Perilaku Api dan Faktor yang Mempengaruhi

serta ditandai dengan adanya asap putih yang keluar dari bawah permukaan tanah. Arah kebakaran bawah adalah kesegala arah sehingga kebakaran bawah berbentuk lingkaran. 2. Kebakaran permukaan surface fire Kebakaran yang mengkonsumsi bahan bakar yang ada di lantai hutan yaitu di bawah tajuk pohon dan di atas permukaan tanah berupa serasah dan tumbuhan bawah. Kebakaran ini sering terjadi di tegakan hutan alam dan sekunder dan tidak pada hutan rawa gambut. Kemudian kebakaran ini juga dapat menjalar pada vegetasi yang lebih tinggi dan penjalarannya dimulai dari permukaan lantai hutan. Penjalaran api berbentuk lonjong atau clips karena dipengaruhi oleh angin. 3. Kebakaran atas crown fire Kebakaran atas disebut juga dengan kebakaran tajuk. Kebakaran atas ini menjalar dari satu tajuk pohon ke tajuk pohon lainnya dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang ada di tajuk pohon tersebut berupa daun, cangkang, biji dan ranting bagian atas pohon.

B. Perilaku Api dan Faktor yang Mempengaruhi

Perilaku api adalah suatu reaksi api terhadap lingkungannya seperti keadaan bahan bakar yang tersedia untuk terbakar, iklim, kondisi cuaca lokal dan topografi. Perilaku api dapat berubah dalam ruang dan waktu atau keduanya dalam hubungan perubahan komponen lingkungan tersebut Chandler et al., 1983. Menurut Clar dan Chatten 1954, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku api antara lain: 1. Ketersediaan bahan bakar Intensitas kebakaran ditentukan oleh jumlah energi yang tersimpan di dalam bahan bakar, susunan bahan bakar dapat mempengaruhi aerasi dan penjalaran api secara vertikal dan horizontal, distribusi ukuran bahan bakar dapat mempengaruhi api yang menyala dan kandungan bahan kimia bahan bakar dapat mempengaruhi flammabilitas kemudahan untuk terbakar. 2. Kondisi lingkungan kelembaban dan temperatur Kelembaban dan temperatur dapat mempengaruhi kadar air bahan bakar, mengurangi nyala api, pembakaran dan penjalaran api. Suhu bumi tertinggi Clar and Chatten, 1954 terjadi pada pukul 13.30-15.30 WIB yang tidak berhimpit dengan radiasi matahari maksimum pada pukul 12.00 WIB. Faktor curah hujan, temperatur dan kelembaban nisbi berpengaruh terhadap kadar air bahan bakar sehingga berpengaruh terhadap peristiwa kebakaran. Panjang suatu musim kemarau mempengaruhi panjang musim kebakaran. 3. Angin Angin berperan dalam penyediaan oksigen untuk menunjang terjadinya pembakaran, membantu dalam pengeringan bahan bakar dan mempengaruhi arah penjalaran api, hal ini didukung oleh Chandler et al., 1983 yaitu penjalaran api sangat dipengaruhi oleh keadaan angin. Udara panas dan angin kencang dapat menghembuskan bara api sehingga menimbulkan kebakaran baru pada daerah yang dilaluinya. 4. Topografi Faktor topografi yang berperan dalam penyebaran api adalah kemiringan. Ketinggian tempat, letak, lereng dan kondisi permukaan tanah berpengaruh terhadap penjalaran dan kekerasan pembakaran. Pada daerah yang tidak rata dimana frekwensi dan variasi topografi cukup besar maka penyebaran kebakaran hutan tidak teratur yang dapat menyulitkan untuk tindakan pemadaman kebakaran hutan. Berkaitan dengan kelerengan bahwa kecepatan penjalaran api meningkat dua kali pada setiap kenaikan kelerengan sebesar 10 Mc Arthur,1962 dalam Chandler et al., 1983, kecepatan penjalaran api meningkat dua kali pada kelerengan 15 -30 dan setiap 10 Chandler et al., 1983, kecepatan penjalaran api dapat meningkat sepuluh kali lipat pada kelerengan di atas 35 Sheshukov op. cit,1970 dalam Chandler et al., 1983. Karakteristik bahan bakar yang berpengaruh terhadap perilaku api Clar and Chatten, 1954 adalah: 1. Ukuran bahan bakar Bahan bakar halus mudah mengering dan mudah menyerap air. Karena bahan bakar halus mudah kering maka apabila terbakar akan cepat meluas dan juga cepat padam. Adapun bahan bakar halus itu berupa ranting, daun, serasah rumput, dan semak. Mengenai bahan bakar kasar yang cepat mengering sehingga sulit untuk terbakar seperti pohon, log-log kayu, dll. 2. Susunan bahan bakar Susunan bahan bakar terdiri dari susunan vertikal dan horizontal. Secara vertikal merupakan bahan bakar yang bertingkat sehingga apabila terjadi kebakaran, api akan dapat mencapai tajuk dengan cepat. Secara horizontal merupakan bahan bakar yang tersusun menyebar secara mendatar di lantai hutan akan mempercepat penyebaran kebakaran. 3. Volume bahan bakar Ada dua yaitu bahan bakar padat dan bahan bakar jarang. Pada bahan bakar padat menimbulkan api yang besar, temperatur lebih tinggi dan sangat sulit untuk dipadamkan sedangkan pada bahan bakar jarang menimbulkan api yang kecil dan mudah untuk dipadamkan. 4. Jenis bahan bakar Pada tumbuhan berdaun jarum lebih mudah terbakar daripada tumbuhan berdaun lebar karena pada tumbuhan berdaun jarum banyak mengandung resin zat ekstraktif sehingga mudah terbakar dan sulit untuk terdekomposisi. 5. Kerapatan bahan bakar Kerapatan bahan bakar berhubungan dengan jarak antar partikel dari bahan bakar yang berpengaruh pada persediaan udara dan pemindahan panas. 6. Kadar air bahan bakar Kadar air bahan bakar adalah jumlah kandungan air dalam bahan bakar yang dinyatakan dalam persentase berat air terhadap berat kotor bahan bakar yang dikeringkan dalam suhu 100 C. Apabila bahan bakar mengandung kadar air yang tinggi maka api tidak akan menyala dan kebakaran hutan tidak akan terjadi tetapi jika bahan bakar mengandung kadar air yang sedikit maka api akan menyala dan kebakaran hutan akan terjadi. Besar kecilnya nyala api tergantung pada besar kecilnya proses pembakaran sedangkan besar kecilnya proses pembakaran tergantung pada bahan bakar yang mengandung kadar air cukup sehingga memungkinkan api menyala.

C. Dampak Kebakaran