Analisis Shift Share Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Ekonomi

listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel dan restoran maka akan menyebabkan perubahan terhadap tingkat pendapatan Provinsi Jawa Barat.

5.3. Analisis Shift Share Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Ekonomi

Provinsi Jawa Barat. PDRB yang diperoleh suatu wilayah pada tiap tahunnya, dapat diperbandingkan dengan PDRB yang diperoleh pada level yang ada diatasnya. Cara ini lebih sering dinyatakan dengan istilah analisis shift-share, sehingga jika diperbandingkan dengan wilayah rujukannya, Provinsi Jawa Barat tersebut telah mampu menunjukkan kinerja optimal dari sektor unggulannya untuk memperoleh PDRB dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian analisis dapat dilanjutkan kepada kinerja Provinsi Jawa Barat. Dari data kuantitatif yang tertera, Provinsi Jawa Barat menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup baik sehingga memperlihatkan kinerja ekonomi yang cukup baik juga. Jika nilai tersebut selalu meningkat konstan dari tahun ke tahun sebesar angka nominal yang tertera pada Tabel 5.5 maka dapat diperkirakan semakin lama Provinsi Jawa Barat akan memiliki sektor-sektor unggulan yang tidak hanya berasal dari kegiatan industri, perdagangan, hotel dan restoran saja namun juga dari sektor-sektor lainnya. Secara nasional pembangunan wilayah Provinsi Jawa Barat telah menunjukkan pertumbuhan positif. Pembangunan ini berlangsung secara wajar. Pertumbuhan Provinsi Jawa Barat dapat dilakukan lebih pesat lagi jika di Provinsi Jawa Barat ini lebih dilengkapi lagi dengan adanya fasilitas-fasilitas pelayanan, khususnya jaringan jalan dan fasilitas pelayanan lain yang lebih memudahkan penduduk untuk bermobilitas dan berkomunikasi.

5.3.1. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional.

Indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategis untuk menetapkan suatu kebijakan di bidang ekonomi. Berdasarkan Tabel 5.3, secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 20,86 persen pada kurun waktu 2001-2005 yang hampir menyamai pertumbuhan nasionalnya yaitu sebesar 21,20 persen. Pertumbuhan tersebut terjadi disemua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor bangunankonstruksi yaitu sebesar 51,26 persen. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya industri yang berdiri di Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan semakin banyaknya pembangunan perumahan serta banyaknya pemukiman yang dibangun. Selain itu juga dalam menghadapi era globalisasi, dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur menyebabkan peningkatan kebutuhan di sektor kontruksi dan bangunan. Sektor jasa-jasa yang berada pada urutan kedua dengan pertumbuhan sebesar 40,84 persen, ketiga adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan pertumbuhan sebesar 35,52 persen. Pada urutan keempat ditempati oleh sektor sektor pengangkutan dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 29,90 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berada pada urutan kelima dengan pertumbuhan sebesar 29,82 persen. Urutan keenam adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 28,65 persen. Ketujuh ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 26,38. Selanjutnya pada urutan kedelapan ditempati oleh sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 17,38 persen. Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2001- 2005. Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah Keterangan : 1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4 = Sektor Listrik, Gas dan Air bersih; 5 = Sektor BangunanKonstruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa. PDRB Provinsi Jawa Barat milyar rupiah PDB Indonesia milyar rupiah Lapangan Usaha 2001 2005 2001 2005 Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat milyar rupiah Persentase perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Perubahan PDB Indonesia milyar rupiah Persentase perubahan PDB Indonesia 1 29554 34691 225686 254391 5137 17,38 28705 12,72 2 16761 7195 168244 162642 -9566 -57,07 -5602 -3,33 3 82993 104887 398324 491700 21894 26,38 93376 23,44 4 4169 5650 9059 11597 1481 35,52 2538 28,02 5 5144 7781 80080 103404 2637 51,26 23324 29,13 6 36403 47260 234273 294396 10857 29,82 60123 25,66 7 7926 10296 70276 109467 2370 29,90 39191 55,77 8 5885 7571 123086 161260 1686 28,65 38174 31,01 9 14533 20468 133957 159991 5935 40,84 26034 19,43 Total 203368 245799 1442985 1748848 42431 20,86 305863 21,20 Kinerja terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu sebesar - 57.07 persen. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya penerapan teknologi dan saranaprasarana pendukung, selain itu juga akibat dari semakin berkurangnya hasil produksi karena bahan baku sektor ini tidak dapat diperbaharui lagi serta sangat rendahnya investasi di sektor pertambangan dan penggalian khususnya investasi asing karena sangat beresiko tinggi tanpa adanya jaminan dari pemerintah Indonesia. Berdasarkan pada Tabel 5.3, bahwa industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Jawa Barat, sehingga sektor industri pengolahan ini menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yang ditandai nilai PDRB sektor industri pengolahan terus meningkat selama periode 2001-2005, yakni semula Rp. 82.993 milyar menjadi Rp. 104.887 milyar. Hal ini dipengaruhi oleh pemasaran produk-produk industri yang baik, infrastruktur sarana dan prasarana yang mendukung seperti kualitas sarana perhubungan dan komunikasi ditambah lagi dengan kedekatan dengan daerah pusat kegiatan di Indonesia yaitu DKI Jakarta. Oleh karena itu mengakibatkan akses pertumbuhan industri di Jawa Barat semakin tinggi dari tahun ketahun, sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terendah terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sarana infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap sektor ini. Secara terpisah pada perekonomian Indonesia, laju pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 21,20 persen. Pertumbuhan tersebut terjadi di semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor komunikasi dan pengangkutan yaitu sebesar 55,77 persen. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor bangunankontruksi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian yang masing-masing sebesar 31,01 persen, 29,13 persen, 28,02 persen, 25,66 persen, 23,44 persen, 19,43 persen dan 12,72 persen, sedangkan kinerja terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi pertumbuhannya yaitu sebesar 3,33 persen.

