4. Status Pernikahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status pernikahan subjek penelitian sebagian besar adalah janda 50,00, belum menikah sebesar 25,00 dan hanya
12,50 yang berstatus menikah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Edy Widodo 2009 terhadap WPS di Lokalisasi Koplak Kabupaten Grobogan
yang menyebutkan 77,1 WPS berstatus janda, 18,6 menikah, 4,3 belum menikah. Sebagian besar responden dengan status janda bahkan dengan beban
harus menanggung dan membiayai anak, sehingga mereka harus mencari tamu sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan uang agar tetap bisa menghidupi
keluarganya.
5. Pengetahuan WPS tentang IMS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh subjek penelitian 75,00 mengetahui istilah IMS dan sisanya 25,00 tidak mengetahuinya. 7
subjek penelitian 87,50 menyatakan tidak mengetahui jenis IMS dan hanya 1 subjek penelitian yang menyatakan mengetahui jenis IMS. Subjek penelitian yang
mengetahui tentang ciri-ciri fisik seseorang yang terkena IMS sebanyak 37,50 dan 63,50 tidak mengetahuinya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat
diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian mengetahui istilah IMS, namun ketika dilakukan wawancara tentang IMS lebih khusus seperti jenis IMS dan ciri
fisik seseorang terkena IMS, ternyata jumlah subjek yang mengetahuinya hanya sebagian kecil saja.
Kelompok berperilaku berisiko tinggi IMS antara lain commercial sex workers CSWs Djoko Yuwono, dkk, 2002. Menurut Notoatmodjo 2003:121,
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup mengenai bahaya IMS
dengan segala aspeknya dapat merubah perilaku yang kurang sehat ke perilaku yang sehat. Pengetahuan tersebut dapat meliputi penyebab, gejala atau tanda, cara
pengobatan dan mendapatkan layanan pengobatan serta perawatan, cara penularan dan cara pencegahan IMS.
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan WPS tentang IMS yaitu kegiatan penyuluhan di Kelurahan Bandungan yang sering disebut Binaan.
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari kamis atas kerjasama dari pihak Kelurahan, LSM, Puskesmas dan Kepolisian. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar subjek penelitian 75,00 mengikuti kegiatan dan 25,00 subjek penelitian tidak mengikutinya. Alasan mereka mengikutinya antara lain
adalah keinginan mengetahui informasi terbaru atau sesuatu yang sedang dibahas baik tentang kesehatan maupun lainnya, keinginan mengetahui penyuluhan atau
pengobatan terbaru, peraturan dari kos wajib mengikuti dan ajakan dari teman. Berikut kutipannya :
Hal tersebut sesuai dengan hasil triangulasi dengan Ibu Kos, bahwa ada WPS yang mengikuti kegiatan Binaan di Kelurahan atas kesadaran sendiri dan ada
pula yang tidak, berikut kutipannya :
5.1.2 Perilaku Seksual WPS