dari
gigi yang mengalami peradangan pulpa.
2.4 Kualitas Hidup
Berdasarkan sudut pandang kesehatan, kualitas hidup mencakup kehidupan sosial, emosional dan kesejahteraan pasien, sedangkan WHO mendefinisikannya sebagai dampak dari penyakit dan pengobatan terhadap kecacatan dan fungsi sehari-hari. Sehat biasanya dihubungkan dengan tidak adanya penyakit (diseases), keluhan sakit (illness) dan tidak ada gangguan dalam menjalankan peranan sosialnya sehari-hari.2,3
Pengukuran status kesehatan didasarkan pada penyimpangan kondisi sehat, yaitu keadaan sakit. Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum bekerja seperti anak-anak dan remaja, berlaku produktif secara sosial diartikan mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bahkan kegiatan lainnya.1-3
WHO menyarankan agar status kesehatan penduduk diukur dalam tiga hal, yaitu melihat ada tidaknya kelainan patofisiologis, mengukur fungsi, dan penilaian individu atas kesehatannya. Dengan demikian indikator prevalensi dan keparahan penyakit belum dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu untuk menggambarkan status kesehatan gigi dan mulut haruslah mencakup ada tidaknya penyakit, bagaimana status fungsi fisik (pengunyahan), fungsi psikis (rasa malu), fungsi sosial (peranan sosial sehari-hari),
(46)
dan kepuasan terhadap kesehatannya. Dapat disimpulkan bahwa kesehatan ini perlu dicapai untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang.1,2
Saat ini, adanya hubungan kualitas hidup dengan kesehatan mendapat perhatian para ahli sehingga menjadi sebuah gagasan utama dalam menentukan kebijakan kesehatan pada negara-negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah karena kondisi kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup. Dampak yang ditimbulkan akibat kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, sosial dan kegiatan sehari-hari.25
2.4.1 Definisi Kualitas Hidup
Pada umumnya kualitas hidup dapat didefenisikan sebagai tingkat kepuasan terhadap hidup. Kualitas hidup merupakan konsep yang lebih luas dari status kesehatan seseorang dan kesehatan sosial. Menurut Bowling, ada beberapa komponen yang terdapat dalam kualitas hidup yaitu kemampuan fungsional (kemampuan sehari-hari, kemampuan untuk bekerja), tingkat kualitas sosial dan interaksi dalam masyarakat, kesehatan psikologi, kesehatan fisik dan kepuasan hidup. Shin dan Johnson menyatakan bahwa kualitas hidup terdiri atas kepentingan seseorang untuk memiliki kebahagiaan individu, kebutuhan, keinginan dan impian, keikutsertaan dalam berbagai aktivitas dan kepuasan terhadap diri sendiri dan orang lain.1,3
Dalam pandangan kesehatan saat ini, aspek kualitas hidup perlu diperhatikan. Campbell menyatakan bahwa aspek kesehatan hanya salah satu dari 12 bagian kehidupan yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia seperti bagian komunitas, pendidikan, kehidupan keluarga, persahabatan, perumahan, pernikahan, kebangsaan, rukun tetangga, diri sendiri, tingkat kehidupan dan pekerjaan.1
2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup
Hubungan antara kualitas hidup dan kesehatan rongga mulut didefinisikan sebagai suatu evaluasi, baik dari pandangan pribadi dan dunia medis, dipandang dari fungsional, psikologis, faktor sosial (interaksi dan persepsi) dan pengalaman trauma serta efek dari pengalaman yang tidak menyenangkan yang mana dapat
(47)
mempengaruhi kesejahteraan individu.25 Pengukuran kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan ternyata telah dimulai dari tahun 1963 hingga saat ini, diantaranya Health Utilities Index Mark 3 (HUI-3) dari Torrance dengan atribut: vision, hearing, speech, ambulation, dexterity, emotion, cognition, dan pain. Ada juga menurut Rosser indeks pada tahun 1982, yang disempurnakan oleh Centre for Health Economics, York University, Inggris 1994 dengan EuroQol-5D yang mengarah pada pengukuran 5 status kesehatan manusia, yaitu mobility, self-care, usual activities, pain/discomfort, dan anxiety/depression.1,3
