sedang tidak ada di Kos. Wawancara mendalam dilakukan di ruang tamu sekaligus ruang tempat menonton televisi. Sebelum dilakukan wawancara, Ibu
Erna sempat meminta agar identitas Wati tidak dimunculkan sehingga pewawancara mengganti namanya menjadi Bunga.
Pertanyaan pertama yang ditanyakan pada Ibu Erna adalah tentang keikutsertaan Wati dalam penyuluhan, seminar, pelatihan dan pembinaan tentang
risiko kesehatan dari pekerjaannya, beliau menjawab bahwa Wati pernah ditunjuk pihak Kelurahan untuk mengikuti penyuluhan tentang HIV di Kabupaten.
Sedangkan untuk kegiatan binaan di Kelurahan, Wati selalu berangkat mengikuti kegiatan tersebut. Ibu Erna sering menasehati anak-anak kosnya, apabila sedang
sakit diminta istirahat total dan tidak boleh kerja. Alasannya kasian pada tamu yang menggunakan jasanya dan kemungkinan sakitnya bisa parah. Berdasarkan
keterangan dari Ibu Erna, apabila Wati ataupun anak-anak kosnya sakit, mereka selalu pergi ke Klinik Chrysant atau Puskesmas. Tidak perlu menunggu hari
selasa atau kamis, jadi apabila sakit langsung ke Puskesmas karena sudah pasti ada dokter yang akan menangani. Untuk kegiatan screening rutin setiap hari selasa
dan kamis, terkadang Ibu Erna harus memperingatkan anak-anak kosnya. Ibu Erna juga bercerita, apabila ada laporan dari pihak Puskesmas bahwa ada anak kosnya
yang tidak berangkat screening, maka tanggung jawab Ibu Kos untuk mengantarkan anak kosnya sampai ke Puskesmas.
2. Ibu Sopyah
Informan tambahan selanjutnya pada penelitian ini adalah Ibu Kos dari WPS yang terdiagnosa Servisitis Gonore yang bernama Yanti sebagai nama
panggilannya. Ibu Sopyah berumur 52 tahun yang merupakan penduduk asli Kelurahan Bandungan. Ibu Sopyah tinggal tinggal bersama suami, tiga anak dan
satu cucu. Rumahnya tidak terlalu besar, namun ada sepuluh kamar yang dijadikan tempat kos untuk WPS. Biaya sewa kamar WPS untuk setiap
minggunya sekitar seratus ribu rupiah. Wawancara mendalam dilakukan di ruang tamu.
Berdasarkan keterangan Ibu Sopyah, Yanti mengikuti kegiatan binaan di Kelurahan. Ibu Sopyah harus selalu mengingatkan anak-anak kosnya untuk datang
ke Kelurahan mengikuti kegiatan binaan. Ibu Sopyah juga menyatakan bahwa anak-anak kosnya belum mempunyai kesadaran sendiri untuk mengikuti kegiataan
binaan di Kelurahan dan screening di Puskesmas. Ibu Sopyah menyatakan bahwa diagnosa dari dokter di Klinik jika ada WPS yang terkena penyakit, maka
pemberitahuan tentang penyakitnya melalui surat yang ditujukan kepada Ibu Kos. Hal itu mengantisipasi perasaan malu atau tidak percaya dari WPS tentang
penyakitnya tersebut. Beliau menyatakan jika Yanti terkena penyakit, dia tetap kerja melayani tamu. Meskipun demikian, beliau juga selalu mengingatkan pada
anak-anak kosnya untuk selalu memakai kondom. Ada tamu yang protes kepada Ibu Sopyah karena setelah menggunakan jasa anak-anak kosnya, tamu tersebut
terkena penyakit. Ibu Sopyah selalu mengingatkan anak-anak WPS pada waktu pembinaan di Kelurahan tentang kesehatannya. Ibu Sopyah akan mendampingi
dan mengantarkan WPS yang sakit untuk berobat sampai sembuh.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar berada pada rentang umur 20-24 tahun yaitu 62,50, sebanyak 2 25,00 subjek penelitian berada
pada rentang umur 25-29 tahun dan 1 12,50 subjek penelitian berada pada rentang umur 30-34 tahun. Hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil penelitian
Puguh Santoso 2004 di lokalisasi Tegal Panas dan Bandungan Kabupaten Semarang yang menyebutkan kelompok umur terbanyak pada rentang umur 20-24
tahun yaitu sebesar 38,4. Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa semua subjek penelitian berada pada golongan usia produktif atau aktif
seksual. Masalah perilaku seksual atau segala sesuatu yang didorong oleh hasrat seksual terjadi pada kelompok ini.
2. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 1 12,50 subjek penelitian berpendidikan tingkat SD, 4 50,00 subjek penelitian berpendidikan
SMP dan 3 37,50 subjek penelitian berpendidikan SMA. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Puguh Santoso 2004 di lokalisasi Tegal Panas dan
Bandungan Kabupaten Semarang yang menyebutkan 93,7 WPS positif Servisitis Gonore telah melewati pendidikan dasar SD dan SMP.
78