Meskipun demikian masalah pelaksanaan kampanye tidak diatur dalam undang-undang ini.
2. Sistem Pemilihan Umum 1955
Sistem pemilihan umum yang dipakai dalam pemilihan umum 1955 adalah sistem perwakilan berimbang proportional representation yang
dikaitkan dengan sistem daftar. Dalam pemilihan umum 1955 ternyata ada 52 kontestan yang terdiri dari partai politik dan perorangan, tetapi yang berhasil
meraih kursi hanya 27 partai saja dan satu calon perorangan yaitu R. Soedjono Prawirosoedarso Purwantara 1994:60.
3. Kedudukan Panitia Pemilihan Indonesia PPI
Didalam UU tidak dijelaskan status Panitia Pemilihan Indonesia PPI sehingga sering menimbulkan permasalahan. Pada awalnya tugas yang
bersifat administratif merupakan tugas yang kedua Mentri Kehakiman dan Mentri Dalam Negeri, sedangkan PPI bertugas mempersiapkan, memimpin
dan menyelenggarakan pemilihan anggota Konstituante dan anggota DPR. Kemudian diadakan rapat pleno untuk membahas tentang tugas dari PPI.
Berdasarkan keputusan Dewan Menteri pada mei 1954, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan surat edaran pembetulan atas instruksinya tentang status
badan–badan penyelenggara pemilihan umum. Didalam menjalankan fungsinya sampai ke daeah–daerah PPI dibantu
oleh :
1. Panitia pemilihan yang berkedudukan di tiap daearah pemilihan Propinsi yang anggotanya diangkat oleh Menteri Kehakiman.
2. Panitia Pemilihan Kabupaten diangkat oleh Mentri Kehakiman. 3. Panitia Pemungutan Suara yang berkedudukan di Kecamatan bertugas
mensyahkan daftar pemilih dan menyelenggarakan pemungutan suara. 4. Panitia Pendaftaran Pemilih berkedudukan di desa yang bertugas
melakukan pendaftaran pemilih dan menyusun daftar pemilih. 5. Panitia Pemilihan Luar Negeri yang dilakukan oleh perwakilan Repullik
Indonesia bertugas menyelenggarakan administrasi pemilihan dan mengumpulkan surat suara bagi WNI di Luar negeri Pabottingi 1998:24.
4. Kampanye :
Ketentuan mengenai kampanye tidak diatur dalam UU pemilu, tetapi pelaksanaannya diatur dalam keputusan Dewan Keamanan Nasional No
11640 tanggal 2 Mei 1955, tidak ditentukan masa berkampanye, namun hanya disebutkan bahwa kampanye berakhir sehari sebelum pemungutan suara, pada
umumnya kampanye dapat dilakukan melalui rapat umum, arak–arakkan dengan mempergunakan pengeras suara, menempelkan poster dan penyebaran
surat selebaran. Adapun bentuk kampanye yang dilarang adalah segala bentuk penyiaran baik lisan maupun tertulis yang merugikan kedudukan presiden dan
wakil presiden.
5. Peserta Pemilihan Umum 1955 :
Adapun peserta pemilihan umum 1955 dapat digolongkan berdasarkan ideologinya antara lain :
1. Partai politik yang beraliran nasionalis : Partai politik peserta pemilihan umum 1955 yang beraliran
nasionalis antara lain Partai Nasional Indonesia PNI, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia IPKI, Gerakan Pembela Pancasila, Partai
Rakyat Nasional, Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia PPPRI, Partai Buruh, Partai Rakyat Indonesia, PRIM, Partai R. Soedjono
Prawirosoedarso, Partai Indonesia Raya Wongsonegoro, Partai Indonesia Raya Hazairin, Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia PERMAI, Partai
Persatuan Daya. 2. Partai politik yang beraliran Islam :
Partai politik peserta pemilihan umum 1955 yang beraliran Islam antara lain Masyumi, Nahdlatul Ulama NU, Partai Serikat Islam
Indonesia PSII, Partai Islam Perti, AKUI, Partai Politik Tharikat Islam PPTI.
3. Partai politik yang beraliran komunis : Partai peserta pemilihan umum yang beraliran komunis antara lain
Partai Komunis Indonesia PKI dan ACOMA.
4. Partai politik yang beraliran sosialis : Partai yang beraliran sosialis antara lain Partai Sosialis Indonesia
PSI, Partai Murba, Partai Rakyat Desa dan Baperki. 5. Partai yang beraliran KristenNasrani :
Partai peserta pemilihan umum yang beraliran KristenNasrani antara lain Partai Kristen Indonesia Parkindo, dan Partai Katolik
Pabottingi 1998: 43 Lihat Gambar 1.
6. Pelaksanaan Pemilihan Umum 1955 :