Di Indonesia juga dikembangkan model pengukuran kualitas hidup manusia Indonesia yang terkait dengan kesehatan, yaitu Indonesia Health Related Quality of Live (INA-HRQol), yang menghasilkan 12 komponen status kesehatan yang terdiri komponen fisik dan komponen non fisik. Komponen fisik diantaranya mobilitas, aktifitas/kegiatan pribadi, aktifitas/kegiatan umum/sosial, pandangan/penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa makanan, berbicara/komunikasi, pergerakan tangan, jari dan kaki, dan rasa sakit. Sedangkan komponen non fisik adalah emosi dan ingatan.1,3
Di Australia Slade GD dan Spencer Aj mengembangkan alat ukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut, yaitu Oral Health Impact profile (OHIP-49). Konsep kualitas hidup ini dikembangkan dari konsep sehat WHO, yaitu respons individu dalam kehidupan sehari-hari terhadap fungsi fisik, psikis, dan sosial akibat suatu penyakit. Dalam teori ini terdapat tujuh dimensi dan tiap dimensi terdiri dari 4-9 butir pertanyaan sehingga keseluruhan pertanyaan terdiri dari 49 butir yang dikelompokan dalam teori Locker. Tujuh dimensi tersebut adalah keterbatasan fungsi, rasa sakit, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis,
ketidakmampuan sosial, dan hambatan yang urutannya menurut hierarki. 1,2
Tahun 1997, Slade GD menyederhanakan OHIP yang terdiri dari 49 butir pertanyaan (OHIP-49) menjadi OHIP dengan 14 butir pertanyaan (OHIP-14). Penelitian ini dilakukan di Australia Selatan dan menggunakan 1217 sampel. OHIP-14 ini juga berhubungan dengan tujuh dimensi yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidak-
(48)
mampuan sosial, dan hambatan. Setiap dimensi terdiri dari dua pertanyaan, dan menggunakan lima skala likert, yaitu 0 = tidak pernah, 1=sangat jarang, 2=kadang-kadang, 3=sering, dan 4=sangat sering. Total skor yang tinggi menunjukkan kualitas hidup yang rendah begitu pula sebaliknya.9,10
Tabel 3. Alat ukur dimensi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut (Oral Health Impact Profile -14 oleh Slade GD) 9,10
No. Dimensi Kualitas Hidup Butir Pertanyaan
1 Keterbatasan fungsi Kesulitan dalam mengucapkan kata-kata
Tidak dapat mengecap rasa dengan baik
2 Rasa sakit fisik Sakit yang sangat dirongga mulut
Tidak nyaman mengunyah makanan
3 Ketidaknyamanan psikis Merasa khawatir
Merasa tegang
4
Diet (jumlah makanan yang dikonsumsi)
Ketidakmampuan fisik kurang memuaskan
Terhenti saat makan
5 Ketidakmampuan psikis Sulit merasa rileks
Merasa malu
6 Ketidakmampuan sosial Mudah tersinggung
Sulit melakukan pekerjaan sehari-hari
7 Hambatan Hidup terasa kurang memuaskan
(49)
2.5 Kerangka Konsep
Kualitas Hidup Remaja
Keterbatasan Fungsi Rasa Sakit Fisik Ketidaknyamanan Psikologis
Ketidakmampuan Fisik Ketidakmampuan Psikologis
Ketidakmampuan Sosial Hambatan
Skor DMF-T:
D (decay) M (missing) F (filling)
Skor PUFA:
P (pulpitis) U (ulserasi) F (fistula) A (abses)
(50)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan sepanjang hidup, peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorbsi nutrisi pada saluran pencernaan, selain fungsi estetis dan bicara. Berbagai penyakit maupun kelainan gigi dan mulut dapat mempengaruhi berbagai fungsi rongga mulut, salah satunya adalah gigi berlubang atau yang disebut dengan karies. Sampai sekarang karies merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang.1,2
