Limbah pengendapan aci memiliki kandungan organik yang lebih banyak dibandingkan dengan limbah pencucian umbi, sehingga beban cemarannya pun
semakin besar untuk filter. Media berlapis memberikan nilai efisiensi yang lebih tinggi, karena sebagian bahan organik yang tertahan pada lapisan pertama pasir aktif,
lalu terjadi jerapan pada karbon aktif, ada pula yang terserap ke dalam pori-pori karbon aktif, bahan organik yang tidak tertangkap oleh karbon aktif akan tertangkap
di media zeolit, bahan organik yang bersifat polar akan membuat terjadinya reaksi tarik-menarik antara media zeolit yang bermuatan dengan molekul-molekul yang
bersifat polar. Sedangkan pada media tunggal karbon aktif mekanisme yang terjadi adalah jerapan dan serapan. Nilai efisiensi penurunan BOD
5
untuk limbah pengendapan aci lebih rendah dibandingkan limbah pencucian umbi dikarenakan
limbah pengendapan aci memiliki beban cemaran organik yang lebih tinggi dengan kandungan zat organis yang terlarut lebih banyak dibandingkan dengan zat organis
yang tersuspensi dalam air. Hasil analisis BOD
5
untuk limbah pencucian umbi, setelah filtrasi cenderung dapat menurunkan nilai BOD
5
bahkan sampai dapat memenuhi baku mutu limbah cair berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No KEP-
51MENLH101995, karena sudah dibawah nilai baku mutu yaitu 150 mgl. Penanganan limbah pengendapan aci, setelah filtrasi cenderung dapat
menurunkan nilai BOD
5
tetapi masih diatas nilai baku mutu limbah cair tapioka yang telah ditetapkan, perlakuan terbaik hanya dapat mengurangi dari 2160 mgl sampai
793,50 mgl dengan menggunakan media berlapis. Penurunan BOD
5
diikuti langsung dengan peningkatan pH. Hal ini dapat dipahami apabila oksigen yang diperlukan untuk pemecahan bahan organik menurun
maka CO
2
yang dihasilkan pun menurun yang berakibat langsung pada kenaikan pH.
4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi COD
COD merupakan penunjuk adanya kandungan bahan organik baik biodegradable maupun non biodegradable. COD menggunakan oksidator kuat yaitu
Kalium Dikromat K
2
Cr
2
O
7
yang mampu menguraikan secara sempurna seluruh bahan organik. Tingginya nilai COD mencerminkan tingginya kandungan bahan
organik. Komponen organik berasal dari tanah dan pati terlarut yang berasal dari pengupasan singkong dan penyikatan singkong. Selain itu terdiri dari HCN terlarut
yang berasal dari kulit umbi pada saat pencucian. Pengukuran terhadap nilai COD
limbah sisa pencucian umbi menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu 925,75 mgl. Tingginya nilai COD mencerminkan tingginya kandungan organik. Persentase
penurunan COD setelah proses filtrasi dapat dilihat pada Gambar 7.
Keterangan :
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
50 100
150 200
Debit m lm enit P
e nur
unan C
OD
A1C1 limbah pencucian umbi+Media berlapis A2C1 limbah pengendapan aci+Media berlapis
A1C2 Limbah penc ucian umbi+Media tunggal A2C2 Llimbah pengendapan aci+Media tunggal
Gambar 7. Grafik hubungan antara perlakuan media filtran pada jenis limbah tapioka terhadap persentase penurunan COD limbah cair tapioka pada debit yang
berbeda.
Dari Gambar 7 diatas, diketahui semakin tinggi debit maka nilai penurunan COD pun semakin rendah. Perlakuan media berlapis untuk limbah pencucian
umbi A1B1C1 dengan taraf debit 50 mlmenit adalah perlakuan yang memiliki nilai penurunan COD yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain karena
dapat menurunkan nilai COD dari 925,75 mgl menjadi 279,83 mgl 69,77 , sedangkan perlakuan A1B2C1 debit 100 mlmenit, A1B3C1 debit 150 mlmenit
dan A1B4C1 debit 200 mlmenit dapat menurunkan nilai COD menjadi 342,78 mgl 62,97 , 408,58 mgl 55,86 dan 471,86 mgl 49,03 . Perlakuan
dengan media karbon aktif A1B1C2 untuk limbah pencucian umbi dengan debit 50 mlmenit mampu mengurangi nilai COD dari 925,75 mgl menjadi 448,63 mgl 51,54
, sedangkan perlakuan A1B2C2 debit 100 mlmenit, A1B3C2 debit 150 mlmenit dan A1B4C2 debit 200 mlmenit dapat menurunkan nilai COD menjadi sebesar
515,17 mgl 44,35 , 539,63 mgl 41,71 dan 574,62 mgl 37,93 .
