Tanah Vegetasi Karakteristik Bahan Bakar

Kecepatan angin pada tahun 2004 berkisar antara 1.7 kmjam sampai 2.3 kmjam, kecepatan angin terendah terjadi pada bulan Mei dan Juli sebesar 1.7 kmjam sedangkan tertinggi terjadi pada bulan Maret, April, Oktober, November dan Desember sebesar 2.3 kmjam. Kemudian kecepatan angin pada tahun 2005 berkisar antara 1.9 kmjam sampai 2.4 kmjam, kecepatan angin terendah terjadi pada bulan Mei dan Juni sebesar 1.9 kmjam sedangkan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 2.4 kmjam. Pada periode tahun 2004 curah hujan berkisar antara 142 mm sampai dengan 462 mm, curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 142 mm dan tertinggi pada bulan April sebesar 462 mm sedangkan pada tahun 2005 curah hujan berkisar antara 199 mm sampai 484 mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan April sebesar 199 mm dan tertinggi pada bulan Juni yaitu sebesar 484 mm. Pada tahun 2004 kejadian hujan berkisar antara 4 hari sampai dengan 19 hari, kejadian hujan terendah pada bulan Agustus dengan jumlah hari hujan sebesar 4 hari dan tertinggi pada bulan April dengan 19 hari hujan sedangkan pada tahun 2005 kejadian hujan berkisar antara 9 hari sampai 16 hari dimana terendah terjadi pada bulan April sebesar 9 hari hujan dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 16 hari hujan.

D. Tanah

Menurut peta tanah Propinsi Jawa Barat 1966 dengan skala 1:250.000, tanah di daerah ini termasuk jenis tanah Podsolik Merah Kuning dan sebagian Latosol Coklat Kuning dengan bahan induk batuan ilat dengan fisiografi bukit lipatan. Tanah ini bersifat masam dengan pH berkisar antara 4,5-4,7. Sedangkan tekstur tanahnya liat dan berstruktur gumpal, dengan drainase agak baik sampai baik, solum tanah agak dalam, kandungan bahan organik N, P dan K relatif rendah.

E. Vegetasi

Lokasi penelitian didominasi antara lain oleh jenis pohon Puspa Schima walichii , Sempur Dillenia suffruticosa, Ki Sireum Eurya acuminata dan jenis tumbuhan bawah antara lain adalah Rumput Kawat Cynodon dactylon, Harendong Hitam Melastoma malabathricum, Paku Rane Selaginella wildenowii , Rumput Ilat Saccarum edule dan Paku Hitam Taenitis blenchnoides . V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Bahan Bakar

Karakteristik bahan bakar seperti muatan bahan bakar, ketebalan bahan bakar dan kadar air bahan bakar sangat berpengaruh terhadap perilaku api dalam proses pembakaran di suatu areal hutan. Menurut Chandler et al., 1983 muatan bahan bakar merupakan jumlah dari material yang dapat dikonsumsi oleh intensitas kebakaran yang tinggi dan dapat diharapkan membentuk lokasi yang spesifik. Kemudian ketebalan bahan bakar berhubungan erat dengan susunan bahan bakar Brown dan Davis, 1973. Susunan bahan bakar merupakan faktor utama dalam perilaku api, karena transfer panas yang dihasilkan dengan radiasi, konduksi maupun konveksi berhubungan dengan variabel jarak bahan bakar. Selanjutnya Brown dan Davis 1973 juga menyatakan bahwa kadar air bahan bakar menentukan banyaknya bahan bakar yang potensial untuk terbakar dan juga menentukan besar kecilnya proses pembakaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar air yang rendah yaitu dengan jalan pengeringan di bawah terik sinar matahari dalam jangka waktu tertentu. Meskipun bahan bakar yang tersedia di dalam hutan tertumpuk dalam jumlah yang besar, tetapi apabila bahan bakar tersebut mempunyai kadar air yang tinggi maka api tidak akan menyala dan kebakaran hutan tidak akan terjadi Clar dan Chatten, 1954. Pengukuran terhadap karakteristik bahan bakar dilakukan pada sebelum penebangan, sesaat setelah penebangan dan sesaat sebelum pembakaran pada masing-masing plot penelitian. Adapun sebelum penebangan dilakukan pengukuran terhadap ketebalan bahan bakar serasah, hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar penurunan ketebalan serasah setelah dilakukan pembakaran. Pada sesaat setelah penebangan dan sesaat sebelum pembakaran dilakukan pengukuran terhadap muatan bahan bakar, ketebalan bahan bakar dan kadar air bahan bakar serasah, ranting, batang. Selain itu pada sesaat sebelum pembakaran juga dilakukan pengukuran kadar air tanah yang berpengaruh terhadap besar kecilnya suhu tanah pada proses pembakaran. Tabel 2. Karakteristik bahan bakar sebelum penebangan, sesaat setelah penebangan dan sesaat sebelum pembakaran Parameter Plot 1 Plot 2 Plot 3 Rata-rata Sebelum penebangan Ketebalan bahan bakar serasah cm 10.00 ± 4.00a 9.00 ± 2.65a 8.00 ± 2.87a

9.00 ± 3.17a Sesaat setelah penebangan

Muatan bahan bakar tha Serasah 7.50 ± 3.29ab 4.30 ± 1.99a 10.53 ± 2.83b Ranting 5.17 ± 2.36a 4.53 ± 2.86a 5.67 ± 1.53a Batang 7.90 ± 1.48a 8.17 ± 5.20a 7.17 ± 3.40a Total

