Analisis Penurunan Konsentrasi Diazinon dengan Spektrofotometer

hasil degradasi diazinon oleh SMC namun senyawa ini belum dapat diindentifikasi dengan jelas. Secara umum diazinon mempunyai rute degradasi mencakup pemutusan ikatan P – O – pirimidin oleh aktivitas NADPH-dependent oksidase. Komponen heterosiklik diazinon dapat diaktivasi oleh enzim monooksidase yang membentuk derivatif P = O menghasilkan diazoxon tetapi senyawa ini dapat terhidrolisis membentuk 2-isopropil-4-metil-6-hidroksipirimidin IMHP, asam tiofosfonat dan etanol. Proses reaksi transformasi enzimatik oleh mikroba terhadap diazinon terjadi melalui reaksi primernya yaitu reaksi hidrolisis yang diikuti oleh reaksi pemecahan rantai cincin diazinon menjadi 2-isopropil-4-metil-6-pirimidinol IMP dan tiofosfonat. Hasil metabolisme mikroba tersebut diidentifikasi sebagai senyawa yang mempunyai sifat toksik yang lebih kecil dari pada diazinon Bollag, 1974. Di alam, pada kondisi asam atau alkali diazinon dapat terdegradasi dengan cepat, tetapi lambat pada kondisi netral McEwen and Stephenson 1979. Proses degradasi dalam penelitian ini berlangsung dalam keadaan pH netral pH 7-8 sehingga secara alami diazinon akan lambat terdegradasi tetapi dengan bantuan aktivitas bakteri ataupun mikroba lainnya yang terdapat dalam SMC, maka diazinon tersebut dapat terdegradasi secara mikrobial melalui proses hidrolisis. Selain degradasi secara mikrobial, diazinon juga terdegradasi secara kimiawi melalui reaksi hidrolisis dengan adanya sejumlah air sehingga hal ini mengakibatkan diazinon mengalami proses degradasi dengan cepat.

4.1.2. Analisis Penurunan Konsentrasi Diazinon dengan Spektrofotometer

Analisis diazinon secara kualitatif juga dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer, yang bertujuan untuk mengetahui effisiensi penurunan konsentrasi diazinon dan waktu terbaik yang akan digunakan untuk bioremediasi yang efektif. Pengambilan sampel untuk analisis diazinon dilakukan pada hari ke- 0, 7, 14, 21, dan 28. Hasil analisis hari ke-7 Lampiran 2 membentuk persamaan respon permukaan seperti berikut Y 7 = 29.069 – 0.032Dz + 0.728Kp + 0 + 0.009Kp 2 + 0.0002DzKp ……………4 Dimana: Y 7 = Respon terhadap degradasi diazinon pada hari ke-7 Dz = Konsentrasi diazinon Kp = Rasio kompos Berdasarkan persamaan 4 diperoleh bentuk permukaan respon interaksi antara konsentrasi diazinon dengan rasio kompos dalam tanah terhadap penurunan konsentrasi diazinon Gambar 6. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa rasio kompos berpengaruh positif secara linear terhadap penurunan konsentrasi diazinon dimana semakin banyak kompos dalam tanah maka penurunan konsentrasi diazinon juga semakin besar, hal ini disebabkan karena jumlah mikroba yang berperan dalam proses degradasi juga semakin banyak. Sedangkan konsentrasi diazinon memberikan pengaruh negatif terhadap penurunan konsentrasi diazinon dimana semakin tinggi konsentrasi diazinon maka sifat toksik semakin besar sehingga menyebabkan diazinon mengalami penurunan konsentrasi makin kecil. Gambar 6 Grafik permukaan respon hasil degradasi diazinon hari ke-7 Penurunan konsentrasi diazinon pada hari ke-7 pada kombinasi konsentrasi diazinon 1000 ppm dengan rasio kompos 20 hanya mencapai 32.1. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme dalam SMC belum pernah berhubungan langsung dengan senyawa diazinon sehingga mikroorganisme tersebut belum memiliki enzim yang dapat melakukan perombakan terhadap senyawa diazinon. Oleh karena itu mikroorganisme tersebut masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri beradaptasi. Lambat laun mikroorganisme-mikroorganisme tersebut akan beradaptasi dan melakukan perombakan terhadap senyawa diazinon karena dalam proses adaptasi tersebut terjadi sintesis enzim dan plasmid yang dibutuhkan untuk mendegradasi diazinon dengan mendetoksifikasi menjadi zat yang kurang atau tidak beracun. Analisis keragaman penurunan konsentrasi diazinon Lampiran 2 menunjukkan ketidaksesuaian model yang dikembangkan, dimana nilai P total model sebesar 0.58 lebih besar dari taraf signifikan 0.05. Interaksi antara konsentrasi diazinon Dz dengan rasio