Tabel 7 Pembentukan zona jernih oleh Bacillus cereus Konsentrasi diazinon ppm
Luas zona jernih cm
2
Hari ke-2 Hari ke-4
1000 6.6
10.2 1500 1.0048
4.8 1700 1.0048
1.8
Bacillus cereus mampu menggunakan diazinon sebagai sumber karbon dan
energi untuk pertumbuhannya sehingga terjadi peningkatan aktivitas bakteri. Aktivitas Bacillus cereus pada media diazinon 1000 ppm mengalami peningkatan
yang lebih besar dibanding dengan pada media 1500 ppm dan 1700 ppm karena pada media yang mengandung diazinon 1500 dan 1700 ppm mempunyai sifat
yang lebih toksik terhadap bakteri tersebut. Akan tetapi Bacillus cereus masih mampu melakukan aktivitas untuk mendegradasi diazinon hingga mencapai 1700
ppm.
4.4. Komposting
SMC yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos setengah matang dan segar yang telah mengalami proses pengomposan selama media tersebut
dijadikan sebagai media pembibitan jamur. Miselia jamur sebagian besar tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan lignin, serta vitamin dan mineral, sehingga limbah
substrat media tanam jamur masih mengandung sejumlah besar unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Hasil analisis unsur hara SMC seperti ditunjukkan pada
Tabel 8. Pengomposan komposting adalah suatu proses aerobik thermofilik yang
secara umum digunakan untuk proses daur ulang residu organik. Gradien oksigen, nutrien dan temperatur dalam kompos akan mendukung peningkatan populasi
mikroba dan mempercepat konversi bahan organik Reddy Michel 1999. Selain terjadi proses degradasi juga diharapkan terjadi proses komposting
karena adanya aktivitas mikroba. Bacillus dan Pseudomonas dapat memanfaatkan bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa maupun lignin sebagai sumber energi
sehingga terjadi proses dekomposisi. Bahan organik tersebut akan menghasilkan CO
2
, H
2
O, NO
3
, SO
4
, CH
4
, dan H
2
S Rao, 1994. Tabel 8 Hasil analisis unsur hara SMC yang digunakan
No Parameter
Komposisi 1 pH
7 2 N-organik
0.44 3 N-NH
4
0.07 4 N-NO
3
td 5 N-total
0.51 6 P
2
O
5
1.36 7 K
2
O 0.08
8 Na 0.03
9 Ca 6053
10 Mg 59
11 S 1.99
12 C-organik 35.98
13 Fe ppm
1035 14 Al
ppm 1777
15 Mn ppm
291 16 Cu
ppm 29
17 Zn ppm
22 18 B
ppm 54
19 Pb ppm
9.3 20 Cd
ppm td
21 Cr ppm
1.7 22 Ni
ppm td
23 Co ppm
0.4 24 KTK
meq100g 262.4
25 CN 70.5
26 Kadar air
10.56 27
Kadar abu 25.45
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah proses bioremediasi terjadi penurunan nilai CN dan perubahan kandungan unsur-unsur hara lainnya.
Penurunan nilai CN berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme pengurai yang membebaskan CO
2
, dimana pemanfaatan bahan organik oleh mikroorganisme tersebut akan menurunkan kandungan karbon. Sedangkan kandungan nitrogen
bertambah dan kadar amonium mengalami penurunan karena terjadi fiksasi, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya penurunan nilai CN. Kondisi pH 7.39-
7.68 dan kadar air 33.8-34.31 adalah kondisi yang optimum untuk pertumbuhan bakteri. Rasio CN awal bahan yang komposkan mempengaruhi proses
pengomposan dimana dengan rasio kompos yang tinggi maka proses pengomposan akan lambat.
Tabel 9 Hasil analisis unsur hara pada sampel tanah + kompos No Parameter
Komposisijumlah
Awal H+0 Akhir H+28
1 pH 7.39
7.68 2 N-organik
0.1 0.14
3 N-NH
4
0.04 0.02
4 N-NO
3
0.01 0.02
5 N-total 0.14
0.16 6 P
2
O
5
0.18 0.22
7 K
2
O 0.02
0.02 8 Na
0.01 0.02
9 Ca 0.23
0.67 10 Mg
0.11 0.1
11 S 0.08
0.07 12 C-organik
7.19 7.12
13 Fe ppm
33447 25678
14 Al ppm
99516 53790
15 Mn ppm 1
259 16 Cu
ppm 11
34 17 Zn
ppm 57
66 18 B
ppm 40
22 19 Pb
ppm 14.7
15.8 20 Cd ppm
td 1
21 Cr ppm
1.6 0.9
22 Ni ppm
td td
23 Co ppm
17.9 17.8
24 KTK meq100g
135.4 114.5
25 CN 51.4
44.5 26 Kadar
air 33.85
34.31
Dengan adanya bakteri Bacillus dan Pseudomonas maka bahan-bahan organik SMC akan mengalami proses dekomposisi tapi butuh waktu yang lama
untuk memperoleh kompos yang memenuhi standar kualitas kompos yaitu sesuai dengan SNI 19-7030-2004 Tabel 10.
Tabel 10 Standar kualitas unsur makro kompos berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 19-7030-2004
Kandungan Baku
Bahan organik 27-58
Kadar air 50
Total N 0.40
Karbon 9.80-32.00
Rasio CN 10-20
P 0.10
K 0.20
pH 6.80-7.49 Dalam proses pengomposan, diazinon akan terurai dengan cepat dan bahkan
hampir seluruhnya dapat diuraikan. Dengan keragaman dan aktivitas mikroba yang tinggi dalam pengomposan, maka akan menyebabkan peningkatan degradasi
Barker Bryson 2002. Penelitian yang dilakukan oleh Bavcon 2003 dengan menggunakan bahan
organik, dilaporkan bahwa setelah 21 hari diazinon mengalami dekomposisi secara fotolisis sebesar 30, sedangkan sampel yang tidak terkena cahaya tidak
ditemukan adanya hasil degradasi. Penurunan konsentrasi yang terjadi pada penelitian ini jauh lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan bahan
organik. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme dalam SMC sangat berperan dalam proses degradasi diazinon tersebut. Dengan pengomposan
diazinon lebih cepat mengalami degradasi dibanding dalam tanah secara alamiah karena temperatur yang tinggi dan kandungan air yang besar. Volatilisasi diazinon
tergantung pada konsentrasi diazinon yang ditambahkan, bahan yang digunakan, rasio kompos, dan kandungan air dalam kompos Reddy Michel 1999. Tabel 7
menunjukkan beberapa perbandingan hasil degradasi atau biotransformasi diazinon selama pengomposan.
Tabel 11 Beberapa data degradasi diazinon
Metode Waktu Konsentrasi Penurunan Keterangan
hari awal ppm
konsentrasi Alami 120
- 75-100 Rao
1994 Bahan organik
terkena cahaya matahari 21
6.9 30 Bavcon
2003 Bahan organik
tanpa cahaya 21
6.9 Bavcon 2003
Komposting sistem
windrow 10 10
97 Reddy dan
Michel 1999 Komposting
pupuk, serbuk gergaji dengan
cahaya 10
100 100 Reddy
dan Michel 1999
Komposting rumput dengan
cahaya 10 9 99
Reddy dan Michel 1999
Komposting SMC tanpa
cahaya 21 1000 90
Hasil dari penelitian ini.
4.5. Uji Aktivitas Mikroba