Pemilihan Umum 1987 Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru

3. Wakil Ketua : M. Kharis Suhud 4. Wakil Ketua : H. Nuddin Lubis 5. Wakil Ketua : Drs. Hardjanto Sumodisastro Setelah masa kerjanya DPR RI tahun 1982-1987 telah menyelesaikan 45 UU dari berbagai bidang serta ketetapan MPR No IIMPR1978 yang berisi “P4 yaitu Eka Prasetya Panca Karsa yang tugas pelaksanaannya di berikan pada Presiden sebagai mandataris MPRPresiden bersama-sama DPR agar P4 dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan Ketetapan MPR No. IIIMPR1978 pasal 7 ayat 1 tentang kedudukan dan hubungan tata kerja lembaga tinggi negara dengan atau antar lembaga-lembaga tinggi negara, menyebutkan DPR yang seluruh anggota adalah anggota MPR berkewajiban mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalam rangka pelaksanaan haluan negara dan menyebutkan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang atau membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain pasal 8 ayat 4.

4. Pemilihan Umum 1987

Pemilu 1987 ditandai oleh jumlah perkembangan penting dalam upaya melanjutkan proses pembaharuan politik yang memantapkan Pancasila sebagai satu–satunya asas. Pertama mengangkat asas yang meliputi dasar, landasan, pedoman pokok, organisasi politik dan peserta pemilihan umum. Dengan diterapkannya Pancasila sebagai satu–satunya asas bagi organisasi politik peserta Pemilu dan sebagai pelaksanaan ketetapan MPR No 11 MPR1983 tentang GBHN dan No IIIMPR1983 tentang pemilihan umum yang ditindaklanjuti dengan UU No 1 tahun 1985 tentang perubahan atas UU No.15 tahun 1969 tentang pemilihan umum anggota–anggota badan permusyawaratanperwakilan rakyat sebagaimana telah diubah dengan UU No. 4 tahun 1975 dan UU No. 2 tahun 1980 dan No. 3 tahun 1985 tentang perubahan atas UU No. 3 tahun 1975 tentang partai politik dan Golongan Karya, maka organisasi politik peserta Pemilu hanya berasaskan Pancasila dalam menjabarkan program-program untuk mewujudkan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Dengan demikian tidak ada lagi masalah yang bersifat ideologis dalam program, tema dan materi kampanye. Kedua mengenai tanda gambar sejalan dengan ditetapkannya Pancasila sebagai satu–satunya asas maka dilakukan penyempurnaan tanda gambar. Partai Persatuan Pembangunan PPP yang dalam Pemilu 1982 menggunakan tanda gambar Ka’bah dalam Pemilu 1987 memakai tanda gambar bintang ditengah segi lima. Demikian pula dengan Partai Demokrasi Indonesia PDI yang sebelumnya menggunakan tanda gambar banteng dengan latar belakang beringin disertai padi dan kapas di bagian kiri dan kanan, kemudian menggunakan tanda gambar banteng, sedangkan Golongan Karya Golkar tetap menggunakan tanda gambar pohon beringin Lihat Lampiran 5. Pada tanggal 23 April 1987 pemungutan suara dilaksanakan dan tanggal 6 Juni 1987 Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam selaku Ketua Panitia Pemilihan Umum Indonesia, mengumumkan hasil tetap pemilihan umum. Jumlah pendaftar sebanyak 93.965.956 orang atau 57,68 dari penduduk Indonesia yang berjumlah 162.921.989 orang. Dari jumlah pemilih terdaftar telah menggunakan hak pilihnya sebanyak 85.809.816 orang atau sekitar 91,23 . Golongan Karya kembali mengulang kesuksesannya, suara rakyat pemilih yang dikumpulkan berjumlah 62.783.680 suara 73,17 . Sementara PPP dengan perolehan suara hanya 13.701.428 suara 15,97 , sedangkan PDI yang pada pemilihan umum terdahulu terus turun suaranya sekarang mangalami peningkatan dengan jumlah suara 9.324.708 suara 10,86 . Dibandingkan dengan pemilihan umum 1982 perolehan suara Golongan Karya naik sebanyak 8,83 , PDI juga mangalami kenaikan suara 2,98 , sementara hasil suara PPP menurun tajam 11,81 . Jumlah perolehan kursi di DPR masing–masing PPP 61 kursi, Golongan Karya 299 kursi dan PDI 40 kursi Soemardjan 2000:317. Pada pemilihan umum 1987 kursi DPR ditingkatkan dari 460 menjadi 500 dan pemberian kursi pada wakil non ABRI yang terakhir berjumlah 21 buah sekarang ditiadakan, tetapi kursi ABRI dinaikkan jumlahnya dari 75 menjadi 100. Dengan demikian Golongan Karya semakin membesar dan semakin meneguhkan dirinya sebagai partai dominan dan sebaliknya PPP dan PDI terus berada dalam posisi minoritas kecil dan cenderung semakin mengecil. Bila dicermati perolehan kursi pada pemilihan umum 1987 dari masing- masing partai politik mengalami perubahan yang cukup berarti dibandingkan pemilihan umum sebelumnya. Sebagai perbandingan PDI yang pada Pemilu 1982 hanya memperoleh 24 kursi 6,7 meningkat pada Pemilu 1987 menjadi 40 kursi 12 . Sedangkan PPP mengalami kemerosotan dari 94 kursi 26,1 menjadi 61 kursi 15,5. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya antara lain Nahdalatul Ulama keluar dari PPP, aksi penggembosan NU di beberapa daerah, dalam Pemilu 1987 dapat dikatakan golongan putih golput hampir tidak ada dan para pelajar dan mahasiswa pada umumnya dan sekolah swasta biaya tinggi pada khususnya secara gairah menanggapi dihapusnya SPP dalam program PDI. Adapun susunan DPR RI tahun 1987-1992 adalah sebagai berikut : 1. Ketua : M. Kharis Suhud 2. Wakil Ketua : Syaiful 3. Wakil Ketua : Sukardi 4. Wakil Ketua : Drs. Suryadi 5. Wakil Ketua : J. Naro, SH

5. Pemilihan Umum 1992