3. Pemilihan Umum 1982
Pada tanggal 4 Mei 1982 pemilihan umum dilaksanakan secara serentak diseluruh Indonesia dan seluruh Warga Negara Indonesia yang ada di luar
negeri. Dalam pemilihan umum ini tercatat pemilih yang memberikan suara sebanyak 75.126.306 dalam penyelenggaraan Pemilu ini diwarnai beberapa
peristiwa selama masa kampanye yang menjurus ke arah kerusuhan, karena tidak terkendalinya masa pendukung salah satu organisasi peserta Pemilu.
Mereka melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dan mengacau kampanye organisasi peserta Pemilu yang lain. Peristiwa tersebut selanjutnya
diselesaikan menurut hukum dan para pelakunya diadili serta dipidana setelah kesalahan mereka terbukti. Pemilihan umum 1982 memilih 360 anggota dari
seluruh jumlah anggota DPR yang ditetapkan sebesar 460 anggota. Sedangkan 100 anggota lainnya pengisiannya dilakukan melalui
pengangkatan oleh Presiden. Namun begitu dalam pelaksanaannya anggota yang dipilih tersebut ditambah hingga menjadi 364 orang. Hal ini di sebabkan
adanya penghitungan suara yang dimiliki oleh setiap organisasi peserta Pemilu yang dikumpulkan dari seluruh daerah pemilihan dan jumlahnya
memungkinkan bertambahnya wakil mereka. Jumlah tambahan tersebut diambil dari jatah Golongan Karya bukan ABRI yang diangkat sebanyak 25
orang. Pemilihan umum ketiga masa Orde Baru diadakan dengan hasil
Golongan Karya kembali sukses dalam mengumpulkan suara tunggal yaitu
48.334.724 suara 64,34 , sedangkan PPP tetap kurang beruntung karena hanya dapat menarik sebanyak 20.871.880 suara 27,78 dan PDI yang kali
ini hanya memperoleh suara 5.919.702 suara. Dibandingkan dengan pemilihan umum 1977 suara Golkar naik sebanyak 2,23 , PPP yang pada
Pemilu 1977 meningkat jumlah suaranya 2,17 maka pada Pemilu 1982 menurun 1,51 . Sedangkan PDI yang sudah turun 1,48 maka pada Pemilu
ini berkurang lagi 0,72 . Ditinjau dari penguasaan kursi DPR maka Golongan Karya
mendapatkan 246 kursi 53,47 , maka jika ditambah 21 wakil Golkar non ABRI dan 75 wakil Golkar ABRI hasil pengangkatan jumlah kursi Golkar
menjadi 342 kursi 74,35 . Kursi yang diduduki PPP 94 buah 20,44 dan PDI menduduki 24 kursi 5,21 maka kursi partai politik berjumlah 118
buah 25,65 . Dari pada pemilihan umum 1977 PPP dan PDI masing- masing kehilangan 5 kursi sedangkan Golkar bertambah 14 kursi. Dengan
demikian tetap secara mutlak menyandang predikat sebagai kekuatan politik dengan mayoritas absolut yang menguasai suara, sekaligus memastikan diri
sebagai partai dominan dalam arti sejak pemilihan umum 1971-1982 tetap menjadi kekuatan politik dengan mayoritas besar di DPR, sementara PPP dan
PDI tetap dalam posisi minoritas Soemardjan 2000:316. Adapun Susunan DPR RI tahun 182-1987 adalah sebagai berikut:
1. Ketua : H. Amir Mahmud
2. Wakil Ketua : Dr. Amir Mustono, SH
3. Wakil Ketua : M. Kharis Suhud
4. Wakil Ketua : H. Nuddin Lubis
5. Wakil Ketua : Drs. Hardjanto Sumodisastro
Setelah masa kerjanya DPR RI tahun 1982-1987 telah menyelesaikan 45 UU dari berbagai bidang serta ketetapan MPR No IIMPR1978 yang berisi
“P4 yaitu Eka Prasetya Panca Karsa yang tugas pelaksanaannya di berikan pada Presiden sebagai mandataris MPRPresiden bersama-sama DPR agar P4
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan Ketetapan MPR No. IIIMPR1978 pasal 7 ayat 1 tentang kedudukan dan hubungan tata kerja lembaga tinggi
negara dengan atau antar lembaga-lembaga tinggi negara, menyebutkan DPR yang seluruh anggota adalah anggota MPR berkewajiban mengawasi
tindakan-tindakan Presiden dalam rangka pelaksanaan haluan negara dan menyebutkan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang
atau membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain pasal 8 ayat 4.
4. Pemilihan Umum 1987