Pada tahun 1967, kawasan Suaka Alam Ujung Kulon melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.16KptsUm31967 tanggal 16 Maret 1967
mendapat penambahan kawasan dengan masuknya Gunung Honje selatan seluas 10.000 Ha yang bergandengan dengan bagian timur Semenanjung Ujung Kulon,
juga bagian utara Gunung Honje seluas 9.498 Ha, dimasukkan kawasan Cagar Alam Ujung Kulon melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 39KptsUm1979
tanggal 11 Januari 1979. Pada tahun 1984, Menteri Kehutanan melalui Surat keputusan bernomor 96KptsII1984 tanggal 12 Mei 1984, dikelola dengan taman
nasiona meliputi : Semenanjung Ujung Kulon seluas 39.120 Ha, Gunung Honje seluas 19.498 Ha, Pulau Peucang dan Panaitan seluas 17.500 Ha, kepulauan
Krakatau seluas 2.405 Ha dan Hutan Wisata Carita seluas 95 Ha. Tahun 1990, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian alam
PHPA melalui Surat Keputusannya yang bernomor 44KptsDj1990 tanggal 8 Mei 1990, menyerahkan pengelolaan pulau-pulau Krakatau seluas 2.405 ha
kepada BKSDA II TanjungKarang, Lampung dan Hutan Wisata Gn. Aseupan Carita seluas 95 ha kepada pihak Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Menteri
Kehutanan menetapkan Ujung Kulon sebagai taman nasional secara resmi dengan Surat Keputusan No. 284Kpts-II1992 tanggal 26 pebruari 1992, yang
mempunyai luas 120,551 Ha, meliputi daratan 76.214 Ha dan kawasan laut 44.337 Ha. Pada tahun yang sama dengan ditetapkannya sebagai Warisan Dunia
The Worid Heritage Site, dengan Surat Keputusan Komisi Warisan Dunia UNESCO No. ScEco5867.2.409, tanggal 1 Pebruari 1992 Rencana Pengelolaan
Taman Nasional, 2005.
B. Kondisi Fisik
B.1. Letak dan Luas Semenanjung Ujung Kulon yang berbentuk segitiga secara administrasi
termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Secara geografis Semenanjung Ujung Kulon terletak pada 6
30
’
34
”
– 6 52’ 17
”
LS dan 102
2
’
32
”
– 102 37
’
37
”
BT dengan kawasan seluas 38.543 Ha Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005.
B.2. Topografi Semenanjung Ujung Kulon mempunyai topografi datar disepanjang
pantai utara, timur dan bagian barat daya dari selatan Gn. Telanca dengan puncak tertingginya 480 meter di atas permukaan laut. Dataran rendahnya
merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi bakau dan pantainya terdiri dari formasi daerah pesisir dan batu karang. Bagian tengah dan timur Semenanjung Ujung
Kulon terdiri dari formasi batu kapur miosen yang tertutupi oleh endapan aluvial di bagian baratnya terdiri dari deretan Gn. Payung terbentuk oleh
endapan batu miosen Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005. B.3. Iklim
Semenanjung Ujung Kulon memiliki iklim Tropis laut dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.249 mm dan temperatur 25 – 300 C
serta kelembaban 80-90. Musim hujan terjadinya musim barat laut. Musim
kemarau terjadi pada bulan Mei- September Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005.
B.4. Tanah Keadaan tanah di Semenanjung Ujung Kulon adalah jenis tanah
kompleks grumosol, regosol dan mediteran dengan fisiografi bukit lipatan Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005.
B.5. Aksesibilitas Untuk sampai ke Taman Nasional Ujung Kulon dapat melalui jalan
darat dengan rute sebagai berikut : 1. Rute Jakarta – Labuan dengan waktu tempuh 3-4 jam
Jakarta-Cilegon-Labuan atau Jakarta-Serang-Pandeglang-Labuan
2. Rute Bogor dengan waktu tempuh 4-5 jam Bogor-Jakarta-Cilegon-Labuan atau
Bogor-Jasinga-Rangkasbitung-Pandeglang-Labuan
Dari Labuan menuju kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dari Labuan dapat ditempuh dengan jalan darat atau laut, antara lain:
1. TamanJaya, 90 Km Perjalanan darat menggunakan kendaraan umum dari Labuan-Sumur
70 km2 jam. Sumur-TamanJaya dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dan motor 20 km1 jam atau melalui laut dengan cara menyewa perahu
motor dari Sumur 1,5 jam 2. Pulau Handeuleum
Perjalanan laut dengan menggunakan motor laut dari Labuan 2-6 jam, 2 jam perjalanan laut dari Sumur, 40 menit perjalanan laut dari TamanJaya
3. Pulau Peucang dan Pulau Panaitan Perjalanan laut 2-6 jam dari Labuan, 3,5 jam perjalanan dari Sumur, 3
jam perjalanan laut dari TamanJaya.
C. Kondisi Biotik