Densifikasi Parsial dengan Kompresi

41 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek 1. Peningkatan Sifat Fisis Kayu Terdensifikasi

A. Densifikasi Parsial dengan Kompresi

Sifat fisis kayu terdensifikasi yang diamati difokuskan pada kerapatan termasuk gradasi kerapatan bagian permukaan ke bagian dalam untuk melihat pengaruh densifikasi parsial, berat jenis, stabilisasi dimensi yang diukur dari pengembangan tebal dan pengembangan volume saat kondisi lingkungan udara, kadar air keseimbangan serta tingkat perubahan dimensi dan laju penurunan kadar air pada kondisi kelembaban RH 50. 1. Kerapatan dan Berat Jenis Hasil penelitian densifikasi parsial menunjukkan bahwa rata-rata kerapatan kayu Agatis dan Mangium meningkat dari kontrol seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Kerapatan kayu Agatis meningkat dari 0.45 gcm 3 – 0.54 g cm 3 pada kayu kontrol menjadi 0.47 gcm 3 – 0.55 gcm 3 papan radial terpadatkan dan 0.42 gcm 3 – 0.46 gcm 3 pada kayu kontrol menjadi 0.47 gcm 3 – 0.50 gcm 3 papan tangensial terpadatkan. Sama halnya kerapatan pada kayu Mangium yang meningkat dari 0.47 gcm 3 – 0.50 gcm 3 pada kayu kontrol menjadi 0.56 gcm 3 – 0.62 gcm 3 pada papan radial terpadatkan serta 0.58 gcm 3 – 0.63 gcm 3 pada kayu kontrol menjadi 0.64 gcm 3 – 0.70 gcm 3 pada papan tangensial terpadatkan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan kayu Agatis terpadatkan meningkat sampai 1.02 – 1.04 kali, sedangkan kerapatan kayu Mangium terpadatkan meningkat sampai 1.11 – 1.19 kali. Berdasarkan FPL 1999, menyatakan bahwa kerapatan kayu terpadatkan meningkat sampai 1.25- 1.4 kali, sedangkan peningkatan kerapatan pada kayu yang diteliti ada dibawah nilai tersebut. Hal ini disebabkan karena pemadatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemadatan parsial dengan persentase kempa 20. Pemakaian suhu tinggi yang paling baik untuk meningkatkan kerapatan adalah 170 o C. Peningkatan akibat pemadatan kayu tersebut terjadi karena rongga sel dan dinding sel menjadi padat dan hanya mengandung sedikit 42 selulosa pada dinding primer dan lamela tengah. Peningkatan kerapatan kayu diduga akibat pemanasan yang menyebabkan degradasi komponen kayu. Tabel 2 Nilai Rata-rata kerapatan gcm 3 kayu terpadatkan dan kontrol Jenis Papan Suhu o C Waktu menit Agatis Mangium Kontrol Terpadatkan Kontrol Terpadatkan Radial 170 30 0.47 0.48 0.55 0.56 60 0.48 0.51 0.50 0.58 180 30 0.48 0.51 0.51 0.56 60 0.45 0.49 0.52 0.62 190 30 0.46 0.52 0.52 0.58 60 0.54 0.55 0.50 0.58 Tangensial 170 30 0.44 0.50 0.58 0.66 60 0.43 0.48 0.63 0.69 180 30 0.45 0.48 0.61 0.66 60 0.44 0.48 0.55 0.65 190 30 0.42 0.47 0.59 0.64 60 0.46 0.49 0.59 0.70 Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa semua faktor dan interaksi antar faktor tidak berpengaruh terhadap kerapatan baik untuk kayu Agatis maupun Mangium. Hal ini berarti bahwa peningkatan kerapatan tidak berbeda nyata untuk jenis papan, perbedaan suhu dan waktu pemanasan. Kerapatan kayu terpadatkan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal kayu seperti struktur anatomi dan kandungan komponen kimia. Bentuk sel-sel kayu yang memipih akibat kayu dipadatkan mengurangi volume kayu tetapi berat kayu tetap. Kerapatan dinding sel dipengaruhi oleh kandungan kimia dinding sel dan kerapatan komponen kimia penyusun dinding sel yaitu kerapatan selulosa, kerapatan lignin dan kerapatan hemiselulosa. Kerapatan dinding sel kayu daun jarum lebih tinggi dibanding kerapatan kayu daun lebar Saranpää 2003. Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap bagian sayatan kayu, untuk melihat gradasi kerapatan dari bagian permukaan sampai ke bagian tengah kayu. Hasil penelitian yang tersaji dalam Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa rata-rata kerapatan bagian permukaan lebih tinggi daripada bagian tengah untuk semua jenis kayu baik arah tangensial maupun radial. Hal ini diduga bahwa perlakuan pemadatan hanya meningkatkan kerapatan bagian permukaan 43 kayu tidak sampai ke bagian tengah, karena pemadatannya hanya parsial atau bukan pemadatan menyeluruh yaitu hanya dengan persentase kempapemadatan 20 dari tebal kayu. Tabel 3 Nilai gradasi kerapatan kayu agatis terpadatkan dan kontrol Jenis Suhu Waktu Kayu terpadatkan Kontrol Papan o C Menit 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Radial 170 30 0.59 0.53 0.50 0.57 0.58 0.40 0.61 0.56 0.58 0.67 60 0.66 0.64 0.57 0.57 0.60 0.45 0.51 0.48 0.52 0.50 180 30 0.59 0.49 0.59 0.58 0.61 0.48 0.53 0.48 0.61 0.32 60 0.58 0.56 0.53 0.54 0.54 0.51 0.54 0.56 0.54 0.50 190 30 0.62 0.64 0.59 0.60 0.63 0.47 0.48 0.46 0.49 0.45 60 0.56 0.54 0.56 0.57 0.59 0.53 0.54 0.51 0.55 0.54 Tangensial 170 30 0.59 0.59 0.50 0.58 0.59 0.52 0.45 0.51 0.46 0.41 60 0.58 0.54 0.52 0.53 0.60 0.49 0.48 0.55 0.50 0.54 180 30 0.58 0.56 0.50 0.52 0.61 0.44 0.53 0.39 0.54 0.54 60 0.59 0.57 0.52 0.54 0.59 0.51 0.40 0.56 0.47 0.45 190 30 0.54 0.54 0.49 0.55 0.57 0.41 0.52 0.70 0.39 0.49 60 0.56 0.58 0.48 0.52 0.57 0.45 0.54 0.59 0.55 0.52 Keterangan : 1,2,3,4,5 adalah bagian sayatan dari permukaan ke tengah kayu Tabel 4 Nilai gradasi kerapatan kayu mangium terpadatkan dan kontrol Jenis Suhu Waktu Kayu terpadatkan Kontrol papan o C Menit 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Radial 170 30 0.61 0.52 0.50 0.63 0.65 0.58 0.48 0.49 0.56 0.45 60 0.63 0.61 0.56 0.59 0.62 0.54 0.58 0.50 0.54 0.57 180 30 0.62 0.49 0.46 0.53 0.54 0.62 0.46 0.46 0.50 0.45 60 0.66 0.59 0.59 0.66 0.68 0.62 0.54 0.57 0.59 0.61 190 30 0.66 0.53 0.48 0.57 0.68 0.61 0.46 0.46 0.48 0.54 60 0.60 0.52 0.53 0.64 0.65 0.55 0.48 0.51 0.58 0.53 Tangensial 170 30 0.65 0.61 0.58 0.63 0.66 0.53 0.44 0.53 0.50 0.48 60 0.72 0.70 0.69 0.70 0.73 0.66 0.74 0.56 0.69 0.58 180 30 0.65 0.62 0.63 0.64 0.69 0.62 0.61 0.61 0.58 0.63 60 0.72 0.71 0.69 0.65 0.70 0.63 0.59 0.67 0.52 0.65 190 30 0.68 0.65 0.62 0.62 0.69 0.58 0.61 0.61 0.57 0.65 60 0.76 0.74 0.70 0.72 0.72 0.60 0.62 0.62 0.64 0.68 Keterangan : 1,2,3,4,5 adalah bagian sayatan dari permukaan ke tengah kayu 44 Nilai Berat jenis kayu terpadatkan yang diukur pada kondisi berat kering tanur baik untuk Agatis maupun Mangium lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis kayu kontrolnya. Dari Gambar 10 dan 11 diketahui bahwa berat jenis kayu terpadatkan meningkat dibanding kayu kontrolnya. Berat jenis kayu Agatis meningkat dari 0.44 – 0.53 pada kayu kontrol menjadi 0.47 – 0.62 pada papan radial terpadatkan dan 0.41 – 0.45 pada kayu kontrol menjadi 0.49 – 0.53 pada papan tangensial terpadatkan. Sedangkan berat jenis pada kayu Mangium juga meningkat dari 0.46 – 0.58 pada kayu kontrol menjadi 0.49 – 0.66 pada papan radial terpadatkan serta 0.54 – 0.61 pada kayu kontrol menjadi 0.63 – 0.73 pada papan tangensial terpadatkan. Hasil analisis keragaman memperlihatkan bahwa interaksi ketiga faktor berpengaruh sangat nyata pada kayu Agatis sedangkan pada kayu Mangium semua faktor dan interaksi berpengaruh sangat nyata. