Penggunaan media berlapis memiliki efisiensi penurunan kekeruhan lebih tinggi dibandingkan dengan media karbon aktif, hal ini berhubungan dengan ukuran
partikel pasir aktif 100 mesh sehingga susunan filter menjadi lebih rapat dan mampu untuk menahan partikel-partikel yang lebih kecil ukurannya yang terdapat di limbah
pencucian umbi maupun limbah pengendapan aci. Ada kecenderungan semakin rendah debit limbah cair maka akan semakin tinggi efisiensi penurunan kekeruhan hal
ini dikarenakan waktu kontak limbah dengan media akan lebih lama sehingga memberikan kesempatan partikel yang lebih kecil tertahan, terjerap, terserap juga
terjadi pertukaran ion..
2. Padatan Tersuspensi TSS
Zat padat tersuspensi dapat diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan
inorganis Alaerts, 1984. Hasil analisis awal padatan tersuspensi limbah pencucian umbi adalah sebesar 676 mgl, sedangkan limbah pengendapan aci lebih besar dari
825 mgl. Nilai ini masih jauh di atas baku mutu limbah cair industri tapioka yang disyaratkan berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup KEP
51MENLH101995 yang mensyaratkan nilai padatan tersuspensi sebesar 100 mgl. Tingginya nilai TSS tersebut disebabkan karena adanya akumulasi partikel-partikel
yang besar seperti tanah, pasir, kerikil. Bila limbah yang banyak mengandung muatan ini dibuang ke sungai, maka kandungan oksigen akan habis sehingga anaerobic
putrefaction terjadi dan kehidupan tinggi akan mati. Putrefaction adalah dekomposisi protein secara aerobik.
Berdasarkan hasil analisis TSS untuk limbah pencucian umbi menunjukkan bahwa proses filtrasi dapat menurunkan nilai TSS sampai dapat memenuhi baku mutu
limbah cair berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No KEP- 51MENLH101995, karena nilai TSS akhir proses sudah di bawah nilai 100 mgl.
Efisiensi penurunan padatan tersuspensi setelah filtrasi dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan :
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
50 100
150 200
Debit mlmenit Penu
ru n
a n
T SS
A1C1 limbah pencucian umbi+Media berlapis A2C1 limbah pengendapan aci+Media berlapis
A1C2 Limbah pencucian umbi+Media tunggal A2C2 Limbah pengendapan aci+Media tunggal
Gambar 5. Grafik hubungan antara perlakuan media filtran pada jenis limbah tapioka terhadap persentase penurunan padatan tersuspensi limbah cair tapioka
pada debit yang berbeda.
Pada gambar 5 dapat terlihat bahwa perlakuan A1C1 dan A1C2 memiliki efisiensi penurunan TSS yang hampir sama. Perlakuan dengan media berlapis
A1B1C1 pada debit 50 mlmenit dapat mereduksi TSS menjadi 37 mgl atau memiliki efisiensi penurunan sebesar 94,53 , perlakuan A1B2C1 debit 100
mlmenit, perlakuan A1B3C1 debit 150 mlmenit dan perlakuan A1B4C1 debit 200 mlmenit masing-masing dapat mengurangi nilai TSS menjadi 45 mgl 93,34,
54,71 mgl 91,91 dan 64 mgl 90,53 . Perlakuan A1B1C2 media karbon aktif, pada debit 50 mlmenit dapat mereduksi TSS menjadi 41 mgl atau sebesar 93,93 ,
sedangkan perlakuan A1B2C2 debit 100 mlmenit, A1B3C2 debit 150 mlmenit dan A1B4C2 debit 200 mlmenit dapat mengurangi nilai TSS menjadi 51,50 mgl 92,38
, 58,79 mgl 91,30 dan 66 mgl 90,24 . Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa hanya faktor debit yang