kompos Kp memberi pengaruh positif terhadap penurunan diazinon dengan nilai signifikan sebesar 92.8. Ini berarti bahwa semakin banyak kompos yang ditambahkan maka akan semakin besar penurunan konsentrasi yang terjadi. Hasil uji kenormalan galat menggunakan Kolmogorov-Smirnov Normality Test menunjukkan bahwa galat model telah terdistribusi secara normal dan saling bebas dengan keragaman relatif homogen dengan nilai P 0.15. Plot kenormalan seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7 Probabilitas normal hasil degradasi diazinon hari ke-7 Hasil analisis hari ke-14 Lampiran 3 membentuk persamaan respon permukaan seperti berikut Y 14 = 82.757 + 0.022 Dz – 0.313 Kp – 0 – 0.005 Kp 2 + 0.001 Dz Kp ..............5 Persamaan 5 memberikan informasi bahwa semakin tinggi konsentrasi diazinon memberikan pengaruh negatif terhadap penurunan konsentrasi diazinon, ini berarti bahwa semakin besar konsentrasi diazinon akan menghambat proses degradasi dan menyebabkan penurunan konsentrasi diazinon yang terjadi juga kecil. Hal ini disebabkan karena konsentrasi diazinon yang tinggi memiliki sifat toksik yang tinggi terhadap mikroorganisme sehingga menghambat mikroorganisme untuk menguraikan senyawa diazinon. Rasio kompos memberikan pengaruh positif terhadap penurunan konsentrasi diazinon karena jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi diazinon semakin banyak. Sehingga dengan penambahan kompos akan meningkatkan laju degradasi diazinon. Mikroorganisme dalam SMC mampu tumbuh dan berkembang biak dengan menggunakan sellulosa, lignosellulosa ataupun lignin dalam kompos sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya sehingga jumlah populasi mikroba semakin meningkat dan menyebabkan aktivitas mikroba juga mengalami peningkatan. Pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai optimum pada hari ke-14 diperoleh pada kombinasi konsentrasi diazinon 1000 ppm dengan kompos dalam tanah 30 yang dapat menurunkan konsentrasi diazinon sebesar 88. Pada kombinasi konsentrasi diazinon 1000 ppm dengan rasio kompos 20 penurunan konsentrasi diazinon sebesar 80.8. Gambar 8 Grafik permukaan respon hasil degradasi diazinon hari ke-14 Dari hasil analisis keragaman penurunan konsentrasi diazinon Lampiran 3 menunjukkan bahwa secara linear dan kuadratik rasio kompos berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi diazinon. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan adanya kesesuaian model yang dikembangkan dimana nilai P total model sebesar 0.029 kurang dari taraf signifikan 0.05. Nilai P interaksi kedua faktor sebesar 0.405 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 95. Nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0.79 menunjukkan relatif tingginya korelasi antara nilai-nilai observasi dan nilai dugaan. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 62.8 yang menunjukkan bahwa ada 37.0 dari total keragaman yang tidak terjelaskan oleh model. Hasil uji kenormalan galat menggunakan Kolmogorov-Smirnov Normality Test menunjukkan bahwa galat model telah terdistribusi secara normal dan saling bebas dengan keragaman relatif homogen dengan nilai P 0.15. Plot kenormalan seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9 Probabilitas normal hasil degradasi diazinon hari ke-14 Hasil analisis hari ke-21 Lampiran 4 membentuk persamaan respon permukaan seperti berikut Y 21 = 84.145 + 0.01Dz + 0.093Kp – 0 – 0.007Kp 2 + 0.001DzKp ……….......6 Berdasarkan persamaan 6 diperoleh bentuk permukaan respon interaksi antara konsentrasi diazinon dengan rasio kompos dalam tanah terhadap penurunan konsentrasi diazinon seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa rasio kompos yang ditambahkan akan mempengaruhi penurunan konsentrasi diazinon. Menurut Barker dan Bryson 2002 bahwa degradasi kontaminan dalam tanah dapat dipercepat dengan penambahan kompos karena meningkatkan substrat untuk kometabolisme. Mikroorganisme juga dapat mengakumulasikan racun hasil metabolisme dalam selnya sehingga terjadi penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi diazinon mencapai titik optimum pada kombinasi diazinon 1000 ppm dengan rasio