Karakteristik Penggunaan Lahan GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.4. Karakteristik Penggunaan Lahan

Tabel 4.8. Karakteristik Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Barat haha No. KabupatenKota Permukiman Jasa Tegal Industri Kabupaten 1 Bogor 26026 524 27046 1590 2 Sukabumi 8864 - 35491 - 3 Cianjur 17729 - 28628 95 4 Bandung 30962 16779 26410 2692 5 Garut 12312 - 52348 - 6 Tasikmalaya 14588 115 26210 227 7 Ciamis 26534 431 5360 68 8 Kuningan 9805 - 17056 34 9 Cirebon 2203 85 3293 444 10 Majalengka 9090 12 16962 24 11 Sumedang 10030 228 11315 468 12 Indramayu 17765 - 1932 523 13 Subang 16456 245 7051 388 14 Purwakarta 7247 - 3932 - 15 Karawang 14191 - 1588 317 16 Bekasi 17293 - 2284 3720 Kota 17 Bogor 4650 478 4097 70 18 Sukabumi 1163 - 30 - 19 Bandung 9835 1251 319 648 20 Cirebon 1268 179 - 315 21 Bekasi 12289 - 5261 583 22 Depok 6811 1119 1748 669 23 Cimahi 1603 510 834 321 24 Tasikmalaya 3516 186 83 148 25 Banjar 2269 62 115 16 Jawa Barat 284499 22204 279393 13360 Sumber : BPS Dalam Angka, Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa penggunaan lahan paling besar digunakan oleh permukiman yaitu sebesar 284.499 ha, kemudian sebesar 279.393 ha digunakan oleh tegal, sebesar 22.204 ha digunakan oleh jasa dan yang paling sedikit digunakan oleh industri yaitu sebesar 13.360 ha. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijaksanaan penataan ruang yang tepat agar wilayah-wilayah yang memiliki keunggulan sebagai penggunaan lahan tertentu, dapat diperhatikan dan dikembangkan secara optimal yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi daerah yang lainnya di provinsi Jawa Barat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Umumnya dengan melihat data PDRB yang ada seseorang dapat memperhitungkan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah, dan dengan data PDRB itu pula seseorang dapat melihat kemajuan suatu wilayah, namun data PDRB ini hanya dapat memberikan sebagian kecil informasi. Untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan suatu wilayah serta berapa besar dampak sektor unggulan tersebut terhadap sektor lainnya maka harus dilakukan suatu perhitungan lebih lanjut, beberapa diantaranya adalah dengan perhitungan location quotient, shift-share dan pengganda basis.

5.1. Sektor Basis dan Sektor Non Basis Provinsi Jawa Barat

Pengertian sektor yang menjadi unggulan wilayah, pada dasarnya sektor tersebut dapat memberikan kontribusinya bukan saja untuk berswasembada namun juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Selain itu sektor unggulan ini dapat menghasilkan PDRB dalam jumlah yang sangat besar. Wilayah manapun umumnya memiliki salah satu sektor atau lebih yang menjadi sektor unggulan pada daerah tersebut. Indikator suatu sektor dikatakan menjadi sektor unggulan adalah ketika sektor tersebut menjadi sektor basis, yakni memiliki nilai LQ yang lebih besar dari satu. Berdasarkan perhitungan nilai LQ kegiatan ekonomi Tabel 5.1 menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga sektor yang menjadi sektor basis di Provinsi Jawa Barat yang merupakan sektor unggulannya dan enam sektor