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pada kayu Agatis untuk suhu dan interaksi antar faktor memberikan respon yang berbeda untuk setiap taraf perlakuan, sedangkan pada interaksi antara jenis papan dan waktu pemanasan yang memberikan respon hanya pada radial dengan waktu pemanasan 30 menit dan 60 menit. Hasil uji lanjut pada kayu Mangium semua memberikan respon untuk setiap taraf perlakuan. Berat jenis kayu kontrol menjadi salah satu parameter yang harus diperhatikan. Kayu dengan berat jenis rendah relatif lebih mudah untuk dipadatkan karena berdinding tipis sehingga kurang mampu menahan beban Blomberg et al. 2006. 45 Gambar 10 Nilai berat jenis kayu Agatis terpadatkan dan kontrol berdasarkan suhu dan waktu pemanasan menit Gambar 11 Nilai berat jenis kayu Mangium terpadatkan dan kontrol berdasarkan suhu dan waktu pemanasan menit Peningkatan nilai berat jenis dipengaruhi oleh suhu dan lamanya pemanasan pada masing-masing jenis kayu dan arah papan. Perlakuan kompresi dengan suhu yang tinggi dalam waktu yang lebih lama mempengaruhi faktor internal kayu seperti struktur anatomi dan komponen kimia kayu yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan berat jenis. Tomme et al. 1998 menyatakan 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 170°C 180°C 190°C 170°C 180°C 190°C Radial Tangensial B er at Jen is Jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit Kontrol Terpadatkan 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 170°C 180°C 190°C 170°C 180°C 190°C Radial Tangensial B e rat Je n is Jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit Kontrol Terpadatkan 46 bahwa pemadatan kayu dengan suhu tinggi dapat meningkatkan berat jenis kayu. Peningkatan nilai berat jenis kayu terpadatkan ada kaitannya dengan perubahan bentuk sel-sel penyusunnya. Sel-sel kayu terpadatkan cenderung memipih sehingga mengurangi volume rongga, yang sekaligus mengurangi volume kayunya, sementara beratnya tetap. Pada kayu mangium terjadi peningkatan berat jenis relatif lebih tinggi dibandingkan pada kayu Agatis. Fenomena ini terkait dengan perbedaan berat jenis kayu kontrol akibat perbedaan macam sel penyusun dan ketebalannya. 2. Stabilitas Dimensi dan Tingkat Perubahan Dimensi Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk jenis papan radial stabilitas dimensi yang diukur dari pengembangan volume kayu dan pengembangan tebalnya lebih tinggi dibanding dengan papan tangensial baik untuk kayu Agatis maupun Mangium. Hasil penelitian pengembangan volume untuk kayu Agatis berkisar antara 5.88 – 7.57 pada radial dan 5.64 – 7.99 pada tangensial, untuk kayu Mangium berkisar antara 4.75 – 8.44 pada radial dan 2.20 – 5.19 pada tangensial. Sedangkan pengembangan tebalnya untuk kayu Agatis berkisar antara 3.61 – 5.59 pada radial dan 3.67 – 4.87 pada tangensial, untuk kayu Mangium berkisar antara 2.91 – 4.32 pada radial dan 1.44 – 3.51 pada tangensial seperti ditunjukkan pada Gambar 12 - 15. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pada kayu Agatis faktor waktu pemanasan, interaksi jenis papan dan suhu, interaksi suhu dan waktu serta interaksi ketiga faktor sangat berpengaruh pada pengembangan tebal sedangkan faktor jenis papan dan waktu pemanasan serta semua interaksi antar faktor sangat berpengaruh nyata terhadap pengembangan volume. Pada kayu Mangium semua faktor perlakuan dan interaksi ketiga fakor sangat berpengaruh nyata pada pengembangan volume dan pengembangan tebal. Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa hampir semua taraf pada faktor perlakuan memberikan respon yang nyata terhadap pengembangan volume dan pengembangan tebal. 47 Gambar 12 Pengembangan volume kayu Agatis terpadatkan berdasarkan jenis papan dan waktu pemanasan menit Gambar 13 Pengembangan volume kayu Mangium terpadatkan berdasarkan jenis papan dan waktu pemanasan menit 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 30 60 30 60 Radial Tangensial Pen g e m b an g an v o lu m e Jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit 170°C 180°C 190°C 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 30 60 30 60 Radial Tangensial Pe n ge m b an gan vo lu m e Jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit 170°C 180°C 190°C 48 Gambar 14 Pengembangan tebal kayu Agatis terpadatkan berdasarkan jenis papan dan waktu pemanasan menit Gambar 15 Pengembangan tebal kayu Mangium terpadatkan berdasarkan jenis papan dan waktu pemanasan menit Adanya peningkatan pengembangan tebal dan pengembangan volume terjadi karena dipengaruhi suhu, waktu pemanasan dan arah papan. Pengembangan volume dan Pengembangan tebal ini terjadi setelah proses pengempaan kayu yaitu adanya kondisi suhu dan kelembaban pada lingkungan, sehingga hasil pengujian kayu terpadatkan mengembang kembali karena akibat dikeringanginkan. Dengan adanya perlakuan pendahuluan pemanasan untuk plastisasi dan dilakukan pengempaan atau penurunan tebal yang kecil hanya 20 menyebabkan 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 30 60 30 60 Radial Tangensial Pen g e m b an g an Teb al Jenis papan dan waktu pemanasan menit Suhu 170°C Suhu 180°C Suhu 190°C 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 30 60 30 60 Radial Tangensial Pen g e m b an g an Teb al Jenis papan dan waktu pemanasan menit 170°C 180°C 190°C 49 kayu tidak kembali ke bentuk semula. Tetapi ketika kayu dikeringudarakan, maka pengembangan kayu masih dapat terjadi. Pengembangan tersebut akibat adanya sifat higroskopis alami pada kayu. Nilai pengembangan tebal dan pengembangan volume hasil pengujian sangat kecil sehingga kayu terpadatkan dimensinya stabil dan tidak mengalami pengembangan lagi. Wardhani 2005 menyatakan bahwa semakin besar beban yang bekerja maka kemungkinan terjadi kerusakan internal juga semakin besar, yang dapat menyebabkan deformasi permanen pada dinding sel. Menurut Tsoumis 1991 ketika dimensi penampang lintang sel berkurang secara permanen akibat gaya tekan yang besar, maka akan berakibat penyusutan dan pengembangan kayu yang lebih besar dari kayu normal. Tingkat perubahan dimensi dari kondisi kering udara ke kondisi kelembaban RH 50 untuk jenis papan radial lebih tinggi dibanding dengan papan tangensial untuk kayu Agatis sedangkan pada kayu Mangium jenis papan tangensial lebih tinggi daripada papan radial. Tingkat perubahan dimensi hasil penelitian ini yang ditunjukkan pada Tabel 5 untuk kayu Agatis berkisar antara 0.014 – 0.017 pada radial dan 0.012 – 0.015 pada tangensial, untuk kayu Mangium berkisar antara 0.005 – 0.009 pada radial dan 0.007 – 0.011 pada tangensial. Tingkat perubahan dimensi dari kondisi kering udara ke kondisi kelembaban RH 50 sangat kecil, menunjukkan