Karies gigi disebabkan banyak faktor seperti faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Faktor-faktor tersebut harus ada dan saling berinteraksi, dan dikenal dengan multifactorial disease.3,4 Proses karies mulai dari permukaan gigi dan terus berpenetrasi semakin kedalam, ketika mencapai dentin perkembangannya semakin cepat sehingga menyebabkan email menggaung. Perubahan berikutnya adalah inflamasi pulpa atau pulpitis. Reaksi inflamasi pada pulpa berbeda dengan reaksi organ lainnya, yaitu tidak adanya ruangan yang tersedia bagi pulpa yang bengkak karena pulpa seluruhnya tertutup oleh dentin yang keras, kecuali pada bagian foramen apikal. Terinfeksinya pulpa terjadi pada karies yang sudah lanjut dan akhirnya dapat menyebar keseluruh jaringan pulpa dan akar sehingga akan mengakibatkan infeksi di tulang periapeks, yang disebut abses.5,6
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies di Indonesia telah mencapai 90,05% dengan rata-rata indeks DMFT sebesar 4,85 yang berarti sebagian besar penduduk Indonesia rata-rata mempunyai 5 gigi yang karies. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 didapatkan prevalensi karies gigi untuk anak remaja (>12 th) sebesar 36,1% dengan DMFT 0,91, kelompok usia 35-44 th prevalensi karies gigi mencapai 80,5% dengan DMFT 4,46, sedangkan usia 65> prevalensi sebesar 94,4% dengan DMFT 18,33.
(51)
Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Hasil penelitian di Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan penduduk berusia >12 tahun mengalami karies sebesar 62,1% dengan rata-rata indeks DMFT sebesar 3,43.3,7,8
Hasil National Oral Health Survey (NOHS) di Filipina, menunjukkan anak usia 6 tahun mengalami karies sebesar 97% dan pada umur 12 tahun sebesar 82%. Data The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) mengenai prevalensi karies yang tidak dirawat pada remaja di Amerika Serikat adalah 16,91% untuk usia 12-15 tahun dan 22,24% untuk usia 16-19 tahun, 19,31% untuk remaja wanita dan 19,89% untuk remaja laki-laki. Selain itu, hal yang lebih parah lagi ditemukan hampir 50% anak menderita infeksi dentogenic dengan karakteristik adanya karies yang sudah mencapai ke pulpa yang menyebabkan terjadinya pulpitis, ulserasi, fistula dan abses (PUFA) yang disertai nyeri yang menyebabkan keadaan
tidak nyaman dan bahkan mengurangi kapasitas belajar pada anak.7
PUFA adalah indeks yang digunakan untuk menilai adanya kondisi mulut akibat karies yang tidak dirawat. Indeks ini dicatat terpisah dari DMFT dan skor indeks ini menilai adanya pulpa yang terlihat, ulserasi pada rongga mulut yang disebabkan sisa akar yang tajam, jalan nanah dan pembengkakkan dari gigi yang mengalami karies. Kriteria untuk indeks PUFA adalah pulpitis, ulserasi, fistula, dan abses.7
Akhir-akhir ini perhatian pada penelitian tentang akibat penyakit yang mempengaruhi fungsi, kenyamanan dan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari sedang ditingkatkan. Tindakan ini merupakan bagian dari promosi kesehatan
terutama dalam hubungan dengan “hidup sehat sepanjang umur” (healthy years of live). Organisasi kesehatan sedunia (WHO) merumuskan konsep sehat bukan hanya dengan tidak adanya penyakit dan kecacatan, melainkan juga mencakup keadaan sehat baik fisik, mental maupun sosial.1,3
Dari segi hambatan sosial dan psikologi, PUFA dapat menyebabkan sulit mengucapkan kata-kata, nafas bau, sakit yang sangat di mulut, rahang dan kepala, bicara tidak jelas dan tidak nyaman mengunyah. Hal ini membuat anak merasa malu,
(52)
cepat marah, menghindari bersama dengan orang lain, dan merasa hidupnya kurang memuaskan. Penampilan yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, terutama pada usia remaja. Terjadinya perubahan fisik, mental dan psikososial dapat berdampak pada aspek kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini remaja lebih mementingkan daya tarik penampilan dalam bersosialisasinya.1,2