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa hanya faktor media yang berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai COD limbah pencucian umbi yang
dihasilkan. Penggunaan media berlapis memberikan efisiensi penurunan COD yang lebih besar dari pada penggunaan media tunggal karbon aktif. Hal ini karena susunan
pasir aktif yang rapat sehingga dapat menahan bahan organik yang berukuran besar, jika ada partikel yang terlepas maka akan dijerap dan diserap oleh karbon aktif dan
zeolit. Bahan organik yang bersifat polar dapat menyebabkan terjadinya pertukaran ion pada media zeolit, dimana kation-kation pada zeolit yang mudah lepas akan
tergantikan oleh partikel bahan organik yang bersifat polar. Nilai COD limbah pencucian umbi memiliki nilai lebih besar dari nilai BOD yang menggambarkan
adanya bahan organik dalam limbah tapioka yang tidak dapat dioksidasi oleh bakteri, salah satunya adalah HCN yang berasal dari tanah dan pati yang terlarut ketika dicuci.
Limbah pengendapan aci mempunyai nilai COD sebesar 3402,05 mgl. Nilai COD limbah pengendapan aci lebih tinggi daripada limbah sisa pencucian,
disebabkan karena kandungan bahan organik dan anorganik dalam limbah sisa ekstraksi pati lebih tinggi dibandingkan sisa pencucian dan lebih sulit terdegradasi.
Penggunaan media berlapis dan karbon aktif pada debit 50 mlmenit sampai 200 mlmenit membuat nilai COD berada diantara nilai 2000 3000 mgl. Perlakuan
terbaik untuk limbah pengendapan aci adalah perlakuan A2B1C2 menggunakan media karbon aktif dengan debit 50 mlmenit yang mampu mengurangi nilai COD
menjadi 2061,975 mgl 39,39 . Perlakuan A2B2C2 debit 100 mlmenit, A2B3C2 debit 150 mlmenit dan A2B4C2 debit 200 mlmenit mampu mengurangi beban
cemaran COD menjadi 2280,38 mgl 32,97 , 2581,9 mgl 24,11 dan 2654,1 mgl 21,99 .
Penggunaan media berlapis untuk limbah pengendapan aci A2B1C1 dengan debit 50 mlmenit mampu menurunkan nilai COD dari 3402,05 mgl menjadi 2165,48
mgl 36,35 , sedangkan perlakuan A2B2C1 debit 100 mlmenit, A2B3C1 debit 150 mlmenit dan A2B4C1 debit 200 mlmenit mampu menurunkan
nilai COD hingga mencapai 2446,65 mgl 28,08 , 2617,45 mgl 23,06 dan 2733,09 mgl 19,66 .
Hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa hanya faktor debit yang berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai COD limbah pengendapan aci yang
dihasilkan. Uji Duncan menyatakan bahwa debit 50 mlmenit berbeda nyata dengan semua taraf debitnya. Debit 100 mlmenit berbeda nyata dengan debit 200 mlmenit.
Nilai rata-rata menujukkan bahwa semakin kecil debit maka akan menghasilkan nilai COD untuk limbah pengendapan aci yang semakin kecil pula. Masih tingginya nilai
COD setelah pengendapan disebabkan adanya beberapa senyawa tertentu yang sebelumnya tidak terukur menjadi terukur karena ikut teroksidasi selama analisa COD
berlangsung. Senyawa tersebut antara lain nitrit NO2- yang teroksidasi menjadi nitrat NO3-, lignin merupakan senyawa yang sulit untuk didegradasi, dan diduga
karena adanya bahan toksik dalam limbah yang tidak terukur dengan uji BOD tetapi terukur dengan uji COD. Bahan toksik tersebut adalah HCN yang merupakan
komponen racun pada umbi yang terlarut dan terbuang bersama air limbah sisa pencucian ubi kayu.
Hasil analisis COD untuk limbah pencucian, setelah proses filtrasi ternyata dapat menurunkan nilai COD sampai dapat memenuhi baku mutu limbah cair, yaitu
perlakuan A1B1C1 dengan debit 50 mlmenit. Untuk limbah pengendapan aci, setelah filtrasi cenderung dapat menurunkan nilai COD meskipun belum mampu memenuhi
baku mutu limbah cair berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No KEP- 51MENLH101995, karena nilai COD harus bernilai 300 mgl
5. Sianida