5. 3. 2. Rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Indonesia

Kontribusi sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat maupun nasionalnya sebagian besar mengalami peningkatan pada tahun 2001-2005. Jika PDRB dan PDB tiap sektor ekonomi baik di Provinsi Jawa Barat maupun di tingkat nasional dibandingkan, maka tiap sektor ekonomi akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Rasio sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat dan nasional Indonesia ditujukan dalam bentuk nilai Ra, Ri dan ri. Secara umum rasio pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005 adalah sebesar 0,21 dan rasio pertumbuhan PDB Indonesia selama kurun waktu yang sama juga memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,21Tabel 5.4. Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara total PDB nasional tahun akhir analisis yaitu tahun 2005 dengan PDB nasional tahun dasar analisis yaitu tahun 2005 dibagi dengan total PDB nasional tahun dasar analisis, sehingga nilai Ra yang diperoleh tiap sektor di Indonesia memiliki nilai yang sama besar. Antara tahun 2001-2005, nilai Ra sebesar 0,21. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia meningkat sebesar 0,21Tabel 5.4. Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih PDB nasional dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan PDB nasional dari sektor i pada tahun dasar analisis dibagi dengan PDB nasional dari sektor i pada tahun dasar analisis. Nilai Ri di seluruh sektor perekonomian nasional Indonesia bernilai positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh sektor perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif. Tabel 5.4. Rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Indonesia. No Sektor Ra Ri ri 1 Pertanian 0,21 0,13 0,17 2 Pertambangan dan Penggalian 0,21 -0,03 -0,57 3 Industri pengolahan 0,21 0,23 0,26 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,21 0,28 0,36 5 Bangunankonstruksi 0,21 0,29 0,51 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,21 0,26 0,30 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,21 0,56 0,30 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,21 0,31 0,29 9 Jasa-jasa 0,21 0,19 0,41 Total 0,21 0,21 0,21 Sumber :BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 0,56. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya sektor industri di Jawa Barat. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan terhadap ekspor hasil produksi sehingga hal itu dapat meningkatkan kebutuhan akan komunikasi dan pengangkutan, selain itu juga dalam menghadapi era globalisasi, dengan semakin meningkatnya sarana dan prasarana infrastruktur menyebabkan meningkatnya akan kebutuhan terhadap pengangkutan dan komunikasi sehingga menyebabkan peningkatan di sektor komunikasi dan pengangkutan. Nilai Ri terkecil diperoleh pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar -0,03 Tabel 5.4. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya penerapan teknologi dan saranaprasarana pendukung, selain itu juga akibat dari semakin berkurangnya hasil produksi karena bahan baku sektor ini tidak dapat diperbaharui lagi serta sangat rendahnya investasi di sektor pertambangan dan penggalian khususnya investasi asing karena sangat beresiko tinggi tanpa adanya jaminan dari pemerintah Indonesia. Nilai ri dihitung berdasarkan selisih PDRB dari sektor i di Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan PDRB dari sektor i di Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi dengan PDRB dari sektor i di Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Seluruh kontribusi sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh hampir seluruh nilai ri yang diperoleh bernilai positif, Nilai ri terbesar diperoleh pada sektor bangunankontruksi yaitu sebesar 0,51. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya industri dan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan permukiman di Jawa Barat yang harus didukung pula dengan ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang secara langsung menyebabkan meningkatnya akan kebutuhan terhadap sektor bangunankonstruksi. Nilai ri terkecil terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar -0,57. Selain seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Provinsi Jawa Barat juga kurang memiliki potensi pada sektor pertambangan dan penggalian yang memang hanya terdapat beberapa daerah saja yang menghasilkan pertambangan dan penggalian misalnya hanya terdapat di daerah Cirebon dan Indramayu.