kompos 25 yang dapat menurunkan konsentrasi diazinon sebesar 91.8. Pada kombinasi konsentrasi diazinon 1000 ppm dengan rasio kompos 20 penurunan konsentrasi diazinon mencapai 89.6. Gambar 10 Grafik permukaan respon hasil degradasi diazinon hari ke-21 Dari hasil analisis keragaman penurunan konsentrasi diazinon pada hari ke- 21 Lampiran 4 secara linear dan kuadratik menunjukkan bahwa rasio kompos berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi diazinon. Hasil analisis juga menunjukkan kesesuaian model yang kembangkan dimana nilai P total model kurang dari tarat signifikan 0.05. Nilai P interaksi kedua faktor sebesar 0.170 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 95. Nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0.89 menunjukkan relatif tingginya korelasi antara nilai-nilai observasi dan nilai dugaan. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 80.0 menunjukkan bahwa ada 20 dari total keragaman yang tidak terjelaskan oleh model. Hasil uji kenormalan galat menggunakan Kolmogorov-Smirnov Normality Test diperoleh nilai P0.15. Plot kenormalan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Probabilitas normal hasil degradasi diazinon hari ke-21 Hasil analisis hari ke-28 Lampiran 5 membentuk persamaan respon permukaan seperti berikut Y 28 = 85.507 – 0.002Dz + 0.499Kp – 0 – 0.008Kp 2 + 0.0003DzKp …...……7 Berdasarkan persamaan 7 diperoleh bentuk permukaan respon pengaruh interaksi kedua faktor terhadap penurunan konsentrasi diazinon seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa rasio kompos sangat mempengaruhi penurunan konsentrasi diazinon dimana rasio kompos yang rendah memberikan efek penurunan konsentrasi diazinon juga rendah. Penurunan konsentrasi diazinon mencapai titik optimum pada kombinasi diazinon 1000 ppm dengan rasio kompos 26 yang dapat menurunkan konsentrasi diazinon mencapai 97.5. Pada kombinasi rasio kompos 20 dengan konsentrasi diazinon 1000 ppm mengalami penurunan konsentrasi diazinon sebesar 92.6. Gambar 12 Grafik permukaan respon hasil degradasi diazinon hari ke-28 Dari hasil analisis keragaman penurunan konsentrasi diazinon pada hari ke- 28 Lampiran 5 menunjukkan bahwa secara kuadratik rasio kompos berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi diazinon. Hasil analisis juga menunjukkan kesesuaian model yang dikembangkan dimana nilai P total model sebesar 0.001 kurang dari tarat signifikan 0.05. Nilai P interaksi kedua faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 95. Nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0.81 menunjukkan relatif tingginya korelasi antara nilai-nilai observasi dan nilai dugaan. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 65.8 ini berarti bahwa ada 34.2 dari total keragaman yang tidak terjelaskan oleh model. Hasil uji kenormalan galat menggunakan Kolmogorov-Smirnov Normality Test menunjukkan bahwa galat model telah terdistribusi secara normal dan saling bebas dengan keragaman relatif homogen dengan nilai P 0.15. Plot kenormalan dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Probabilitas normal hasil degradasi diazinon hari ke-28 Diazinon adalah salah jenis pestisida golongan organofosfat yang paling stabil di dalam tanah. Waktu paruh diazinon adalah 30 hari Wauchope et al. 1992 dalam Leland 1998, dan menurut Rao 1994 keawetan diazinon dalam tanah normal adalah 3 bulan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penurunan konsentrasi diazinon terjadi karena kometabolisme yang dilakukan bakteri dan mikroba lainnya yang ada dalam SMC. Mikroba tersebut menggunakan bahan- bahan organik dalam kompos sebagai sumber karbon dan energi, sehingga terjadi peningkatan jumlah populasi dan aktivitas mikroba. Selama pertumbuhan mikroorganisme tersebut secara terus menerus akan memproduksi enzim yang dapat mendetoksifikasi diazinon. Jumlah populasi dan aktivitas mikroba serta hasil degradasi diazinon pada kombinasi konsentrasi diazinon 1000 ppm dengan rasio kompos 20 seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah populasi dan aktivitas mikroba serta degradasi diazinon Hari ke- TPC cfug Aktivitas mikroba FDAg Penurunan