bahwa kayu terdensifikasi sudah stabil. Tabel 5 Tingkat perubahan dimensi kayu Agatis dan Mangium terpadatkan Jenis Papan Suhu o C Waktu menit Agatis Mangium Radial 170 30 0.017 0.009 60 0.014 0.008 180 30 0.015 0.008 60 0.017 0.009 190 30 0.016 0.005 60 0.015 0.007 Tangensial 170 30 0.012 0.010 60 0.012 0.009 180 30 0.015 0.011 60 0.012 0.011 190 30 0.013 0.010 60 0.012 0.007 50 Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pada kayu Agatis hanya faktor jenis papan yang sangat berpengaruh nyata pada tingkat perubahan dimensi, sedangkan pada kayu Mangium semua faktor perlakuan dan interaksi antar faktor tidak berpengaruh nyata. Papan radial pada dasarnya mempunyai penyusutan yang lebih tinggi dari pada papan tangensial dan pada kayu terpadatkan sifat penyusutan papan radial masih lebih tinggi daripada tangensial, sedangkan pada kayu Mangium lebih tinggi papan tangensial tetapi perbedaannya tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat perubahan dimensi yang berbeda antara papan tangensial dan radial. Sedangkan suhu tidak berpengaruh terhadap perubahan dimensi. 3. Kadar Air Keseimbangan KAK dan Laju Penurunan Kadar Air Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 16 dan 17, bahwa akibat proses pemadatan parsial, kadar air kayu Agatis dan kayu Mangium menurun pada kondisi lingkungan udara dari kayu kontrolnya. Kadar air kayu Agatis menurun dari 13.55 – 14.29 pada kayu kontrol menjadi 9.89 – 10.61 pada papan radial terpadatkan dan 9.34 – 14.50 pada kayu kontrol menjadi 9.22 – 10.19 pada papan tangensial terpadatkan. Sama halnya kerapatan pada kayu Mangium yang menurun dari 14.90 – 15.59 pada kayu kontrol menjadi 8.26 – 10.61 pada papan radial terpadatkan serta 13.55 – 15.53 pada kayu kontrol menjadi 8.43 – 10.09 pada papan tangensial terpadatkan. 51 Gambar 16 Kadar air keseimbangan kayu Agatis dan kontrol berdasarkan jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit Gambar 17 Kadar air keseimbangan kayu Mangium dan kontrol berdasarkan jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa faktor jenis papan dan interaksi suhu dan waktu sangat berpengaruh pada kadar air kesetimbangan untuk kayu Agatis sedangkan pada kayu Mangium faktor interaksi suhu dan waktu pemanasan, jenis papan dan suhu serta semua interaksi antar faktor sangat berpengaruh nyata terhadap kadar air kesetimbangan. Hasil uji lanjut pada kayu 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 170°C 180°C 190°C 170°C 180°C 190°C Radial Tangensial K ad ar ai r Jenis Papan, Suhu, Waktu Pemanasan menit Kontrol Terpadatkan 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 30 60 170°C 180°C 190°C 170°C 180°C 190°C Radial Tangensial K ad ar A ir Jenis papan, suhu dan waktu pemanasan menit Kontrol Terpadatkan 52 Agatis untuk jenis papan dan interaksi suhu dan waktu pemanasan pada suhu 170ºC yang berbeda nyata dengan kedua suhu lainnya. Sedangkan hasil uji lanjut pada kayu Mangium suhu 170ºC berbeda dengan suhu lainnya sedangkan interaksi antar faktor berbeda untuk semua taraf perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis papan, suhu dan waktu pemanasan sangat berpengaruh pada kestabilan dimensi kayu terpadatkan yang menyebabkan kadar air kayu lebih rendah daripada kontrol. Penurunan kadar air kesetimbangan pada kayu terpadatkan karena adanya pemadatan bersifat mekanis yang dapat memipihkan rongga sel, perubahan bentuk