33
2. Bekerjanya Hukum Ruang Terbuka Hijau Dalam Konteks Teori
Chamblis dan Seidman
Hukum akan dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan
sosial akan berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien.
Basis bekerjanya hukum adalah masyarakat, maka hukum akan dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial mulai dari tahap
pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan sosial akan berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan
efesien. Peraturan dikeluarkandiharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek dari perturan tersebut tergantung dari kekuatan sosial
seperti budaya hukumnya baik, maka hukum akan bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila kekuatannya berkurang atau tidak
ada maka hukum tidak akan bisa berjalan. Karena masyarakat sebagai basis bekerjanya hukum.
Di dalam hubungan dengan masyarakat dimana pembuatan hukum itu dilakukan, orang membedakan adanya beberapa model
sedangkan pembuatan hukumnya merupakan pencerminan model- model masyarakatnya.
Chamblis dan Seidman membuat perbedaan antara dua model masyarakat :
34 a. Model masyarakat berdasarkan pada basis kesepakatan akan nilai-
nilai, dimana berdirinya masyarakat bertumpu pada kesepakatan warganya.
b. Model masyarakat berdasarkan dengan konflik, masyarakat dilihat sebagai suatu perhubungan dimana sebagian warganya mengalami
tekanan-tekanan oleh warga lainnya. Sebagai kelanjutannya, maka dalam pembentukan hukum
masalah pilihan nilai-nilai tidak dapat dihindarkan. Menurut Chambliss ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada
pembentukan hukum yang di identikkan itu, yaitu : a. Pembentukan hukum akan dilihat sebagai suatu proses adu
kekuatan, dimana Negara merupakan senjata di tangan lapisan yang berkuasa.
b. Sekalipun terdapat pertentangan nilai-nilai didalam masyarakat, namun Negara dapat berdiri sebagai badan yang tidak memihak
value-neutral. Di dalam pembentukan hukum, dimana dijumpai pertentangan
nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan, maka Schuyt menunjukkan, bahwa ada dua kemungkinan yang dapat timbul, masing-masing
adalah: a. Sebagai sarana untuk mencairkan pertentangan.
b. Sebagai tindakan yang memperkuat terjadinya pertentangan lebih lanjut. Kedua-duanya menunjukkan, bahwa di dalam suatu
35 masyarakat yang tidak berlandaskan kesepakatan nilai-nilai itu,
pembuatan hukum selalu akan merupakan semacam endapan pertentangan-pertentangan yang terdapat dalam masyarakat.
Chambliss menyusun suatu Teori Bekerjanya Hukum didalam Masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan suatu peraturan perundang-
undangan sangat tergantung banyak faktor. Secara garis besar bekerjanya hukum dalam masyarakat akan ditentukan oleh beberapa
faktor utama. Faktor-faktor tersebut dapat: 1 Bersifat yuridis normatif menyangkut pembuatan peraturan
perundang-undangannya; 2 Penegakannya para pihak dan peranan pemerintah;
3 Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis menyangkut pertimbangan ekonomis serta kultur hukum pelaku bisnis;
4 Konsistensi dan harmonisasi antara politik hukum dalam konstitusi dengan produk hukum di bawahnya.
Berdasarkan Teori Bekerjanya Hukum Chambliss dan Seidman, maka kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi bekerjanya
hukum sebagai realisasi kebijakan pengendalian lingkungan hidup penataan ruang terbuka hijau terhadap kriteria vegetasi, kawasan
pemukiman dan fasilitas umum di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang dapat diilustrasikan dalam bagan sebagai berikut :
36
Bagan 2. Bekerjanya Hukum di Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup khususnya
Penataan Ruang Terbuka Hijau RTH
Bekerjanya hukum yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup meliputi beberapa peraturan perundang-undangan
yang telah dihasilkan oleh Lembaga Pembuat Peraturan terkait dengan Pengelolaan Lingkungan hidup terkait dengan Penataan Ruang
Terbuka Hijau, antara lain, yaitu : a. Undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan ekosistemnya.
UU - Perda
Polri, Jaksa, Hakim,Satpol PP
Tuntutan
Umpan balik Umpan balik
Umpan Balik Norma
Norma
Kultur Sosial Politik
Kultur Sosial Politik
Kultur Sosial Politik
Dinas Pertamanan dan kebersihan,
DTKP ,Warga Masyarakat
37 b. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman. c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3699; d. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang menyebutkan “Kewajiban dalam memelihara kualitas ruang merupakan pencerminan rasa tanggung jawab sosial
setiap ruang terhadap pemanfaatan ruang e. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau f. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133
g. Peraturan Daerah Kota Semarang No. 7 Tahun 2010 Tentang Penataan Ruang Terbuka HIjau
Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan beberapa faktor tersebut yang dapat mempengaruhi bekerjanya hukum dalam
masyarakat khususnya di bidang Pengendalian lingkungan hidup di bidang Penataan Ruang Terbuka Hijau. Faktor-faktor tersebut yaitu:
a. Bersifat yuridis normatif menyangkut pembuatan peraturan perundang-undangannya;
38 b. Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis menyangkut
pertimbangan ekonomis serta kultur sosial politik hukum pelaku peranan dari role occupant.
c. Konsistensi dan harmonisasi antara politik hukum dalam konstitusi dengan produk hukum di bawahnya.
C. KERANGKA BERFIKIR