5.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Provinsi Jawa Barat.

Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah. Ketiga komponen pertumbuhan tersebut adalah Pertumbuhan Nasional PN, Pertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW. Pertumbuhan nasional menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi nasional Indonesia yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Provinsi Jawa Barat. Tingginya kontribusi ekonomi tiap sektor ini juga dapat dilihat dari proporsinya terhadap pembangunan nasional, sehingga persentase PN sama dengan persentase laju pertumbuhan nasionalnya, yaitu sebesar 21,20 persen sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.5, artinya jika dilihat secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi nasional Tahun 2001-2005 telah mempengaruhi pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 43.106,99 Milyar atau sebesar 21,20 persen. Analisis pertumbuhan nasional membuktikan bahwa hampir seluruh sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat mampu bersaing di kancah nasional. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menghasilkan nilai positif. Tabel 5.5. Komponen Pertumbuhan Wilayah Provinsi Jawa Barat. PN PP PPW Lapangan Usaha Perubahan PDRB Rp Rp Rp 1 17,38 6264,43 21,20 -2505,45 -8,48 1378,03 4,66 2 -57,07 3552,75 21,20 -4110,84 -24,53 -9007,91 -53,74 3 26,38 17591,65 21,20 1863,75 2,25 2438,60 2,94 4 35,52 883,68 21,20 284,32 6,82 313,00 7,51 5 51,26 1090,35 21,20 407,88 7,93 1138,77 22,14 6 29,82 7716,18 21,20 1626,16 4,47 1514,66 4,16 7 29,90 1680,04 21,20 2740,07 34,57 -2050,11 -25,87 8 28,65 1247,42 21,20 577,76 9,82 -139,18 -2,36 9 40,84 3080,49 21,20 -256,06 -1,76 3110,57 21,40 Total 20,86 43106,99 21,20 627,59 0,31 -1303,58 -0,64 Sumber :BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah Keterangan : 1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4 = Sektor Listrik, Gas dan Air bersih; 5 = Sektor BangunanKonstruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa. Berdasarkan Tabel 5.5, secara sektoral kontribusi terbesar terdapat pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp. 17.591,65 milyar. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan sangat dipengaruhi oleh kebijakan nasional, yang berarti apabila terjadi perubahan kebijakan tingkat nasional, maka kontribusi sektor industri pengolahan beserta subsektornya akan mengalami perubahan kebijakan yang mempengaruhi sektor tersebut antara lain pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan mengenai izin usaha, penanaman investasi baik investasi domestik maupun investasi asing pada sektor industri pengolahan. Sektor ekonomi dengan kontribusi PN terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar Rp. 883,68 milyar. Hal ini berarti jika terjadi perubahan kebijakan nasional maka tidak terlalu mempengaruhi sektor listrik, gas dan air bersih. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP sebagai pengaruh kedua menjelaskan perbedaaan kenaikan PDB tingkat nasional dengan kenaikan PDRB tingkat provinsi. Secara keseluruhan nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional memiliki nilai yang beragam. Provinsi Jawa Barat masih merupakan suatu Provinsi besar yang mampu mengelola wilayahnya secara baik, sehingga pertumbuhan wilayah berlangsung secara kesinambungan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pertumbuhan proporsional tiap sektor ekonomi yang ada. Secara keseluruhan Pertumbuhan Proporsional PP mengakibatkan peningkatan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar 627,59 milliar Tabel 5.5. Kontribusi sektor-sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat berdasarkan komponen Pertumbuhan Proporsional PP, ada yang memberikan kontribusi positif dan ada yang memberikan kontribusi negatif terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Sektor yang memiliki persentase Pertumbuhan Proporsional PP yang bernilai positif PP 0 yaitu sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunankontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sehingga keenam sektor ekonomi tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat PP 0 yaitu terdapat pada sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Artinya kedua sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat walaupun sektor pertanian memberikan kontribusi yang positif terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat tetapi pertumbuhan sektor tersebut lambat. Sektor yang memiliki nilai PP terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 34,57 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sehubungan dengan kebijaksanaan pemerintah yang meningkatkan sarana prasarana pengangkutan dan komunikasi guna mengimbangi permintaan masyarakat akan kebutuhan bermobilisasi dan komunikasi seiring dengan perkembangan arus teknologi dan informasi yang begitu cepat, maka kebutuhan sarana pengangkutan dan komunikasi tidak dapat terhindarkan lagi. Untuk sektor pertambangan dan penggalian memiliki persentase terkecil yaitu -24,53 persen. Hal ini dikarenakan kurangnya penerapan teknologi dan saranaprasarana pendukung, selain itu juga akibat dari semakin berkurangnya hasil produksi karena bahan baku sektor ini tidak dapat diperbaharui lagi serta sangat rendahnya investasi di sektor pertambangan dan penggalian khususnya investasi asing karena sangat beresiko tinggi tanpa adanya jaminan dari pemerintah Indonesia. Begitu pula dalam hal penjelasan tentang komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW, komponen PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Dalam hal ini komponen PPW membandingkan PDRB Provinsi Jawa Barat dengan Indonesia untuk melihat daya saing yang dimiliki Provinsi Jawa Barat terhadap Indonesia. PPW 0 menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan memiliki daya saing yang baik bila dibandingkan dengan wilayah lainnya yang ada di Indonesia. Sektor yang memiliki daya saing yang baik PPW 0 secara berturut-turut adalah sektor bangunankonstruksi, sektor jasa-jasa, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Sektor yang memiliki daya saing paling tidak baik PPW 0 adalah sektor pertambangan dan penggalian, seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa kurang baiknya daya saing di sektor pertambangan dan penggalian diakibatkan oleh kurangnya penerapan teknologi dan saranaprasarana pendukung, selain itu juga akibat dari semakin berkurangnya hasil produksi karena bahan baku sektor ini tidak dapat diperbaharui lagi serta sangat rendahnya investasi di sektor pertambangan dan penggalian khususnya investasi asing karena sangat beresiko tinggi tanpa adanya jaminan dari pemerintah Indonesia. Selanjutnya diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

5.3.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Barat.

Pergesaran bersih diperoleh dari hasil penjumlahan antara PP dan PPW setia sektor perekonomian pada kurun waktu 2001-2005 di Provinsi Jawa Barat terdapat 7 sektor yang memiliki nilai PB yang positif dan 2 sektor yang memiliki nilai negatif. Apabila PB 0, maka nilai PB positif, artinya pertumbuhan sektor- sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat termasuk kedalam kelompok progresif maju. Sedangkan PB 0, maka nilai PB negatif, artinya pertumbuhan sektor- sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat termasuk kedalam kelompok Tabel 5.6. Tabel 5.6. Pergeseran Bersih Provinsi Jawa Barat. Sumber :BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah Sektor yang memiliki PB positif adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunankontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sektor yang yang memiliki nilai PB negatif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5.1. dan Tabel 5.6. Secara keseluruhan, pergeseran bersih menyebabkan penurunan PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar -675,99 milyar atau - 0,33 persen Tabel 5.6. Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu 2001-2005. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis dan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat Gambar 5.1. PB No Sektor Rp 1 Pertanian -1127,43 -3,81 2 Pertambangan dan Penggalian -13118,75 -78,27 3 Industri 4302,35 5,18 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 597,32 14,33 5 Bangunan 1546,65 30,07 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3140,82 8,63 7 Pengangkutan dan Komunikasi 689,96 8,71 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 438,58 7,45 9 Jasa-jasa 2854,51 19,64 Total -675,99 -0,33 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 PPW PP Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Gambar 5.1 Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Jawa Barat Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah Kuadran I menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat peetumbuhannya cepat PP 0 dan daya saingnya baik PPW 0 atau besarnya PP dan PPW bernilai positif. Sektor yang berada pada kuadran I adalah sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunankontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Keempat sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor progresif maju. 45° Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di Provinsi Jawa Barat pertumbuhannya cepat PP 0, tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut tidak baik dibandingkan dengan wilayah lainnya PPW 0. Berdasarkan evaluasi profil pertumbuhannya di Provinsi Jawa Barat terdapat sektor yang berada di Kuadran II yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kuadran III, menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat pertumbuhannya lambat PP 0, juga daya saing wilayah untuk sektor tersebut juga tidak baik dibandingkan dengan wilayah lainnya PPW 0. Sektor yang berada pada Kuadran III adalah sektor pertambangan dan penggalian. Artinya sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang tidak baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor yang lambat. Kuadran IV, menunjukan bahwa sektor ekonomi yang ada di Provinsi Jawa Barat pertumbuhannya lambat PP 0, tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya PPW 0. Sektor yang berada pada Kuadran IV adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukan bahwa kedua sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya saing yang baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

5.5. Arahan Pembangunan Wilayah