B. ANALISIS KARAKTERISTIK AIR BAKU DAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA
Berdasarkan pengamatan terhadap limbah cair sisa pencucian singkong, limbah ini memiliki warna cokelat keruh, berbau dan bercampur antara tanah dan
singkong kupasan. Sedangkan limbah sisa pengendapan aci berwarna putih, bertekstur kental, dan berbau seperti singkong parutan. Limbah cair sisa pencucian singkong
dibuang ke sungai, umumnya pada pagi hingga siang hari antara pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB, sedangkan limbah pengendapan aci dibuang ke sungai,
umumnya pada malam hari antara pukul 19.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Hasil analisis limbah cair industri kecil tapioka sebelum dilakukan proses pengolahan dan
analisis air baku proses disajikan pada Tabel 9. Air baku untuk proses diambil dari sumber mata air yang mengalir menuju sungai tanah baru. Sebelum digunakan, air
telah mengalami proses penyaringan melalui penyaringan sederhana yang dibuat dengan menggunakan batang pohon aren.
Tabel 9. Kualitas air baku dan Limbah cair tapioka
Beban Pencemaran Parameter Satuan
Air Baku Proses
Produksi Limbah
Pencucian Umbi
Limbah Pengendapan
Aci Baku Mutu
Limbah Cair industri
Tapioka
Kekeruhan NTU 443
999 -
TSS mgl 3
676,00 825
100
BOD
5
mgl 654,50
2160 150
COD mgl 925,75 3402,05
300 SianidaCN mgl
- 0,05
5,714
0,3 pH
- 5,41
4,02 4,35
6-9 KMnO
4
mgl 1,42 -
- -
Sumber : Kep Men LH No. KEP-51MENLH101995 Anonim, 1996 . Tidak dianalisis
Kandungan organik air baku diketahui melalui parameter KMnO
4
. Parameter BOD
5
dan COD tidak masuk dalam parameter yang harus dianalisis menurut persyaratan air bersih sesuai dengan Permenkes
No. 416MENKESPERIX1990, karena air baku memiliki kandungan organik yang
sangat kecil sehingga jika diuji dengan parameter BOD
5
dan COD maka akan ada pengganggu yang membuat nilai menjadi minus. Dari data air baku diketahui bahwa
nilai KMnO
4
yang sangat rendah menandakan air baku memiliki kandungan organik
yang sangat kecil. Air baku bersifat asam dengan pH bernilai 5,41 karena bersumber dari air sungai yang berasal dari mata air yang dipengaruhi oleh air hujan.
Namun, setelah digunakan dalam proses produksi sebagai pelarut dalam proses pencucian umbi dan pengendapan aci, kualitas air semakin menurun bahkan
menjadi berbahaya bagi lingkungan jika tidak ditangani terlebih dahulu, karena memiliki kadar organik yang tinggi yang berasal dari larutan komponen kimia yang
ada di singkong seperti pati, gula, lemak, protein, serat dengan air sebagai pelarutnya. Air setelah proses pencucian umbi menjadi memiliki nilai kekeruhan yang sangat
tinggi yaitu 443 NTU sedangkan setelah proses pencucian umbi memiliki nilai kekeruhan 999 NTU. Nilai TSS yang tinggi menggambarkan adanya partikel-partikel
kecil yang berdiamater 1 ยต m di air keluaran proses produksi. Air yang memiliki kandungan organik yang tinggi cenderung akan menjadi asam, karena asam
merupakan bentuk oksidasi maksimum dari bahan organik sebelum terbentuk karbondioksida dan air, dan juga dikarenakan singkong memiliki kandungan asam
yang dikarenakan adanya kandungan sianida dalam singkong. Berdasarkan analisis limbah cair industri tapioka, terlihat bahwa kualitas
limbah, tidak memenuhi persyaratan baku mutu untuk dibuang ke badan perairan umum, karena jauh melampaui ketentuan yang berlaku berdasarkan
KEP-51MENLH101995 untuk baku mutu limbah cair industri tapioka. Hanya parameter sianida pada limbah pencucian umbi yang memenuhi persyaratan buang,
yaitu senilai 0,05 mgl dengan syarat baku mutu buang 0,3 mgl. Hal ini disebabkan sedikitnya pati yang terlepas ketika pengupasan kulit dan proses pencucian
menggunakan air yang banyak.
C. PEMILIHAN TIGA PERLAKUAN DEBIT