konsentrasi diazinon 0 2.5x10 5 0.0320 7 4.5x10 5 0.0355 28.26 14 3.7x10 6 0.1090 87.88 21 4.5x10 6 0.2484 91.65 28 4.6x10 6 0.2299 93.15 Gambar 14 a dan b menunjukkan bahwa jumlah populasi dan aktivitas mikroba cenderung mengikuti pola kurva pertumbuhan mikroba. Pada hari ke-7 pertambahan jumlah populasi dan aktivitas mikroba masih relatif kecil karena mikroba dalam SMC tersebut masih dalam tahap pertumbuhan dan penyesuaian, sehingga proses degradasi diazinon relatif lambat dan mengakibatkan penurunan konsentrasi diazinon jadi terhambat. a b Gambar 14 a Kurva jumlah populasi dan hasil degradasi diazinon, b Aktivitas mikroba dan hasil degradasi diazinon 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 7 14 21 28 Hari ke - P r o duk F D A 20 40 60 80 100 P e nur una n ko n st r di a z ino n Aktivitas mikroba Penurunan konstr diazinon 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 7 14 21 28 Hari ke - T P C c fu g 20 40 60 80 100 P e nu r un a n k o ns tr d ia z in o n TPC Penurunan konstr diazinon Peningkatan jumlah populasi dan aktivitas mikroba terjadi karena didukung oleh faktor suhu dan pH yang optimum serta sumber karbon yang cukup untuk pertumbuhan bagi mikroorganisme. Dalam proses bioremediasi temperatur sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi kimiawi ataupun secara enzimatik. Suhu optimum untuk proses bioremediasi adalah 10-42 o C. Suhu yang terlalu tinggi dan pH yang terlalu asam akan menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat. Dalam penelitian ini proses degradasi pada pH 7-8 dengan kadar air 30-50 dan suhu 28-32 o C. Dimana kondisi ini merupakan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan bagi mikroorganisme sehingga mendukung terjadinya peningkatan jumlah populasi dan aktivitas mikroba. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada kondisi pH netral karena pada kondisi tersebut zat-zat makanan bagi mikroorganisme mudah larut dalam air yang ada dalam tanah dan kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme menjadi maksimal. Dalam pertumbuhannya, mikroba tersebut diharapkan dapat memproduksi enzim yang mampu melakukan perombakan mendetoksifikasi senyawa diazinon secara sempurna sehingga membentuk suatu produk senyawa turunan yang mempunyai sifat toksik yang rendah dari senyawa asalnya diazinon. Mekanisme transformasi dan degradasi pestisida yang tidak sempurna kadang terdapat gangguan mikrobial misalnya transformasi kometabolik, reaksi konjugasi, dan akumulasi pestisida di dalam sel mikroba itu sendiri, hal ini dapat menyebabkan terbentuknya senyawa baru yang lebih berbahaya dari pestisida asalnya Bollag 1974; Ku et al. 1998. Pada hari ke-28 pertambahan jumlah populasi relatif kecil dan aktivitas mikroba mengalami penurunan karena berada pada tahap kematian death phase. Oleh karena itu laju degradasi menurun sehingga menghambat penurunan konsentrasi diazinon. Akan tetapi penurunan konsentrasi diazinon yang terjadi hari ke-7 sampai hari ke-28 masih mengalami peningkatan, karena selain terjadi proses degradasi secara enzimatik, proses degradasi juga terjadi secara fisik dan kimiawi melalui reaksi hidrolisis, oksidasi dan penguapan. Pengadukan yang dilakukan setiap minggu memungkinkan terjadinya proses oksidasi dan penguapan. Sehingga hal ini dapat membantu laju degradasi dan menyebabkan penurunan konsentrasi diazinon yang terjadi semakin besar. Penurunan konsentrasi diazinon semakin besar karena selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan suhu, pH, kadar air yang optimum, waktu juga sangat berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi diazinon, dimana semakin lama waktu remediasi maka penurunan konsentrasi diazinon juga semakin besar. Hasil analisis pengaruh interaksi antara tiga faktor waktu, rasio kompos, dan konsentrasi diazinon Lampiran 6 diperoleh persamaan dan permukaan respon sebagai berikut Y = -44.295 – 0.015Dz + 1.333Kp + 11.591t – 0 – 0.012Kp 2 – 0.250t 2 + 0.0004DzKp + 0.0006Dz t - 0.036 Kpt …..