20.57 ± 6.50a 17.00 ± 9.53a

23.37 ± 2.76a 20.31 ± 6.26a

Ketebalan bahan bakar cm 28.33 ± 7.37a 26.67 ± 5.03a 25.00 ± 4.58a

26.67 ± 5.66a

Kadar air bahan bakar Serasah 134.44±19.97a 104.41±33.74a 92.74 ± 28.52a Ranting 99.44 ± 77.32a 43.91 ± 27.74a 59.75 ± 25.76a Batang 90.03 ± 54.37a 91.71 ± 21.13a 97.11 ± 54.02a Rata-rata 107.37±50.55a 80.01 ± 27.54a

83.20 ± 36.10a 90.19 ± 38.06a

Sesaat sebelum pembakaran Muatan bahan bakar tha Serasah 3.33 ± 3.30a 1.27 ± 0.64a 1.33 ± 0.42a Ranting 1.50 ± 0.70a 1.06 ± 0.06a 1.70 ± 0.44a Batang 3.50 ± 0.46a 3.17 ± 1.76a 3.00 ± 1.00a Total

8.33 ± 2.51a 5.49 ± 1.70a

6.03 ± 0.29a 6.62 ± 1.50a

Ketebalan bahan bakar cm 17.00 ± 4.58c 8.67 ± 1.15a 14.67 ± 4.16b Kadar air bahan bakar Serasah 41.57 ± 19.32a 50.45 ± 18.40a 49.35 ± 20.67a Ranting 51.89 ± 13.98a 40.25 ± 23.36a 29.67 ± 2.72a Batang 29.67 ± 13.32a 64.16 ± 20.83a 62.84 ± 30.92a Rata-rata

41.04 ± 15.54a 51.62 ± 20.86a

47.29 ± 18.10a 46.65 ± 18.17a

Kadar air tanah 21.95 42.86 27.39 30.73 Keterangan : a,b,c : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata Uji Duncan Pada kondisi sebelum penebangan, ketebalan bahan bakar serasah berkisar antara 8 cm sampai 10 cm. Ketebalan bahan bakar serasah yang terendah sebesar 8 cm plot 3 dan tertinggi sebesar 10 cm plot 1. Muatan total bahan bakar pada periode sesaat setelah penebangan berkisar antara 17 tonha sampai 23.37 tonha, muatan total bahan bakar terendah sebesar 17 tonha plot 2 dan tertinggi sebesar 23.37 tonha plot 3 tetapi pada sesaat sebelum pembakaran kisaran muatan total bahan bakar mengalami penurunan menjadi 5.49 tonha sekitar 67.7 sampai 8.33 tonha sekitar 64.36 , terendah sebesar 5.49 tonha plot 2 dan tertinggi sebesar 8.33 tonha plot 1. Penurunan muatan total bahan bakar tersebut disebabkan selama 5 minggu sebelum pembakaran dilakukan pengeringan bahan bakar secara alami di bawah terik matahari untuk mengurangi kadar air bahan bakar. Ketebalan bahan bakar sesaat setelah penebangan berkisar antara 25 cm sampai 28.33 cm, yang terendah sebesar 25 cm plot 3 dan tertinggi sebesar 28.33 cm plot 1 tetapi pada sesaat sebelum pembakaran ketebalan bahan bakar mengalami penurunan yaitu sebesar 8.67 cm sekitar 65.32 sampai 17 cm sekitar 39.99 , yang terendah sebesar 8.67 cm plot 2 dan tertinggi sebesar 17 cm plot 1. Berdasarkan Uji Duncan menunjukkan adanya perbedaan nyata antara plot 1 dengan plot 2 dan plot 3 pada ketebalan bahan bakar sesaat sebelum pembakaran Tabel 2. Kemudian kadar air bahan bakar rata-rata sesaat setelah penebangan berkisar antara 80.01 sampai 107.37 , dimana kadar air rata-rata terendah sebesar 80.01 plot 2 dan tertinggi sebesar 107.37 plot 1. Pada sesaat sebelum pembakaran, kadar air bahan bakar rata-rata mengalami penurunan menjadi 41.04 sekitar 48.71 sampai 51.62 sekitar 51.92 dimana terendah sebesar 41.04 pada plot 1 dan tertinggi sebesar 51.62 pada plot 2. Pengaruh utama dari turunnya kadar air bahan bakar Rural Fire Service adalah meningkatkan kemudahan bahan bakar untuk menyala. Menurut Brown dan Davis 1973, kadar air bahan bakar yang kecil dari 5 pada bahan bakar halus dan kasar cenderung kecepatan menjalar sebanding. Pada kadar air 5-10 , api pada bahan bakar halus menjalar lebih cepat daripada bahan bakar kasar, dan di atas 10 kecepatan cenderung sebanding lagi. Selain itu pada kondisi sesaat sebelum pembakaran dilakukan pengukuran terhadap kadar air tanah dengan hasil berkisar antara 21.95 sampai 42.86 , kadar air tanah yang terendah sebesar 21.95 plot 1 sedangkan tertinggi sebesar 42.86 plot 2. Kadar air tanah sangat menentukan besar kecilnya suhu pembakaran pada area plot pengamatan.

B. Perilaku Api