berpengaruh nyata terhadap nilai TSS limbah pencucian umbi. Uji lanjut Duncan menyatakan bahwa debit 50 mlmenit berbeda nyata dengan debit 150 mlmenit dan
debit 200 mlmenit. Dan debit 100 mlmenit berbeda nyata dengan debit 200 mlmenit. Nilai rata-rata menyatakan bahwa semakin kecil debit akan menghasilkan
nilai TSS yang semakin kecil pula. Karena tidak ada perbedaan yang nyata pada faktor media, berarti dua jenis media ini mempunyai kemampuan yang hampir sama
dalam menurunkan nilai padatan tersuspensi.. Faktor debit akan mempengaruhi waktu kontak limbah dengan media, sehingga semakin kecil debitnya maka waktu kontak
limbah dengan media semakin lama dan semakin banyak partikel tersuspensi yang tertahan oleh pasir aktif juga terjerap dan terserap oleh karbon aktif dan zeolit. Ukuran
partikel menyebab TSS yang lebih besar dari ukuran kekeruhan dapat menyumbat pori-pori media karbon aktif maupun zeolit untuk melakukan absorpsi. Sehingga
mengurangi kemampuan media dalam melakukan proses absorpsi. Limbah pengendapan aci memiliki nilai padatan tersuspensi 825 mgl lebih
tinggi dari limbah pencucian umbi, karena kandungan organiknya lebih banyak. Dari
gambar di atas dapat dilihat bahwa perbedaan perlakuan media menghasilkan perbedaan efisiensi penurunan yang berbeda pula. Penanganan limbah pengendapan
aci dengan perlakuan media berlapis A2B1C1 pada debit 50 mlmenit dapat menurunkan nilai TSS menjadi 156,5 mgl atau memiliki efisiensi penurunan sebesar
81,03 , perlakuan A2B2C1 100 mlmenit, A2B3C1 150 mlmenit dan A2B4C1 200 mlmenit dapat menurunkan nilai TSS menjadi 183 mgl 77,82 , 201,57 mgl
75,57 , 212,5 mgl 74,24 . Sedangkan dengan media karbon aktif A2B1C2 pada debit 50 mlmenit dapat menurunkan nilai TSS menjadi 257,5 mgl atau
mempunyai nilai efisiensi sebesar 68,79 , perlakuan A2B2C2 debit 100 mlmenit, A2B3C2 debit 150 mlmenit dan A2B4C2 debit 200 mlmenit dapat menurunkan nilai
TSS menjadi 540,5 mgl 34,48 . Ada kecenderungan semakin kecil debit akan semakin tinggi penurunan nilai TSS.
Perlakuan terbaik untuk limbah pengendapan aci didapatkan pada media filtran berlapis A2B1C1 dengan debit 50 mgl yang dapat menurunkan nilai TSS
limbah pengendapaan aci dari 825 mgl menjadi 156,5 mgl 81,03 . Hasil analisis sidik ragam menunjukkan faktor debit dan faktor media berpengaruh nyata terhadap
nilai TSS limbah pengendapan aci. Berdasarkan uji lanjut Duncan diketahui bahwa debit 50 mlmenit berbeda nyata dengan debit 150 mlmenit dan debit 200 mlmenit.
Debit 100 mlmenit berbeda nyata dengan debit 200 mlmenit. Nilai rata-rata menujukkan bahwa debit yang semakin kecil dan jenis media berlapis menghasilkan
nilai TSS yang lebih kecil. Limbah pengendapan aci memiliki partikel tersuspensi halus yang lebih banyak dibandingkan dengan partikel tersuspensi kasarnya. Karakter
limbah yang memiliki ukuran partikel yang beragam lebih mudah ditangani dengan media filter berlapis dari pada media tunggal, karena partikel tersuspensi kasar dan
halus ada yang tertahan pada lapisan pasir aktif, lalu akan terjerap dan terserap pada pori-pori karbon aktif juga pori-pori zeolit.
3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi BOD