1982 hanya memperoleh 24 kursi 6,7 meningkat pada Pemilu 1987 menjadi 40 kursi 12 . Sedangkan PPP mengalami kemerosotan dari 94
kursi 26,1 menjadi 61 kursi 15,5. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya antara lain Nahdalatul Ulama keluar dari PPP,
aksi penggembosan NU di beberapa daerah, dalam Pemilu 1987 dapat dikatakan golongan putih golput hampir tidak ada dan para pelajar dan
mahasiswa pada umumnya dan sekolah swasta biaya tinggi pada khususnya secara gairah menanggapi dihapusnya SPP dalam program PDI.
Adapun susunan DPR RI tahun 1987-1992 adalah sebagai berikut : 1. Ketua
: M. Kharis Suhud 2. Wakil Ketua
: Syaiful 3. Wakil Ketua
: Sukardi 4. Wakil Ketua
: Drs. Suryadi 5. Wakil Ketua
: J. Naro, SH
5. Pemilihan Umum 1992
Pemilihan umum dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 1992 dan bertujuan untuk memilih wakil–wakil yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat
periode 1992–1997. Meskipun tetap menguasai suara Golongan Karya turun dan meraih suara 66.599.343 suara 68,10 atau turun 5,04 dari
pemilihan umum 1987. Sementara PDI kembali meningkatkan perolehan suaranya dengan memperoleh 14.585.584 suara 14,29 atau naik 4,06
dari Pemilu sebelumnya. Sedangkan PPP dapat pula memperbesar sedikit
kekuatannya dengan merebut 16.624.577 suara 16,99 atau bertambah 1,02 . Ditinjau dari segi perolehan kursi Golongan Karya mendapat 282 kursi
56,40 ditambah 100 kursi ABRI sehingga Golongan Karya menguasai 382 kursi 76,40 . Adapun partai politik hanya menduduki 118 kursi 23,60
yaitu PPP 62 kursi 12,40 dan PDI 56 kursi 11,20 . Dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya Golkar turun 17 kursi sedangkan kursi PDI dan
PPP masing-masing naik 16 dan turun 1 kursi. Dan Golongan Karya tetap bertahan sebagai single mayority, sementara Parpol lainnya meskipun
mendapat tambahan kursi belum memadai untuk ke posisi mayoritas Soemardjan 2000: 318.
Dasar hukum yang di pakai dalam DPR 1992-1997 adalah masih sama dengan DPR yang sebelumnya yaitu untuk pemilihan anggota-anggota badan
perwakilan, jumlah anggota DPR adalah 500 orang dengan 400 orang yang terpilih dalam pemilihan umum dan 100 orang diangkat.
Adapun susunan keanggotaan DPR tahun 1992-1997 adalah : 1. Ketua :
Wahono 2. Wakil Ketua
: Prof. Dr. John A Katil FKP 3. Wakil Ketua
: Mayjen TNI Soetedjo FABRI 4. Wakil Ketua
: H. Ismail Hasan Metareum, SH FPP
5. Wakil Ketua
: Drs. Suryadi FDI
6. Pemilihan Umum 1997
Asas pemilihan umum tahun 1997 masih sama seperti Pemilu sebelumnya yaitu Langsung, Umum Bebas dan Rahasia LUBER. Untuk
pemilihan anggota DPR dan DPRD dipakai sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar. Dengan demikian maka besarnya kekuatan perwakilan
organisasi dalam DPR dan DPRD adalah sejauh mungkin berimbang dengan besarnya dukungan dalam masyarakat pemilih. Sistem daftar begitu pula
sistem Pemilu menggambarkan adanya pengakuan terhadap stelsel organisasi yang ikut serta dalam kehidupan ketatanegaraan. Tiap-tiap daerah Tingkat II
mendapat sekurang-kurangnya seorang wakil yang ditetapkan berdasarkan sistem perwakilan berimbang yang akan diatur dalam peraturan pemerintah.
Pada pemilihan umum 1997 suara Golongan Karya naik, begitu pula suara PPP tetapi suara PDI anjlok total. Kursi Golongan Karya naik menjadi
325 kursi 65 , bersama kursi ABRI yang sekarang di turunkan menjadi 75, Golongan Karya dan ABRI menguasai 400 kursi 80 sedangkan Partai
Politik hanya memegang 101 kursi 20 yang terbagi atas PDI 11 kursi 2 dan PPP 90 kursi 18 . Dibandingkan dengan pemilihan umum 1992
kursi Golongan Karya berjumlah sebanyak 43 kursi, PPP meningkat 28 kursi dan PDI merosot 45 kursi. Dengan demikian mayoritas tunggal Golongan
Karya semakin menanjak sedangkan kekuatan partai politik kembali menurun. Kekuatan PPP dan PDI seperti halnya pemilihan umum 1987 yaitu menguasai
sejumlah 101 kursi PPP 61 kursi dan PDI 40 kursi Soemardjan 2000:319.
B. Pemilihan Umum Pada Masa Reformasi