LIMBAH INDUSTRI TAPIOKA TINJAUAN PUSTAKA

C. LIMBAH INDUSTRI TAPIOKA

Limbah industri tapioka dapat dibedakan menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Menurut Greenfield 1971, limbah pabrik tapioka banyak mengandung bahan organik seperti pati, serat, protein, gula dan sebagainya. Komponen limbah ini merupakan bagian sisa pati yang tidak terekstrak serta komponen non pati yang terlarut dalam air. Sehingga tepung tapioka adalah komponen pati yang hampir murni. a. Limbah Padat Limbah padat tapioka terdiri dari kulit umbi dari proses pengupasan 15-20 dari bobot awal dan ampas dari proses ekstraksi yang berupa onggok kering 5-20 dari bobot awal. Dalam beberapa hal limbah padat ini kurang menimbulkan masalah karena dapat dikembangkan berbagai manfaat ekonominya Moertinah, 1984. Menurut Winarno 1981, onggok basah dapat digunakan sebagai bahan makanan berlapis untuk oncom atau makanan ternak khususnya ternak babi. Ampas atau onggok dapat dikeringkan menjadi onggok kering. Onggok kering kemudian digiling dan diayak. Hasil ayakan tersebut adalah tepung yang disebut tepung asia. Tepung asia inilah yang digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan krupuk dan bahan pembuatan obat nyamuk. Komposisi ampas tapioka dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi ampas tapioka Bahan Penyusun Presentase Karbohidrat 68,30 67,93 Protein 1,70 1,45 Lemak 0,22 0,30 Serat Kasar 9,42 10,54 Air 19,70 20,30 Sumber : Nurhasan 1991 b. Limbah Cair Limbah cair tapioka berasal dari proses pencucian dan proses pengendapan pati. Limbah cair yang berasal dari proses pengendapan pati berwarna putih Nurhasan, 1991. Menurut Sitorus 1984, limbah cair dari proses pembuatan tepung tapioka terdiri dari tiga macam, yaitu : 5. Air bekas cucian umbi yang mengandung kotoran-kotoran berupa tanah, serpihan kulit, dan pati terlarut. 6. Air bekas pengendapan yang terdiri dari tanah, protein, serat, gula dan pati terlarut. 7. Air bekas pencucian pati yang mengandung sebagian kecil pati terlarut. Karakteristik limbah cair industri tapioka dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Karakteristik limbah cair pada berbagai industri tapioka Industri Karakteristik Satuan Kecil Menengah Besar Bahan Baku Tonhari 5 20 200 600 Debit M 3 hari 22 80 1200 BOD 5 Ppm 5055,82 5439,45 3075,84 COD Ppm 16202,37 25123,33 5158,78 TSS Ppm 3415,45 3442,00 1342,00 pH - 5,5 4,5 5,0 Sianida Ppm 0,1265 0,117 0,200 Sumber : Nurhasan 1991 Menurut Soeriatmaja 1984 ada 5 macam perubahan kualitas air oleh limbah industri tapioka yang dapat menganggu kualitas lingkungan, yaitu : P. Peningkatan taraf padatan dalam air baik secara tersuspensi, terlarut maupun secara total. Q. Peningkatan kebutuhan oksigen oleh mikroba air yang sedang melakukan pembusukan BOD 5 sehingga menimbulkan bau busuk. R. Peningkatan senyawa sianida dan zat racun lainnya dalam air. S. Peningkatan kebutuhan oksigen oleh senyawa kimia dalam air COD T. Penurunan pH yang tidak mendukung kehidupan biota akuatik. Sifat fisika dan kimia limbah cair industri tapioka, dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Sifat fisika dan kimia limbah cair industri tapioka Karakteristik Air Air bekas pengendapan Air pencuci umbi Kec. Alir m 3 hari 680 1250 760 1600 Temperatur o C 28,5 33 28 30 pH 3,4 4,2 4,2 7,1 Alkalinitas mgl CaCO 3 667,5 860,2 19,2 222,5 Pad. Tersuspensi mgl 1480 8400 400 6100 Pad. Terendapkan mgl 60 200 10 100 Total padatan 0,56 0,93 0,02 0,55 Pad. Volatil dari TP 92 98,6 59,4 90 DO mgl 0,6 5,3 BOD 5 mgl 3000 4400 200 1700 CODmgl 3100 13900 2000 4860 Amonia N mgl 0 4,7 0,1 1,14 Organik-N mgl 19 38,9 14,5 18,2 Nitrit-N mgl 0,07 Nitrat-N mgl 0,11 Phospor mgl PO4 = 5,6 8,5 1,22 1,34 Sumber : Sundhagul 1972 Limbah industri pertanian agroindustri termasuk tapioka, umumnya terdiri dari bahan organik yang mudah terurai oleh mikroorganisme yang jika dibuang di perairan umum akan mengakibatkan turunnya pH dan DO, naiknya BOD 5 dan COD, dan timbulnya bau busuk Partoatmodjo, 1984 Limbah cair tapioka merupakan ancaman yang potensial bagi pencemaran lingkungan. Masalah yang timbul antara lain terhambatnya daya penetrasi sinar matahari yang disebabkan oleh tingginya kadar padatan tersuspensi sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Jika padatan tersuspensi sudah menyelimuti organisme dasar perairan akan memungkinkan matinya organisme tersebut Koesoebiono, 1984. Selain itu padatan tersuspensi yang terdiri atas bahan-bahan organik akan mengalami pembusukan dan bahan padatnya akan mengapung akibat adanya dorongan gas yang terbentuk dan dapat menyebabkan bau. Mukkun 1980, menemukan bahwa bahan organik dalam limbah cair menimbulkan bau busuk karena terurai menjadi asam sulfat dan fosfin oleh kegiatan mikroba. Menurut Ciptadi 1985, adanya bahan beracun seperti asam sianida, metan, amoniak, asam sulfat, CO 2 akan mengakibatkan terjadinya penurunan pH dan menimbulkan gangguan berat terhadap flora dan fauna akuatik. Pada komplek industri tapioka, ampas dan limbah cair yang dikeluarkan dari proses tidak langsung menimbulkan masalah seperti bau busuk, akan tetapi limbah cair yang keluar pada selang beberapa waktu tersebut, akan mengalami pembusukan. Hasil proses pembusukan tersebut menyebabkan bau busuk yang menganggu sampai beberapa kilometer dari lokasi pabrik Partoatmodjo, 1984. Menurut Partoatmodjo 1984, bila air buangan industri tapioka tersebut dibuang ke badan air dapat mengakibatkan pencemaran. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia antara lain bau busuk dan menyebabkan gatal-gatal pada kulit dan juga jika air limbah masuk ke dalam tambak akan merusak tambak sehingga ikan mati serta mengurangi estetika sungai.

D. SIANIDA