sel dipengaruhi oleh faktor perlakuan pendahuluan saat plastisasi dan penggunaan suhu pada penelitian ini dapat meningkatkan elastisitas sel yang berarti akan menyebabkan terjadinya deformasi yang sempurna. Deformasi sempurna membuat kayu yang dihasilkan mempunyai dimensi yang lebih stabil dan tidak mudah mengalami pengembangan. Laju penurunan kadar air dari kondisi kering udara ke kondisi kelembaban RH 50 untuk jenis papan tangensial lebih tinggi dibanding dengan papan radial baik untuk kayu Agatis maupun Mangium. Semakin tinggi suhu maka semakin rendah nilai laju penurunan kadar airnya. Laju penurunan kadar air seperti ditunjukkan pada Tabel 6 untuk kayu Agatis berkisar antara 0.12 – 0.15 pada radial dan 0.13 – 0.14 pada tangensial, untuk kayu Mangium berkisar antara 0.11 – 0.15 pada radial dan 0.11 – 0.19 pada tangensial. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pada kayu Agatis hanya faktor suhu sangat berpengaruh nyata terhadap laju penurunan kadar air. Pada kayu Mangium semua faktor perlakuan dan interaksi antar faktor tidak berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pada kayu Agatis suhu 170ºC berbeda nyata dengan kedua suhu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan suhu maka laju penurunan kadar air semakin kecil. 53 Tabel 6 Laju penurunan kadar air Kayu Agatis dan Mangium Terpadatkan Jenis Papan Suhu C Waktu menit Agatis Mangium Radial 170 30 0.15 0.15 60 0.14 0.14 180 30 0.13 0.15 60 0.14 0.13 190 30 0.13 0.11 60 0.12 0.13 Tangensial 170 30 0.14 0.12 60 0.14 0.12 180 30 0.13 0.11 60 0.13 0.13 190 30 0.13 0.13 60 0.13 0.19 4. Perubahan Fisik Setelah Densifikasi Hasil proses pemadatan memperlihatkan perubahan fisik pada kayu terpadatkan baik untuk kayu Agatis maupun Mangium yaitu warna menjadi lebih gelap, permukaan menjadi mengkilap dan teksturnya menjadi licin. Kayu terpadatkan bila diraba terasa lebih licin, bertekstur halus dan permukaan kayu seolah-olah berlilin. Warna kayu menjadi lebih gelap dibanding kayu kontrol. Pada Gambar 18 dan 19 terlihat bahwa warna kayu berangsur-angsur menjadi lebih gelap berturut-turut mulai dari suhu pemansan 170ºC, 180ºC dan 190ºC. Hal ini merupakan akibat dari suhu yang digunakan pada proses perlakuan pendahuluan pemanasan yang menyebabkan adanya relokasi lignin dari bagian dalam ke bagian permukaan dan degradasi komponen kimia penyusun kayu. Fenomena ini ditunjukkan pada hasil pengujian pirolisis GCMS yang menjelaskan adanya relokasi lignin, degradasi selulosa, hemiselulosa dan zat ektraktif pada kayu terpadatkan. Inoue et al. 1992 menyatakan bahwa kayu memberikan tampilan warna yang atraktif, dimana warnanya menjadi lebih gelap sebagai akibat dari pengaruh suhu pemanasan saat proses pemadatan. Sedangkan kesan raba yang halus dari kayu asal terjadi karena adanya pemadatan pori atau rongga sel kayu, sehingga permukaannya menjadi halus dibandingkan kayu dengan pori atau rongga yang besar. Kesan raba yang halus ini 54 akan memudahkan dalam proses pengerjaan kayu selanjutnya. Misalnya bila akan digunakan untuk mebel, langit-langit atau dinding, maka papan terpadatkan tidak perlu di ampelas lagi. 1 2 3 4 Gambar 18 Perubahan fisik kayu Agatis terpadatkan 1 kontrol, 2 suhu 170ºC 3 suhu 180ºC dan 4 suhu 190ºC 1 2 3 4 Gambar 19 Perubahan fisik kayu Mangium terpadatkan 1 kontrol, 2 suhu 170ºC 3 suhu 180ºC dan 4 suhu 190ºC 55

B. Densifikasi dengan Impregnasi