……………………………8 Dimana: Y = Respon terhadap degradasi diazinon Dz = Konsentrasi diazinon ppm Kp = Rasio kompos t = Waktu hari ke- Bentuk permukaan respon dari pengaruh interaksi ketiga faktor terhadap penurunan konsentrasi diazinon seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Dari Gambar tersebut diketahui bahwa dengan bertambahnya waktu dan rasio kompos yang optimal akan mempengaruhi penurunan konsentrasi diazinon dimana semakin lama waktu remediasi maka penurunan konsentrasi diazinon juga semakin besar, akan tetapi konsentrasi awal diazinon juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses dekomposisi. Interaksi antar waktu dengan rasio kompos mencapai titik optimum penurunan konsentrasi diazinon setelah hari ke-14 dengan rasio kompos antara 16-39 pada konsentrasi diazinon 1000 ppm. Penurunan konsentrasi diazinon dapat mencapai 89.5. Plot permukaan respon seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 15 Grafik interaksi tiga faktor terhadap hasil degradasi diazinon Analisis keragaman penurunan konsentrasi diazinon akibat interaksi ketiga faktor waktu, rasio kompos, dan konsentrasi diazinon Lampiran 6. Menunjukkan bahwa secara kuadratik rasio kompos berpengaruh nyata terhadap penurunan konsentrasi diazinon. Dari hasil analisis menunjukkan kesesuaian model yang dikembangkan dimana nilai P total model sebesar 0.001 kurang dari tarat signifikan 0.05. Nilai P interaksi ketiga faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 95. Nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0.93 menunjukkan relatif tingginya korelasi antara nilai-nilai observasi dan nilai dugaan. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 86.5 menunjukkan kesesuaian model dimana hanya 13.5 dari total keragaman yang tidak terjelaskan oleh model. Hasil uji kenormalan galat menggunakan Kolmogorov-Smimov Normality Test menunjukkan bahwa galat model telah terdistribusi secara normal dan saling bebas dengan keragaman relatif homogen dengan nilai P 0.15. Plot kenormalan dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Probabilitas normal degradasi diazinon dengan tiga faktor Interaksi rasio kompos dengan waktu degradasi terhadap aktivitas mikroba pada konsentrasi diazinon 1000 ppm seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Pada hari ke-7 merupakan tahap adaptasi dan pertumbuhan sehingga aktivitas mikroba masih terhambat. Aktivitas mikroba mencapai titik optimal setelah hari ke-14 dengan rasio kompos 15-30, pada kondisi ini lebih optimal sebagai sumber karbon terhadap pertumbuhan mikroba. Rasio kompos yang tinggi akan menghambat pertumbuhan mikroba sehingga aktivitasnya dapat terhambat. Menurut Judoamidjojo et al. 1989 dalam Suherman 2000 bahwa suplai karbon merupakan faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan optimal, tetapi apabila sumber karbon melewati kebutuhan mikroba maka akan menimbulkan efek penghambatan terhadap pertumbuhan. Selain faktor ketersediaan sumber karbon, dalam proses degradasi ini berlangsung pada suhu 28-32 o C dan pH 7-8 yang merupakan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan mikroba dan melakukan aktivitas. Proses perombakan kontaminan oleh mikroba dapat terjadi melalui proses metabolisme secara internal maupun melalui komponen yang berpengaruh seperti enzim yang diproduksi oleh mikroba tersebut selama proses adaptasi. Proses degradasi diazinon dapat terjadi melalui reaksi hidrolisis dimana yang berperanan adalah enzim hidrolase yang dihasilkan selama proses adaptasi misalnya karboksilesterase, fosfatase dan esterase tipe A. Enzim-enzim tersebut dapat mengikat dan mentransfor xenobiotik, serta meningkatkan jumlah dan aktivitas enzim biodegradatif yang akan mendukung terjadinya proses dekontaminasi. Gambar 17 Grafik interaksi rasio kompos dengan waktu degradasi terhadap aktivitas mikroba Secara kimiawi dan biologis diazinon dapat mengalami oksidasi yang akan menghasilkan diazoxon tetapi dengan adanya sejumlah air diazoxon dapat terhidrolisa dan akan menghasilkan IMHP 2-isopropyl-4-methyl-6- hydroxipyrimidine, dan asam tiofosforik serta etanol. Metabolik IMHP ini akan terkonjugasi dalam binatang dan tanaman, serta terdegradasi menjadi CO 2 dalam tanaman dan tanah.

4.2. Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari SMC