Kualitas hidup berhubungan dengan kepuasan kebutuhan manusia untuk tumbuh, sejahtera, kebebasan dan kenyamanan dalam kehidupan sosial dan pekerjaan. Kualitas hidup merupakan suatu pertimbangan penting dalam perawatan medis, beberapa pengobatan medis juga dapat mengganggu kualitas hidup. Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi dan aktivitas sehari-hari yang akan mempengaruhi kualitas hidup.3
Slade mengembangkan Oral Health Impact Profile (OHIP-49) yang didasarkan pada konsep kesehatan mulut dari Locker. Model ini terkait gangguan rongga mulut dengan konsekuensi biologis, perilaku dan psikososial, dengan menggunakan kerangka kerja dari WHO, yaitu International Classification of Impairments, Disabilities and Handicap (ICIDH). Pada model WHO, disebutkan kelainan yang terjadi pada rongga mulut berdampak kepada perilaku lalu ketingkat sosialnya. Oral Health Impact Profile (OHIP) oleh Slade adalah untuk memberikan
ukuran dampak sosial akibat gangguan kesehatan rongga mulut.Oral Health Impact
Profile terdiri atas 49 pertanyaan (OHIP-49) dengan 7 dimensi, diantaranya keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, disabilitas psikis, disabilitas sosial dan hambatan lainnya. Pada tahun 1977 dikembangkan menjadi Oral Health Impact Profile yang terdiri atas 14 butir pertanyaan (OHIP-14) yang mana membuang pertanyaan yang tidak penting untuk digunakan dan untuk mempersingkat waktu, memiliki 7 dimensi dengan 2 pertanyaan untuk tiap dimensinya.9,10
Menurut WHO dikatakan remaja apabila anak telah mencapai usia 10-19 tahun, yaitu usia 10-14 tahun sebagai remaja awal dan usia 15-19 tahun sebagai remaja akhir. Departemen Kesehatan pada tahun 1974 menyatakan masa remaja di
(53)
Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu remaja awal pada usia 13-15 tahun dan remaja akhir pada usia 16-18 tahun.11,12 Masa remaja merupakan tahap penting dalam kurun kehidupan manusia karena masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja lebih mementingkan daya tarik fisik dalam proses sosialisasi. Kecantikan dan kesempurnaan fisik sangat didambakan oleh setiap remaja. Remaja dapat merasa tidak puas terhadap penampilan wajahnya yang tidak hanya menyebabkan mereka merasa tertekan tapi juga akan menurunkan fungsinya dalam kehidupan sosial, bahkan dapat menurunkan aktivitas belajar karena sering tidak masuk sekolah akibat malu untuk bertemu dengan orang lain atau merasa dicemoohkan.1 Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun yang mewakili remaja awal dan akhir di Kecamatan Medan Sunggal.
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut: “Bagaimana hubungan pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat
dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal?”
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui skor DMF-T pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
2. Untuk mengetahui skor PUFA pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
3. Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
4. Untuk mengetahui hubungan skor DMF-T dengan tingkat kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
5. Untuk mengetahui hubungan skor PUFA dengan tingkat kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
(54)
1.4 Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara skor DMF-T dan tingkat kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
2. Ada hubungan antara skor PUFA dan tingkat kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Masyarakat: sebagai bahan penyuluhan untuk masyarakat umum mengenai pentingnya memelihara kesehatan gigi dan rongga mulut terhadap kualitas hidup.
2.Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat: untuk menambah kepustakaan.
3. Dinas Kesehatan: sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pembuat kebijakan di lingkungan Dinas Kesehatan khususnya bagian pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi di Sekolah untuk mengoptimalkan status kesehatan remaja.
