Sifat Biologi Tanah Perilaku API dan dampak pembakaran terhadap fauna tanah pada areal penyiapan lahan di hutan sekunder haurbentes, Jasinga Jawa, Barat

Perusakan serasah atau lapisan penutup tanah akibat ganasnya api atau mekanisme lainnya akan sangat berpengaruh di dalam suplai makanan, kandungan air, suhu dan pH tanah yang dapat mengurangi sepertiga jumlah fauna tanah. Serasah membantu tanah dalam mempertahankan tingginya tingkat kelembaban yang mempengaruhi kestabilan temperatur sehingga tubuh hewan yang hidup di dalam tanah tidak kehilangan kelembaban Wallwork, 1970. Kebakaran hutan juga berdampak terhadap biota-biota tanah yang terdapat pada areal hutan yang terbakar tersebut. Makroorganisme tanah seperti cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah serta mikroorganisme tanah seperti mikoriza yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg dan Fe akan terbunuh. Selain itu bakteri fiksasi nitrogen pada bintil- bintil akar tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi nitrogen akan menurun. Mikroorganisme tersebut mati apabila temperatur melebihi batas normal, karena sebagian besar mikroorganisme tanah memiliki adaptasi suhu yang sempit. Namun demikian, apabila mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuh mikroorganisme tanah tersebut.

D. Sifat Biologi Tanah

Sifat biologi tanah adalah kisaran luas dari organisme hidup yang tinggal di dalam tanah dan mendukung secara langsung produktivitas serta kelestarian dari ekosistem teresterial. Adapun komponen sifat biologi tanah itu terdiri dari fauna tanah, bakteri, fungi, akar tanaman, biji-bijian Burges, et al.,1967. Dalam suatu ekosistem hutan, organisme yang hidup di dalam tanah berfungsi sebagai penghancur dan pengurai bahan organik tanah serta sebagai faktor pembentuk tanah untuk menjaga kesuburan tanah hutan. Fauna tanah adalah sebagian besar binatang yang siklus hidupnya berlangsung di dalam tubuh tanah, permukaan tanah dan lapisan serasah. Wallwork 1970, membagi fauna tanah berdasarkan ukuran tubuh menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Kelompok Mikrofauna yang memiliki ukuran tubuh 20 μ-200μ, seperti : Protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera dan Tardigrada. 2. Kelompok Mesofauna yang memiliki ukuran tubuh 200 μ-1 cm, seperti : Acarina, Collembola, Nematoda, Rotifera, Araneida, larva serangga dan Isopoda. 3. Kelompok Makrofauna yang memiliki ukuran tubuh lebih dari 1 cm, seperti : Megascolecidae, serangga dan vertebrata kecil. Kevan 1962 dan Groombridge 1991, membagi fauna tanah berdasarkan habitatnya menjadi tiga kategori yaitu : 1. Hemiedaphon adalah binatang tanah yang mendiami lapisan serasah yang membusuk, contoh : kutu kayu dan kaki seribu. 2. Epedaphon adalah binatang tanah yang mendiami permukaan tanah, contoh : kumbang dan kalajengking. 3. Eudaphon adalah binatang tanah yang mendiami tanah mineral, contoh : cacing tanah dan kutu. Menurut Hole 1981, binatang endopedonik adalah kelompok binatang yang lazim terdapatditemukanmenghuni sistem tanah dan mempengaruhi aspek penampilan tanah dari sisi dalam. Binatang endopedonik dapat dibagi berdasarkan lama menghuni sistem tanah, ukuran tubuh, kedudukan dalam rantai makanan, relung ekologisnya, kemampuan membuat rongga. Binatang endopedonik dapat dibagi menjadi : 1. Binatang-binatang penghuni lapisan atas permukaan tanah yang hidup dalam serasah, misalnya : Isoptera, Glomeridae, Diplopoda, Collembola dan binatang yang hidup di balik batu, kayu dan celah misalnya : kalajengking. 2. Binatang-binatang perombak tanah yang terdiri dari binatang pemamah tanah misalnya : cacing tanah dan milipede dan binatang-binatang penggunduk tanah misalnya : semut, rayap, mamalia dan cryfish. 3. Binatang-binatang penggali tanahmisalnya : semut, rayap, Nematoda, cacing tanah dan binatang penghuni rongga. Berdasarkan hubungan filogeniknya, binatang endopedonik ini terbagi menjadi : 1. Binatang protozoa protistan, terdiri dari filum Mycomycetes, misalnya : Suctoria , filum Ciliophora, misalnya : Ciliata, filum Rhizopoda, misalnya : Flagellata. 2. Animalia, terdiri dari filum Platyhelminthes, misalnya : Turbellaria, filum Aschelminthes, misalnya : Rotifera, Gastrotrica dan Nematoda, filum Mollusca, misalnya : Gastropoda, filum Annelida, misalnya : Oligochaeta, Tradigrada, Crustacea, Arachnida, Myriaphoda, Hexapoda dan Chordata. III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian