3 Lebih cepat bisa difahami karena mengandung kultur budaya melayu yang secara
filosofi mempunyai kesamaan, 4
Sebagai bahasa pemersatu bagi bangsa Indonesia sesuai dengan nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda.
5 Ada kesesuaian antara penggunaa bahasa Indonesia dalam dunia pendidikan terhadap
desain keilmuan yang ada pada sains di Indonesia. Sedangkan alasan penggunaan bahasa Jawa adalah;
1 Sebagai identitas budaya ketimuran yang mempunyai nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia utamanya wilayah Jawa. 2
Ikut berperan serta dalam melestarikan budaya daerah sebagai khasanah kebudayaan nasional.
3 Dirasa lebih sopan dalam beretika ketika menggunakan bahasa Jawa disaat
berkomunikasimenghormati yang lebih tua, dan lebih terasa membedrikan suatu pengajaran ketika berkomunikasi dengan yang lebih muda.
4 Adanya entitas budaya Jawa yang mengakar dalam mempertahankan budaya sendiri.
4.6 Dominasi Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dalam
Pembelajaran di TK Masyitoh Lamaran dan TK Masyitoh Temukerep.
Proses kegiatan belajar dan mengajar di TK Masyitoh menggunakan Bahasa Indonesia, namun jika ada yang kurang faham maka digunakan bahasa Jawa dalam
menjelaskan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas. Sebagai Prosentase penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa untuk
komunikasi di keluarga adalah antara 60-70 persen bahasa Indonesia, dan 30-40 persen bahasa Jawa. Hal ini menunjukan ada suatu hubungan timbal balik antara tingkat
pendidikan dengan penggunaan bahasa didalam komunikasi di keluarga. Di dalam pendidikan tentunya akan berbeda penggunaan bahasa dibandingkan
dengan bahasa komunikasi antara guru dengan siswa, di TK Masyitoh penggunaan Bahasa Indonesia tentunya lebih banyak porsinya dibandingkan dengan penggunaan
bahasa Jawa, tamun tetap mengedepankan nilai-nilai dan budaya bahasa Jawa didalam melestarikan moral dan budaya ketimuran , namun perlu dipahami bahwa penggunaan
bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi Kegiatan Belajar dan Mengajar di sekolah lebih pada penekanan bahasa jawa Inggil Jawa halus.
Sebagai siswa tentu sering bertanya jika mendengarkan hal-hal baru, sebab sering kurang faham, tapi pendidik di TK Masyitoh sadar akan persoalan ini dan
memberikansolusi yang baik, sehingga belajar lebih enak dan Krasan. Penjelasan tersebut tentunya menggambarkan belajar di Taman Kanak-kanak
tujuannya yaitu meningkatkan daya cipta kanak-kanak dan memacunya untuk belajar mengenal bermacam-macam
ilmu pengetahuan
melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama
, sosial
, emosional
, fisikmotorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua
dirancang sebagai upaya menumbuhkembangkan daya pikir dan peranan anak kecil dalam kehidupannya. Semua kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil
bermain. Ejaan bahasa Indonesia serta bahasa Indonesia yang baik dan benar sering
diabaikan oleh para pengguna bahasa Indonesia. Padahal dengan memperhatikan aturan ini, struktur dan logika kalimat dalam bahasa Indonesia juga bahasa-bahasa yang lain,
sebenarnya yang digunakan pun akan tertata dengan rapi. Bahasa yang rapi, akan membantu pemakainya untuk berpikir dengan rapi dan tertata pula. Tanda baca, ejaan,
bentuk kata, imbuhan, struktur kalimat yang salah sering dianggap benar karena faktor kebiasaan. Jika biasa dipakai, maka kesalahan pun menjadi benar. Sedangkan dalam
pengajaran, kesalahan sekecil apapun tidak bisa ditolerir, karena jika dilakukan maka kesalahan pun akan menjadi ‟benar‟.
Pemerolehan dan kompetensi bahasa yang meliputi tataran fonologis bunyi, morfologis kata, sintaksis kalimat, dan semantis makna harus diintegrasikan ke
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Permainan-permainan yang telah disebutkan di atas pun disesuaikan dengan tataran kebahasaan tersebut. Permainan true or false
misalnya digunakan untuk melatih tataran sintaksis, card sort untuk tataran semantis, dan lain-lain. Seperti pemerolehan pengetahuan yang lain, pemerolehan bahasa pun sebaiknya
dilakukan bertahap dari tataran fonologis kemudian meningkat sampai ke tataran semantis, karena secara kognitif, manusia dalam hal ini khususnya anak memelajari dan
memproduksi bahasa dari bunyi yang dia dengar kemudian ditiru dan diucapkan, kemudian membentuk kata, menyusun kata menjadi kalimat, berlanjut menuju memaknai
kata atau kalimat. Kompetensi mendengar, berbicara, membaca, dan menulis harus terintegrasi dalam pengajaran bahasa.