(55)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedoketeran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2014
Khairun Nisa
Hubungan pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kecamatan Medan Sunggal.
x + 37 halaman
Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan PUFA yaitu pulpitis, ulserasi, fistula dan abses. Karies dan PUFA dapat berdampak terhadap kualitas hidup remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skor DMF-T dan PUFA dengan kualitas hidup remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal. Jenis penelitian adalah cross sectional. Populasi pada penelitian berjumlah 1.777 orang, sampel dipilih menggunakan simple random sampling, dengan jumlah sampel adalah 160 orang. Pengumpulan data pengalaman karies dilakukan dengan pemeriksaan klinis pada rongga mulut menggunakan indeks DMF-T dan karies yang tidak dirawat menggunakan indeks PUFA. Untuk menilai tingkat kualitas hidup remaja menggunakan Oral Health Impact Profile (OHIP). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor DMF-T remaja siswa SMPN 9 dan SMAN 15 Kec. Medan Sunggal adalah 2,08±1,66. Rata-rata decayed 1,44±1,25, missing 0,49±0,82, dan filling 0,15±0,37. Rata-rata skor PUFA adalah 0,78±0,99, rata-rata pulpitis 0,56±0,76, ulserasi 0,06±0,24, fistula 0,06±0,24 dan abses 0,10±0,29. Persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik adalah 93,75%, sedang 6,25% dan buruk 0%. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara skor DMF-T dan skor PUFA dengan tingkat kualitas hidup (p<0,05) remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal. Kesimpulan, adanya karies dan PUFA di rongga mulut merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup remaja dan mengganggu ketika makan karena tidak nyaman saat mengunyah dan anak lebih memilih-milih makanan. Daftar Rujukan: 29 (1993-2013)
(56)
HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN KARIES
YANG TIDAK DIRAWAT DENGAN KUALITAS
HIDUP PADA REMAJA USIA 12-18 TAHUN
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh: KHAIRUN NISA’
NIM:100600169
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(57)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedoketeran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2014
Khairun Nisa
Hubungan pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kecamatan Medan Sunggal.
x + 37 halaman
Karies gigi yang tidak dirawat dapat mengakibatkan PUFA yaitu pulpitis, ulserasi, fistula dan abses. Karies dan PUFA dapat berdampak terhadap kualitas hidup remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan skor DMF-T dan PUFA dengan kualitas hidup remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal. Jenis penelitian adalah cross sectional. Populasi pada penelitian berjumlah 1.777 orang, sampel dipilih menggunakan simple random sampling, dengan jumlah sampel adalah 160 orang. Pengumpulan data pengalaman karies dilakukan dengan pemeriksaan klinis pada rongga mulut menggunakan indeks DMF-T dan karies yang tidak dirawat menggunakan indeks PUFA. Untuk menilai tingkat kualitas hidup remaja menggunakan Oral Health Impact Profile (OHIP). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor DMF-T remaja siswa SMPN 9 dan SMAN 15 Kec. Medan Sunggal adalah 2,08±1,66. Rata-rata decayed 1,44±1,25, missing 0,49±0,82, dan filling 0,15±0,37. Rata-rata skor PUFA adalah 0,78±0,99, rata-rata pulpitis 0,56±0,76, ulserasi 0,06±0,24, fistula 0,06±0,24 dan abses 0,10±0,29. Persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik adalah 93,75%, sedang 6,25% dan buruk 0%. Hasil uji statistik ada hubungan yang signifikan antara skor DMF-T dan skor PUFA dengan tingkat kualitas hidup (p<0,05) remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal. Kesimpulan, adanya karies dan PUFA di rongga mulut merupakan faktor penting yang dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup remaja dan mengganggu ketika makan karena tidak nyaman saat mengunyah dan anak lebih memilih-milih makanan. Daftar Rujukan: 29 (1993-2013)
(58)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Juli 2014
Pembimbing Tanda tangan
(59)
TIM PENGUJI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
Pada tanggal 23 Juli 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM
ANGGOTA : 1. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes
(60)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa laporan penelitian ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, dr, C. Ort., Sp. Ort, selaku Dekan Fakultas Kedoktern Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, waktu, motivasi dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes dan Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Dennis, drg selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Hj. Lisnawati Susman, SH, MM dan Drs. Darwin Siregar, M.Pd selaku Kepala SMPN 9 dan SMAN 15 yang telah memberikan izin untuk penelitian.
7. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, H. Suparman dan Hj. Sumarni, serta kepada Indra Saputra, SE, dr. Melia Eka Putri, Nony Permata Sari, SE, dr. Ayu Indah Putri, Yuliani Rezki Ananda, Deasy Rahmawati, Ami Santika kurniati dan Najmi Isnain Aprilia atas segala kasih
(61)
sayang, doa, bimbingan serta dukungan secara moril dan materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
8. Terima kasih yang setulusnya kepada Mhd. Mansyur Hasibuan yang telah sangat banyak memberikan motivasi, bantuan, dukungan, doa serta cinta kasih kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang Ellin Faradina, Awanda Nauli Siregar, Rezeky, Khairina Atyqa dan Atrisina Allamah atas dukungan, waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.
10.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2010 yang tidak dapat diucapkan satu-satu, tetap semangat mencapai cita-cita.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi dikemudian hari. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 23 Juli 2014 Penulis,
(KHAIRUN NISA) NIM: 100600169
(1)
sayang, doa, bimbingan serta dukungan secara moril dan materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
8. Terima kasih yang setulusnya kepada Mhd. Mansyur Hasibuan yang telah sangat banyak memberikan motivasi, bantuan, dukungan, doa serta cinta kasih kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang Ellin Faradina, Awanda Nauli Siregar, Rezeky, Khairina Atyqa dan Atrisina Allamah atas dukungan, waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.
10.Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2010 yang tidak dapat diucapkan satu-satu, tetap semangat mencapai cita-cita.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi dikemudian hari. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 23 Juli 2014 Penulis,
(KHAIRUN NISA) NIM: 100600169
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ... KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies ... 6
2.1.1 Etiologi Karies ... 6
2.1.2 Karies pada Remaja ... 8
2.1.3 Karies yang Tidak Dirawat ... 9
2.2 Indeks DMF-T ... 12
2.3 Indeks PUFA ... 13
2.4 Kualitas Hidup ... 14
2.4.1 Definisi Kualitas Hidup ... 15
2.4.2 Pengukuran Kualitas Hidup ... 15
2.5 Kerangka Konsep ... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.2 Lokasi Penelitian ... 19
3.3 Populasi dan Sampel ... 19
(3)
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20
3.4.1 Variabel Penelitian ... 20
3.4.2 Definisi Operasional ... 20
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 22
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 24
4.2 Pengalaman Karies dan Karies Tidak Dirawat ... 25
4.3 Kualitas Hidup ... 26
4.4 Hubungan DMF-T dan PUFA dengan Kualitas Hidup ... 28
BAB 5 PEMBAHASAN ... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33
6.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.Indeks DMF-T Klein untuk gigi tetap ... 12 2.Kode dan kriteria indeks PUFA ... 13 3. Alat ukur dimensi kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan rongga
mulut (Oral Health Index Profile-14 oleh Slade GD) ... 17 4. Persentase responden remaja berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kec.
Medan Sunggal ... 24 5. Prevalensi pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat pada remaja
usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal ... 25 6. Rata-rata pengalaman karies pada remaja usia 12-18 tahun di Kec.
Medan Sunggal ... 25 7. Rata-rata PUFA pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal ... 25 8. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec.
Medan Sunggal ... 27 9. Kategori kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan
Sunggal ... 28 10.Persentase kategori kualitas hidup berdasarkan DMF-T pada remaja
usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal ... 28 11.Persentase kategori kualitas hidup berdasarkan PUFA pada remaja usia
12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal ... 29
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pulpitis ... 10
2. Ulserasi ... 11
3. Fistula ... 11
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Besar sampel
2. Kuesioner hubungan pengalaman karies dan karies yang tidak dirawat dengan kualitas hidup pada remaja usia 12-18 tahun di Kec. Medan Sunggal
3. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 4. Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan
5. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala SMPN 9 dan SMAN 15 di Kec. Medan Sunggal
6. Output analisis perhitungan statistik